Pada jaman sekarang banyak dilakukan berbagai prosedurkesehatan yang dapat
menolong berbagai masalah di bidang kesehatan, salah satunya dengan menggunakan metode bayi tabung. Bayi tabung akan memberikan dampak yang baik dengan menyelesaikan permasalahn tentang keturunan akan tetapi program bayi tabung yang gagal dapat memberikan efek yang tak baik bagi wanita yang menjalani. Tiga pilar dasar pengobatan kesuburan adalah Metode Waktu, inseminasi buatan, dan fertilisasi in vitro (IVF). Intracytoplasmic sperm injection (ICSI) adalah pilihan inseminasi dalam kasus di mana fertilisasi in vitro gagal menghasilkan pembuahan. Setelah proses seleksi dan persiapan dilakukan, sebagaimana dikutip oleh Siti Peni,10 barulah dilakukan 4 tahap proses Fertilisasi in Vitro. 1. Tahap Induksi Ovulasi Tahap Persiapan Petik Ovum (Per-Uvu) yang meliputi fase down regulation dan terapi stimulasi. Tahapan ini berlangsung antara dua minggu hingga satu bulan. Setelah fase down regulation selesai lalu dilanjutkan dengan terapi stimulasi. Pada tahap ini isteri diberi obat yang merangsang indung telur, sehingga dapat mengeluarkan banyak ovum. 2. Tahap pengambilan sel telur /Ovum Pick-Up (OPU) Tahap ini dilakukan dengan operasi petik ovum/Ovum Pick-Up (OPU). Operasi ini bisa dilakukan ketika sudah terdapat tiga folikel atau lebih yang berdiameter 18 mm pada pagi hari dan pertumbuhan folikelnya seragam. Selain itu kadar E2 juga harus mencapai 200pg/ml/folikel matang. Pengambilan ovum dilakukan dengan dua cara yaitu memegang indung telur dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur diperiksa dengan mikroskop untuk ditemukan sel telur. Cara kedua dengan menggunakan tehnik Transvaginal Directed Oocyte Recavery, Folikel yang tampak di layar ultrasonografi transvaginal ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi. 3. Fertilisasi sel telur Pada tahap ketiga, dokter akan meminta sperma dari suami baik dikeluarkan dengan masturbasi atau dengan prosedur pengambilan khusus oleh dokter di ruang operasi. Tekniknya ada dua, yaitu Microsurgical Sperm Aspiration (MESA)11 dan Testicular Sperm Extraction (TESE)12. Sebanyak kurang lebih 20.000 spermatozoa pria ditempatkan bersama-sama dengan 1 sel telur matang wanita dalam sebuah cawan khusus. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. 4. 4. Pemindahan embrio Tahap keempat post OPU. Tahap ini meliputi dua fase, yaitu transfer embrio dan terapi obat penunjang kehamilan. Setelah terjadinya fertilisasi, embriologis dan dokter ahli kesuburan akan melakukan pengawasan khusus terhadap perkembangan embrio. Embrio yang dinilai berkembang baik akan ditanamkan dalam rahim. Biasanya, embrio yang baik akan terlihat sejumlah 8-10 sel pada saat akan ditanamkan dalam rahim. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina ke dalam rongga rahim ibunya 2-3 hari kemudian. Setelah proses ini selesai lalu dilanjutkan dengan terapi obat penunjang kehamilan. uy Perawatan yang sesuai untuk faktor infertilitas yang terlibat dipilih dan jika yang dipilih metode pengobatan gagal menghasilkan kehamilan, pengobatan ditingkatkan. Pada tahun 2005, sekitar 19.112 bayi dilahirkan di Jepang melalui perawatan infertilitas IVF atau ICSI — 1,8% dari total kelahiran. Teknologi Reproduksi Terpandu (ART) sudah menjadi pengobatan yang sangat diperlukan untuk infertilitas. ART biasanya mengacu pada fertilisasi vitro dan transfer embrio (IVF-ET,IVF) dan mikroinseminasi, tetapi secara luas rasa juga termasuk inseminasi buatan dengan air mani suami (AIH).Ada beberapa metode microinseminasi tersedia, tetapi saat ini metode dengantingkat keberhasilan tertinggi, sperma intracytoplasmic injeksi (ICSI), dipilih dan diimplementasikan.Keberhasilan (kehamilan / kelahiran) dengan IVF dilaporkan oleh Steptoe dan Edwards pada tahun 1978, dan dengan ICSI. Namun, ART memang memiliki keterbatasan, dan dalam sekitar 50% kasus kehamilan pada akhirnya tidak tercapai meskipun perawatan IVF atau ICSI berulang. Itu efek samping dari ART termasuk sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) dan kehamilan ganda. Penanggulangan terhadap efek samping ini diimplementasikan, dan mereka dikendalikan. Suatu masalah yang membutuhkan pertimbangan dalam kinerja ART adalah keamanan genetik, seperti risiko bayi dilahirkan dengan kromosom dan morfologis kelainan dan risiko kelainan genetik terkait spermatogenesis. Perawatan juga harus diperhatikan menghormati kelainan epigenetik yang dihasilkan dari manipulasi in vitro gamet dan embrio. Pada tahun 2005, lebih dari 154.000 bayi dilahirkan melalui IVF dan ICSI di Jepang. IVF dan ICSI teknologi telah mencapai tingkat umum di mana mereka dikenal dan dilakukan secara luas, tetapi masih belum ada status risiko genetik jelas dikenal. Selanjutnya, kekhawatiran tentang risiko kelainan epigenetik juga telah muncul, tetapi pada titik waktu ini hampir tidak mungkin menganalisis faktor-faktor yang terlibat dalam kejadian tersebut kelainan epigenetik. Banyak anak-anak miliki dilahirkan melalui ART, dan itu sangat luar biasa penting bahwa pendekatan yang tepat diambil dan perawatan yang diperlukan disediakan untuk juga melindungi anak-anak seperti itu.