You are on page 1of 20

MAKALAH

PERANAN MOTIVASI DALAM KEGIATAN BELAJAR &


PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah Teori Pembelajaran

Dosen : Prof. Dr. C. Asri Budiningsih

Disusun Oleh:
Deby Gemysa Faradiba (NIM.17707251022)
Lukas Gunawan Arga Rakasiwi (NIM.17707251029)
Satrio Dwi Ananda (NIM.17707251035)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan Yang


Maha Kuasa, makalah yang berjudul Peranan Motivasi dalam Kegiatan Belajar &
Pembelajaran ini dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang ditugaskan guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Pembelajaran pada Program Studi
Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah berpartisipasi dalam membantu dan memperlancar pembuatan makalah ini,
diantaranya :

1. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, selaku Pengampu dan Pembimbing pada


mata kuliah Teori Pembelajaran jenjang S2.
2. Seluruh rekan kelas TP-B di Jurusan Teknologi Pembelajaran tahun 2017,
sebagai pemberi masukan dan motivasi selama penulisan berlangsung.
3. Dan semua pihak yang terlibat serta telah banyak membantu dan bekerja
sama selama penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu saja masih jauh dari sempurna seperti
diharapkan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap senatiasa penulis
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bantuan dan
keterlibatan semua pihak menjadi amalan yang bermanfaat dan semoga pula
mendaptkan balasan yang lebih baik disisi Allah SWT akhirnya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat pada diri penulis khususnya dan semua orang pada
umumnya.

Yogyakarta, November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. ............................................................................................................... 6
B. ............................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 33

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yakni pengajaran
dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid. Cara ini
tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak
dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan/perkembangan, serta
pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu
didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian
dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka
pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang
menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru. Banyak para
ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan
perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid.
Murid dapat dipaksa untuk mengikuti sesuaru perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk
menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seorang gurudapat memaksakan bahan
pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar
dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas guru yang paling berat, yakni
bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar
secara kontinu. Oleh karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru
sehingga para siswa mau dan ingin belajar.

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti menggerakkan.
Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985)
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Pengertian ini jelas bernafaskan behaviourisme. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan,
bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan
motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan
merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam
Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan
(Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku
tertentu. Hampir senanda, Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan
keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan
tersebut.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif, menurut
pendangan ini, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya sendiri dan lingkungannya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa percaya bahwa ia
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) Motivasi
dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita
menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain
pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-

5
petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat
kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
Menurut Mc. Donald: motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Maka dapat disimpulkam
bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut.

a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan


dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem
neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam
sistem pencernaan maka timbul motif lapar.

b) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula


merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini
menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga
tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan.

c) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang


bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan.

B. PENGGOLONGAN MOTIVASI

a) Primer dan Sekunder

 Primer

merupakan motif dasar yang bersifat naluriah. Meliputi, dorongan fisiologis


dan dorongan umum serta motif darurat.

 Sekunder

motif yang diisyaratkan secara sosial yang lebih cenderung pada hal-hal di
luar tubuh/berdasarkan pengalaman. Dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat
istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

6
b) Mendekat dan Menjauh

 Mendekat

yaitu motif yang bila berekasi terhadap stimulus yang datang bersifat
mendekati stimulus (stimulus positif). Misalnya anak yang telah mengikuti
pengajian cenderung ingin mengamalkan apa yang telah diperolehnya.

 Menjauh

yaitu motif yang terjadi bila respon terhadap stimulus yang datang sifatnya
menghindari stimulus (stimulus negatif). Misalnya anak yang telah mendapat
penyuluhan tentang bahaya rokok, maka ia cenderung menghindari merokok
karena mengetahui telah tahu dampaknya.

c) Sadar dan Tak Sadar

 Sadar

motif yang muncul dan kita tahu alasannya mengapa kita ingin melakukan
suatu hal tersebut. Contohnya seorang siswa yang hendak melaksanakan
ulangan, mereka belajar dengan keras agar besok bisa mengerjakan ulangan
dengan mudah dan memperoleh hasil yang baik.

 Tak sadar

dorongan yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja dorongan itu muncul
begitu saja dan kita tidak tahu alasannya. Misalnya seorang anak yang tengah
bersepeda di jalan kemudian ada anak lain yang bersepeda mendahuluinya
secara tidak sadar anak tersebut berusaha mengejar untuk menduduki posisi
terdepan padahal itu bukan pertandingan.

d) Biogenetis dan Sosiogenetis

7
 Biogenetis

motif yang berasal dari kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupan nya
secara biologis, bercorak universal dan kurang terikat pada lingkungan
kebudayaan tempat manusia tersebut kebetulan berkembang dan berada.

 Sosiogenetis

motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang itu berada dan berkembang

e) Intrinsik dan Ekstrinsik

 Intrinsik

adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan
dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering disebut motivasi murni. Motivasi
yang sebenarnya timbul dari diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, dan menyenangi kehidupan. Dalam hal
ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan
menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau
hadiah itu.

 Ekstrinsik

adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan
persaingan yang bersifat negatif adalah sarcasm, ridicule, dan hukuman.
Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran
disekolah tidak semuanya menarik minat atau sesuai dengan kebutuhan siswa.

C. PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI

8
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka
mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan
demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan
murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut.

a) Pujian lebih efektif daripada hukuman.

Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat


menghargai apa yang telah dilakukan.

b) Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)


tertentu yang harus mendapat kepuasan.

Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda,


dimana murid dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-
kegiatan belajar yang hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.

c) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang
dipaksakan dari luar.

Sebabnya adalah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan
ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.

d) Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan perlu dilakukan
usaha pemantauan (reinforcement).

e) Motivasi itu mudah menjalar atau tersebuar terhadap orang lain.

Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghailkan murid-murid yang juga
berminat tinggi dan antusias pula.

f) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.

Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka


perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.

g) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih
besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.

9
h) Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan
dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.

i) Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara
minat murid.

j) Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis.

k) Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-murid yang kurang


mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.

Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas di kalangan siswa. Karena itu
guru yang hendak memabangkitkan minat murid-muridnya supaya menyesuaikan
usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.

l) Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

m) Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.

Keadaan emosi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik,
kelakuan yang lebih hebat.

n) Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat
menuju ke demoralisasi.

Karena terlalu sulitnya tugas maka akan menyebabkan murid-murid melakukan hal-
hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung di dalam
dirinya.

o) Setiap murid mempunyai tingkat frustasi toleransi yang berlainan.

p) Tekanan kelompok murid kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan
atau paksaaan dari orang dewasa.

q) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid

Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka
membangkitkan dan memelihara motivasi murid dalam belajar.

10
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur
atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Cita-cita/ aspirasi pembelajar.
b. Kemampuan pembelajar.
c. Kondisi pembelajar.
d. Kondisi lingkungan pembelajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempngaruhi motivasi belajar. Hal ini
dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu
tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. Implikasinya dapat terlihat dalam
proses pembelajaran, misalnya seseorang yang memilikicita-cita menjadi seorang dokter,
maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat untuk sungguh-sungguh belajar, bahkan untuk
menguasailebih sempurna mata pelajaran-mata pelajaran yang berhubungan dengan
kepentingannya untuk menjadi dokter. Begitu juga yang terjadi pada cita-cita yang lainnya.

Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi.


Seperti dapat dipahami bersama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan di bidang tertentu, belum
tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya. Kemampuan pembelajar juga demikian,
korelasinya dengan motivasi akan terlihat ketika si pembelajar mengetahui bahwa
kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk
terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut. Misalnya, ia lebih
mampu di bidang ekonomi maka motivasi untuk menguasai bidang ekonomi akan lebih
besar.

Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat
terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pembelajar. Pada kondisi fisik, hubungannya
dengan motivasi dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang
kelelahan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau
melakukan berbagai aktivitas. Sementara, jika kondisi fisik sehat dan sehat bugar maka akan
cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain kondisi fisik, maka dapat juga diamati dari

11
kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus
misalnya sedang stress maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi
psikologis seseorang dalam keadaan bagus, gembira, atau menyenangkan maka
kecenderungan motivasinya akan tinggi.

Kondisi lingkungan pembelajar sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi, dapat


diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar. Misalnya,
lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunya motivasi
belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini dapat diamati dari lingkungan
sosial yang ada disekitar pembelajar seperti teman sepermainannya, lingkungan keluarganya,
atau teman sekelasnya. Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan
mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi
jika sebaliknya, maka akan berdampak pada meningkatnya motivasi belajar.

Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat diamati pada
sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran,
alat bantu belajar, suasana belajar, dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses
pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi
motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.

E. MOTIVASI DAN KEBUTUHAN


Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang
yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan
ini timbul oleh karena adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan
oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi perubahan tadi
maka begitu timbulnya energy yang mendasari kelakuan kearah tujuan. Jadi, timbulnya
kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.
Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia
senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling
dasar dan secara hierarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini
dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah
tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul
dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang

12
sebagai motivasi aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need.
Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuha manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus
menerus minta untuk dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut
adalah: kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keamanan dan rasa terjamin
(safety or security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan ego (esteem needs) dan
kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut
Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat
menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active
motivator maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada
peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk
meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang
lama kebutuhannya tidak terpenuhi, dapat menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap
destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenunhya benar, bahwa pemenuhan
kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak dapat melakukan aktualisasi diri
sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam praktiknya, tidak sedikit
orang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski
kebutuhan-kebutuhanya belum terpenuhi semua.

Gambar 1. Bagan Teori Kebutuhan Menurut Maslow


13
Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur
fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan
fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain
ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan (Safety)


Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas,
proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan
fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan.
Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah
pertahanan hidup jangka panjang.

Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love)


Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi
bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta.
Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan
cinta karena kekurangan, itulah D-Love; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya,
seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya:
hubungan pacaran, hidup bersama atau pernikahan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan
dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh
daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa
keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak
mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri
dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.

Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)

14
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
 Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
 Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other): kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya
dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.

Kebutuhan Dasar 5 Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri


Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara
maksimal seluruh bakat-kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk
memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi
dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan
bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi
diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang
lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
F. MODEL MOTIVASI ARCS
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun
seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang
disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence
(kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran,
keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktikkan untuk terus dijaga
sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
Attention (perhatian) yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini
muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada,
dan kontradiktif/kompleks. Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan
perhatian, yaitu sebagai berikut.
a. Gunakan metode penyampaian yang bervariasi.
b. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
c. Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran.

15
d. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang
diutarakan.
e. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

Relevance (relevansi), yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi


pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk
menunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari
materi pembelajaran.
b. Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c. Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau
profesi tertentu.

Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan
kepercayaan diri yaitu sebagai berikut.

a. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman


berhasil.
b. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa
tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
c. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk
berhasil.
d. Menggunakan strategi yang memungkinkan control keberhasilan di tangan siswa
e. Tumbuhkembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang
membangun.
f. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh
mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.

Satisfaction (kepuasan) merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan


menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang
serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut.

a. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau
sejenisnya.

16
b. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan/mempraktikan
pengetahuan yang baru dipelajari.
c. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang
belum berhasil.
d. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan standar
tertentu, bukan dengan siswa lain.

G. CARA MENGGERAKKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan


motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut.

1) Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka
yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong
motivasi besar, sebaliknya yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

2) Pujian

Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan
senang.

3) Hadiah

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu. Misalnya
pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat hasil belajar
yang baik.

4) Kerja kelompok

Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota
kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik
kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

17
5) Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada


murid. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak
baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antar kelompok belajar.

6) Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa.

7) Sarkasme

Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang.
Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama
baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa
dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru.

8) Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap
anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Disamping itu,
para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan
dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama.

9) Karyawisata dan ekskursi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan
mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.

10) Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi ceritafilm lebih
menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat
pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

11) Belajar melalui radio

18
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru.
Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid.
Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru
dalam mengajar.

H. PERAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dalam proses pembelajaran, selain kajian teori belajar dan teori pembelajaran, ada hal
lain yang juga penting untuk dikaji korelasinya dengan proses belajar dan pembelajaran,
yaitu berkenaan dengan motivasi. Bagaimana peran motivasi dalam belajar dan
pembelajaran.
Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama,
motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi
memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam
belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energy yang banyak
untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan, bahwa motivasi
merupakan faktor yang banyak memberikan pengeruh terhadap proses dan hasil belajar.
Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc. Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner
(1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi
dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan oleh Fyans dan Maerh (1987), bahwa di antara tiga
faktor, yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor
yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk
(1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20%
terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa
kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi
berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi
belajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Eveline Siregar. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syamsu Yusuf. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA.

20

You might also like