You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS

MAKALAH

oleh
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah dengan dosen
pengampu Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh :
Istna Abidah Mardiyah
NIM 152310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Hernia Nukleous Pulposus”. Makalah ini disusun berdasarkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.

Penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karenaitu,penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen mata kuliah keperawatan


Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
2. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, Mei 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PRAKATA ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Pengertian ....................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi .................................................................................... 5
2.3 Etiologi ............................................................................................. 6
2.4 Klasifikasi ........................................................................................ 7
2.5 Phatogenesis ..................................................................................... 8
2.6 Phatofisiologi ................................................................................... 9
2.7 Manifestasi klinis............................................................................. 9
2.8 Pemeriksaan penunjang ................................................................. 10
2.9 Penatalaksanaan medis ................................................................... 10
BAB 3.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................... 11
3.1 Pengkajian ....................................................................................... 11
3.2 Diagnosis .......................................................................................... 12
3.3 Intervensi ......................................................................................... 15
3.4 Implementasi ................................................................................... 16
3.5 Evaluasi ............................................................................................ 17
BAB 4.PENUTUP ........................................................................................... 18
4.1 Simpulan ......................................................................................... 18
4.2 Saran ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini
banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada
wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP
torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanitadan pria sama.
Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi padadiskus
L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.HNP
servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada
daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat
jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-
T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih
kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengankompresi radiks saraf.Nyeri pungung bawah merupakan suatu
keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu
penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus
(HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung
bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.

Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur
dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami
paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi
nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan
penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan
bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri
ditangani.

Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang

1
tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi
daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan
jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai
sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian hernia nukleous pulposus ?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi hernia nukleous pulposus ?
1.2.3 Bagaimana etiologi dari hernia nukleous pulposus ?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi hernia nukleous pulposus ?
1.2.5 Bagaimana pathogenesis hernia nukleous pulposus ?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi hernia nukleous pulposus ?
1.2.7 Bagaimana manifestasi klinis hernia nukleous pulposus ?
1.2.8 Bagaimana pemeriksaan penunjang hernia nukleous pulposus ?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanakan medis hernia nukleous pulposus ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hernia


nukleous pulposus.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui konsep dasar teoritis Hernia nukleous pulposus dan untuk
mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia nukleous
pulposus, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis


dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan
penekanan pada radiks atau cauda equina (2014). Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi
annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain
Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc dan
sebagainya. HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri
punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material
yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola
dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus
pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke
arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian
para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan
akibat dari kanalis spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan
biasanya menyebabkan nyeri pada punggung.

2.2 Epidemiologi

Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini
banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada
wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Nyeri
penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak
satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi

3
nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian
pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa
kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.

HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada
wanitadan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar
HNP terjadi padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20%
dari insiden HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5.
Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal
namun sangat jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus
T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengankompresi radiks saraf.

2.3 Etiologi

HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis


dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi.
Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang
berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal
yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
Menurut ana 2014, etiologi dari hernia nukleous pulposus disebabkan karena :
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari
nucleus hingga annulus.
6. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi spinal ini
akan menyebabkan nyeri punggung.
7. Degenerasi pada tulang belakang normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma.
8. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stress.
9. Pengalaman masing-masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda.

4
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena
proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yangmempengaruhi terjadinya
HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalamwaktu lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.

2.4.2 Hernia Servikalis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-

5
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.

2.4.3 Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat
yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.

2.5 Patogenesis

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar
syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1. Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus
disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar
cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus
dengan stres yang relatif kecil.

2.6 Patofisiologi/patolog

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan


degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam

6
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada
kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun
tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus


menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi
di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah
terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga
dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

7
Pathway

Aliran darah ke Beban berat Penyempitan


discus menurun ligament
longitudinalis

Discus tidak kuat menahan beban

Discus menjadi rapuh dan terus tertekan

Annulus fibrosus keluar

Menekan radiks

Gangguan Kontraksi Otot

Nyeri

2.7 Manifestasi Klinis

Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. Nyeri mulai dari pantat,
menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. Nyeri bertambah apabila
mengejan, batuk, dan angkat beban berat. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5
sampai Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).

1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai.
3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.

8
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai Sacrum 1 (garis antara 2
krista iliaka).
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis
akibat spasme otot paravertebral. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila
vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi
tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila vertebra dan level neurologis belum jelas.
1. Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit.
2. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal
pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya
penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
3. ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang
terkena.
4. CT Scan : melihat gambaran vertebra.
3. Penatalaksanakan Medis

Terapi konservatif

Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakain pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan
ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring

9
dianggap cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

Medikamentosa

Symtomatik :Analgesik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,


prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan
trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepolsid). Kausal :
Kolagenese.

Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.

Rehabilitasi

Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula. Agar tidak menggantungkan


diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Klien tidak mengalami
komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya.

10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas

HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).

b. Keluhan Utama (Lihat Gejala)

Pengaruh posisi tubu atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat yang sedang diminum. Waktu: Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan
atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.

c. Riwayat Keperawatan

Klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma


multipleks), metabolik (osteoporosis). Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks
kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.

d. Status mental

Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak


pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijaksana bila kita menanyakan kemungkinan
adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stress).

3.1.1 Pemeriksaan fisik


a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum : Tanda-tanda vital, pemeriksaan
jantung, paru-paru, perut.
 Inspeksi : Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi
dan gerakan untuk evalusi neurologik.
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau
pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.

11
 Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak
 Klien dapat mengenakan pakaian secara wajar/tidak.
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,perubahan
warnakulit.
 Neurologik
b. Pemeriksaan motorik
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
c. Pemeriksaan ROM

Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

d. Pemeriksaan penunjang

Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras
melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui
adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena. CT Scan :
melihat gambaran vertebra.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Data Subjektif Data Objektif


1. Nyeri b.d Penjepitan Klien mengeluh : Klien tampak :
saraf pada diskus nyeri, insomnia, perubahan Ekspresi wajah tampak
intervertebralis. pola tidur. nyeri,pucat,gelisah,perilak

12
u terarah/hati-hati.
2. Cemas b.d gangguan Klien mengeluh : Klien tampak :
berulang dengan nyeri lelah, takut, tidak berdaya. tegang, tidak mampu
terus menerus. memecahkan masalah.

3. Perubahaan mobilitas Klien mengeluh : Klien tampak :


fisik b.d tidak mampu melakukan Tremor, berkurangnya
Hemiparese/hemiplagia ADL, otot menjadi spasme pergerakan, bradikinensia,
. dan kaku. gangguan gaya berjalan,
rigiditas.

Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri b.d Penjepitan Setelah diberikan tindakan Menejemen nyeri
saraf pada diskus keperawatan 1 x 24 jam nyeri  Identifikasi klien dalam
intervertebralis. klien dapat teratasi. Dengan membantu
kriteria hasil : menghilangkan rasa
1. Mengatakan tidak terasa nyerinya
nyeri  Berikan informasi
2. Lokasi nyeri minimal tentang penyebab dan
3. Keparahan nyeri cara mengatasinya
berskala 0  Tindakan penghilangan
4. Indikator nyeri verbal rasa nyeri noninvasif
dan nonverbal (tidak dan nonfarmakologis
menyeringai). posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan
relaksasi.
 Terapi analgestik

Ansietas b.d gangguan Setelah diberikan tindakan Mengurangi kecemasan


berulang dengan nyeri keperawatan 1 x 24 jam klien  Kaji tingkat ansietas

13
terus menerus. tidak merasa cemas, dengan pasien
kriteria hasil :  Berikan informasi yang
1. Klien mampu akurat dan jawab
mengungkapkan dengan jujur
ketakutan/kekuatirannya.  Berikan support system
2. Respon klien tampak (perawat, keluarga atau
tersenyum. teman dekat dan
3. Tampak rileks pendekatan spiritual)
 Berikan informasi
mengenai klien yang
juga pernah mengalami
gangguan seperti yang
dialamu klien dan
menjalani operasi.

14
Perubahan mobilitas Setelah diberikan tindakan Mobilisasi fisik
 Ubah posisi klien tiap 2
fisik b.d keperawatan 2 x 24 jam
jam
Hemiparese/hemiplagia diharapkan mobilitas fisik
 Ajarkan klien untuk
. klien dapat meningkat, dengan
melakukan latihan
kriteria hasil :.
gerak aktif pada
1. Mendemonstrasi perilaku
ekstremitas yang tidak
yang baik.
sakit
2. Mempertahankan atau
 Ajarkan klien utnuk
meningkatkan kekuatan
melakukan latihan
dan fungsi bagian tubuh
gerak aktif pada
yang sakit dan/atau
ekstremitas yang tidak
kompensasi.
sakit
3. Tidak terjadi kontraktur
 Kolaborasi dengan ahli
sendi.
fisioterapi

3.4 Implementasi

Diagnosa Implementasi
Nyeri b.d Penjepitan Menejemen nyeri
saraf pada diskus  Mengidentifikasi klien dalam membantu menghilangkan
intervertebralis. rasa nyerinya
 Memberikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya
 Memberikan tindakan penghilangan rasa nyeri
noninvasif dan nonfarmakologis posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan relaksasi.
 Memberikan terapi analgestik

15
Ansietas b.d gangguan Mengurangi kecemasan
berulang dengan nyeri  Mengkaji tingkat ansietas pasien
terus menerus.  Memberikan informasi yang akurat dan jawab dengan
jujur
 Memberikan support system (perawat, keluarga atau
teman dekat dan pendekatan spiritual)
 Memberikan informasi mengenai klien yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang dialamu klien dan
menjalani operasi
Perubahan mobilitas Mobilisasi fisik
 Mengubah posisi klien tiap 2 jam
fisik b.d
 Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif
Hemiparese/hemiplagia
pada ekstremitas yang tidak sakit
 Mengajarkan klien utnuk melakukan latihan gerak aktif
pada ekstremitas yang tidak sakit
 Borkolaborasi dengan ahli fisioterapi

3.1 Evaluasi
Data Evaluasi
Nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : Ekspresi wajah tenang
A : Nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi

Ansietas S : Klien mengatakan sudah tidak cemas


O : ekspresi wajah tenang
A : ansietas klien sudah teratasi
P : lanjutkan intervensi
Mobilitas fisik S : klien mengatakan susah untuk bergerak
O : klien hanya diam di tempat tidur
A : masalah belum teratasi teratasi
P : melanjutkan intervensi mobilisasi fisik

16
17
BAB 4. PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan makalah diatas di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


Hernia Nukleus Pulposus adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik
dikolumna vertebralis pada disus intervertebralis atau diskogeni. Biasanya terasa pada
punggung bagian belakag nyerinya tersebut. Klien yang mengalami HNP dapat
mengalami gangguan mobilitas fisik dikarenakan terasa nyeri di bagian punggung
belakang klien. Hernia Nukleus Pulposus adalah keadaan dimana nukleus pulposus
keluar menonjol dan menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek. Penyebab utama dari HNP adalah adanya beban berat yang menumpu di
punggung sehinggan dapat memberikan tekanan pada kanal spinal sehingga
menyebabkan robekan pada fibrosis. Hernia Nnukleous pulposus kebanyakan terjadi
pada klien dengan pekerja berat seperti mengguluk, memikul dan lain-lain.

4. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran untuk klien dalam


upaya pencegahan HNP. Upaya pencegahan hernia nukleous pulposus dapat dilakukan
dengan menjaga pola hidup sehat dan menjaga pola makan seiring dengan pertambahan
usia. Seiring dengan bertambahnya usia, fibrosa akan semakin menipis sehingga mudah
robek. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama saat bekerja, diharapkan klien
mengatur posisi yang tepat saat duduk maupun mengangkat beban, sehingga tumpuan
beban berada pada satu titik yaitu di kaki tidak di punggung. Hal tersebut dapat
mencegah terjadinya hernia nukleous pulposus.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.

Pierce,A,.Grace,.Neil R. Borley,.2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : EGC

Tambayong, Jan,2000.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Sabiston, & David. 2000. Buku Teks Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT
15.EGC.Jakarta.

You might also like