Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah Teori Pembelajaran
Disusun Oleh:
Deby Gemysa Faradiba (NIM.17707251022)
Lukas Gunawan Arga Rakasiwi (NIM.17707251029)
Satrio Dwi Ananda (NIM.17707251035)
1
KATA PENGANTAR
Dalam pembuatan makalah ini, tentu saja masih jauh dari sempurna seperti
diharapkan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap senatiasa penulis
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bantuan dan
keterlibatan semua pihak menjadi amalan yang bermanfaat dan semoga pula
mendaptkan balasan yang lebih baik disisi Allah SWT akhirnya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat pada diri penulis khususnya dan semua orang pada
umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. ............................................................................................................... 6
B. ............................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yakni pengajaran
dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid. Cara ini
tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak
dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan/perkembangan, serta
pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu
didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian
dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka
pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang
menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru. Banyak para
ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan
perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid.
Murid dapat dipaksa untuk mengikuti sesuaru perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk
menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seorang gurudapat memaksakan bahan
pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar
dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas guru yang paling berat, yakni
bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar
secara kontinu. Oleh karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru
sehingga para siswa mau dan ingin belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti menggerakkan.
Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985)
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Pengertian ini jelas bernafaskan behaviourisme. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan,
bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan
motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan
merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam
Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan
(Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku
tertentu. Hampir senanda, Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan
keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan
tersebut.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif, menurut
pendangan ini, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya sendiri dan lingkungannya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa percaya bahwa ia
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) Motivasi
dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita
menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain
pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-
5
petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat
kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
Menurut Mc. Donald: motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Maka dapat disimpulkam
bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut.
B. PENGGOLONGAN MOTIVASI
Primer
Sekunder
motif yang diisyaratkan secara sosial yang lebih cenderung pada hal-hal di
luar tubuh/berdasarkan pengalaman. Dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat
istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
6
b) Mendekat dan Menjauh
Mendekat
yaitu motif yang bila berekasi terhadap stimulus yang datang bersifat
mendekati stimulus (stimulus positif). Misalnya anak yang telah mengikuti
pengajian cenderung ingin mengamalkan apa yang telah diperolehnya.
Menjauh
yaitu motif yang terjadi bila respon terhadap stimulus yang datang sifatnya
menghindari stimulus (stimulus negatif). Misalnya anak yang telah mendapat
penyuluhan tentang bahaya rokok, maka ia cenderung menghindari merokok
karena mengetahui telah tahu dampaknya.
Sadar
motif yang muncul dan kita tahu alasannya mengapa kita ingin melakukan
suatu hal tersebut. Contohnya seorang siswa yang hendak melaksanakan
ulangan, mereka belajar dengan keras agar besok bisa mengerjakan ulangan
dengan mudah dan memperoleh hasil yang baik.
Tak sadar
dorongan yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja dorongan itu muncul
begitu saja dan kita tidak tahu alasannya. Misalnya seorang anak yang tengah
bersepeda di jalan kemudian ada anak lain yang bersepeda mendahuluinya
secara tidak sadar anak tersebut berusaha mengejar untuk menduduki posisi
terdepan padahal itu bukan pertandingan.
7
Biogenetis
motif yang berasal dari kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupan nya
secara biologis, bercorak universal dan kurang terikat pada lingkungan
kebudayaan tempat manusia tersebut kebetulan berkembang dan berada.
Sosiogenetis
motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang itu berada dan berkembang
Intrinsik
adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan
dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering disebut motivasi murni. Motivasi
yang sebenarnya timbul dari diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, dan menyenangi kehidupan. Dalam hal
ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan
menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau
hadiah itu.
Ekstrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan
persaingan yang bersifat negatif adalah sarcasm, ridicule, dan hukuman.
Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran
disekolah tidak semuanya menarik minat atau sesuai dengan kebutuhan siswa.
C. PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI
8
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka
mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan
demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan
murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut.
c) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang
dipaksakan dari luar.
Sebabnya adalah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan
ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d) Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan perlu dilakukan
usaha pemantauan (reinforcement).
Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghailkan murid-murid yang juga
berminat tinggi dan antusias pula.
g) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih
besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
9
h) Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan
dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
i) Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara
minat murid.
j) Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis.
Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas di kalangan siswa. Karena itu
guru yang hendak memabangkitkan minat murid-muridnya supaya menyesuaikan
usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.
m) Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.
Keadaan emosi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik,
kelakuan yang lebih hebat.
n) Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat
menuju ke demoralisasi.
Karena terlalu sulitnya tugas maka akan menyebabkan murid-murid melakukan hal-
hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung di dalam
dirinya.
p) Tekanan kelompok murid kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan
atau paksaaan dari orang dewasa.
Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka
membangkitkan dan memelihara motivasi murid dalam belajar.
10
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur
atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Cita-cita/ aspirasi pembelajar.
b. Kemampuan pembelajar.
c. Kondisi pembelajar.
d. Kondisi lingkungan pembelajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempngaruhi motivasi belajar. Hal ini
dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu
tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. Implikasinya dapat terlihat dalam
proses pembelajaran, misalnya seseorang yang memilikicita-cita menjadi seorang dokter,
maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat untuk sungguh-sungguh belajar, bahkan untuk
menguasailebih sempurna mata pelajaran-mata pelajaran yang berhubungan dengan
kepentingannya untuk menjadi dokter. Begitu juga yang terjadi pada cita-cita yang lainnya.
Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat
terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pembelajar. Pada kondisi fisik, hubungannya
dengan motivasi dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang
kelelahan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau
melakukan berbagai aktivitas. Sementara, jika kondisi fisik sehat dan sehat bugar maka akan
cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain kondisi fisik, maka dapat juga diamati dari
11
kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus
misalnya sedang stress maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi
psikologis seseorang dalam keadaan bagus, gembira, atau menyenangkan maka
kecenderungan motivasinya akan tinggi.
Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat diamati pada
sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran,
alat bantu belajar, suasana belajar, dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses
pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi
motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.
12
sebagai motivasi aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need.
Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuha manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus
menerus minta untuk dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut
adalah: kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keamanan dan rasa terjamin
(safety or security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan ego (esteem needs) dan
kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut
Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat
menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active
motivator maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada
peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk
meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang
lama kebutuhannya tidak terpenuhi, dapat menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap
destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenunhya benar, bahwa pemenuhan
kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak dapat melakukan aktualisasi diri
sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam praktiknya, tidak sedikit
orang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski
kebutuhan-kebutuhanya belum terpenuhi semua.
14
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other): kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya
dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
15
d. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang
diutarakan.
e. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
a. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari
materi pembelajaran.
b. Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c. Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau
profesi tertentu.
Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan
kepercayaan diri yaitu sebagai berikut.
a. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau
sejenisnya.
16
b. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan/mempraktikan
pengetahuan yang baru dipelajari.
c. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang
belum berhasil.
d. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan standar
tertentu, bukan dengan siswa lain.
1) Memberi angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka
yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong
motivasi besar, sebaliknya yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
2) Pujian
Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan
senang.
3) Hadiah
Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu. Misalnya
pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat hasil belajar
yang baik.
4) Kerja kelompok
Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota
kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik
kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
17
5) Persaingan
7) Sarkasme
Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang.
Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama
baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa
dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru.
8) Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap
anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Disamping itu,
para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan
dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama.
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan
mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi ceritafilm lebih
menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat
pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.
18
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru.
Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid.
Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru
dalam mengajar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Eveline Siregar. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syamsu Yusuf. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA.
20