You are on page 1of 51

Zinbe

 Beranda
 ASUHAN KEPERAWATAN

Selasa, 07 Mei 2013

ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

Disusun Oleh :

Pitriono (S10034)

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami
vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan,
rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang
tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering
terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma
lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut
ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika
dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan
klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk
membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan
yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa
mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu
secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan pada klien vertigo.
Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara
komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem
diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas
harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak
atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang
involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya
menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus
vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan
pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti
vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar. (www.wikipedia.com)

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan
benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada
sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. Etiologi

1. Otologi 24-61% kasus


a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4. . Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai
gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan
turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu
sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang
disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan
ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi,
pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan
berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT
secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu
kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus
posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

D. Komplikasi

1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.
E. Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis
media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan
keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple
sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu,
vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya
penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat
mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N
VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah
pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

F. Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik
yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik
 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar
gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada
pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan
bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar
atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata
ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka
rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat
memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan
sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)

H. Asuhan Keperawatan sesuai teori

1. Pengkajian data keperawatan


a) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun
pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme
refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging,
tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama
nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang
keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola
bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor
otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus
pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah
leher juga menegang, frigiditas vokal.

g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis,
drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk
kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1. Energi yang besar dapat memberikan
2. Berikan terapi ringan untuk mempertahankan keseimbangan pada tubuh saat istirahat
kesimbangan 2. Salah satu terapi ringan adalah
3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan menggerakan bola mata, jika sudah
atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien. terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum 3. Mengantisipasi dan meminimalkan resiko
aktivitas jatuh.
4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Meyadari keterbatasan energi
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional

1. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam melakukan
2. Berikan motivasi pada klien untuk aktivitas
melakukan aktivitas 2. Klien dapat bersemangat untuk melakukan
3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk 3. Energi yang tidak stabil dapat menghambat
mencegah kelelahan. dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu
4. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi dilakukan manajemen waktu
4. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan aktivitas.
c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi dapat
sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan makan yang disukai klien1. Kebiasaan makan yang disukai dapat
2. Pantau input dan output pada klien meningkatkan nafsu makan
3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering2. Untuk memantau status nutrisi pada klien
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Mempertahankan status nutisi pada klien agar
dapat meningkat atau stabil.
4. Ahli gizi dapat menentukan makanan yang tepat
untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi pada
klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan perepsi sensori
pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pendengaran pada klien 1. Mengetahui tingkat kemaksimalan pendengaran


2. Lakukan tes rinne, weber, atau swabah pada klien untuk menentukan terapi yang tepat.
untuk mengetahui keseimbangan 2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi akibat
pendengaran saat terjadi tinitus tinitus
3. Ajarkan untuk memfokuskan 3. Mempertahankan keadekuatan pendengaran
pendengaran saat terjadi tinitus 4. Memaksimalkan pendengaran pada klien
4. Kolaborasi penggunaan alat bantu
pendengaran
e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping individu tidak
efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengetahui batas maksimal kemampuan


mempertahankan keadekuatan pendengaran klien
pendengaran 2. Klien tidak mengalami depresi akibat keadaan
2. Berikan motivasi dalam menerima fisiknya
keadaan fisiknya 3. Pusing yang terjadi dapat memunculkan tinitus
3. Ajarkan cara mengatasi masalah 4. Obat untuk mengatasi tinitus.
pendengaran akibat pusing yang
diderita
4. Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala
leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22


oktober 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima


Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC.Jakarta : EGC
BAB III

ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR

PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG MAWAR I

RSUD KARANGANYAR

Tgl/Jam MRS : 20 Oktober 2012/10.00 WIB

Tgl/Jam Pengkajian : 22 Oktober 2012/09.30 WIB

Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa

Diagnosa Medis : Vertigo dan Hipertensi

I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.S
Alamat : Supan 2/14 Tegalgedhe, Karanganyar
Umur : 58 th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Peternak
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.S
Umur : 54 th
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Supan 2/14 Tegal Gede, Karanganyar
Hubungan dengan klien : Istri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar, nyeri
kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk, badan panas
dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.
Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke RSUD
Karanganyar melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil sempel darah, TD : 225/120
mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita penyakit
hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus maksilaris.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita saat ini.
Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ayah dari Tn.S juga
mengalami penyakit hipertensi.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Memiliki riwayat hipertensi
: Pasien (Tn.S)
: Tinggal serumah

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan Tn.S cukup terawat dan orang-orang disekitarnya paling umum memiliki
penyakit hipertensi namun untuk penyakit pusing hebat yang diderita Tn.S tidak ada yang
mengalami.

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan orang tidak akan bisa
melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.S selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke
tempat dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang
rutin.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Nasi putih, sayur, Bubur, kuah, air putih,
gorengan, buah kadang-
kadang, air putih.
Porsi 1 porsi habis ¼ porsi
Keluhan Tidak ada Mual, tidak nafsu makan,
dan lidah terasa pahit serta
tidak makan selama 3 hari
terhitung saat 1 hari
sebelum masuk RS
Antropometri : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB

Biochemical : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL


Clinical sign :
 Rambut : sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.
 Mata : konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik
 Kulit : lembab, turgor kurang elastis.
 Pasien merasa mual muntah
Dietary history : Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka

makan kangkung dan sayur lodeh.

3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi (BAB)
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 1x sehari 3 hari sekali
Konsistensi Lunak berbentuk Sedikit Keras
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning kecoklatan, tidak
ada darah
Keluhan Tidak ada Sulit BAB

Eliminasi Urin
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 4-6x/hari 3-5x/hari
Pancaran Kuat lemah
Jumlah ±200 cc sekali BAK ±200 cc sekali BAK
Bau Khas Amoniak
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total produksi urin ± 800-1200 cc/hari ±600-1000 cc/hari

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


Intake Output Analisa
Minum ±1200 cc Urine 1000 cc Intake 1900 cc
Makanan ±200 cc Feses 100 cc Output 1740 cc
Infus 500 cc IWL 10 x 64 kg = 640 cc
Total 1900 cc Total 1740 cc Balance : intake > output

4. Pola Aktifitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V

5. Pola Istrahat Tidur


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Jumlah jam tidur siang - ± ½ jam
Jumlah jam tidur malam 8 jam 3-5 jam
Pengantar tidur Tidak ada Ada
(penggunaan obat tidur)
Gangguan tidur Tidak ada sering terbangun karena
nyeri pada pipi, lingkungan
kurang tenang.
Perasaan waktu bangun Nyaman Masih merasa ngantuk
Kondisi mata Tidak berkantung Berkantung

6. Pola Kognitif – Perseptual


Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab pertanyaan dengan
tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-mual, dapat mengidentifikasi
tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien juga merasa nyeri.
P : nyeri karena vertigo,
Q :seperti ditarik-tarik,
R: kedua pipi sampai sekitar mata,
S:9
T : saat menundukkan dan duduk
7. Pola persepsi Konsep Diri
a. Gambaran diri/citra tubuh
Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang.
c. Harga diri
Tn.S mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya karena keadaan sakit
yang dia alami saat ini.
d. Peran diri
Tn.S mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk saat ini justru istri saya yang harus bekerja
untuk biaya perawatan di rumah sakit.
e. Identitas diri
Tn.S mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang seharusnya dapat
memberikan sandang, papan, dan pangan.
8. Pola Seksual dan Seksualitas
Tn.S mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika kondisi mereka
memungkinkan.
9. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan kekacauan dalam
rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik sehingga saat salah satu anggota
warga ada yang sakit mereka saling menjenguk.
10. Pola Manajemen dan Koping Stres
Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur. Karena Tn.S sakit
yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Ny.S mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa agar suaminya lekas
diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV :
a) TD : 170/100 mmHg
b) Pernafasan :
- Frekuensi : 22x/menit
- Irama : teratur
c) Suhu : 38°C
d) Nadi :
- Frekuensi : 96x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala, Rambut : warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada kutu,
terdapat ketombe.
b. Mata :
- Palpebra : tidak udem, tidak petosis
- Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis
- Pupil : isokor
- Sclera : tidak ikterik
- Reflek terhadap cahaya : +
- Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Hidung : lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan
tidak ada gigi berlubang.
e. Telinga : sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.
f. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku
Kuduk
g. Dada :
1) Paru-paru
-Inspeksi : Bentuk dada simetris
-Palpasi : Vocal premitus getaran kanan kiri sama
-Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi lebih
pendek dari ekspirasi.
2) Jantung
-Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
-Palpasi : IC teraba di ICS 5 mid clavicula
-Perkusi : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal
-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.

h. Abdomen :
-Inspeksi : warna sawo matang, jaringan parut tidak

terlihat, umbilicus kotor.


-Auskultasi : 30x/menit

-Perkusi : thympani

-Palpasi : tidak ada nyeri tekan

i. Ekstremitas
Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri :4
 ROM kanan dan kiri : Aktif
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
 Perabaan Akral : Hangat
 Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas.
Bawah

 Kekuatan otot kanan dan kiri :4


 ROM kanan dan kiri : Aktif
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
 Perabaan Akral : Hangat
 Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/ Jenis Pemeriksaan Keterangan Hasil
Jam
Senin, 22 1. Ro Thorax Tidak ada bercak-bercak, tidak ada fraktur ic
oktober 20122. Ro Sinus Paranasal Penebalan mukosa sinus maksilaris duplek
09.00 WIB 3. EKG
Tidak ada kelainan jantung

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hari/Tgl/Jam Jenis Nilai Normal Hasil Keterangan


Pemeriksaan dan satuan

Senin, 22 GDS 100 s/d 150 mg 127 mg Normal


Oktober 2012
Hb 14-18 g/dL 12.8 g/dL Turun
09.00 WIB
Leukosit 5000-10000/mm³ 6000/mm³ Normal

Eritrosit 4,5-5,5 juta/mm³ 4800000/ mm³ Normal

Hct 40-43 % 42 % Normal

Eosinofil 1-3 % 0% Turun

Basofil 0-1 % 0% Normal


2-6 %
Batang 0% Turun
50-70 %
Segmen 69 Normal
20-40 %
Limfosit 27 % Normal
2-8 %
Monosit 4% Normal
150000-300000 mm³
Trombosit 214000 mm³ Normal
82-92 mikron 3
MCV 88 mikron 3 Normal
27-32 piko gram
MCH 31 Piko gram Normal
32-37 %
MCHC 36 % Normal

VI. TERAPI MEDIS


Hari/ Tangga Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Jam Kandungan Farmakologi
Senin, Cairan IV :
22/10/2012 - Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam
tubuh

Terapi tukak
25 mg Obat saluran cerna lambung, mengatasi
mual
- Ranitidin

Mengobati
25 mg Antihipertensi hipertensi ringan s/d
sedang
Obat Peroral :

Terapi defisiensi Vit


100 mg Vitamin B B1, B6, & B12
- Captopril

Mengobati vertigo
6 mg Antineoplastik, dan yang
Imunosupresan berhubungan
e) dengan gangguan
- Sohobion keseimbangan

- Mertigo
Obat Parenteral
Obat Topikal

VII. ANALISA DATA


No Hari/tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi TTD
1 Senin, DS: Gangguan Agen cedera
22-10-2012 pasien mengatakan pusing berputar- rasa nyaman biologi
09.30 WIB putar. (nyeri akut)
P: nyeri karena vertigo
Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar mata
S:9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1. TD : 170/100 mmhg
2. S : 380C
3. N : 96x/mnit
4. RR : 22x/mnit
5. Pasien tampak meringis kesakitan
6. Pasien tampak resah
2 Senin, 22-10- DS : Resiko nutrisi Tidak
2012 Pasien mengatakan nafsu makan kurang dari adekuatnya
09.30 WIB berkurang, mual muntah, dan lidah kebutuhan intake makanan
terasa pahit serta tidak makan tubuh
selama 3 hari dan hanya minum air
putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,

IMT : 24,08 kgBB

B:

Hct : 42 %

Hb : 12,8 g/dL

C:

1. Pasien tampak mual muntah


2. Turgor kurang elastis
3. Pasien tampak lemas
4. Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi makan

3 Senin, DS : Gangguan Fisiologi (pusing


22-10-2012 Pasien mengatakan susah tidur, tidur pola tidur seperti
09.30 WIB siang ±1/2 jam dan tidur malam berputar-putar)
hanya 3-5 jam dan mudah terbangun
karena nyeri, perasaan setelah
bangun masih mengantuk
DO :
1. TD : 170/100mmhg
2. S : 38oC
3. N : 96 x/ mnit
4. Mata berkantung
5. Pasien tampak mengantuk

4. Senin, DS : Resiko Jatuh Gangguan


22-10-2012 Pasien mengatakan pusing seperti kesesimbangan
09.30 WIB berputar-putar dan tambah parah N VIII
jika digunakan untuk menunduk dan
duduk.
DO :
1. Kerusakan keseimbangan
2. 170/100 mmHg
3. Agen antihipertensi
4. Tidak familiar terhadap ruangan
5. Tidak ada pengawasan saat ke kamar
mandi
6. Tidak ada pegangan menuju kamar
mandi
5. Senin, DS : Hipertermi Ketidakefektifan
22-10-2012 Pasien mengatakan badanya merasa kerja
09.30 WIB panas dingin. hipotalamus

DO :
1. Suhu : 38°C
2. Akral hangat
3. Banyak berkeringat
4. AL : 6000/mm³

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA


1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.

IX. RENCANA KEPERAWATAN


No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD
Tgl/Jam Keperawatan
1. Senin/ 22 Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi
oktober Gangguan tindakan aktivitas yang kategori aktivitas yang
2012/ keseimbangan N keperawatan dijalani pasien dijalani pasien.
10.00 VIII selama 2x24 jam selama di rumah2. Karakteristik jalan dapat
WIB masalah resiko sakit. menentukan keadaan
jatuh dapat teratasi
2. Observasi pasien, memerlukan
dengan kriteria perilaku jalan bantuan atau tidak
hasil sbb : pasien 3. Keadaan tempat yang
1. Tidak terjadi jatuh3. Observasi tempat kurang baik dapat
atau cidera fisik yang biasa dilalui menimbulkan jatuh
2. Pasien dapat pasien untuk 4. Mengantisipasi
beraktivitas dan beraktivitas terjadinya jatuh saat
atau ambulasi 4. Naikkan restrain pasien banyak bergerak
dengan tenang jika perlu 5. Saat pasien akan jatuh
3. Pasien terjaga 5. Dampingi pasien ada yang membantu
keamanannya saat berjalan menopang tubuhnya
dalam beraktivitas6. Beritahu pasien 6. Pasien dan keluarga
4. TD : 140/90 mmHg dan keluarga dapat memahami
5. Pasien dapat akibat dari jatuh bahaya jatuh
mengenali 7. Beritahu pada 7. Mengidentifkasi tanda-
lingkungan keluarga pasien tanda terjadinya jatuh
diruangan untuk tetap 8. Pasien dapat
menjaga atau menggunakan
mengawasi perantara untuk
aktivitas pasien berjalan seperti kursi,
8. Ajarkan pada bed, dll
pasien untuk 9. Keselamatan pasien
menggunakan saat beraktifitas terjaga.
alat-alat alternatif
dalam
beraktivitas
9. Kolaborasi
penggunaan alat
bantu untuk
beraktivitas
2. Senin/ 22 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi VS 1. Tanda-tanda kejang
oktober Ketidakefektifan tindakan 2x24 jam pasien 4 jam demam dapat diketahui
2012/ kerja masalah hipertermi sekali dari VS
10.00 hipotalamus dapat teratasi 2. Lakukan kompres2. Agar tubuh terjadi
WIB dengan kriteria hangat vasodilatasi dan suhu
hasil sbb : 3. Anjurkan untuk dapat turun
1. Suhu turun menjadi memakai baju 3. Memudahkan sirkulasi
36-37,5°C tipis udara untuk
2. Pasien tidak 4. Anjurkan asupan menurunkan suhu
merasa resah cairan oral 4. Dehidrasi dapat
3. RR dalam batas 5. Kolaborasi memperparah
normal 18- penggunaan obat hipertermi
24x/menit dan antipiretik 5. Obat penurun suhu
tidak mengalami tubuh.
distres dalam
pernafasan
3. Senin/ 22 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri (PQRST)
1. Mengetahui skala nyeri
oktober nyaman (nyeri tindakan 2. Kaji keluhan dan keadaan nyeri
2012/ akut) b.d Agen keperawatan pasien tiap hari secara holistik
10.00 cidera biologi selama 3x24 jam 3. Berikan posisi
2. Mengetahui tingkat
WIB masalah nyaman sesuai penurunan nyeri untuk
keperawatan dengan sembuh
gangguan rasa kebutuhan pasien
3. Posisi yang nyaman
nyaman nyeri 4. Ajarkan terapi dapat sedikit mengubah
dapat untuk persepsi nyeri yang
diminimalkan pengurangan dirasa pasien
dengan KH sbb : nyeri (mengubah4. Kebiasaan mengubah
1. Pasien sudah tidak posisi kepala) posisi kepala secara
meringis kesakitan5. Ajarkan tekhnik bertahap dapat
2. Skala nyeri menjadi relaksasi menurunkan nyeri atau
6 6. Kolaborasi pusing.
3. TD : 140/70 mmHg dengan 5. Dengan teknik relaksasi
4. S : 36-37,50C pemberian obat dapat mengurangi rasa
5. N : 60-100x/menit analgesik dan nyeri
6. RR : 18-24x/menit mertigo 6. Obat penghilang rasa
7. Pasien merasa nyeri dan obat untuk
nyaman vertigo
4. Senin/ 22 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Kaji jumlah jam 1. Mengetahui berapa jam
oktober tidur b.d tindakan tidur pasien tidur pasien
2012/ Fisiologi (pusing keperawatan 2. Mengobservasi 2. Mengetahui tingkat
10.00 yang berputar- selama 2x24 jam intensitas tidur insomnia pasien
WIB putar) masalah pasien 3. Menciptakan suasana
keperawatan 3. Ciptakan rileks yang bisa
gangguan pola lingkungan yang mempermudah tidur
tidur dapat teratasi nyaman 4. Karena saat tidur tubuh
dengan KH sbb: 4. Jelasakan melakukan
1. Konjungtiva tidak pentingnya tidur metabolisme
anemis yang adekuat 5. Kenyamanan tubuh
2. Mata tidak untuk kesehatan pasien dapat membantu
berkantung 5. Beritahu pada proses memulai tidur
3. Dapat tidur 4-6 jam keluarga untuk 6. Untuk membantu tidur
4. Tidur nyenyak tidak memberikan pasien
mudah terbangun pijatan yang 7. Tidur dapat stabil dan
5. Nadi : 60-100 nyaman saat obat tidak
mmHg memulai tidur membahayakan bagi
6. TD : 140/90 mmHg6. Kolaborasi tubuh pasien
dengan
pemberian
sedatif
7. Diskusikan
dengan dokter
tentang perlunya
meninjau kembali
program
pengobatan jika
berpengaruh
pada pola tidur.
5. Senin/ 22 Resiko nutrisi Setelah dilakukan 1. Pantau intake dan
1. Mengetahui
oktober kurang dari tindakan output pada keseimbangan nutrisi
2012/ kebutuhan keperawatan pasien pada tubuh pasien
10.00 tubuh b.d tidak selama 3x24 jam 2. Timbang BB 2. Untuk memantau BB
WIB adekuatnya masalah nutrisi pasien pasien
intake makanan kurang dari 3. Anjurkan makan 3. Menaikkan BB pasien
kebutuhan tubuh sedikit tapi sering4. Agar nafsu makan
dapat teratasi 4. Beritahu pada pasien bertambah
dengan KH sbb : pasien dan 5. Selain mendapatkan gizi
1. Nafsu makan keluarga untuk yang baik hal ini dapat
bertambah makan makanan pula menghemat biaya
2. BB tidak berkurang yang disukai 6. Melakukan hal-hal yang
3. Turgor elastis pasien biasa klien lakukan saat
4. Pasien tidak 5. Beritahu pasien makan agar nafsu
merasa lemas atau keluarga makan meningkat
5. Makan 1 porsi tentang makanan7. Mengetahui diet pasien
habis yang bergizi dan dan menentukan
6. Tidak ada mual tidak mahal makanan yang banyak
muntah 6. Ajarkan metode mengandung gizi yang
untuk cukup
perencanaan 8. Dokter dapat
makan menentukan obat
7. Kolaborasi pengganti nutrisi yang
dengan ahli gizi cukup dan atau dokter
8. Laporkan pada memberikan obat
dokter jika pasien penambah nafsu
menolak makan makan.

X. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
No Tgl/jam No. Implementasi Respon klien TTD
Dx
1 Senin, 22- 3 Mengkaji nyeri (PQRST) S : pasien mengatakan pusing
10-2012 berputar-putar
10.30 P : nyeri karena vertigo
WIB Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri kedua pipi hingga sekitar
mata
S:9
T : saat duduk/ menunduk
O : -Pasien tampak meringis
kesakitan
10.45
WIB 3 Memberikan posisi yang S : pasien mengatakan lebih
nyaman nyaman dengan posisi yang
diberikan perawat
O: -Pasien terlihat lebih nyaman
-Pasien tampak tenang

2 Memberikan kompres air S : Pasien mengatakan mau


hangat dikompres
O : Suhu 38,3°C
Pasien tampak resah

1 Mengkaji tingkat aktivitas S : Pasien mengatakan saat


yang dijalani pasien selama dirumah sakit hanya tidur dan ke
di rumah sakit. kamar mandi
O : Pasien tampak ingin melakukan
aktivitas secara mandiri

11.30 S:-
WIB 1, 2, O : suhu 37,9°C
Melakukan pemeriksaan TTV
3,4 TD : 170/100 mmHg
RR : 22x/menit
N : 86x/menit

S : pasien mengatakan mau


Menganjurkan makan sedikit
5 melakuakam
tapi sering
O : pasien tampak kooperatif.

13.00 S : klien mengatakan ingin tidur


Menjelaskan pentingnya
WIB 4 tidur tapi sulit.
O : klien tampak mengantuk
Adanya kantung mata

13.10 Mengajarkan mengubah S : Pasien mengatakan mau


WIB 3 posisi kepala sesering mencobanya
mungkin sebagai terapi O : pasien tampak kooperatif
penghilang pusing
2 Selasa, 3 Memvalidasi nyeri pada S : pasien mengatakan nyerinya
23-10- pasien masih terasa hebat dan seperti
2012 berputar-putar
09.00 O : Wajah pasien tampak
WIB meringis kesakitan
-Qualitas seperti ditarik-tarik
-Skala 8

10.00 Memantau intake dan S : pasien mengatakan sudah


WIB output pada pasien minum sekitar 3 gelas
O : input cairan ±900 cc
Memberitahu pada pasien S : Pasien mengatakan ya
5 dan keluarga untuk makan O : Pasien tampak kooperatif
makanan yang disukai pasien

Melakukan pemeriksaan TTV


11.30 S : Pasien mengatakan ya
WIB O : suhu 36,4°C
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
Mengobservasi intensitas
tidur pasien
13.00 S : pasien mengatakan belum bisa
WIB tidur
1,2,
O : mata pasien masih terlihat
3,4
berkantung, pasien tampak
Memberitahu pada keluarga
mengantuk.
untuk memberikan pijatan
yang nyaman saat memulai S : Istri pasien mengatakan sudah
tidur melakukan pijatan
O : Pasien dan keluarga tampak
resah
Mengajari teknik relaksasi
4
15.10 S : Pasien mengatakan mau diajari
WIB O : pasien terlihat kooperatif,
wajah tampak meringis kesakitan
karena nyeri.

Mengajarkan pada pasien


S : Pasien mengatakan sudah
untuk menggunakan alat-
16.00 mengerti
alat alternatif dalam
WIB 4 O : Pasien tampak sudah
beraktivitas
melakukan dan sudah paham

Melakukan pemeriksaan TTV


S:-
16.30 O : Suhu 38,2 °C
WIB N : 84x/menit
TD : 140/80 mmHg
Memberikan injeksi
RR : 22x/menit
3 Ranitidin. Menganjurkan
S : Pasien mengatakan sedikit sakit
untuk minum parasetamol
17.55 saat diinjeksi
per oral.
WIB O : Ranitidin masuk 25mg/ml
Paracetamol masuk
500mg/oral

1
1,2,
3,4

3 Rabu, 24- 3 Memvalidasi nyeri pada S : Pasien mengatakan masih nyeri


12-2012 pasien pada wajahnya dan terasa
10.00 berputar-putar serta seperti
WIB ditarik-tarik
O : Pasien tampak bingung dan
kesakitan
Quality : seperti ditarik-tarik
Skala 8
4 Memvalidasi kemampuan S : Pasien mengatakan semalam
tidur pasien bisa tidur tapi dengan bantuan
obat tidur
O : Pasien tampak segar, kantung
mata tidak ada
11.20
WIB 5 Memberitahu pasien tentang S : Pasien mengatakan sudah
makanan yang banyak cukup mengerti atau paham
mengandung karbohidrat tentang jenis-jenis makanan
dan gizi yang cukup tersebut.
O : pasien tampak mengerti,
12.00 Melakukan pemeriksaan TTV
WIB 1,2,3 S : Pasien mengatakan berkenan
,4 untuk dilakukan pemeriksaan TTV
O : suhu 37°C ,
TD : 110/70 mmHg
RR : 22X/menit
Memotivasi pasien untuk N : 88x/menit
13.20 tetap makan sesering S : pasien mengatakan ya
WIB 5 mungkin. O : Pasien tampak kooperatif.

Memberikan injeksi
21.10 Mecobalamin 500µg S:-
WIB 1, 5 O : Pasien tampak kesakitan saat
diinjeksi
-Mecobalamin masuk 500µg
- Pasien tidak alergi obat
Mecobalamin
Menciptakan lingkungan
yang nyaman S : Pasien merasa lebih baik tapi
3, 4 (membaringkan pasien tanpa tetap merasa sedikit nyeri
bantal ditempat tidur dan O : Skala nyeri 7
membersihkan seprei) Quality : seperti ditarik-tarik
Sprei bersih

XI. CATATAN KEPERAWATAN


Hari/Tgl/Jam No.Dx Evaluasi Ttd
Senin, 22-10- 1 S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi karena
2012 pusing
14.00 WIB O: Pasien tampak lemah
Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badannya masih panas


O : Suhu 38°C
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
TD : 170/100 mmHg
Akral teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 5)

3 S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri atau pusing seperti


berputar-putar dan mata seakan-akan tertarik kedalam
O : Pasien tampak bingung, takut, dan cemas
TD : 170/100 mmHg, Suhu 38°C
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

S : pasien mengatakan masih tidak bisa tidur


4 O : klien tampak mengantuk, mata berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

S : Pasien mengatakan makan selalu tidak habis


5 O : makan hanya habis ¼ porsi saja (±150 cc/tiap kali makan)
A : Masalah nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (5,6,7)

Selasa, 23- 1 S : Pasien mengatakan sudah berjalan sendiri ke kamar mandi


10-2012 O : kekuatan otot pasien 4
20.00 WIB Pasien tampak semangat dalam berjalan meski menahan
nyeri/pusing
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2,5,6,7,8)

S : Pasien mengatakan badanya panas lagi


2 O : Suhu 38,2°C
Nadi 84x/menit
RR : 22x/menit
TD : 140/80 mmHg
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (2, 5)

S : Pasien mengatakan masih nyeri di wajah seperti ditarik-tarik


3 O : klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 8
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

S : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun


O : Pasien tampak bingung dan resah
4 TD : 140/80 mmHg
Suhu 38,2 °C
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,5,6)

S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat


O : makan habis ½ porsi, tidak ada mual
A : masalah resiko nutrisi sedikit teratasi
5 P : pertahankan intervensi

Rabu, 24-10- 1 S : Pasien mengatakan ke kamar mandi minta didampingi


2012 istrinya karena takut jatuh
08.00 WIB O : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badanya sudah tidak panas


O : Suhu 37°C
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi

3 S : Pasien mengatakan masih nyeri dan pusing, apalagi saat


digunakan duduk atau berdiri
O : Pasien tampak resah, skala nyeri 7
TD : 110/60 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

4 S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur meskipun hanya 5


jam
O : Pasien tampak tidak mengantuk lagi, tidak ada kantung
mata
TD : 110/70 mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Pertahankan intervensi

5 S : Pasien mengatakan jika makan sudah habis 1 porsi dan tidak


mual.
O : Intake meningkat dari ¼ porsi menjadi 1 porsi
A : masalah resiko nutrisi teratasi
P : Pertahankan intervensi
PATHWAY KONSEP

Otologi Neurologik Hipertensi Psikiatrik Fisiologi

-Meniere, -Gangguan Visus (Depresi, Ansietas


-Parese N VIII -MS Fobia, Psikosomatis) Gangguan

-Otitis media -Ggn Serebelum keseimbangan

Menyerang N. III, IV, VI terganggu tekanan darah Mual, muntah

Telinga bagian naik turun

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Dalam mata menjadi kabur

Diteruskan ke

Tinitus keseimbangan terganggu pembuluh darah telinga


Gangguan persepsi sensori pendengaran

Tidak mampu berfokus pada Pasokan darah

Pikiran ke N.VIII tidak stabil

Keseimbangan terganggu

Gangguan proses fikir

Bakteri menginfasi SSP

Intoleransi aktivitas

Menyebar ke N. VIII

Resiko Jatuh

N.VIII terganggu

Sempoyongan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dilakukan dengan cara wawancara.Menggali informasi dari pasien langsung (Autoanamnesa) dan
informasi dari keluarga pasien (Alloanamnesa) serta dengan data-data dari rekam medik pasien yang
selalu digunakan dalam segala aspek atau tindakan yang pernah dilakukan terhadap pasien.
Menurut Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt Vertigo disebabkan karena gangguan keseimbangan di telinga
bagian dalam atau mungkin di otak. Bentuk paling sering dari vertigo adalah Benign Paroxymal
Positional Vertigo (BPPV), yaitu adanya ilusi gerakan yang disebabkan oleh gerakan kepala secara
mendadak atau gerakan kepala ke arah tertentu. Jenis seperti ini umumnya tidak berat dan dapat
teratasi. Pada umunya penderita akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan yang berputar. Selain itu, kadang ada juga yang disertai gejala mual muntah,
berkeringat, dan gerakan mata yang abnormal. Gejala ini bisa terjadi dalam satuan menit atau jam,
dapat bersifat konstan atau episodik (kadang-kadang). Ada pula yang merasakan telinga berdenging,
gangguan penglihatan, lemah, sulit bicara, atau kesulitan berjalan(Ikawati, 2010)

Namun pada pasien yang menjadi kasus kelolaan ini mengalami pusing yang berputar-putar serta
bagian sekitar mata seperti ditarik-tarik kedalam. Suhu tubuh yang selalu tinggi dan derajat
angkanya naik turun tapi tetap konstan termasuk kedalam hipertermi. Pasien merasakan tubuhnya
menggigil dan banyak mengeluarkan keringat. Selama sakit nafsu makan pasien turun, hal itu
dikarenakan adanya mual muntah yang dirasa pasien. Lima hari pasien hanya minum air putih dan
enggan untuk mengkonsumsi nasi. Herannya dengan kondisi lemah yang dialami pasien ini masih
dapat melakukan ADL secara mandiri, meskipun nyeri (pusing) yang dialami ini lebih hebat dari nyeri
yang dialami sebelumnya. Pasien juga memiliki riwayat pengobatan penyakit sinus yang dideritanya
sejak beberapa tahun yang lalu.

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan vertigo meliputi :

1. Nistagmus
2. Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :
a) Posturografi : tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-Barany atau Dix-
Hallpike
b) Tes kalorik
c) Saraf-saraf kranal
d) Fungsi motorik dan sensorik
3. Pemeriksaan penunjang meliputi :
a) Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
b) Foto Rontgen servikal
c) Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi), EMG
(elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential) dan audiometri
d) Neuroimaging seperti CT scan, MRI, dan ateriografi untuk mengetahui keadaan lesi atau tidaknya
bagian kepala yang mempengaruhi saraf.
(Dewanto, dkk.2009)
Pada pasien kelolaan hanya dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk mendukung
diagnosa pada pasien, karena dilihat dari tanda-tanda yang ada pasien positif menderita vertigo.

B. Diagnosa

Setiap pasien dengan vertigo pasti memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Namun sebagian besar pasien mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan yang berbeda
akan memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah diagnosa keperawatan
utama pada pasien dengan vertigo

1. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara berjalan
dan vertigo.
2. Kerusakan penyesuaian berhubungan dengan ketidakmampuan merubah gaya hidup yang
diperlukan karena sifat vertigo yang tidak dapat diperkirakan
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan haluaran cairan, perubahan
masukan, dan obat.
4. Kurang perawatan diri : makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting, berhubungan
dengan disfungsi labirin dan episode vertigo.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap, atau perubahan pada status kesehatan dan efek
ketidakmampuan dari vertigo. (Baughman,2000)
Dari berbagai diagnosa diatas hanya ada satu yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada pasien
kasus kelolaan yaitu risiko terhadap cedera. Namun diagnosa lain bertolak belakang. Karena pada
kasus kelolaan muncul diagnosa sebagai berikut :

1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII


Diagnosa ini diambil karena pada pasien selalu aktif untuk melakukan ADL sendiri seperti ke kamar
mandi yang dilakukan secara mandiri tanpa ada seseorang yang mengawalnya. Sehingga resiko
kemungkinan untuk jatuh sangat besar terkait dengan kondisi pasien yang lemah dan merasa pusing
seperti berputar.
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
Pada pasien mengalami panas dan keluar keringat dingn serta suhu tubuh pasien selalu tinggi.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
Kemungkinan pada pasien terjadi cedera pada bagian syarafnya karena dari hasil pemeriksaan
Rontgen sinus mengalami penebalan dan kemungkinan dapat menganggu saraf nervus vestibularis
sehingga timbul nyeri tiba-tiba dan terjadi vertigo.
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
Karena tingkat nyeri yang skalanya tinggi (skala nyeri pasien 9). Sangat mengganggu pola tidur
pasien. Pasienpun susah untuk memulai tidur. Bahkan tidur malam hanya dirasakan kurang lebih 2
jam saja.
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
Timbulnya mual disertai muntah menjadi alasan utama untuk menegakan diagnosa resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu disertai adanya intake yang tidak stabil karena pasien hanya
minum banyak dan tidak makan selama lima hari.

C. Pathway Kasus

Bakteri/Virus masuk saluran nafas (hidung)

Sinusitis

Penebalan sinus maksilaris

Bakteri masuk melalui

Saluran Eustacius Mengganggu jaringan sekitar sinus


Menuju koklea ditelinga nyeri pada pipi mengganggu jaringan sekitar mata

Dan sekitar mata

Gangguan Pola Tidur

Nyeri Akut

Vestibularis terganggu mata menjadi kabur dan

Timbul kekakuan

Inflamasi

Gerak bola mata menjadi lambat

Suhu tubuh Keseimbangan terganggu

meningkat Pusing berputar

Hipertermi

Jalan sempoyongan

Respon fisiologis

Resiko Jatuh

Mual & muntah


Nafsu makan turun

Resiko Nutrisi Kurang dariKebutuhan Tubuh

D. Intervensi

Sasaran pasien mencakup tetap bebas dari setiap cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
dan atau jatuh : menyesuaikan pada modifikasi gaya hidup untuk mengurang ketidakmampuan dan
menguatkan kontrol dan kemandirian, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, tidak
mengalami ansietas yang berkelanjutan serta mampu untuk melakukan ADL (Baughman, 2000)

Pada rencana keperawatan lebih menekankan pada rencana keperawatan untuk mengatasi diagnosa
yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan mandiri perawat daripada
tindakan kolaborasi. Meskipun tindakan mandiri perawat lebih kecil presentase untuk mencapai
keberhasilan, namun jika tetap dilakukan secara berangsur-angsur akan menciptakan kesembuhan
atau sedikit teratasinya keluhan yang muncul.

Pada pasien kasus kelolaan lebih diutamakan untuk mengatasi resiko jatuh karena bahaya dari jatuh
akan memunculkan komplikasi yang serius pada pasien serta menambah keluhan yang dirasa pasien.
Untuk mengatasi nyeri (pusing) dilakukan setelah hipertermi dapat teratasi. Karena lebih mudah
mengatasi hipertermi daripada nyeri yang muncul. Untuk mengatasi nyeri (pusing) akan dilakukan
proses terapi sederhana. Gangguan pola tidur akan dilakukan tindakan pemberian lingkungan yang
nyaman dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akan lebih ditekankan pada pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien untuk mengubah kebiasaan makan serta pemberian motivasi
tetap makan karena kesembuhan dimulai dari nutrisi yang baik.

E. Implementasi

Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaanya sesuai dengan
tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo penatalaksanaanya terdiri dari terapi kausal, terapi
simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu dengan menggunakan metode Brand-Daroff, serta dilakukan
operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil. Berikut contoh-contoh
obat antivertigo :

1. Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan 3x sehari.


2. Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg diberikan 3x sehari.
3. Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x sehar.
4. Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan 3x sehari.
5. Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan 3x sehari
6. Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.
(Dewanto, 2009.Hal.113-114)
Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg per hari.
Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein. Sedangkan penatalaksanaan
bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai kantung endolimfatik, Labirinektomi
(penghancuran telinga dalam), dan terakhir dilakukan pembedahan Seksi saraf vertibular (saraf
kranial ke-8). (Baughman, 2000)

Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga diberikan terapi
farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :

Jenis Terapi Dosis Golongan & Kandungan Fungsi & Farmakologi


Cairan IV :
- Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh

25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak lambung, mengatasi


- Ranitidin mual

Obat Peroral :
25 mg Antihipertensi Mengobati hipertensi ringan s/d
sedang

- Captopril
100 mg Vitamin B Terapi defisiensi Vit B1, B6, & B12

Mengobati vertigo dan yang


b)
6 mg Antineoplastik, berhubungan dengan gangguan
- Sohobion Imunosupresan keseimbangan

- Mertigo

Terapi diatas diberikan menurut keluhan yang dialami pasien dan hanya ada satu obat antivertigo
yaitu mertigo yang menjadi terapi utama penangan vertigo.

F. Evaluasi

Pada pasien vertigo yang dikelola setelah dilakukan tindakan keperawatan berikut dengan kolaborasi
yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat teratasi meliputi nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, hipertermi, gangguan pola tidur, dan resiko jatuh pada pasien dapat diantsipasi. Sedangkan
diagnosa yang belum dapat teratasi adalah masalah nyeri atau pusing yang berputar-putar. Pasien
mengatakan bahwa nyerinya akan hilang sejenak setelah diberikan suntikan, namun setelah itu nyeri
akan kembali dan akan lama dirasakan oleh pasien.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada penyakit
vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap diagnosa yang
ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal yang berhubungan, jika
pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo yang memberikan tanda dan
gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala itu sama dengan realitas yang ada.
Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis
pusing yang berputar dapat diatasi dengan mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata
pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit
yang sama sebelumnya dan sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan
berbagai obat selama kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun
hasilnya pasien tetap merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.

B. Saran
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya setiap
tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara bertahap
dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya sedikit turun
setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan terapi obat injeksi
sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri
awal yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner & Suddarth.Jakarta :
EGC

Dewanto, George...[et al.].2009.Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.Jakarta :
EGC

Ikawati, Zullies.2010.Resep Hidup Sehat.Yogyakarta : Kanisius

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima


Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC.Jakarta : EGC

Diposkan oleh Pitriono Zinbe di 07.46

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:
1.

Ina fitriana11 Juni 2015 10.17

makasih banyak infonya gan mengenai laporan pendahuluan vertigo , bisa untuk
menyelesaikan tugas kliah nih

Balas

2.

Ace Maxs18 Juni 2015 21.39

artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...

http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/

Balas

Muat yang lain...

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2013 (1)
o ▼ Mei (1)
 ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

Mengenai Saya

Pitriono Zinbe

Lihat profil lengkapku

Animasi Blog
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like