Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NURFADILAH
SRI HARTINA HM
FIFI LESTARI
NURSAHRATUL HUMAERAH
RADIYA MARDIYA
DOSEN:
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih
dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan
sholawat dan salam kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai konsep medis dan konsep
Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku dan artikel ilmiah.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................
D. Manfaat penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medis........................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma capitis adalah suatu gangguaan traumatik dari fungsi otak disertai
otak (Purnama Junadi dkk, 1992). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai
Trauma capitis atau cedera kepala diakibatkan karena benturan pada kepala,
kelahiran, dan korban kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, balik,
meninggal dalam satu minggu perawatan, 40% meninggal dalam satu hari
perawatan dan 50% meninggal sebelum tiba di rumah sakit (Sidharta, 2003).
Penyebab kematian pada pasien trauma kapitis yaitu adanya penekanan pada
Efek utama sering lambat sampai hematoma tersebut cukup besar dan akan
Herniasi ini dapat menibulkan iskemik, infark, kerusakan otak irreversible dan
antara lain kemampuan regenerasi sel otak yang sangat terbatas, kemungkinan
komplikasi yang mengancam jiwa atau menyebabkan kecacatan, juga karena
terutama mengenai pria dalam usia produktif yang biasanya merupakan kepala
kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.
B. Rumusan Masalah
4. Apa saja terapi diet yang baik pada penyakit trauma capitis ?
C. Tujuan Penulisan
trauma capitis.
capitis.
D. Manfaat Penulisan
KONSEP MEDIS
A. Definisi
fungsi otak. Beberapa kondisi pada cedera kepala meliputi luka ringan, memar
gegar otak, tergantung dari mekanisme benturan dan parahnya cedera yang
dialami.
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu
Cedera Kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak,
1. Tengkorak
Tulang tengkorak menurut, Evelyn C Pearce (2008) merupakan struktur
2. Meningen
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan
3) Linglung
4) Perubahan ingatan
dalam dari kranium ruang epidural. Adanya fraktur dari tulang kepala
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater
sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater
oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater
gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini
arteri yang masuk kedalam su bstansi otak juga diliputi oleh pia mater.
3. Otak
Menurut Ganong, (2002); price, (2005), otak terdiri dari 3 bagian, antara
lain yaitu:
a. Cerebrum
Serebrum atau otak besar
1) Lobus frontalis.
Kerusakan yang kecil, jika hanya mengenai satu sisi otak, biasanya
kejam.
2) Lobus parietalis
pekerjaan keadaan ini disebut ataksia dan untuk menentukan arah kiri-
3) Lobus temporalis
yang berasal dari luar maupun dari dalam dan menghambat penderita
4) Lobus Oksipital
Fungsinya untuk visual center. Kerusakan pada lobus ini otomatis
b. Cereblum
sensori.
c. Brainstem
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblomata. Otak
hemisfer sereblum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik, sebagai
antara 2 bagian sereblum dan juga antara medula dengan serebrum. Pons
4. Syaraf-Syaraf Otak
trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf
pengecap.
C. Klasifikasi
Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam yaitu:
atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh
massa dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat terjadi jika
tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan melukai
durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/tembakan, cedera
kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki abses langsung ke
otak.
kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan tumpah. Cedera kepala
1. Ringan
a. GCS = 13 – 15
menit.
2. Sedang
a. GCS = 9 – 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.
3. Berat
a. GCS = 3 – 8
D. Etiologi
energi diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
otak menyebar, dan hemoragi kecil multiple pada otak. Koma terjadi karena
aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan
objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua
kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala
tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah
secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan
cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera
yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu
yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang
primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena
terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan
terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena
beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan
adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan
laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan
susunan syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya
F. Manifestasi Klinis
1. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan
2. Concussion
cepat
b. Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang
otak bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan
G. Komplikasi
1. Edema pulmonal
(Rosjidi 2007)
2. Peningkatan TIK
mmHg, dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan
darah yang mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. yang
3. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral
dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk mengatasi
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari
merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh
H. Pemeriksaaan Penunjang
prognosis.
patologis.
tulang.
batang otak.
subarachnoid.
11. GDA (Gas Darah Artery). Mengetahui adanya masalah ventilasi atau
I. Penatalaksanaan
untuk menurunkan oedem otak bila terdapat oedem pada gambaran profil CT
Scan pada pasien .Penurunan aktifitas otak juga dibutuhkan dalam prinsip
1. Terapi Farmakologi
cc/jam dengan Cl 50%, asetat 50% target natrium 145-150 dengan monitor
2. Terapi Nutrisi
kurang lebih 15% berat badan tubuh per minggu. Penurunan berat badan
metabolism istirahat dengan 140% kalori/ hari dengan formula berisi protein
> 15% diberikan selama 7 hari. Pilihan enteral feeding dapat mencegah
Pada kejang awal dapat mencegah cedera lebih lanjut, peningkatan TIK,
mual dan muntah, kejang, perdarahan/keluar cairan dari hidung atau telinga,
visus, nadi yang terlalu cepat/terlalu pelan, pola nafas yang abnormal.
a. Risiko ringan : tidak ada gejala nyeri kepala, muntah dan dizziness
trauma
c. Risiko tinggi : nyeri kepala hebat, mual yang menetap dan muntah.
di ICU.
J. Medikasi
3. Pemberian analgetik.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
lunak.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata :
2. Keluhan Utama :
3. Riwayat Kesehatan :
4. Pemeriksaan Fisik
a. Neurologis
1) Tingkat kesadaran
3) Reflex babinski
4) Perubahan TTV
8) Kejang
9) Bila terjadi kerusakan sampai batang otak nervus kranialis I s.d XII
terganggu.
5. Kardiovaskuler
b. Bradikardia, takikardi.
6. Pernapasan
a. Cepat dangkal
c. Ronkhi
d. Wheezing
e. Stidor
7. Eliminasi
a. Retensi/inkontinesia urine/alvi
b. Hiponatremia, hipokalemia
c. Mual muntah
b. Adanya perdarahan
9. Pemeriksaan Psikososial
a. Sinar x cranium
b. CT Scan
c. Angiografi.
B. Diagnosa Keperawatan
oblongata.
C. Intevensi
oblongata.
Intervensi Rasional
Kriteria hasil:
c. Klien kooperatif kembali dan dapat berorientasi pada orang, waktu, dan
tempat
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil:
gerak
Intervensi Rasionalisasi
dilakukan.
bantuan
sederhana
teratur. tromboplebitis.
dn menurunkan resiko
statis.
K. Evaluasi
tempat
gerak
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma kepala terdiri dari trauma kulit kepala, tulang kranial dan otak.
Klasifikasi cedera kepala meliputi trauma kepala tertutup dan trauma kepala
laserasi atau hemorragi. Sedangkan cedera kepala sekunder pada trauma kepala
Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya cedera fokal serta cedera otak
observasi dalam 24 jam, tirah baring, jika pasien muntah harus dipuasakan
terlebih dahulu dan kolaborasi untuk pemberian program terapi serta tindakan
pembedahan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Bare BG. smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Brunner dan Suddarth, (2001). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Ganong W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd ed. Singapore : Mc Graw
Hill. p. 192-201.
Jakarta: EGC.
Wk:Jakarta