Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Kelompok 5
NO NAMA NIM
1 Revi Intansari 14612589
2 Fajar Pandu Bawono 14612588
3 Umi Umaidah 14612585
4 Dewi Cahyaning Ratri 14612587
5 Arry Wahyu Novitasari 14612574
6 Krisna Maskunti 14612591
7 Ridho Fahru R. 14612595
UniversitasMuhammadiyahPonorogo
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan
taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 2D dibina oleh Filia Eca S.Kep.,Ns
M.Kep.
Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut
ini:
3. Dosen Pembimbing
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
Mengetahui,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan
air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan
29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di
awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus
Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan Indis, yang
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi
genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam
DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
2.1.2 Etiologi
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan
2.1.3 Klasifikasi
I 1. Asimptomatik Asimptomatik,
aktivitas normal
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
kheilitis angularis.
sinusitis bakterialis
4. Kandidiasis orofaringeal
pneumonia, piomiositis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar.
2.1.5 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga
keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia
AIDS.
2.1.6 Pathweay
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
- ELISA
- Western blot
- Kultur HIV
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
2.1.8 Penatalaksanaan
dan edukasi.
a) Pengobatan
1) Obat Retrovirus
5. Zidovudine (AZT)
AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
fansidar.
2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk
pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering
b) Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau
berisiko.
c) Edukasi
Narkotik, dsb.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat
obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
e. Psikososial
f. Status Mental
g. HEENT
h. Neurologis
i. Muskoloskletal
j. Kardiovaskular
k. Pernapasan
m. Gu
n. Integument
2. Diagnosa Keperawatan
Intolerans Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas dalam kegiatan, dengan terhadap aktivitas
berhubungan kriteria bebas dyspnea
dengan dan takikardi selama 2. Berikan bantuan perawatan yang
kelemahan, aktivitas. pasien sendiri tidak mampu Mengurangi kebutuhan energi
pertukaran
oksigen,
malnutrisi,
kelelahan. 3. Jadwalkan perawatan pasien Ekstra istirahat perlu jika karena
sehingga tidak mengganggu
meningkatkan kebutuhan metabolik
isitirahat.
Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan mengunyah Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kalori dan protein yang dan menelan. tenggorokan dan mulut
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi 2. Monitor BB, intake dan ouput Menentukan data dasar
berhubungan kebutuhan metaboliknya
dengan intake dengan kriteria mual dan 3. Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah
yang kurang, muntah dikontrol, pasien 4. Rencanakan diet dengan pasien Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
meningkatnya makan TKTP, serum dan orang penting lainnya. keinginan pasien
kebutuhan albumin dan protein
metabolic, dan dalam batas n ormal, BB
menurunnya mendekati seperti
absorbsi zat gizi. sebelum sakit.
Diare Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah dalam feses
berhubungan dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
dengan infeksi GI komplikasi minimal
dengan kriteria perut 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
Auskultasi bunyi usus
lunak, tidak tegang, feses
lunak dan warna normal,
kram perut hilang, 3. Atur agen antimotilitas dan Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
psilium (Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi pada intestinal
Surabaya: Airlangga.
Rampengan dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua. EGC: Jakarta.