You are on page 1of 46

TEKNIK TENAGA LISTRIK DAN

ELEKTRONIKA

Materi :
1. Pendahuluan
2. Pandangan singkat masalah Teknik tenaga Listrik
3. Element-element listrik dan Elektronika
4. Penggunaan rumus-rumus Kelistrikan dan Elektronika
5. Dasar Mesin-mesin Listrik dalam Industri
6. Model system pengendalian mesin-mesin listrik
7. Pembebanan motor-motor dalam Industri
8. Stabilisitas sistem

Referensi :
1. Arismunandar, A., 1973, Teknik Tenaga Listrik jilid II,
Pradya Paramita, Jakarta
2. Bolton W, Mechatronics Electronic Control Systems In
Mechanbical Enginering
3. D. Chattopadhyay., P.C. Rakshit, 1989, Dasar Elektronika,
UI press, Jakarta.
4. H.C. Yohannes., 1979, Dasar-Dasar Elektronika, Ghalia
Indonesia.
5. Thomas Sri Widodo, DEA, Dipl.Ing, 2002, Elektronika
Dasar, Salemba Teknika.
6. Michael Neidle., 1982, Elektrical Instalation Teknology,
Macmillan Press Ltd.

7. Michael Neidle., 1979, Basic Elektrical Instalations, 2nd


Edition, Macmillan Press Ltd.

1
8. Suyanto M, 2000, Diktat kuliah Instalasi listrik jilid 1,
ISTA Jogjakarta.

9. Van Harten P, Setiawan E., 1991, Instalasi Listrik Arus


Kuat Jilid III, Bina Cipta, Bandung

10. Zuhal, 1988, Dasar teknik Tenaga listrik Dan


elektronika daya, PT Gramedia

Pendahuluan

Piranti-piranti pengontrol otomatis ini sangat berguna


bagi manusia. Apalagi jika ditambah dengan suatu kecerdasan
melalui program yang ditanamkan dalam sistem tersebut akan
semakin meringankan tugas-tugas manusia. Akan tetapi
secerdas apapun sebuah mesin tentu masih membutuhkan
peranan manusia untuk mengatur dan mengontrol piranti-
piranti ini. Otomasi kontrol bukan untuk menggantikan
sepenuhnya peranan manusia, tetapi mengurangi peranan dan
meringankan tugas-tugas manusia dalam pengontrolan suatu
proses.

Dengan adanya perkembangan teknologi, maka mata kuliah


Teknik Tenaga Listrik atau Teknik Kendali (control
automatic) memberikan kemudahan dalam :

2
1. Mendapatkan performansi dari sistem Dinamik,
2. Dapat mempertinggi kualitas produksi
3. Menurunkan biaya produksi,
4. Mempertinggi laju produksi,
5. Dan meniadakan pekerjaan- pekerjaan rutin yang
membosankan, yang harus dilakukan oleh manusia.

Maka dengan mencakup konsep-konsep teori jaringan


(Network theori) akan mendapatkan suatu analisis system
pengaturan dan pengendalian pada hasil keluaran (output)
yang dikehendaki.
Dengan demikian didalam permasalahan “Analisis Sistem
Teknik” akan dibahas masalah:
 System dan model system, juga perumusan matematis
system yang ditinjau dan serta cara penyelesaiannya.
 Untuk teknik umpan balik (feedback ) adalah merupakan
salah satu proses paling dasar dan hampir terdapat di semua
system dinamik antara lain :

- Hal-hal yang berkaitan dengan diri manusia


- Hubungan antara manusia dengan mesin-mesin
- Peralatan-peralatan yang saling menunjang.

Sehingga system adalah kombinasi dari beberapa


komponen yang bekerja bersama-sama dan dapat
menjalannkan tugas-tugas tertentu antara lain:
- Sistem Elektris
- Sistem Mekanis
- Sistem Thermis
- Sistem Biologis

3
Contoh : Open Loop System

Yaitu : akibat pengaruh output kepada input melalui operator (


Manusia )
S t=0

Input S R Output
+
V1 I(t) R2
- Pengatur Penggerak

Closed loop control System: Yaitu pengaruh output ke input


disebut “ feedback “ yang berarti suatu komponen keadaan
tiap saat dari output (akibat) diberitaukan ke input
( penyebab ). Jadi “ Input dan output berasama-sama mengatur
kerja system sampai output mencapai harga yang diinginkan.
Penggerak

+
R Output
Input
-

Pengukur
B

B ( bimetal ) : yang terdiri dari dua buah keeping logam yang


mempunyai koefisient expansitermal (ά ) yang berlainan dan
dilekatkan menjadi satu. Dengan adanya perbedaan
expansitermal tersebut, bila bimetal dipanaskan atau
didinginkan akan mengalammi perubahan bentuk, atau
berubah bentuk sehingga terjadi perubahan pada jari-jari
tertentu.

4
Elemen-elemen Listrik

1. Elemen Listrik Pasif : Adalah elemen listrik yang


mempunyai sifat menerima/membutuhkan tegangan
listrik.
 Resistor
 Capasitor
 Induktor

2. Elemen Listrik Aktif : Adalah elemen listrik yang


mempunyai sifat membangkitkan atau memberikan
tenaga listrik.
 Sumber Arus
 Sumber tegangan

Komponen-komponen Listrik

Resistor : Adalah suatu hambatan dari suatu benda sebagai


penghantar atau Isolator.
Besarnya hambatan (Resistansi ) dari bahan dapat dirumuskan
sebagai berikut :

Tahanan suatu bahan /material tergantung pada :

L
R
A
dimana : R = Besarnya Hambatan ( Ω )
ρ = Hambatan Jenis (Ωm )
L = Panjang bahan ( m )
A = Luas penampang ( mm2 )

5
Hambatan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu misalnya,
akan dipakai untuk membatasi arus yang akan mengalir
sehingga memberikan tegangan tertentu :
Maka dapat dikatakan sebagai penghantar ( Konduktor ): karena
mempunyai nilai tahanan yang rendah. Seperti
- Logam
- Logam Campuran
- Larutan asam

Disebut sebagai Isolator karena mempunyai hambatan isolasi


yang tinggi
Misal : Mika, gelas, Karet, PVC

Hubungan Tahnan (R ) dengan


R temperature ( T ) adalah :
Rt1

R0

t C
234,5 C ? tC t1

Sudut Linear selalu sama pada mumnya, bila temperature naik


nilai tahnan ( R ) juga ikut naik. Apabila
kenaikkannya linear,maka hubungan antara R dan T
dimana :
R0 =
0
Rt1  R0 1   .t  Tahanan pada 0 C Rt =
Tahanan pada t0C
T = Temperature
ά = Koefisien suhu tahanan

6
R

R2

R0 ά2
R1 R2  R1 1   (t 2  t1 )
ά1

t C
? tC t1 t2
234,5 C
R1  R0 1   0  t1 
R2 R0 1   0  t 2 
R2  R0 1   0  t 2 ....................   1   0  t 2   1   0  t 2 
1

R1 R0 1   0  t1 

R2 R0 1   0  t2 
  1   0  t2   1   0  t2  1
R1 R0 1   0  t1 
= 1   0  t 2   1   0  t 2  1
= 1   0  t1   0  t 2   0  t1  t 2 
2

R2
 (1    t1    t 2 )....  1    t 2  t1    R 2  R 1 1  α t 2  t 1 .....terbukti
R1
Sumber Arus dan Tegangan

Didalam elemen listrik aktip dapat dikatakan sebagai sumber


arus atau sumber tenaga, tetapi untuk penekanan terhadap
waktu yang panjang, apakah tegangan atau arus yang konstan.
 Untuk sumber Arus, berarti untuk waktu yang lama
dimana besarnya arus dapat dikatakan konstan.

I = sumber I(t) = sumber


arus DC arus AC

7
Untuk sumber tegangan, dimana dapat konstan :

V(dc) Фm
Emax Фm
+
V(AC)
t
V(dc)
E t=0 π 2π

t Emin

Contoh Soal :
S t=0
R1

+
I
Vin R2 Vout

a. Tuliskan persamaan system “ Open loop “ untuk


V0(tegangan keluaran ) sebagai fungsi dari ( Vin, R 1 dan R2
).
b. Tuliskan persamaan system “ Closed loop “ untuk
V0(tegangan keluaran ) sebagai fungsi dari ( V in, Vout, R1
dan R2 ).

Penyelesaian :

Menurut Hukum Kirchoff I dan II Bahwa ( KCL da KVL )


a). “ OPEN LOOP”
Vin
V0  R2  ......   
R1  R2
 R2 
 V0     Vin ....Sehingga.memenuhi  fungsi ( f )Vin ,.R1 ,.R2 
 R1  R2 

b). “CLOSED LOOP”

8
Vin  Vout
I .........Sehingga  Vout  R2  
R1

V  Vout   R2   R2 
Vout  R2   in      Vin     Vout
 R1   R1   R! 

 Vout..... Memenuhi... fungsi...dari( f )..adalah.(Vin , Vout , R1 , R2

Besaran-besaran listrik secara umum :


Besaran listrik secara umum terdiri dari beberapa komponen

Komponen – komponen listrik

1. Resistansi :

Secara umum fungsi dari komponen resistor adalah

sebagai pengatur kuat arus yang mengalir. Nilai resistor

dinyatakan dalam satuan ohm (). Resistor dilambangkan

dengan huruf R, sedangkan dalam skema disimbolkan sebagai

Gambar 1. a. Simbol tahanan tetap

b. Simbol tahanan variabel

9
Jika resistor (R) dipasang pada tegangan (V) yang tetap,

maka :

a. Kuat arus I akan menjadi kecil, bila resistor R besar.

b. Kuat arus I akan menjadi besar, bila resistor R kecil.

Menurut hukum ohm I bahwa : Vr  ixR volt maka :

V  t   Rxi  t 

2
Daya yang dikeluarkan : P  Vrxi  (ixR) xi  i xR

watt

Energi (watt detik) dw  p.dt dimana : w  dw

Sehingga besarnya Energi adalah :  w   P.dt joule

Macam-macam resistor :

a. Resistor tetap, disebut weerstand (bahasa Belanda) yang

kaki-kakinya terletak pada ujung-ujungnya dan dalam

praktek dapat dipasang bolak-balik. Nilai resistor

dinyatakan dengan warna gelang yang melingkar pada

bagian luar resistor tersebut. Kode warna gelang diciptakan

oleh perkumpulan pabrik-pabrik radio Eropa dan Amerika

10
yang bernama RMA (Radio Manufactores Association).

Setiap resistor ditandai dengan 4 warna gelang, dimana

warna-warna tersebut melambangkan angka-angka sebagai

berikut :

Hitam : 0 (nol); Coklat: 1 (satu); Merah: 2 (dua); Jingga:

3 (tiga); Kuning : 4 (empat); Hijau : 5 (lima); Biru: 6

(enam); Ungu: 7 (tujuh);Kelabu : 8 (delapan); Putih: 9

(sembilan)

Warna-warna untuk toleransinya sebagai berikut :

Emas : 5%

Perak : 10%

Tanpa Warna : 20%

Gambar 2. Penunjuk Kode


Warna
Keterangan :

 Pita pertama melambangkan angka pertama.


 Pita kedua melambangkan angka kedua.
 Pita ketiga melambangkan banyaknya angka nol.
 Pita warna keempat melambangkan toleransi.

11
Contoh :

1) Merah, ungu, jingga, emas ; artinya 27 K Ohm toleransi

5%.

2) Hijau, biru, coklat, emas ; artinya 560 Ohm toleransi

5%.

3) Jingga, putih, jingga, perak ; artinya 39 K Ohm toleransi

10%.

Bila hanya terdapat tiga pita warna, sedang pita warna

keempat tidak ada berarti toleransinya adalah 20%.

Contoh :

1) Jingga, putih, merah ; artinya 3 K 9 Ohm toleransi 20%.

2) Hijau, biru, kuning ; artinya 360 K Ohm toleransi 20%.

Jika pita warna ketiga itu emas, maka dua angka yang

dilambangkan pita warna pertama dan kedua dikalikan

dengan 0,1 dan bila pita warna ketiga itu perak pengalinya

adalah 0,01.

Contoh :

12
1) Coklat, hitam, emas ; artinya 1 Ohm toleransi 20%.

2) Merah, hijau, perak ; artinya 0,25 Ohm toleransi 20%.

b. Variabel Resistor (VR)

Adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-

ubah, variabel resistor dapat digolongkan menjadi 2 macam

1) Potensimeter, ada 2 macam :

 Potensio Linier, ialah potensio yang apabila kontak

gesenya dipindah nilai hambatannya berubah sesuai

dengan perhitungan linier.

 Potensio logaritmis, ialah potensio yang apabila

kontak gesenya dipindah nilai hambatannya berubah

sesuai dengan perhitungan logaritma.

Potensiometeer kebanyakan dipergunakan sebagai alat

pengatur, misal :

1. Alat pengatur suara (Volume Control)


2. Alat pengatur nada (Tone Control)

13
3. Alat pengatur nada tinggi (Treble Control)
4. Alat pengatur nada rendah (Bass Control)

Gambar 2.3 Potensiometer dan lambangnya

2) Trimmer potensio = Trimpot

Cara merubah nilai hambatan pada tripot adalah

dengan jalan memutar memakai obeng (drei).

Gambar 2.4 Trimer Potensio dan lambangnya

2. Kapasitor

Kapasitor atau biasa juga disebut Kodensator, adalah

merupakan komponen elektronika yang dapat menyimpan

14
tenaga listrik dalam waktu tertentu, tanpa disertai reaksi

kimia. Kapasitor berlainan dengan aki, dimana aki juga dapat

menyimpan tenaga listrik, tetapi dengan disertai reaksi kimia.

Pada dasarnya kapasitor terdiri dari 2 keping penghantar

(konduktor) yang disekat satu dengan yang lain. Bahan

penyekat keping ini disebut Dielektrika (Gambar 3.5).

Berdasarkan bahan dielektikanya, maka kapasitor dibagi atas

berbagai macam-maca, diantaranya :

a. Kapasitor keramik : jika dielektikanya keramik

b. Kapasitor kertas : jika dielektikanya kertas

c. Kapasitor mika : jika dielektikanya mika

d. Kapasitor elektrolit (elco) : jika dielektikanya oksida

alumunium

e. Kapasitor variable (varco)

f. Kapasitor trimmer

15
Gambar 2.5 Dielektrika Kondensator

Dari bermacam-macam kapasitor mempunyai


kemampuan menyimpan tenaga listrik yang berbeda-beda.
Kemampuan menyimpan tenaga listrik dari kapasitor disebut
kapasitansi (C), besar muatan (Q) diukur dengan satuan
coulomb. Dan kapasitor yang memperoleh muatan listrik akan
mempunyai tegangan antar terminal sebesar (V) volt.
Kapasitansi dapat diukur berdasarkan besar muatan yang
dapat disimpan pada suatu kenaikan tegangan.

Q
C= V
1 1
Tegangan (V) : Vc  C  idt Juga untuk V t 
C
idt

dVc 1
C
Arus (i) : iC
dt
sehingga Vc  idt

dVc dVc
i C
Maka : 1
dt
dt
C

Permukaan kapasitor yang berhubungan biasanya

berbentuk plat rata. Ukuran kapasitor bergantung pada luas

16
plat (A), jarak antar plat (d) dan medium penyekat.

Kapasitansi juga dapat diukur dengan rumus :

A
C= d

Dimana :  =  o .  r

o = permitivitas tempat

 r = permitivitas relatif

1  1
P = Vc x i =  c  idt  = c  i dt
2
Daya (P) : watt

Energi (w) yang tersimpan pada kapsitor dapat dihitung

dengan rumus :

dVc
dw   Pdt   Vcxi.dt   VcxC dt
dt

1
 w  C  VcxdVc  xCxVc
2
Sehingga : 2

1
Maka Energi mutlak = 2
C V2

Kapasitansi total dapat diubah dengan cara menghubungkan

beberapa kapasitor secara seri atau pararel. Kapasitor total

dapat dikurangi dengan cara dihubungkan secara seri dan

dapat dicari dengan rumus :

17
1 1 1 1
   ... 
CT C1 C 2 Cn

Sedangkan kapasitas total dapat ditambah dengan cara

dihubungkan secara pararel dan dapat dicari dengan rumus :

CT = C1 + C2 + … + Cn

Satuan kapasitas dari kapasitor itu dinyatakan dalam

farad. 1 farad ialah kemampuan kapasitor untuk menyimpan

tenaga listrik atau mesin listrik 1 coulomb, apabila kapasitor

itu diberi tegangan listrik 1 volt. Dalam praktek, dibuat

satuan-satuan yang lebih kecil, yaitu :

1 mikrofarad ( fd) = 10-6 farad

1 nanofarad (nf) = 10-9 farad

1 pikofarad (pfd) = 10-12 farad

Disamping untuk menyimpan tenaga atau muatan listrik,

kapasitor juga dapat digunakan untuk :

a. Peredam bunga api (kapasitor keramik)

b. Perata denyut arus listrik (kapasitor elektrolit)

18
c. Rangkaian resonansi dalam tuning sirkuit, atau mencari

gelombang radio (kapasitor variable)

d. Menggeser gelombang atau menepatkan frekuensi

(kapasitor trimmer)

3. Transformator

Transformator atau biasa disebut dengan trafo adalah

alat untuk mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih

tinggi atau lebih rendah dan digunakan untuk memindahkan

energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian berikutnya

tanpa merubah frekuensi.

Dalam aplikasinya trafo dapat dibedakan menjadi 2

macam yaitu :

1. Transformator Step-Up atau tranformator penaik tegangan

adalah tranformator yang digunakan untuk menaikkan

tegangan dari rendah ke tegangan yang lebih tinggi.

2. Transformator Step-Down atau transformator penurun

tegangan adalah transformator yang digunakan untuk

19
menurunkan tegangan dari tinggi ke tegangan yan lebih

rendah.

Cara kerja transformator adalah sebagai berikut :

1. Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber

tegangan arus AC, maka pada kumparan primer timbul

garis-garis gaya magnet yang berubah-ubah.

2. Perubahan garis-garis gaya dari kumparan primer ini

menginduksi kumparan sekunder sehingga pada kumparan

sekunder timbul arus bolak-balik.

Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap

kumparan dapat dihasilkan GGL kumparan sekunder yang

berbeda dengan GGL kumparan primer. Hubungan GGL atau

tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan

kumparan primer (np) dan jumlah lilitan kumparan sekunder

(ns) dapat dinyatakan dengan rumus :


Tegangan primer Jumlah lilitan primer Vp np
 
Tegangan sekunder Jumlah lilitan sekunder Vs ns

20
yang biasa disebut dengan perbandingan transformasi. Dengan

memperhatikan perbandingan transformasi kita dapat

mengetahui jenis dari transformator tersebut apakah trafo

Step-Up atau Step-Down.

Pada transformator terdiri dari banyak belitan, sehinga dapat


dipandang sebagai Induktor, dengan demikian dapat diuraikan
sebagai berikut :

di  t 
Induktor mempunyai tegangan (V) : V  t   L dt
1
di  t   xVl.dt
L
Dimana : ( i) menyatakan sebagai fungsi waktu (t)
(L) menyatakan panjang lilitan (H)

1
Sehingga besarnya arus adalah  i   L  VL.dt
di di
Besarnya daya (P) : P  VLxi maka PL
dt
xi = Lxi
dt
watt

Energi yang tersimpan (w) : dw  Pdt maka  w   p.dt

di
Sehingga : w  Lxi dt dt  L  i.di maka (Energi) adalah
W   1 xLx i 2 joule
2

21
1. SISTEM TENAGA LISTRIK

1.1. Elemen Sistem Tenaga

Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk
mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat
pembangkit, sumberdaya energi primer seperti bahan baker fosil
(minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah
menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis
yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik.

22
Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformer), energi
listrik ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan
tinggi menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi
yang dengan demikian berarti rugi-rugi panas (heat-loss) I2R dapat
dikurangi. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan
tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui
transformator penurun tegangan (step-down transformer).

Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi


listrik ini diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti
energi mekanis (motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan
sebagainya.

Satuan listrik :

Arus listrik (I) => ampere

Tegangan listrik (V) = beda potensial => volt

Tahanan (R) = resistansi => ohm

Reaktansi (X)=> ohm

Impedansi (Z)= R ± jX => ohm

Daya (S) = P ± jQ => volt ampere

Daya aktif (P) => watt

Daya reaktif (Q) => volt ampere reaktif

Energi (E) => watt-hour (watt-jam)

Faktor daya (cos j) => tidak ada satuan

1.2. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit listrik jenis ini memanfaatkan bahan bakar minyak, gas


alam, atau batubara untuk membangkitkan panas dan uap pada BOILER.
Uap ini kemudian dipergunakan untuk memutar turbin yang dikopelkan
langsung dengan sebuah generator sinkron. Uap yang telah melalui
turbin kemudian menjadi uap bertekanan dan bersuhu rendah. Uap ini
kemudian dilewatkan melalui kondenser yang menyerap panas uap
tersebut sehingga uap tersebut berubah menjadi air yang kemudian
dipompakan kembali menuju boiler.

23
1.3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Sebagaimana halnya Pusat Listrik Tenaga Diesel, PLTG merupakan


mesin dengan proses pembakaran dalam (internal combustion). Bahan
baker berupa minyak atau gas alam dibakar di dalam ruang pembakar
(combustor). Udara yang memasuki kompresor setelah mengalami
tekanan bersama-sama dengan bahan baker disemprotkan ke ruang
pembakar untuk melakukan proses pembakaran. Gas panas sebagai hasil
pembakaran ini kemudian bekerja sebagai fluida yang memutar roda
turbin yang terkopel dengan generator sinkron.

1.4. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pada reactor air tekan (pressurized water reactor) terdapat dua


rangkaian yang seolah-olah terpisah. Pada rangkaian pertama bahan
baker uranium-235 yang diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa
berkelompok, disundut untuk menghasilkan panas dalam reactor.
Karena air dalam bejana penuh, maka tidak terjadi pembentukan uap,
melainkan air menjadi panas dan bertekanan. Air panas yang bertekanan
tersebut kemudian mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu generator
uap yang terbuat dari baja. Generator uap ini kemudian menghasilkan
uap yang memutar turbin dan proses selanjutnya mengikuti siklus
tertutup sebagaimana berlangsung pada turbin uap PLTU.

1.5. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk konversi energi


tertua yang pernah dikenal manusia. Perbedaan vertical antara batas atas
dengan batas bawah bendungan di mana terletak turbin air, dikenal
sebagai tinggi terjun. Tinggi terjun ini mengakibatkan air yang mengalir
akan memperoleh energi kinetic yang kemudian mendesak sudu-sudu
turbin. Bergantung kepada tinggi terjun dan debit air, dikenal tiga
macam turbin yaitu: Pelton, Francis dan Kaplan.

2. DASAR ELEKTROMEKANIK

2.1. Konversi Energi Elektromekanik

Konversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor)
maupun sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik
(generator) berlangsung melalui medium medan magnet. Energi yang
akan diubah dari satu system ke system lainnya, sementara akan
tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan
menjadi energi system lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini

24
selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus
sebagai medium untuk mengkopel perubahan energi.

Dengan mengingat hukum kekekalan energi, proses konversi energi


elektromekanik dapat dinyatakan sebagai berikut (untuk motor):

(Energi Listrik sebagai input) = (Energi Mekanik sebagai output +


Energi panas) + (Energi pada medan magnet dan rugi-rugi magnetic)

atau dalam persamaan differensial, konversi energi dari elektris ke mekanis adalah
sebagai berikut:

dWE = dWM + dWF

Ini hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung pada keadaan
dinamis yang transient. Untuk keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang
konstan, maka

dWF = 0

dWE = dWM

2.2. Gaya Gerak Listrik

Apabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds memotong


suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks
pada konduktor dengan panjang efektif l adalah:

df = B l ds

Dari Hukum Faraday diketahui bahwa gaya gerak listrik (ggl)

E = df/dt

Maka e = B l ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan

Jadi, e = B l v

2.3. Kopel

Arus listrik I yang dihasilkan di dalam suatu medan magnet dengan


kerapatan fluks B akan menghasilkan suatu gaya F sebesar:

F=BIl

Jika jari-jari rotor adalah r, maka kopel yang dibangkitkan adalah

25
T=Fr

Perlu diingat bahwa saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di


dalam medan magnet da seperti diketahui akan menimbulkan gaya
gerak listrik yang merupakan reaksi (lawan) terhadap tegangan
penyebabnya. Agar proses konversi energi listrik menjadi energi
mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan sumber harus lebih besar
daripada gaya gerak listrik lawan.

Begitu pula, suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan


membangkitkan tegangan e = B l V dan bila dihubungkan dengan
beban, akan mengalir arus listrik I atau energi mekanik berubah menjadi
energi listrik (generator). Arus listrik yang mengalir pada konduktor tadi
merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi dengan medan
magnet yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya
reaksi (lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar konversi
energi mekanik ke energi listrik dapat berlangsung, energi mekanik
yang diberikan haruslah lebih besar dari gaya reaksi tadi.

2.4. Mesin Dinamik Elementer

Pada umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut
rotor dan bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator
terdapat celah udara. Stator merupakan kumparan medan yang
berbentuk kutub sepatu dan rotor merupakan kumparan jangkar dengan
belitan konduktor yang saling dihubungkan ujungnya (lihat gambar)
untuk mendapatkan tegangan induksi (ggl).

Jika kumparan rotor diputar


dengan arah berlawanan dari arah
jarum jam, tegangan akan
dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua ujung rotor
yang tidak dihubungkan.

Simulasi mesin dinamis (generator) dapat dilihat pada situs ini.

2.5. Interaksi Medan Magnet

Kerja suatu mesin dinamis dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi
antar medan magnet stator dan rotor, yaitu:

F=BIl

26
Seperti diketahui, arus listrik (I) pada persamaan di atas akan
menimbulkan fluks juga di sekitar konduktor yang dilalui. Bila
kerapatan fluks akibat arus listrik dinyatakan dengan Bs (pada stator),
sedang kerapatan fluks akibat kumparan medan adalah Br (pada rotor),
maka dapat dituliskan:

T = K Br Bs sin d

Dimana

d adalah sudut antara kedua sumbu medan magnet Br dan Bs

K adalah konstanta l x r

Sudut d dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga
maksimum d = 90o. Dengan menganggap Br dan Bs sebagai fungsi arus
rotor dan arus stator, persamaan kopel menjadi:

T = K Ir Is sin d

Dengan demikian, kopel terjadi sebagai interaksi antara dua medan


magnet atau dua arus.

2.6. Derajat Listrik

Pada setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan
sudah menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu
kali putaran mekanik mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran
listrik (720o). Persamaan umumnya adalah sebagai berikut:

qe = (p/2) qm

p = jumlah kutub mesin

qe = sudut listrik

qm = sudut mekanik

2.7. Frekuensi

Dari persamaan di atas, diketahui bahwa untuk setiap satu siklus


tegangan listrik yang dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali
putaran. Karena itu frekuensi gelombang tegangan adalah:

f = (p/2) (n/60)

27
n = rotasi per menit

n/60 = rotasi perdetik

Kecepatan sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan


dengan

ns = 120 (f/p)

Jadi misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50


putaran per detik dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan
berputar mesin tersebut adalah:

ns = (120 x 50)/2 = 3000 rpm.

Sumber lainnya tentang elektromagnetik:

3. MOTOR INDUKSI

Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling luas
penggunaannya. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor
ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relative antara putaran rotor dengan medan
putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns =
120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-
konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum
Lentz, rotor pun akan ikut berputar mengikuti medan putar stator.

Perbedaan putaran relative antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya
beban, akan memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar
pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan
putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi , bila beban motor bertambah,
putaran rotor cenderung menurun. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu motor
induksi dengan rotor belitan dan rotor sangkar.

28
Gambar motor induksi.

Sumber : http://www.automatedbuildings.com/news/jul01/art/abbd/abbd.htm

3.1. Medan Putar

29
Sumber :
http://www.tpub.com/doeelecscience/electricalscience2144.htm

Sebelum kita membahas bagaimana rotating magnetic field (medan


putar) menyebabkan sebuah motor berputar, marilah kita tinjau
bagaimana medan putar ini dihasilkan. Gambar berikut menunjukkan
sebuah stator tiga fasa dengan suplai arus bolak balik tiga fasa pula.

Belitan stator terhubung wye (Y). Dua belitan pada masing-masing fasa
dililitkan dalam arah yang sama. Sepanjang waktu, medan magnet yang
dihasilkan oleh setiap fasa akan tergantung kepada arus yang mengalir
melalui fasa tersebut. Jika arus listrik yang melalui fasa tersebut adalah
nol (zero), maka medan magnet yang dihasilkan akan nol pula. Jika arus
mengalir dengan harga maksimum, maka medan magnet berada pada
harga maksimum pula. Karena arus yang mengalir pada system tiga fasa
mempunyai perbedaan 120o, maka medan magnet yang dihasilkan juga
akan mempunyai perbedaan sudut sebesar 120o pula.

Ketiga medan magnet yang dihasilkan akan membentuk satu medan,


yang akan beraksi terhadap rotor. Untuk motor induksi, sebuah medan
magnet diinduksikan kepada rotor sesuai dengan polaritas medan
magnet pada stator. Karenanya, begitu medan magnet stator berputar,
maka rotor juga berputar agar bersesuaian dengan medan magnet stator.

Gambar belitan stator tiga fasa.

Pada sepanjang waktu, medan magnet dari masing-masing fasa


bergabung untuk menghasilkan medan magnet yang posisinya bergeser
hingga beberapa derajat. Pada akhir satu siklus arus bolak balik, medan

30
magnet tersebut telah bergeser hingga 360o, atau satu putaran. Dan
karena rotor juga mempunyai medan magnet berlawanan arah yang
diinduksikan kepadanya, rotor juga akan berputar hingga satu putaran.
Penjelasan mengenai ini dapat dilihat pada gambar selanjutnya.

Putaran medan magnet dijelaskan pada gambar di bawah dengan


“menghentikan” medan tersebut pada enam posisi. Tiga posisi ditandai
dengan interval 60o pada gelombang sinus yang mewakili arus yang
mengalir pada tiga fasa A,B, dan C. Jika arus mengalir dalam suatu fasa
adalah positif, medan magnet akan menimbulkan kutub utara pada
kutub stator yang ditandai dengan A’, B’, dan C’.

Gambar putaran motor induksi dan medan putar.

31
Pada posisi T1, arus pada fasa C berada pada harga positif
maksimumnya. Pada saat yang sama, arus pada fasa A dan B berada
pada separuh harga negative maksimumnya. Medan magnet yang
dihasilkan terbentuk secara vertical dengan arah ke bawah, dengan
kekuatan medan maksimum terjadi sepanjang fasa C, antara kutub C
(utara) dengan C’ (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-
medan yang lebih lemah yang dihasilkan sepanjang fasa A dan B,
dengan kutub-kutub A’ dan B’ menjadi kutub-kutub utara dan kutub-
kutub A dan B menjadi kutub-kutub selatan.

Pada posisi T2, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 60 derajat
listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa A telah naik hingga harga
negative maksimumnya. Arus pada fasa B mempunya arah yang
berlawanan dan berada pada separuh harga maksimum positifnya.
Begitu pula arus pada fasa C telah turun hingga separuh dari harga
maksimum positifnya. Medan magnet yang dihasilkan terbentuk ke kiri
arah bawah, dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa A,
antara kutub-kutub A’ (utara) dan A (selatan). Medan magnet ini dibantu
oleh medan-medan yang lebih lemah yang timbul sepanjang fasa B dan
C, dengan kutub-kutub B dan C menjadi kutub-kutub utara dan kutub-
kutub B’ dan C’ menjadi kutub-kutub selatan. Di sini terlihat bahwa
medan magnet pada stator motor secara fisik telah berputar sebanyak
60o.

Pada posisi T3, gelombang sinus arus berputar lagi 60 derajat listrik dari
posisi sebelumnya hingga total rotasi pada posisi ini sebesar 120 derajat
listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa B telah naik hingga mencapai
harga positif maksimumnya. Arus pada fasa A telah turun hingga
separuh dari harga negative maksimumnya, sementara arus pada fasa C
telah berbalik arah dan berada pada separuh harga negative
maksimumnya pula. Medan magnet yang dihasilkan mengarah ke atas
kiri, dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa B, antara kutub
B (utara) dan B’ (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-
medan yang lebih lemah sepanjang fasa A dan C, dengan kutub-kutub A’
dan C’ menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan C menjadi
kutub-kutub selatan. Sehingga terlihat di sini bahwa medan magnet
pada stator telah berputar 60o lagi dengan total putaran sebesar 120o.

Pada posisi T4, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 180
derajat listrik dari titik T1 sehingga hubungan antara arus-arus fasa
adalah indentik dengan posisi T1 kecuali bahwa polaritasnya telah
berbalik. Karena fasa C kembali pada harga maksimum, medan magnet
yang dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada pada harga
maksimum, medan magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C akan
memiliki kekuatan medan maksimum. Meskipun demikian, dengan arus
yang mengalir dalam arah yang berlawanan pada fasa C, medan magnet

32
yang timbul mempunyai arah ke atas antara kutub C’ (utara) dan C
(selatan). Terlihat bahwa medan magnet sekarang telah berotasi secara
fisik sebanyak 180o dari posisi awalnya.

Pada posisi T5, fasa A berada pada harga positif maksimumnya, yang
menghasilkan medan magnet ke arah atas sebelah kanan. Kembali,
medan magnet secara fisik telah berputar 60o dari titik sebelumnya
sehingga total rotasi sebanyak 240o. Pada titik T6, fasa B berada pada
harga maksimum negative yang menghasilkan medan magnet ke arah
bawah sebelah kanan. Medan magnet pun telah berotasi sebesar 60o dari
titik T5 sehingga total rotas adalah 300o.

Akhirnya, pada titik T7, arus kembali ke polaritas dan nilai yang sama
seperti pada Posisi T1. Karenanya, medan magnet yang dihasilkan pada
posisi ini akan identik dengan pada posisi T1. Dari pembahasan ini,
terlihat bahwa untuk satu putaran penuh gelombang sinus listrik (360o),
medan magnet yang timbul pada stator sebuah motor juga berotasi satu
putaran penuh (360o). Sehingga, dengan menerapkan tiga-fasa AC
kepada tigfa belitan yang terpisah secara simetris sekitar stator, medan
putar (rotating magnetic field) juga timbul.

3.2. SLIP

Jika arus bolak balik dikenakan pada belitan stator dari sebuah motor
induksi, sebuah medan putar timbul. Medan putar ini memotong batang
rotor dan menginduksikan arus kepada rotor. Arah aliran arus ini dapat
ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk generator.

Arus yang diinduksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar


penghantar rotor, berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan
mengejar medan magnet pada stator. Karena medan pada stator terus
menerus berputar, rotor tidak pernah dapat menyamakan posisi
dengannya alias selalu tertinggal dan karenanya akan terus mengikuti
putaran medan pada stator sebagaimana ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.

33
Gambar Induction Motor

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat
berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar. Jika
kecepatan rotor sama dengan keceparan medan putar stator, maka tidak ada gerak
relatif antara keduanya, dan tidak akan ada induksi EMF kepada rotor. Tanpa
induksi EMF ini, tidak akan ada interaksi medan yang diperlukan untuk
menimbulkan gerak. Rotor, karenanya ahrus berputar dengan kecepatan yang lebih
rendah dari kecepatan medan putar stator jika gerak relatif tersebut harus ada antara
keduanya.

Persentase perbedaan antara kecepatan rotor dan kecepatan medan putar disebut
dengan slip. Semakin kecil slip, semakin dekat pula kecepatan rotor dengan
kecepatan medan putar. Persen slip dapat dicari menggunakan Equation (12-1).

dimana

34
NS= kecepatan sinkron (rpm) NR= kecepatan rotor (rpm)

Kecepatan medan putar atau kecepatan sinkron dari suatu motor dapat dicari
dengan menggunakan Equation (12-2).

dimana

Contoh: Sebuah motor induksi dua kutub, 60 Hz, mempunyai kecepatan pada
beban penuh sebesar 3554 rpm. Berapakah persentase slip pada beban penuh?

Solusi:

3.3. Torque

Torque motor induksi AC tergantug kepada kekuatan medan rotor dan


stator yang saling berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya.
Torque dapat dihitung dengan Equation (12-3).

35
dimana

Selama operasi normal, K, , dan cos adalah konstan, sehingga


torque berbanding lurus dengan arus rotor. Arus rotor meningkat dengan
proporsi yang sama dengan slip. Perubahan torque terhadap slip
menunjukkan bahwa begitu slip naik dari nol hingga –10%, torque naik
secara linier. Begitu torque dan slip naik melebihi torque beban penuh,
maka torque akan mencapai harga maksimum sekitar 25% slip. Torque
maksimum disebut breakdown torque motor. Jika beban dinaikkan
melebihi titik ini, motor akan stall dan segera berhenti. Umumnya,
breakdown torque bervariasi dari 200 hingga 300% torque beban penuh.
Torque awal (starting torque) adalah nilai torque pada 100% slip dan
normalny 150 hingga 200% torque beban penuh. Seiring dengan
pertambahan kecepatan dari rotor, torque akan naik hingga breakdown
torque dan turun mencapai nilai yang diperlukan untuk menarik beban
motor pada kecepatan konstan, biasanya antara 0 – 10%. Gambar
berikut menunjukkan karakteristik Torque terhadap slip.

3.4. Motor Satu Fasa

Jika dua belitan stator dengan impedansi yang tidak sama dipisahkan
sejauh 90 derajat listrik dan terhubung secara parallel ke sumber satu
fasa, medan yang dihasilkan akan tampak berputar. Ini disebut dengan
pemisahan fasa (phase splitting).

36
Pada motor fasa terpisah (split-phase motor), dipergunakanlah lilitan
starting untuk penyalaan. Belitan ini mempunyai resistansi yang lebih
tinggi dan reaktansi yang lebih rendah dari belitan utama. Jika tegangan
yang sama VT dikenakan pada belitan starting dan utama, arus pada
belitan utama (IM) tertinggal dibelakang arus pada belitan starting (IS).
Sudut antara kedua belitan mempunyai beda fasa yang cukup untuk
menimbulkan medan putar untuk menghasilkan torque awal (starting
torque). Ketika motor mencapai 70 hingga 80% dari kecepatan sinkron,
saklar sentrifugal pada sumbu motor membuka dan melepaskan belitan
starting. Motor satu fasa biasanya digunakan untuk aplikasi kecil seperti
peralatan rumah tangga (contoh mesin pompa).

3.5. Motor Sinkron

Motor sinkron serupa dengan motor induksi pada mana keduanya


mempunyai belitan stator yang menghasilkan medan putar. Tidak seperti
motor induksi, motor sinkron dieksitasi oleh sebuah sumber tegangan dc
di luar mesin dan karenanya membutuhkan slip ring dan sikat (brush)
untuk memberikan arus kepada rotor. Pada motor sinkron, rotor terkunci
dengan medan putar dan berputar dengan kecepatan sinkron. Jika motor
sinkron dibebani ke titik dimana rotor ditarik keluar dari
keserempakannya dengan medan putar, maka tidak ada torque yang
dihasilkan, dan motor akan berhenti. Motor sinkron bukanlah self-
starting motor karena torque hanya akan muncul ketika motor bekerja
pada kecepatan sinkron; karenanya motor memerlukan peralatan untuk
membawanya kepada kecepatan sinkron.

Motor sinkron menggunakan rotor belitan. Jenis ini mempunyai


kumparan yang ditempatkan pada slot rotor. Slip ring dan sikat
digunakan untuk mensuplai arus kepada rotor.

37
Penyalaan Motor Sinkron
Sebuah motor sinkron dapat dinyalakan oleh sebuah motor dc pada satu
sumbu. Ketika motor mencapai kecepatan sinkron, arus AC diberikan
kepada belitan stator. Motor dc saat ini berfungsi sebagai generator dc
dan memberikan eksitasi medan dc kepada rotor. Beban sekarang boleh
diberikan kepada motor sinkron. Motor sinkron seringkali dinyalakan
dengan menggunakan belitan sangkar tupai (squirrel-cage) yang
dipasang di hadapan kutub rotor. Motor kemudian dinyalakan seperti
halnya motor induksi hingga mencapai –95% kecepatan sinkron, saat
mana arus searah diberikan, dan motor mencapai sinkronisasi. Torque
yang diperlukan untuk menarik motor hingga mencapai sinkronisasi
disebut pull-in torque.

Seperti diketahui, rotor motor sinkron terkunci dengan medan putar dan
harus terus beroperasi pada kecepatan sinkron untuk semua keadaan
beban. Selama kondisi tanpa beban (no-load), garis tengah kutub medan
putar dan kutub medan dc berada dalam satu garis (gambar dibawah
bagian a). Seiring dengan pembebanan, ada pergeseran kutub rotor ke
belakang, relative terhadap kutub stator (gambar bagian b). Tidak ada
perubahan kecepatan. Sudut antara kutub rotor dan stator disebut sudut
torque .

Gambar sudut torque (torque angle)

38
Jika beban mekanis pada motor dinaikkan ke titik dimana rotor ditarik keluar dari
sinkronisasi , maka motor akan berhenti. Harga maksimum torque sehingga
motor tetap bekerja tanpa kehilangan sinkronisasi disebut pull-out torque.

4. GENERATOR AC (ALTERNATOR)

Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber
tegangan bolak balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling
penting untuk menghasilkan tenaga listrik. Generator ac, umumnya disebut
alternator, bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang akan disuplai.
Sebagai contoh, alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar,
membangkitkan ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh
lainnya adalah alternator di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya.
Beratnya hanya beberapa kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga
200 watt, biasanya pada tegangan 12 volt.

Sumber lain :
http://www.rowand.net/Shop/Tech/AlternatorGeneratorTheory.htm

4.1. Dasar-dasar Generator AC

Berapapun ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc,


bergantung kepada prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam
sebuah kumparan sebagai hasil dari (1) kumparan yang memotong
medan magnet, atau (2) medan magnet yang memotong sebuah
kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara sebuah konduktor dan
medan magnet, tegangan akan diinduksikan dalam konduktor. Bagian
generator yang mendapat induksi tegangan adalah armature. Agar gerak
relative terjadi antara konduktor dan medan magnet, semua generator
haruslah mempunyai dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.

ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR

Alternator armature bergerak (rotating-armature alternator)


mempunyai konstruksi yang sama dengan generator dc yang mana
armature berputar dalam sebuah medan magnet stasioner. Pada
generator dc, emf dibangkitkan dalam belitan armature dan
dikonversikan dari ac ke dc dengan menggunakan komutator (sebagai
penyearah). Pada alternator, tegangan ac yang dibangkitkan tidak
diubah menjadi dc dan diteruskan kepada beban dengan menggunakan
slip ring. Armature yang bergerak dapat dijumpai pada alternator untuk
daya rendah dan umumnya tidak digunakan untuk daya listrik dalam
jumlah besar.

ROTATING-FIELD ALTERNATORS

39
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner
dan sebuah belitan medan yang berputar. Keuntungan menggunakan
system belitan armature stasioner adalah bahwa tegangan yang
dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.

Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk


menghantarkan arus dari armature ke beban. Armature, sikat dan slip
ring sangat sulit untuk diisolasi, dan percikan bunga api dan hubung
singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi. Karenanya, alternator
tegangan tinggi biasanya menggunakan jenis medan berputar. Karena
tegangan yang dikenakan pada medan berputar adalah tegangan searah
yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan tinggi tidak terjadi.

Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai


belitan yang dipotong oleh medan putar (rotating magnetic field).
Tegangan yang dibangkitkan pada armature sebagai hasil dari aksi
potong ini adalah tegangan ac yang akan dikirimkan kepada beban.

Stator terdiri dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature
yang melekat pada inti ini.

40
Sumber : http://www.adtdl.army.mil/cgi-bin/atdl.dll/fm/55-509-1/Ch13.htm

4.2. Fungsi-Fungsi Komponen Alternator

Secara umum generator ac medan berputar terdiri atas sebuah alternator


dan sebuah generator dc kecil yang dibangun dalam satu unit. Keluaran
dari alternator merupakan tegangan ac untuk menyuplai beban dan

41
generator dc dikenal sebagai exciter untuk menyuplai arus searah bagi
medan putar.

Gambar generator ac dan schematic-nya

Exciter adalah sebuah generator dc eksitasi sendiri dengan belitan shunt. Medan
exciter menghasilkan intensitas fluks magnetic antara kutub-kutubnya. Ketika

42
armature exciter berotasi dalam fluks medan exciter, tegangan diinduksikan dalam
belitan armature exciter. Keluaran dari komutator exciter dihubungkan melalui
sikat dan slip ring ke medan alternator. Karena arusnya adalah arus searah, maka
arus selalu mengalir dalam satu arah melalui medan alternator. Sehingga, medan
magnet dengan polaritas tetap selalu terjadi sepanjang waktu dalam belitan medan
alternator. Ketika alternator diputar, fluks magnetiknya dilalukan sepanjang belitan
armature alternator. Tegangan bolak balik pada belitan armature generator ac
dihubungkan ke beban melalui terminal.

PRIME MOVER (Penggerak Utama)

Semua generator, besar dan kecil, ac dan dc, membutuhkan sebuah sumber daya
mekanik untuk memutar rotornya. Sumber daya mekanis ini disebut prime mover.
Prime mover dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk high-speed generator dan
low-speed generator. Turbin gas dan uap pada PLTG dan PLTU adalah penggerak
utama berkecepatan tinggi sementara mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine), air pada PLTA dan motor listrik dianggap sebagai prime
mover berkecepatan rendah.

Jenis prime mover memainkan peranan penting dalam desain alternator karena
kecepatan pada mana rotor diputar menentukan karakteristik operasi dan konstruksi
alternator.

ROTOR ALTERNATOR

Ada dua jenis rotor yang digunakan untuk alternator medan berputar yaitu turbine-
driven dan salient-pole rotor. Jenis turbine-driven digunakan untuk kecepatan
tinggi dan salient-pole untuk kecepatan rendah. Belitan pada turbine-driven rotor
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk dua atau empat kutub yang berbeda.
Belitan-belitan tersebut dilekatkan erat-erat di dalam slot agar tahan terhadap gaya
sentrifugal pada kecepatan tinggi.

Salient-pole rotor seringkali terdiri dari beberapa kutub yang dibelit terpisah,
dibautkan pada kerangka rotor. Salient-pole rotor mempunyai diameter yang lebih
besar dari turbine-driven rotor. Pada putaran per menit yang sama, salient-pole
memiliki gaya sentrifugal yang lebih besar. Untuk menjaga keamanan dan
keselatan sehingga belitannya tidak terlempar keluar mesin, salient-pole hanya
digunakan pada aplikasi keceparan rendah.

4.3. Karakteristik Alternator dan Batasannya

Alternator di-rating berdasarkan tegangan yang dihasilkannya dan arus


maksimum yang mampu diberikannya. Arus maksimum tergantung
kepada rugi-rugi panas dalam armature. Rugi panas ini (rugi daya I2R)
akan memanaskan konduktor, dan jika berlebihan akan merusak isolasi.
Karenanya, alternator di-rating sesuai dengan arus ini dan tegangan

43
keluarannya – dalam volt-ampere atau untuk skala besar dalam kilovolt-
ampere.

Informasi mengenai kecepatan rotasinya, tegangan yang dihasilkan,


batas arusnya dan karakteristik lainnya biasanya ditempelkan pada
badan mesin – nameplate.

4.4. Frekuensi

Frekuensi keluaran dari tegangan alternator tergantung kepada


kecepatan rotasi dari rotor dan jumlah kutubnya. Semakin cepat,
semakin tinggi pula frekuensinya. Semakin lambat, semakin rendah
pula frekuensinya. Semakin banyak kutub pada rotor, semakin tinggi
pula frekuensinya pada kecepatan tertentu.

Ketika rotor telah berotasi beberapa derajat sehingga dua kutub


berdekatan (utara dan selatan) telah melewati satu belitan, tegangan
yang diinduksikan dalam belitan tersebut akan bervariasi hingga selesai
satu siklus. Untuk suatu frekuensi yang ditentukan, semakin banyak
jumlah kutub, semakin lambat kecepatan putaran. Prinsip ini dapat
dijelaskan sebagai berikut, misalkan; sebuah generator dua kutub harus
berotasi dengan kecepatan empat kali lipat dari kecepatan generator
delapan kutub untuk menghasilkan frekuensi yang sama dari tegangan
yang dibangkitkan. Frekuensi pada semua generator ac dalam satuan
hertz (Hz), yaitu banyaknya siklus per detik, berkaitan dengan jumlah
kutub dan kecepatan rotasi sesuai dengan persamaan berikut:

dimana P adalah jumlah kutub, N adalah kecepatan rotasi dalam


revolusi per menit (rpm) dan 120 adalah sebuah konstanta untuk
konversi dari menit ke detik dan dari jumlah kutub ke jumlah pasangan
kutub. Sebagai contoh, sebuah alternator dua kutub, 3600 rpm
mempunyai frekuensi 60 Hz, ditentukan sebagai berikut:

Sebuah generator empat kutub dengan kecepatan 1800 rpm juga bekerja
pada frekuensi 60 Hz.

Sebuah generator enam kutub 500 rpm mempunyai frekuensi

44
Sebuah generator 12 kutub dengan kecepatan 4000 rpm mempunyai
frekuensi

4.5. Pengaturan Tegangan

Sebagaimana yang telah kita lihat, ketika beban pada generator berubah,
tegangan terminal pun ikut berubah. Besarnya perubahan tergantung
pada desain generator.

Pengaturan tegangan pada sebuah alternator adalah perubahan tegangan


dari beban penuh ke tanpa beban, dinyatakan sebagai persentase
tegangan beban penuh, ketika kecepatan dan arus medan dc tetap
konstan.

Anggap bahwa tegangan tanpa beban generator adalah 250 volt dan
tegangan beban penuh adalah 220 volt. Persen regulasi adalah:

Untuk diingat, bahwa semakin kecil persentase regulasi, semakin baik


pula regulasinya untuk kebanyakan aplikasi.

4.6. Prinsip Pengaturan Tegangan AC

Di dalam sebuah alternator, tegangan bolak balik diinduksikan dalam


belitan armature ketika medan magnet melewati belitan ini. Besarnya
tegangan yang diinduksikan ini tergantung kepada tiga hal yaitu: (1)
jumlah konduktor dengan hubungan seri pada setiap belitan, (2)
kecepatan (rpm generator) pada mana medan magnet memotong belitan,
dan (3) kekuatan medan magnet. Salah satu dari factor ini dapat
digunakan untuk pengaturan tegangan yang diinduksikan dalam belitan
alternator.

45
Jumlah belitan, tentu saja tidak berubah tetap ketika alternator
diproduksi. Juga, jika frekuensi keluaran harus konstan, maka kecepatan
medan putar haruslah konstan pula. Ini mengakibatkan penggunaan rpm
alternator untuk pengaturan tegangan keluaran menjadi tidak
diperbolehkan.

Sehingga, metode praktis untuk melakukan pengaturan tegangan adalah


dengan mengatur kekuatan medan putar. Kekuatan medan
elektromagnetik ini dapat berubah seiring dengan perubahan besarnya
arus yang mengalir melalui kumparan medan. Ini dapat dicapai dengan
mengubah-ubah besarnya tegangan yang dikenakan pada kumparan
medan.

4.7. Operasi Paralel Alternator

Alternator dapat dihubungkan secara parallel untuk (1) meningkatkan


kapasitas keluaran dari suatu system melebihi apa yang didapat dari satu
unit, (2) berfungsi sebagai daya cadangan tambahan untuk permintaan
yang suatu ketika bertambah, atau (3) untuk pemadaman satu mesin dan
penyalaan mesin standby tanpa adanya pemutusan aliran daya.

Ketika alternator-alternator yang sedang beroperasi pada frekuensi dan


tegangan terminal yang berbeda, kerusakan parah dapat terjadi jika
alternator-alternator tersebut secara mendadak dihubungkan satu sama
lain pada satu bus yang sama (satu titik hubung). Untuk menghindari
ini, mesin-mesin tersebut harus disinkronkan dahulu sebelum
disambungkan bersama-sama. Ini dapat dicapai dengan menghubungkan
satu generator ke bus (bus generator), dan mensinkronkan generator
lainnya sebelum keduanya disambungkan. Generator dikatakan sinkron
jika memenuhi kondisi berikut:

1. Tegangan terminal yang sama. Diperoleh dengan menyetel kekuatan


medan bagi generator yang hendak masuk ke dalam rangkaian
(disambungkan).

2. Frekuensi yang sama. Diperoleh dengan menyetel kecepatan prime


mover dari generator yang hendak disambungkan.

3. Urutan fasa tegangan yang sama.

46

You might also like