You are on page 1of 5

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Case Report Session

LIMFADENITIS
Irghea Puti Raudha, Rezky Fajriani Anugra

PENDAHULUAN Jaringan ikat trabekula terentang melalui


Kelenjar getah bening/KGB adalah organ sinus-sinus yang menghubungkan simpai dengan
berbentuk oval dari sistem limfatik, didistribusikan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan
secara luas ke seluruh tubuh termasuk ketiak dan merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf.
perut dan dihubungkan oleh pembuluh limfatik. Fungsi Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup
utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari kedalam sinus penetrating yang juga dilapisi sel
berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam
akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati
ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri.
Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah
bening eferen. Pada dasarnya limfosit mempunyai dua
bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan sel B
(bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan
sel-sel turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin,
yang berhubungan dengan humoralimmunity,
sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-
mediated immunity. Terdapat tiga daerah pada KGB
yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus.
Korteks dan medulla merupakan daerah yang
mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks
mengandung sel T.
Gambar 1. Anatomi KGB Dalam korteks banyak mengandung nodul
limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen,
pembesaran KGB lokal (limfadenopati lokalisata) dan sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel
pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol, yang
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya
pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, besar yang ditunjukan sebagai sel noncleaved besar,
sedangkan limfadenopati generalisata apabila dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar
pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berperan pada limfopoiesis atau berubah menjadi
berjauhan dan simetris. immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang
Limfadenitis merupakan peradangan pada didalam sel plasma. Fungsi utama KGB adalah
kelenjar limfe atau getah bening, sedangkan sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai
limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil
pada kelenjar limfe atau getah bening yang dari degradasi selsel atau metabolism.10
disebabkan oleh basil tuberkulosis. Apabila
peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut B. Limfadenitis
dengan scrofula. Limfadenitis pada kelenjar limfe di
1. Definisi
leher inilah yang biasanya paling sering terjadi.
Limfadenitis merupakan peradangan pada
Penatalaksanaan limfadenopati KGB leher
kelenjar limfe atau getah bening, sedangkan
didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya
pada kelenjar limfe atau getah bening yang
dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
disebabkan oleh basil tuberkulosis. Apabila
observasi.10
peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut
dengan scrofula. Limfadenitis pada kelenjar limfe di
TINJAUAN PUSTAKA leher inilah yang biasanya paling sering terjadi. Istilah
A. Anatomi Kelenjar Getah Bening scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti
Kelenjar getah bening/KGB adalah organ pembengkakan kelenjar. Infeksi M.tuberculosis pada
berbentuk oval dari sistem limfatik, didistribusikan kulit disebabkan oleh perluasan langsung tuberkulosis
secara luas ke seluruh tubuh termasuk ketiak dan ke kulit dari struktur dasarnya atau terpajan langsung
perut dan dihubungkan oleh pembuluh limfatik. melalui kontak dengan M.tuberkulosis yang disebut
Secara anatomi aliran getah bening aferen dengan scrofuloderma.
masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi
membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya pembesaran KGB lokal (limfadenopati lokalisata) dan
dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai
kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja,
kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai sedangkan limfadenopati generalisata apabila
di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
dilapisi oleh sel endotel. berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya
KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki,
berikut.10 penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen,
penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman,
2. Epidemiologi Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan erithematosus (SLE). Obat-obatan dapat
pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal menyebabkan limfadenopati generalisata.
memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-
Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan
anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
infeksi virus. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,
pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri sulindac). Imunisasi dilaporkan juga dapat
merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti
mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun
merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan demikian, masing-masing penyebab tidak dapat
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja,
Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai
Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.10 pembesaran KGB tersebut.10
Dari studi yang dilakukan di Belanda,
ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak 5. Patofisiologi
diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus Plasma dan sel (misalnya sel-sel kanker dan
diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus infeksi mikroorganisme) bersama dengan bahan
membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu seluler, antigen, dan partikel asing memasuki
keganasan. Penderita limfadenopati usia > 0 tahun pembuluh limfatik , menjadi cairan limfatik . Kelenjar
memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan getah bening menyaring cairan limfatik dalam
dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan
memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.10 sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga
Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai mempresentasikan antigen kepada limfosit yang
sistem organ tubuh. Meskipun TB pulmoner adalah terkandung dalam KGB. Respon imun dari limfosit ini
kasus yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga melibatkan proliferasi sel, yang dapat menyebabkan
merupakan salah satu masalah yang tidak kalah KGB untuk memperbesar (limfadenopati reaktif).
penting. Istilah TB ekstra-pulmoner digunakan pada Mikroorganisme patogen dilakukan dalam cairan
tuberkulosis yang terjadi selain pada paru-paru. limfatik dapat langsung menginfeksi KGB,
Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner menyebabkan limfadenitis , dan sel-sel kanker dapat
merupakan 15-20% dari semua kasus TB pada pasien menginfiltrasi dan berkembang biak di KGB.7
HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk
terbanyak (35% dari semua TB ekstrapulmoner). 6. Manifestasi Klinis
Sedangkan pada pasien dengan HIVpositif TB Limfadenitis adalah presentasi klinis paling
ekstrapulmoner adalah lebih dari 50% kasus TB, sering dari TB ekstrapulmoner. Limfadenitis TB juga
dimana limfadenitis tetap yang terbanyak yaitu 35% dapat merupakan manifestasi lokal dari penyakit
dari TB ekstrapulmoner.6 sistemik. Pasien biasanya datang dengan keluhan
pembesaran kelenjar getah bening yang lambat. Pada
3. Etiologi pasien limfadenitis TB dengan HIV-negatif,
limfadenopati leher terisolasi adalah manifestasi yang
paling sering dijumpai yaitu sekitar dua pertiga pasien.
Oleh karena itu, infeksi mikobakterium harus menjadi
salah satu diagnosis banding dari pembengkakan
kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang
endemis. Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar
dari beberapa minggu sampai beberapa bulan.4
Limfadenitis TB paling sering melibatkan
kelenjar getah bening servikalis, kemudian diikuti
berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal,
aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik
dan kelenjar inguinalis.4 Pada pasien dengan HIV-
negatif maupun HIV-positif, kelenjar limfe servikalis
adalah yang paling sering terkena, diikuti oleh kelenjar
limfe aksilaris dan inguinalis.9 Pembengkakan kelenjar
limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral,
tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini
biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat
dalam hitungan minggu sampai bulan, dan paling
sering berlokasi di regio servikalis posterior dan yang
lebih jarang di regio supraklavikular.4
Keterlibatan multifokal ditemukan pada 39%
Tabel 1. Etiologi pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien HIV-positif.
Pada pasien HIV-positif, keterlibatan multifokal,
limfadenopati intratorakalis dan intraabdominal serta
4. Faktor resiko

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

TB paru adalah sering ditemukan. Beberapa pasien Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan
dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit,
sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57% pasien Lokasi Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher
tidak menunjukkan gejala sistemik.4 secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi
Menurut Jones dan Campbell (1962) dalam virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi
Mohapatra (2009) limfadenopati tuberkulosis perifer olehpenyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB
dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium yaitu: hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama
(kronik) dapat disebabkan infeksi oleh
1. Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas Mikobakterium,Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau
tegas, mobile dan diskret. Citomegalovirus.10
Gejala penyerta demam, nyeri tenggorok dan
2. Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta batuk mengarahkan kepada penyebab infeks isaluran
terfiksasi ke jaringan sekitar oleh karena adanya pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan
periadenitis. penurunan beratbadan mengarahkan kepada infeksi
tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas
3. Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi
(central softening) akibat pembentukan abses. meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen
atau penyakit serum (serum sickness), ditambah
4. Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess. adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk
darah.10
5. Stadium 5, pembentukan traktus sinus. Riwayat penyakit. Riwayat penyakit sekarang
dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil
Gambaran klinis limfadenitis TB bergantung sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh
pada stadium penyakit. Kelenjar limfe yang terkena Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau
biasanya tidak nyeri kecuali (i) terjadi infeksi sekunder tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi
bakteri, (ii) pembesaran kelenjar yang cepat atau (iii) Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga
koinsidensi dengan infeksi HIV. Abses kelenjar limfe dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.
dapat pecah, dan kemudian kadang-kadang dapat Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan
terjadi sinus yang tidak menyembuh secara kronis dan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau
pembentukan ulkus. Pembentukan fistula terjadi pada HIV.10
10% dari limfadenitis TB servikalis.4 Riwayat pemakaian obat. Penggunaan obat-
Skrofuloderma adalah infeksi mikobakterial obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian
pada kulit disebabkan oleh perluasan langsung infeksi obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-
TB ke kulit dari struktur dibawahnya atau oleh paparan obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
langsung terhadap basil TB.4 Limfadenitis TB carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
mediastinal lebih sering terjadi pada anak-anak. Pada penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,
dewasa limfadenitis mediastinal jarang menunjukkan sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh
gejala. Manifestasi yang jarang terjadi pada pasien tubuh (limfadenopati generalisata).10
dengan keterlibatan kelenjar limfe mediastinal Riwayat pekerjaan. Paparan terhadap infeksi
termasuk disfagia, fistula oesophagomediastinal, dan paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan
fistula tracheo-oesophageal. Pembengkakan kelenjar infeksi saluran napas atas, faringitis oleh
limfe mediastinal dan abdomen atas juga dapat Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
menyebabkan obstruksi duktus toraksikus dan mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat
chylothorax, chylous ascites ataupun chyluria. Pada perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke
keadaan tertentu, obstruksi biliaris akibat pembesaran daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit
kelenjar limfe dapat menyebabkan obstructive Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan
jaundice. Tamponade jantung juga pernah dilaporkan dapat terkena Tularemia.10
terjadi akibat limfadenitis mediastinal.4  Pemeriksaan Fisik
Pembengkakan kelenjar getah bening yang Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan
berukuran ≥ 2 cm biasanya disebabkan oleh yang terhambat mengarahkan kepada penyakit kronik
M.tuberculosis. Pembengkakan yang berukuran < 2 seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan
cm biasanya disebabkan oleh mikobakterium atipik, system kekebalan tubuh. Karakteristik dari KGB dan
tetapi tidak menutup kemungkinan pembengkakan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus
tersebut disebabkan oleh M.tuberculosis.10 diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat
ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada
7. Prinsip Diagnostik perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
Diagnosis limfadenopati memerlukan digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan keras atau kenyal.10
penunjang apabila diperlukan. Pemeriksaan  Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan tersebut penting untuk membantu dalam Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk
membuat diagnosis awal yang dapat digunakan menegakkan diagnosa limfadenitis TB :
sebagai pedoman dalam memberikan pengobatan a. Pemeriksaan mikrobiologi
sebelum diagnosis akhir dapat dibuat berdasarkan Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi
biopsi dan kultur. Selain itu, juga penting untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur.
membedakan jenis penyebab infeksi apakah karena Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan
mikobakterium tuberkulosis atau non-tuberkulosis.10 pewarnaan Ziehl Neelsen. Spesimen untuk
 Anamnesis pewarnaan dapat diperoleh dari sinus atau biopsi
aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

memastikan adanya basil mikobakterium pada apabila gambaran konvensional seperti sel
spesimen, diperlukan minimal 10.000 basil TB epiteloid atau Langhans giant cell tidak ditemukan
agar perwarnaan dapat positif.4 pada aspirat. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Kultur juga dapat dilakukan untuk membantu Lubis (2008), bahwa gambaran sitologi bercak
menegakkan diagnosis limfadenitis TB. Adanya gelap dengan materi eusinofilik dapat digunakan
10-100 basil/mm3 cukup untuk membuat hasil sebagai tambahan karakteristik tuberkulosis
kultur positif. Hasil kultur positif hanya pada 10- selain gambaran epiteloid dan Langhans giant
69% kasus. Berbagai media dapat digunakan cell. Didapati bahwa aspirat dengan gambaran
seperti Petregnani, Trudeau, Middlebrook, dan sitologi bercak gelap dengan materi eusinofilik,
Bactec TB. Diperlukan waktu beberapa minggu dapat memberikan hasil positif tuberkulosis
untuk mendapatkan hasil kultur. Pada adenitis apabila dikultur.4
tuberkulosa, M. tuberculosis adalah penyebab e. Pemeriksaan Radiologi
tersering, diikuti oleh M.bovis (Mohapatra, 2009). 1. Ultrasonografi (USG)
b. Tes Tuberkulin USG merupakan salah satu teknik
Pemeriksaan intradermal ini (Mantoux Test) yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
dilakukan untuk menunjukkan adanya reaksi imun limfadenopati servikalis. Penggunaan
tipe lambat yang spesifik untuk antigen USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
mikobakterium pada seseorang. Reagen yang echogenicity, gambaran mikronodular,
digunakan adalah protein purified derivative nekrosis intranodal dan ada tidaknya
(PPD). Pengukuran indurasi dilakukan 2-10 kalsifikasi (Sutoyo,2010). USG dapat
minggu setelah infeksi. Dikatakan positif apabila dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum
terbentuk indurasi lebih dari 10 mm, intermediat halus untuk mendiagnosis limfadenopati
apabila indurasi 5-9 mm, negatif apabila indurasi dengan hasil yang lebih memuaskan,
kurang dari 4 mm.4 dengan nilai sensitivitas 98% dan
c. Pemeriksaan ICT TB spesivisitas 95%.
ICT TB merupakan test untuk dapat 2. CT Scan
mendeteksi TB paru dan TB ekstra paru. CT scan dapat mendeteksi pembesaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada KGB servikalis dengan diameter 5 mm
Jurnal “Performance of ICT TB test in detection of atau lebih. Satu studi yang dilakukan
Pulmonary and ExtraPulmonary Tuberculosis” untuk mendeteksi limfadenopati
spesifisitas test ini adalah 100% dan supraklavikula pada penderita nonsmall
sensitivitasnya adalah 44% untuk pasien dengan cell lung cancer menunjukkan tidak ada
sputum positif, 36% pada pasien dengan sputum perbedaan sensitivitas yang signifikan
negative, 20% pada TB dengan pleural effusion, dengan pemeriksaan menggunakan
dan 35% pada Lymphadenitis TB. Dan USG atau CT scan.10
disimpulkan bahwa ICT TB adalah pemeriksaan
yang highly spesific untuk TB.3 8. Penatalaksanaan
Uji Immunochromatographic tuberculosis Penatalaksanaan limfadenopati KGB leher
(ICT tuberculosis) adalah uji serologi untuk didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya
Uji ICT merupakan uji diagnostik TB yang dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6
membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat
diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
membran immunokromatografik (2 antigen keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar
diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping walau dengan pengobatan yang adekuat
garis kontrol. Serum yang akan diperiksa mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.10
sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi
biru, kemudian serum akan berdifusi melewati limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
garis antigen. Apabila serum mengandung Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan
antibodi akan berikatan dengan antigen dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam
membentuk garis warna merah muda. Uji 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk
dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan
garis kontrol dan minimal satu dari empat garis penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan
antigen pada membran.6 bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
d. Pemeriksaan Sitologi menggunakan USG diperlukan untuk menangani
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi diambil pasien ini.8
dengan menggunakan biopsi aspirasi kelenjar Penatalaksanaan limfadenitis TB secara
limfe. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan umum dibagi menjadi dua bagian, yakni secara
sitologi dengan biopsi aspirasi untuk menegakkan farmakologis dan non farmakologis. Terapi
diagnosis limfadenitis TB adalah 78% dan 99%. farmakologis dilakukan dengan pemberian mendapat
CT scan dapat digunakan untuk membantu terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori I.
pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe Regimen obat yang digunakan adalah 2HRZE/
intratoraks dan intraabdominal (Sharma, 2004). 4H3R3. Obat yang digunakan adalah Rifampisin,
Pada pemeriksaan sitologi akan terlihat Langhans Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol.10
giant cell, granuloma epiteloid, nekrosis Terapi non farmakologis adalah dengan
kaseosa.Muncul kesulitan dalam pendiagnosaan pembedahan, sedangkan terapi farmakologis memiliki

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan


tuberkulosis paru. Pembedahan tidaklah merupakan
suatu pilihan terapi yang utama. Prosedur
pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan
Biopsi eksisional atau insisi dan drainase.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahuja AT, Ying MTC, Antonio G, Lee YP,


King AD, and Wong KT. 2008.
Ultrasonography of cervical malignant lymph
nodes. Cancer Imaging 8(1): 48–56.
2. Koss LG, Melamed MR. 2006.
Granulomatous lymphadenitis. In: Koss’
Diagnostic Cytology and Its Histopathologic
Bases. Lippincott Williams & Wilkins,
2006(5):1193-97
3. Khan N; Mian I; Muhammad J. 2004.
Performance of ICT-TB Test in the Detection
of Pulmonary and Extra-pulmonary
Tuberculosis. 55-56.
4. Mohapatra, PR, Janmeja, AK. 2009.
Tuberculous Lymphadenitis. Journal of The
Association of Physicians of India. Diakses
pada tanggal 9 Februari 2015
www.japi.org/august_2009/article_06.pdf
5. Partridge, Elizabeth. 2010. Lymphadenitis
Treatment & Management. Diakses pada
tanggal 9 Februari 2015
http://emedicine.medscape.com/article/96085
8-treatment#a1128.
6. PDPI. 2011. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis 2011. Jakarta
: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Hal: 155
7. Porter, RS. 2011. The Merck Manual 19 ed.
Lymphadenopahy. Diakses pada tanggal 9
Februari 2015
http://www.merckmanuals.com/professional/c
ardiovascular_disorders/l
ymphatic_disorders/lymphadenopathy.html
8. Peters TR, Edwards KM. Cervical
Lymphadenopathy and Adenitis. 2008.
Pediatrics in Review (21);12.2000. Diakses
pada tanggal 9 Februari 2015
http://www.ohsu.edu/ohsuedu/academic/som/
pediatrics/clerkships/upload/cervical-lymph-
and-adenitis.pdf
9. Sharma SK, Mohan A. 2004. Extrapulmonary
Tuberculosis. Indian Journal of Medicine
Microbiology Res; 120: 316-53
10. Sahai S. 2013, Lymphadenopathy. Pediatrics
in Review 2013;34;216
11. Sutoyo, Eliandy. 2010. Profil Penderita
Limfadenopati Servikalis Yang Dilakukan
Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus Di
Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2009. Tesis. Universitas
Sumatra Utara. Diakses pada tanggal 9
Februari 2015
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/
16862 12. Ying MTC, Ahuja AT. 2008.
Ultrasonography of cervical lymph nodes.
Diakses pada tanggal 9 Februari 2015
http://www.droid.cuhk.edu.hk/web/specials/ly
mph_nodes/lymph_nodes.htm

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.

You might also like