You are on page 1of 179

HUBUNGAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PAVILIUN


PANGERAN CAKRABUANA RSUD GUNUNG JATI

TAHUN 2013

SKRIPSI

Dtajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi iimu Keperawatan
Sekolah Tinggi Iimu Kesehatan Kuningan

Nama : Suwardi
IN1M :
CKRO110057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Implementasi Komunikasi Terapeutik Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Di Paviliun Pangeran Cakrabuana


RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2013

Penyusun : Suwardi

NPM : CKRO110057

Kuningan, Nopember 2013

Mengesahkan

Pembimbing I

lasan Sadeli, S.Kp., MARS


HP:19661020198703 1006

H. Yayan Mulyana, S.Kep., Ners


NIP: 197404171995031001
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PAVILIUN
PANGERAN CAKRABUANA RSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
TAHUN 2013

Skripsi ini telah di Ujikan Oleh Tim Penguji

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


Pada Tanggal 19 Nopember 2013

Penguji I Penguji II

Ns. H>¥ayan Mulyana, S.Kep


H. Hasan Sadeli. S.Kp., NIP:197404171995031001
.*. H. Uieng, S.KeU, M.Kes
MARS P:
196610201987031006
:\ 196502051984121001
Mengetahui,

NIK. 730917.200701.001

Ketua STIKes Kuningan t


^ 7
Ketua Program Studi S1 NIK. 83 102.200904.024
liny* K&perawatan

1!
PERNYATAAN ORISINTLITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Suwardi

NPM :CKR0110057

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan

duplikasi atau hasil karya dari orang lain. Karya tulis ilmiah ini adalah murni

gagasan, rumusan, dan penelitian sendiri dengan bimbingan dan arahan dari tim

pembimbing.

Pemyataanini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila di masa yang

akan datang terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di

Perguruan Tinggi ini.

Cirebon, Nopember 2013

Yang Membuat Pemyataan

Suwardi

ill
LEMBAK PEKSEMBAHAhJ

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitujuga hidup takkan indah
tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya
hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus

memerlukan pengorbanan.

(Ayah dan Ibu tercinta) yang selalu memanjatkan doa kepada putramu tercinta
dalam setiap sujudnya. Doa nya tiada akan tergantikan dengan apapun

Ike Rosdiana istriku tersayang dan buah hatiku Raka Nat a Wardana

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat

suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,

untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, karena tragedi

terbesar dalam hidup bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah

bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinyajuga harus diimbangi dengan tindakan

nyata, agar mimpi danjuga angan, tidak hanya menjadi sebuah bayangan semu.

Hanya ini yang bisa kuucapkan


Terima kasih untuk semuanya

Penults
IV
NURSING SCIENCE PROGRAM KUNEVGAN
COLLEGE HEALTH SCIENCE

2013

ABSTRACT

Suwardi

The Relationship of the Implementation of Therapeutic Communication


With Patient Satisfaction In Paviliun Pangeran Cakrabuana Gunung Jati
Hospital at Cirebon City by 2013

xvi + 92 pages + 10 tables + 2 picture + 12 appendix

One of the factors that influence patient satisfaction with nursing care is
therapeutic communication, consciously planned, purposeful, and its activities are
focused on the patient's recovery. Patient satisfaction is achieved if the
implementation of therapeutic communication in line with expectations, the
customer will be satisfied, whereas when performance exceeds customer
expectations will be very satisfied.

This type of research is analytic research with cross sectional design.


Primary data obtained through questionnaires by inpatients Pavilliun Pangeran
Cakrabuana I, II, and III. Statistical analysis using univariate and bivariate Chi-
square (X2) test to determine the relationship of the implementation of therapeutic
communication with patients' satisfaction.

The results showed the majority of respondents (55%) believes the


implementation phase of therapeutic communication orientation / introduction
(55%) and stage work (63.3%) in the good enough category, nearly half of
respondents believe the implementation of therapeutic communication termination
phase (38.3%) in good category, (56.7%) respondent feel very satisfied with the
implementation of therapeutic communication. Statistical tests found a significant
relationship exists between the implementation of therapeutic communication on
stage orientation, the work phase, and termination phase of the level of patient
satisfaction in Paviliun Pangeran Cakrabuana with p value= 0.008 (p < 0.05).

Advised the nurses to constantly improve their knowledge and skills in


therapeutic communication, the hospital management in order to maintain the
quality of therapeutic communication through SOP socialization, internal training
(in house training), and improving other factors that can support the level of
satisfaction patients, can be used as a reference and source of reference for further
research on the factors supporting the level of patient satisfaction.

Key words : therapeutic communication, satisfaction level's, patients


Bibliography: 64 (2000-2012)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TEVGGIILMU KESEHATAN KUNINGAN

2013

ABSTRAK

Suwardi

Hubungan Implementasi Kotnunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan


Pasien Di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Guaung Jati Kota Cirebon
Tahun 2013

xvi + 92 halaman + 10 tabel + 2 gambar + 12 Lampiran

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien terhadap


pelayanan keperawatan adalah komunikasi terapeutik, yang direncanakan secara
sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Kepuasan pasien dicapai jika pelaksanaan komunikasi terapeutik sesuai dengan
harapan, maka pelanggan akan puas, sedangkan bila kinerja melebihi harapan
pelanggan akan sangat puas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan


rancangan cross sectional. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh
pasien rawat inap Pavilliun Pangeran Cakrabuana I, II, dan III. Analisis statistik
secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-square (X2) untuk mengetahui
hubungan implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (55%)


berpendapat implementasi komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan
(55%) dan tahap kerja (63,3%) dalam kategori cukup baik, hampir setengah
responden berpendapat implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi
(38,3%) dalam kategori baik, (56,7%) meraskan sangat puas terhadap
implementasi komunikasi terapeutik. Uji statistik didapatkan terdapat hubungan
signifikan antara implementasi komuni kasi terapeutik pada tahap
orientasi/perkenalan, tahap kerja, dan tahap terminasi terhadap tingkat kepuasan
pasien rawat inap di Pavilliun Pangeran Cakrabuana dengan nilai p=0,008 (p
<0,05).

Disarankan kepada perawat untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan dalam berkomunikasi secara terapeutik, manajemen rumah sakit
agar dapat mempertahankan kualitas komunikasi terapeutik melalui sosialisasi
SOP, pelatihan internal (in house training), dan peningkatan faktor-faktor lain
yang dapat menunjang tingkat kepuasan pasien, dapat dijadikan acuan dan sumber
referensi guna penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor penunjang tingkat
kepuasaan pasien.

Kata kunci : komunikasi terapeutik, tingkat kepuasan, pasien


Daftar Pustaka: 64 (2000-2012)

VI
KATA PENGANTAJR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

" Hubungan Implementasi Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan

Pasien Di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun

2013." Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi

Umum Kesehatan (STIKes) Kuningan.

Skripsi ini dapat diselesaikan bukan semata-mata kemampuan penulis

sendiri, melainkan berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak,

baik secara moral maupun materil, untuk itu, perkenankanlah penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO selaku ketua YPBHK.

2. Bapak Drg. Heru Purwanto, MARS selaku Direktur RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon.

3. Bapak Asep Sufyan, S.Ked selaku ketua STIKes Kuningan.

4. Bapak Heri Hermansyah, S.Kep, Ners selaku Ketua Program Studi

Keperawatan.

5. Bapak H. Hasan Sadeli, S.Kp, MARS selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.

VI1
6. Bapak H. Yayan Mulyana, S.Kep, Ners selaku pembimbing II yang

memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Abdal Rohim, S.Kp, M.H.Kes selaku dosen wali mahasiswa STIKKU

kelas transfer RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

8. Bapak H. Ujeng, S.Kep, Ners, M.Kes selaku penanggung jawab mahasiswa

kelas transfer RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

9. Staf Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam mencari buku sumber

untuk penulisan skripsi.

Akhirnya semoga bimbingan dan bantuan yang diberikan dicatat sebagai

amal baik oleh Allah SWT. Segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini

semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, untuk itu

dengan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempumaan karya tulis yang akan datang.

Cirebon, Nopember 2013

Penulis

via
DAFTAR ISI

Halaman

Cover

Lembar Pengesahan ............................................................................................. i

Lembar Pernyataaa .......................................................................................... iii

Lembar Persembahan ....................................................................................... iv

Abstrak Babasa Iaggris ..................................................................................... v

Abstrak Bahasa Indonesia ...............................................................................vi

Kata Pengantar ................................................................................................vii

Daftar Isi ........................................................................................................... ix

Daftar Tabe! ..................................................................................................... xiii

Daftar Bagan .....................................................................................................xv

Daftar Lampiran ......................................................................................... ....xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 7

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis .................................................................. 8

1.4.2 Secara Praktis ................................................................... 9

BAB n TINJAUAN TEORITIS


2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian ....................................................................... 10

ix
2.1.2 Komponen Komunikasi .................................................. 11

2.1.3 Tujuan Komunikasi ........................................................ 11

2.1.4 Fungsi Komunikasi ........................................................ 11

2.1.5 Jenis-jenis Komunikasi .................................................. 13

2.1.6 Metode Komunikasi ....................................................... 14

2.2 Komunikasi Terapeutik

2.2.1 Pengertian ....................................................................... 15

2.2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik ..................................... 15

2.2.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik ................................... 16

2.2.4 Syarat-syarat Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik ....... 16

2.2.5 Karakteristik Perawat Dalam Pelaksanaan .................... 17

2.2.6 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik .......................... 20

2.2.7 Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik .............................. 26

2.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi ........... 26

2.2.9 Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik ...................... 34

2.3 Kepuasan Pasien ......................................................................... 36

2.3.1 Pengertian ....................................................................... 36

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan ............... 37

2.3.3 Pengukuran Tingkat Kepuasan ...................................... 38

2.3.4 Manfaat Pengukuran Kepuasan .....................................40

2.3.5 Klasifikasi Kepuasan ...................................................... 43

2.4 Kerangka Teori ........................................................................... 45


BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 47

3.2 Definisi Operasional ................................................................. 49

3.3 Hipotesis ..................................................................................... 50

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian dan Rancangan ................................................. 51

4.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 51

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi .......................................................................... 52

4.3.2 Sampel ............................................................................ 52

4.4 Instrumen Penelitian ................................................................... 54

4.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 56

4.5.1 Sifat dan Sumber Data ................................................... 56

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Data ...................................... 58

4.6 Analisis Data .............................................................................. 62

4.6.1 Analisis Univariat ......................................................... 62

4.6.2 Analisis Bivariat ............................................................ 63

4.7 Etika Penelitian ......................................................................... 65

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 66

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 67

5.2 Pembahasan ................................................................................. 76

5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 89


XI
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan .............................................................................. 90

6.2 Saran .................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 93

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. 97

xn
DAFTAR TABEL

Halaman

Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................ 56


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi
Tabel 5.1 Terapeutik Di Pavilliun Pangeran Cakrabuana
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2013
(n=60) ......................................................................................... 67

Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Tabel 5.2 Terapeutik Tahap Orientasi/Perkenalan Di
Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung
Jati Kota Cirebon Tahun 2013 (n=60) ....................................... 6S

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Tahap Kerja Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon .69
Tahun 2013 (n=60)....................................................

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Tahap Terminasi Di Pavilliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota .70
Cirebon Tahun 2013 (n=60) ......................................

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien Di


Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung .71
Jati Kota Cirebon Tahun 2013 (n=60) ......................

Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Tahap Orientasi/
Perkenalan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di
Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung .72
Jati Kota Cirebon Tahun 2013 (n=60) ......................

Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Tahap Kerja Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon .73
Tahun 2013 (n=60) ....................................................

xni
Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi
Komunikasi Terapeutik Tahap Terminasi
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota .74
Cirebon Tahun 2013 (n=60)......................................

Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon .75
Tahun 2013 (n=60) ...................................................

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar2.1 Kerangka Teori Penelitian ...


......46
Gam bar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
..... 48

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ........................................................................ xvii

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ...................................................................xviii

Lampiran 3 Surat Balasan dari tempat penelitian ......................................... xxii

Lampiran 4 inform consent ........................................................................... xxvi

Lampiran 5 Lembar Kuesioner .................................................................. xxvii

Lampiran 6 Proses Uji Coba Rekapitulasi ....................................................xxxi

Lampiran 7 Hasil Uji Coba Kuesioner .......................................................xxxiii

Lampiran 8 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner ................................................ xu

Lampiran 9 Hasil Uji Jawaban Kuesioner .................................................. xiix

Lampiran 10 Kartu Bimbingan Skripsi ..........................................................Lxiii

Lampiran 11 Lembar Konsultasi ....................................................................Lxiv

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup ..............................................................Lxvii


xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan di rumah sakit, menuntut adanya peningkatan

kualitas serta profesionalisme sumber daya manusia kesehatan termasuk di

dalamnya sumber daya manusia keperawatan. Pelayanan kesehatan di rumah

sakit bukan hanya untuk individu/pasien, tetapi juga berkembang untuk

keluarga pasien dan masyarakat umum, dengan fokus perhatian kepada

pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari

keluarga/klien (Muninjaya, 2004).

Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit yang

menghadapi klien selatna 24 jam selama terus menerus selama menjalani

perawatan dalam upaya membantu mengatasi masalah klien dalam aspek

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang diberikan oleh dalam bentuk

asuhan keperawatan (Nurachmah, 2007), sehingga dapat dikatakan bahwa

pelayanan keperawatan merupakan menjadi salah satu faktor yang berperan

dalam menentukan kepuasan pasien (Muninjaya, 2004).

Perawat sebagai tenaga profesional yang memberikan asuhan

keperawatan komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan

dasar yang holistik, diharapkan memiliki ketrampilan dalam mengklarifikasi

nilai, konseling, dan komunikasi (Hamid, 2000).


UBp usisBd B>|jp>{ SunsSuBjasq ^ijnadBJSj SinjBd isB>jiiinuio;)j -S UB X

isB^mnuicq qBjBpB ^jpnadBjaj isBJjmnujoi] nji EusiB^ qajo 'is >jrt)un

jjijissds § UB X qBJB nB}B irenfnj BpBd ITJIB X ' JBISOS isB5(iunai05i unp

spsqasq ^jp

'(8003 '! J 9 M !in) 5|ijn3dBJ3} is^iunuio^ isBjusiuaiduii I SB SI J B SJ

i§UBjBq§u3ui S UB X si§o{O>jisd uBjBquiBq ISBIB S USUI UBp 'qeqnip jedgp >jBpij

njBn s s s U B§ u sp u B jjiB n s a Xu a u i ' U I B | S U B J O UB §u a p s iu ou us q d np iq

BJBjusmss ssans I SBJB S USI U uaissd njuBquiatu JI PJBJSJUT sasojd injBpuj

SBJB § U 31 U uiBjBp usiSBd njUBqujgui UBp Bipssjaj 3we/L jsqiuns

UB5jBUn§oU9UI UBoUSp IB.WBiSJ '(lOOZ^^^W6^) UJ^I §UBJO BpBd

irep
SUBX qnqru BSBqBq usp BIB?J-BJB?{ UB>{Bun§§u3iu UBSusp f

S UB X iSB3flunuio?j BJBO uBSuap jpjsp iSB

(Z.003 'uaapuns puB

[Biuijdo S UB K UB}Bq3S35} }B>j3ui} uiBjBp U3i[>{ tD(B[iJ3d qBqnSustu

JBA\BJ3d9>J S3S0jd UB^BUBS^BJSUI UJBJBp [ Jd

JB S UBS ipBfuaiu ]SB>|iunuio^ 'uBjBMBjads^ issjojd •jnfuB[ qiqa]

iSB5}iunuiO5j qBjBjdiojsj BSSuiqas JOjB^iunuio^ uBduin uBijusqmaui jsdBp

uB^uaqiuaui B§nf uB^iunuio^ nji uiB[as 'B UBSsd dBpBqjaj }Bqi>jB nBjB

^jajs jnqiui} BSSuiqss UB5[iunuio>j irqB]3ui nB}B Suns§UBj BJBOSS >]iBq

uBsad UBJjiBduiBXuaui

UIBJBp
cJOlB>[TUnUIO^
UBp BipaiU 'UBSSd 'UB>I]UnUIO5( 'tt(JBX ISB^I

U9UOduiO>J BUIIJ UB5|BJB§U31U (9Q0Z) jUB/Ong UlBjBp


]\sm\ uvr>0uep3s 'SUUIBUJSS ]PBUF> J \IQ jssnj umuin JPPS HBiurr^ JBJTUBQ

ip usissd UBSBndgjj ;s>jSinj UB§usp >jpn3dt3J3} isB^ranuico

UB ^ IU S IS SireX ire§unqnq jed^pjaj Bdrusq uepijauad ( TSBI | ireSusp

(6003)

'(6003 ^P -ns

jmfep SireX uaissd UBSBndjppip^ BpBda^j jBqpfBJsq }BdBp saiausui sruaj

tpBpai an jBq K>pf M}J3§u3uijp jafep ^{Bpij UB>jiBdu]BSip SUBX uBSsd

BSSinqas 'epsqjsq SUBA isda&isd miare}} ire^qBqasip j»fep IUI pq 'Burusjip

SUBX iresad UB5JJTSJBU3UI

usised

uep ruuBquisui UF>{B


'is>jB9j3q iSBjpunuioij

usp ]SB>jiunui05i irejjrqepm iBMBJsd B X B § Bped B§nf

UB>jdBJ3U3UI UlBJBp U3ISBd

UIB[Bp U3ISBd irendlUBUI3">[ UB>pB5|§UrU3UI UIB|Bp

•(9002 'lUB/Ons) uais^d UBqnqui3S9>j ?(njun UB^jEsndip

B X UUBJBI§3>[

BJB33S UB>)BUB0U3Jip IUI lSB5]IUnUIO>j 'UIBJ SUBJO

pns>(Bui UB§usp UBJi^id UBp UBBSBJad UBJB^jnjJsd

ISBUJJOJ UI UBiBduiBXusd ipBpsj BUBiuip ijpnsdBjaj S UB X


uBSunqnq BUiqui3ui ^njun BJBO UB^Bdrusui 3|i}n3dBJ3j^

iSB^iunuio^j

iLOOZ 'uaaiqjB^) uip B§jBq


penelitian yang dilakukan oleh Dhama Yanfi (2009) di RSUD Wonogiri

terhadap 50 responden mengatakan 8 dari 13 perawat tidak melakukan

komunikasi terapeutik dengan baik, mereka hanya sekedar merawat pasien,

dan 8 dari 24 pasien mengatakan tidak puas, 5 dari 24 pasien mengatakan

sangat puas dan 16 dari 24 pasien mengatakan puas dengan komunikasi

terapeutik perawat.

Menurut Oliver dalam Supranto (2001) disebutkan bahwa kepuasan

adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil

yang dirasakannya dengan harapannya, apabila kinerja dibawah harapan,

maka pelanggan akan sangat kecewa, bila kinerja sesuai harapan, maka

pelanggan akan puas, sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan

akan sangat puas.

Salah saru faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah

memberikan pelayanan dengan komunikasi yang terapeutik, hal ini sesuai

dengan visi dan misi ruang perawatan di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

yang melaksanakan pelayanan keperawatan professional agar dapat

memberikan kepuasan kepada klien yang dirawat.

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara

terapeutik tidak saja akan menjalin hubungan rasa saling percaya kepada

pasien, tetapi dapat mencegah terjadinya masalah ilegal, memberikan

kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra

profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Dwidiyanti, 2008).


Salah satu ruangan yang memberikan pelayanan keperawatan di

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon adalah Paviliun Pangeran Cakrabuana

yang merupakan kelas utama, pasien yang dirawat adalah dengan berbagai

tingkat usia kecuali bayi/neonatus. Paviliun Pangeran Cakrabuana terdiri

atas Paviliun Pangeran Cakrabuana I yang memiliki kapasitas 24 kamar

pada lantai I dan II, Paviliun Pangeran Cakrabuana II memiliki 20 kamar,

dan Paviliun Pangeran Cakrabuana III yang memiliki 21 kamar/tempat tidur.

Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas di Paviliun Pangeran Cakrabuana

I sebanyak 22 perawat, Paviliun Pangeran Cakrabuana II sebanyak 15

tenaga perawat, dan Paviliun Pangeran Cakrabuana III sebanyak 14 perawat.

Jumlah pasien yang dirawat pada bulan Januari - Maret 2013 di

Paviliun Pangeran Cakrabuana I sebanyak 415 pasien, Paviliun Pangeran

Cakrabuana II sebanyak 514 pasien, Paviliun Pangeran Cakrabuana III

sebanyak 502 pasien, dengan rata-rata jumlah pasien perbulan di Paviliun

Pangeran Cakrabuana I sebanyak 138 pasien, Paviliun Pangeran Cakrabuana

II sebanyak 171 pasien, dan Paviliun Pangeran Cakrabuana HI sebanyak 167

pasien.

Banyaknya jumlah pasien yang dirawat tiap bulannya dapat

menunjukkan adanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

yang memuaskan dengan memilih ruang perawatan kelas utama, meskipun

demikian masih terdapat adanya komplain dari pengguna jasa mengenai

fasilitas dan kurang cepatnya respon perawat yang bertugas di paviliun


tersebut, mereka mengalami kesulitan untuk dapat mengenal petugas karena

sekitar lebih dari 80% petugas tidak menggunakan papan nama (name tag)

dan berdasarkan observasi penulis pada tanggal 28 April 2013 pelaksanaan

komunikasi antara perawat dan pasien hanya berupa komunikasi tidak

efektif/tidak terapeutik, perawat tidak memperkenalkan diri sebelum

berinteraksi dengan pasien, dan perawat hanya berkomunikasi saat akan

memberikan tindakan keperawatan, bukan berdasarkan komunikasi

terapeutik yang pernah dipelajari sebelumnya yang terdiri dari beberapa

tahap.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 05 Mei

2013 dengan 5 pasien yang dirawat saat itu, 1 pasien menyatakan

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan perawat, mereka

beranggapan perawat kurang tanggap dan cekatan terhadap keluhan pasien,

2 pasien mengatakan kurangnya komunikasi yang dilakukan perawat, 1

pasien merasa kurang puas terhadap pola komunikasi yang dilakukan

perawat, dan sisanya kurang puas terhadap kelengkapan fasilitas.

Kondisi tersebut mendorong minat penulis untuk meneliti lebih

lanjut tentang implementasi komunikasi terapeutik terhadap tingkat

kepuasan pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan

yang timbul dalam penelitian ini adalah, "Bagaimanakah hubungan antara

implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di

Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun

2013?"

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan implementasi komunikasi terapeutik

dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi gambaran implementasi komunikasi terapeutik

tahap orientasi di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon.

b. Mengidentifikasi gambaran implementasi komunikasi terapeutik

tahap kerja di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati

Kota Cirebon.

c. Mengidentifikasi gambaran implementasi komunikasi terapeutik

tahap terminasi di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon.


usiusfBUBpsj UBp

JBSBQ nujjj UB§uBqiU9§U3d jgBq isuai3j3J

ireqBquiBj u^qsq ie

SI4UO3X

ijBf oununQ

iSB5fiunuio -q
?{ usSunqnq

Ip USISBd UBBSBnd93{ JBifSup UB§U3p TSBin

i BJBJUB

unijiABj

§unun{)

Ip U3ISBd UBBSBnd3?(

ii BJFJUB UBSunqnq

sisi]BUB§U3p\[ -j SununQ CLQS"H

BUBnqBX>{B3 UBJSSUBJ unijiABj

p UB§U3p ISBJU3U0 dBqBJ


Ip USISBd >JIjn3dBJ3J

ij BJBJUB UBSunqnq SISIJ

SununQ

ip dBUI JBMBJ U3ISBd UBSBtldS)} JB>{SuiJ UBJBqiUBS |SB>JIJIJU3pi§U3JAI "P


1.4.2 Secara Praktik

a. Bagi Pasien

Dapat meningkatkan tingkat kepuasan dan membantu

kesembuhan pasien yang dirawat di Paviliun Pangeran

Cakrabuana

b. Bagi Perawat

Dapat dijadikan sumber motivasi dalam menerapkan

komunikasi terapeutik, sehingga dapat meningkatkan tingkat

kepuasaan pasien rawat inap di Paviiiun Pangeran Cakrabuana

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

c. Bagi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Dapat menggambarkan implementasi komunikasi

terapeutik perawat, sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan

profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan

dan keterampilan perawat yang berdampak pada tingkat

kepuasaan pasien secara keseluruhan.

d. Bagi Program Studi Keperawatan STTKes Kuningan

Dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber referensi

tentang dampak implementasi komunikasi terapeutik terhadap

tingkat kepuasaan pasien rawat inap dan dapat dijadikan bahan

ajuan guna penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait

dengan sampel yang berbeda kelas.


B AB E TEVJAUAN

PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian

Komunikasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah dapat

meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagi informasi atau

pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi atau

yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan (Machfoedz, 2009).

Komunikasi adalah suatu transaksi proses simbolik yang

menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan

membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran

informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta

mengubah sikap dan tingkah laku tersebut (Suryani, 2006).

Seiler (1998) dalam Mundakir (2006), mendefenisikan

bahwa komunikasi adalah proses yang simbol verbal dan non verbal

dikirimkan, diterima dan diberi arti.

Berdasarkan defenisi tersebut di atas secara umum dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman dan

pertukaran (stimulus, signal, simbol, dan atau informasi) baik dalam

bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan

dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif,

efektif maupun psikomotor).

10
11

2.1.2 Koraponen Komunikasi

Menurut Effendy (2002) dalam Suryani (2006) komunikasi

terdiri atas lima komponen yaitu:

a. Komunikator, adalah orang yang memprakarsai adanya

komunikasi.

b. Komunikan, adalah orang yang menjadi objek komunikasi,

pihak yang menerima berita atau pesan dari komunikator.

c. Pesan, adalah segala sesuatu yang akan disampaikan yang

dapat berupa ide, pendapat, pikiran, dan saran.

d. Media, adalah sarana yang digunakan oleh komunikator

untuk menyampaikan pesan pada pihak lain.

e. Efek atau akibat/dampak adalah hasil dari komunikasi, yang

dapat beruapa perubahan pada diri sasaran.

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Menurut Mundakir (2006) secara umum tujuan komunikasi adalah:

a. Pesan yang disampaikan dapat dimengerti orang lain

(komunikan).

b. Memahami orang lain.

c. Gagasan dapat diterima orang lain.

d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.


2.1.4 Fungsi Komunikasi

Menurut Mundakir (2006) komunikasi merupakan aktifitas

yang tidak dapat dipisahkan dengan para perawat. Pelaksanaan


12

komunikasi yang baik sangat bermanfaat dalam keberhasilan perawat

melaksanakan tugasnya.

Secara umum komunikasi berfungsi sebagai media informasi,

pendidikan, himbauan atau ajakan dan hiburan bagi klien. Beberapa

fungsi komunikasi tersebut adalah antara lain:

a. Sebagai bahan informasi, pengumpulan, penyimpanan,

pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan,

opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti

dan bereaksi secara jelas terhadap kondi si lingkungan dan

orang lain dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi

Melalui komunikasi, sesuatu yang disampaikan dapat

disebarluaskan kepada masyarakat luas.

c. Motivasi

Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan

argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat,

pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang

diinginkan komunikator.

d. Perdebatan dan diskusi

Sesuatu permasalahan yang masih kontroversial atau polemik

dalam hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas


dan diselesaikan dengan menggunakan komunikasi yang instens

baik melalui debat maupun diskusi.


13

e. Pendidikan

Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi

untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan

watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran.

f. Memajukan kehidupan dan hiburan

Melalui komunikasi dapat dibangun imajinasi, mendorong

kreatifitas, dan kebutuhan estetika.

g. Integrasi

Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan

yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap,

berperilaku, dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan

memahami pandanganan orang lain. 2.1.5 Jenis-jenis Komunikasi

Ratna (2009) mengatakan jenis-jenis komunikasi dasar

terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat

atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau

perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan

objek observasi dan ingatan.

b. Komunikasi non Verbal


Komunikasi dengan tidak menggunakan bahasa lisan

maupun tulisan. tetapi menggunakan bahasa kiasan, bahasa


14

gambar, dan bahasa sikap atau dapat dikatakan sebagai suatu proses

pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. 2.1.6 Metode

Komunikasi

Menurut Mundakir (2006), dikatakan bahwa komunikasi yang

dilaksanakan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang

diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk

melakukan komunikasi yaitu:

a. Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum.

b. Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat

membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi

yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh

komunikator.

c. Komunikasi instruktif adalah metode komunikasi yang berupa

perintah untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.

Stuart and Sundeen (1998) dalam Suryani (2006),

mengatakan bahwa pada profesi keperawatan komunikasi ditujukaan

untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan

yang optimal.
15

2.2 Komunikasi Terapeutik

2.2.1 Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terencana,

berlangsung ketika pasien dan perawat keduanya menunjukkan sikap

hormat akan individualitas dan harga diri (Kathlenn, 2007).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan

secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk

kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau

ketrampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap

stress, mengatasi psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan

dengan orang lain (Suryani, 2006).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanakan secara

sadar, terencana, yang bertujuan membantu klien untuk kesembuhan.

2.2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Pelaksanaan komunikasi terapeutik dapat memudahkan

perawat dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien,

sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan

keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan

profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan

profesionalisme (Damaiyanti, 2008).


Tujuan komunikasi terapeutik menurut Nurjanah (2001)

dalam Nasir, dkk (2009) adalah:


16

a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan

diri.

b. Identitas pribadi yangjelas dan meningkatnya integritas pribadi.

c. Kemampuan untuk membantuk suatu keintiman, saling

ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas

memberi dan menerima.

d. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap

kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi.

2.2.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, 2003) adalah:

a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dengan

pasien melalui hubungan perawat-pasien.

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji

masalah, dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh

perawat.

2.2.4 Syarat - syarat Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

Syarat komunikasi terapeutik efektif menurut Suryani (2006)

adalah:

a. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri

pemberi maupun penerima pesan.


b. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus

dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan sarana,

informasi maupun masukan.


17

Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini

dibutuhkan untuk membentuk hubungan perawat - pasien, sehingga

pasien memungkinkan untuk mengimplementasikan proses

keperawatan.

2.2.5 Karakteristik Perawat dalam Pelaksanaan Komunikasi

Terapeutik

Terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang

dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.

Karakteristik tersebut antara lain (Suryani, 2006):

a. Kejujuran (trustworthy).

Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan

komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran tidak dapat

dibina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan

jujur dalam memberikan informasi yang benar hanya jika yakin

bahwa perawat dapat dipercaya.

b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif.

Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah

dimengerti oleh klien dalam berkomunikasi. Pelaksanaan

komunikasi non verbal harus mendukung komunikasi verbal

yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien

menjadi bingung.
18

c. Bersifat positip.

Bersikap positip dapat ditunjukan dengan sikap yang

hangat, penuh perhatian, dan penghargaan terhadap klien. Roger

(1902-1987) menyatakan inti dari pernyataan terapeutik adalah

kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati, dan sikap

positip.

d. Empati bukan simpati.

Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan

keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu

merasakan dan memikirkan permasalahan klien yang dirasakan

dan dipikirkan oleh klien, serta dapat memberikan pilihan

pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun ikut merasakan

permasalahan yang dirasakan klien, tetapi perawat tidak larut

dalam masalah tersebut, sehingga dapat memikirkan masalah

yang dihadapi klien secara objektif.

Menurut Dani (2006) dalam Nasir dkk (2009), empati

merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran

yang sama dengan orang atau kelompok.

e. Mampu melihat permasalahan klien dari sudut pandang klien.

Perawat harus berorientasi pada klien dalam memberikan

asuhan keperawatan (Taylor, dkk, 1997 dalam Suryani, 2006).

Agar dapat membantu memecahkan masalah klien, perawat harus


19

memecahkan masalah tersebut dari sudut pandang klien, untuk

itu harus menggunakan teknik aktif listening dan kesabaran

dalam mendengarkan ungkapan klien.

Jika klien menyimpulkan secara bergesa-gesa dengan

menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya fatal,

karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai

dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan

dapat tidak membantu bahkan merusak klien.

f. Menerima klien apa adanya.

Jika seseorang diterima dengan tulus, akan merasa

nyaman dan aman menjalani hubungan intim terapeutik.

Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-

nilai yang diyakini perawat menunjukan bahwa perawat tidak

menerima klien apa adanya.

g. Sensitif terhadap perasaan klien.

Tanpa kemampuan ini, hubungan terapeutik sulit terjalin

dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja

melakukan pelanggaran batas privasi dan menyinggung perasaan

klien.

h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri

perawat sendiri.
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah

terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu membuat yang


20

terbaik pada masa ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu

klien, jika memiliki masalah dan ketidak puasan dalam hidupnya.

Perawat tidak akan dapat melakukan tindakan apapun, apabila

tidak ada keluhan yang dirasakan oleh klien, oleh karena itu

diperlukan iklim hubungan yang kondusif antara perawat dan

klien, sehingga diperlukan komunikasi yang efektif dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan (Nasir dkk, 2009).

Konsep Carl Roger yang dikembangkan oleh Mundakir (2006)

dalam Nasir dkk (2009) mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam

mengembangkan hubungan yang saling membantu (helping relationship),

yaitu keikhlasan (genuineness), empati (empathy), dan kehangatan (warmth).

2.2.6 Teknik - teknik Komunikasi Terapeutik

Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Stuart dan

Sundeen (1998) seperti dikutip dalam Nasir dkk (2009) antara lain:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Perawat berusaha mengerti klien dengan cara

mendengarkan apa yang disampaikan klien. Satu-satunya orang

yang dapat menceritakan kepada perawat tentang perasaan,

pikiran, dan persepsi klien adalah klien sendiri.

Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang

baik adalah pandangan saat berbicara, tidak menyilangkan kaki

dan tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukan kepala


21

jika klien membicarakan hal -hal yang penting atau

memerlukan umpan balik, dan condongkan tubuh ke arah

lawan bicara.

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti

bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan

keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat hams waspada terhadap

ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju,

seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang menyatakan

tidak percaya.

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan

terbuka

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan

informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan

oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan

dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang

sesuai dengan konteks sosial budaya klien.

Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban "ya" dan

"mungkin," tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas,

sehingga klien dapat mengemukakan masalahnya dengan kata-

kata sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.


22

d. Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri.

Tujuan pengulangan pikiran utama adalah memberikan

penguatan dan memperjelas pada pokok bahasan atau isi pesan

yang disarapaikan oleh klien sebagai umpan balik sehingga klien

mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan diperhatikan, serta

mengharapkan komunikasi dapat berlanjut.

e. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu

menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan

menyamakan pengertian, maksud, dan ruang lingkup

pembicaraan karena informasi sangat penting dalam memberikan

pelayanan keperawatan.

f. Memfokuskan

Memfokuskan dalam rangka mempersempit pembicaraan

yang tertuju pada topik pembicaraan saja dan tidak melebar,

dengan prinsip bekerja sampai tuntas/membicarakan sesuatu

sampai tuntas, mengingat yang dikerjakan perawat di pelayanan

cukup menyita waktu dan perhatian yang serius.

g. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata

sendiri.

Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat

memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan yang

disampaikan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.


23

h. Menyatakan hasil observasi

Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien

dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat

diterima klien dengan benar/tidak, dalam hal ini perawat

menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat nonverbal

klien.

Teknik ini seringkali membuat klien berkomunikasi

lebih jelas tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan dan

mengklarifikasi pesan. Observasi dilakukan sedemikian rupa

sehingga klien tidak menjadi malu atau marah. i. Menawarkan

informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan

penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak dibenarkan

memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan

informasi, karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien

untuk mengambil keputusan. Penahanan informasi yang dilakukan

saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien menjadi tidak

percaya. j. Diam (memelihara ketenangan)

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan

klien untuk mengorganisir pikirannya. Diam memungkinkan

klien untuk untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri,

mengorganisir pikiran, dan memproses informasi.


24

Diam sangat berguna terutama pada saat klien harus

mengambil keputusan. Diam disini juga menunjukkan kesediaan

seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan

berpikir, meskipun begitu, diam yang tidak tepat dapat

menyebabkan orang lain merasa cemas.

k. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama telah

dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk

membantu mengingat topik yang telah dibahas sebeium

meneruskan pembicaraan berikutnya.

1. Memberi penghargaan

Penghargaan jangan sampai menjadi beban untuk

klien, dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan

melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau

persetujuan atas perbuatannya. Selain itu teknik ini tidak pula

dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang

sebaliknya buruk.

m. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam

memilih topik pembicaraan, untuk klien yang merasa ragu-ragu

dan tidak pasti tentang perannya dalam interaksi ini, perawat

dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif dan

merasakan bahwa klien diharapkan untuk dapat membuka


25

pembicaraan.

n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga

mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang

dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan

selanjutnya.

o. Menempatkan kejadian secara berurutan.

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu

perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien

untuk melihat kejadian berikutnya yang merupakan akibat dari

kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan pola

kesukaran interpersonal.

p. Memberikan kesempatan pada klien untuk menguraikan

persepsinya.

Apabila perawat ingin mengerti klien, harus melihat

melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus

merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat,

sementara itu perawat harus waspada terhadap gejala ansietas

yang mungkin muncul.


26

q. Refleksi

Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai

bagian dari dirinya sendiri, dengan demikian perawat

mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan Idien

mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat

keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri. r. Assertive

Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan

nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan

tetap menghargai orang lain. Kemampuan asertif dan menghadapi

manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya, melindungi diri dari

kritik. s. Humor

Humor memiliki makna penting dalam berkomunikas i verbal

dikarenakan tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat

stress, dan meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. 2.2.7

Tahap - tahap Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart and Sundeen dalam Damaiyanti (2008),

dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) perawat terhadap

pasien, terdapat empat tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai

tugas yang harus diselesaikan, yaitu:


27

a. Tahap Pra Interaksi

Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum

melakukan hubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Pada

tahap ini, perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan

yang dimiliki. Jika merasakan ketidakpastian maka perlu

membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau

diskusi dengan tutor.

Adapun hal yang perlu dilakukan pada tahap/fase ini

adalah:

1) Mengumpulkan data tentang pasien.

2) Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri.

3) Membuat rencana pertemuan (kegiatan, waktu, tempat).

b. Tahap Orientasi/Perkenalan

Orientasi/Perkenalan merupakan kegiatan yang

dilakukan saat pertama kali bertemu dengan pasien. Orientasi

dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.

Tujuan tahap/fase orientasi adalah memvalidasi

kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan

pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.

Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama

pasien.
28

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Memberikan salam dan tersenyum ke arah pasien.

2) Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif).

3) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Menjelaskan tujuan.

5) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

kegiatan.

6) Menjelaskan kerahasiaan.

c. Tahap Kerja

Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses

komunikasi terapeutik. Perawat dan kiien mengeksplorasi

stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan

menghubungkan persepsi, perasaan, dan perilaku klien (Nasir

dkk, 2009).

Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan

yang telah ditetapkan. Teknik komunikasi terapeutik yang sering

digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan

dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan, dan

menyimpulkan (Geldard, 1996 dalam Suryani, 2006).

Tujuan tindakan keperawatan pada tahap ini adalah

(Damaiyanti, 2008):

1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien akan

dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya.


29

Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif, sedangkan

mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan pasien secara mandiri menyelesaikan masalah

yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif atau

psikomotor.

2) Melaksanakan terapi/ teknikal keperawatan.

3) Melaksanakan pendidikan kesehatan.

4) Melaksanakan kolaborasi.

5) Melaksanakan observasi dan monitoring,

d. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan

perawat dan pasien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi

sementara dan terminasi akhir.

1) Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap

pertemuan perawat dan pasien. Pada terminasi sementara,

perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang

telah ditentukan, misalnya satu atau dua jam pada hari

berikutnya.

2) Terminasi akhir

Terminasi akhir terjadi ketika pasien akan pulang

dari rumah sakit atau perawat selesai melaksanakan praktik

di rumah sakit. Adapun komponen dari fase terminasi adalah:


30

a) Melakukan evaluasi pencapaian tujuan interaksi yang

telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif.

Perawat meminta klien menyimpulkan tentang apa yang

telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan

dilakukan.

b) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan

menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau

setelah melakukan tindakan tertentu.

c) Menyikapi tindak lanjut terhadap interaksi yang telah

dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah {client

planning). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan

dengan interaksi yang baru dilakukan pada pertemuan

berikutnya, dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah

kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam.

d) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak

yang perlu disepakati adalah topik, waktu, dan tempat

pertemuan. Perbedaan antara terminasi akhir, adalah

bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan

hasil yang telah dicapai selama interaksi.

2.2.8 Faktor -faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Pelaksanaan komunikasi terapeutik dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, menurut Potter and Perry (2005) dan Tamsuri

(2005) disebutkan, antara lain:


31

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi

dalam dua aspek, yaitu tingkat perkembangan tubuh

mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik

komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang

disampaikan.

Agar dapat berkomunikasi efektif seorang perawat harus

mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa,

maupun proses berpikir orang tersebut terhadap proses

komunikasi.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap

suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan

atau pengalaman, perbedaan persepsi dapat mengakibatkan

terhambatnya komunikasi.

c. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi

yang berbeda dan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap

suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan bahwa kaum

perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari

konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan

keintiman, sementara kaum laki-laki lebih menunjukan

indepedensi dan status dalam kelompoknya.


32

d. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku

sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.

Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai sehingga dapat

membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien, dalam

hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh

oleh nilai pribadinya.

e. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak

dan komunikasi.

f. Emosi

Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu

kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi

perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya

sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat.

Selain itu, perawat perlu mengevaluasi emosi yang ada pada

dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak

terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang

dilakukan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan


33

sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa

verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal

tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik di

rumah sakit.

Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika

didukung oleh pengetahuan perawat tentang komunikasi

terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan

dilakukan. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan

klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan

akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada

klien secara profesional.

h. Peran dan Hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan

antar orang yang berkomunikasi. Berbeda dengan komunikasi

yang terjadi dalam pergaulan bebas, komunikasi antar perawat

klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi

efektif. Suasana yang bising, tidak adanya prifasi yang tepat akan

menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan,

untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan

nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.


34

Menurut Ann Mariner (1986), lingkungan adalah

seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan berpengaruh

terhadap perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. j. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu

menyediakan rasa aman dan kontrol, untuk itu perawat perlu

memperhitungkan jarak yang tetap pada saat melakukan

hubungan dengan klien. k. Masa bekerja

Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di

tempat kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak

pengalaman yang dimilikinya sehingga akan semakin baik

komunikasinya (Kariyoso, 1994). 2.2.9 Hambatan dalam Komunikasi

Terapeutik

Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan

hubungan perawat - klien terdiri dari tiga jenis utama: resistens,

transferens, dan kontertransfrens (Hamid, 1998 dalam Siti dan

Musliha, 2010). Hal ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin

terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat

pelaksanaan komunikasi terapeutik.

Perawat harus segera mengatasinya, oleh karena itu hambatan

tersebut menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun

bagi klien.
35

a. Resisten.

Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari

aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan

keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang

dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah

aspek dari seseorang.

Resisten merupakan akibat dari ketidaksediaan klien

untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah disarankan.

Perilaku resisten biasanya diperiihatkan oleh klien selama fase

kerja, karena fase kerja ini sangat banyak berisi proses

penyelesaian masalah.

b. Transfrens.

Transfrens adalah respon tidak sadar dimana klien

mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada

dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupan di masa lalu.

Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien

dalam penggunaan mekanisme peralatan pengisaran yang

maladaptif.

c. Kontertransfrens.

Yaitu kebutuhan terapeutik yang dibuat oleh perawat

bukan oleh klien. Kontertansfrens merujuk pada respon emosial

spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi
36

maupun konterks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam

intensitas emosial.

Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis

reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau

membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan

sebagairespon terhadap resisten klien.

2.3 Kepuasan Pasien

2.3.1 Pengertian

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan

harapannya (Oliver dalam Supranto, 2001). Pelanggan umumnya

mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi

dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau

memuaskan (Assauri, 2003).

Tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan

hasil dari membandingkan penampilan {outcome) produk yang

dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Kotler,

2005).

Kepuasan juga didefmisikan sebagai tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan

dengan harapannya (Sutopo, 2006). Apabila pasien menunjukkan

hal-hal yang bagus mengenai pelayanan kesehatan terutama


37

pelayanan keperawatan dan pasien mengindikasikan dengan perilaku

positifhya, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pasien memang

puas terhadap pelayanan tersebut. Apabila kinerja dibawah harapan,

maka pelanggan akan sangat kecewa, dan jika kinerja sesuai

harapan, maka pelanggan akan puas, sedangkan bila kinerja melebihi

harapan pelanggan akan sangat puas (Sutopo, 2006).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasaan adalah perasaan yang

dialami klien saat/setelah menerima pelayanan keperawatan yang sesuai

dengan yang diharapkan. 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kepuasan Pasien

Pelayanan yang diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi

berhasil tidaknya suatu jasa karena menyangkut keinginan dan

kebutuhan serta tuntutan pasien selaku konsumen (Kotler, 2005).

Puas tidaknya pengalaman seseorang mendapatkan

perawatan di rumah sakit sangat menentukan apakah seseorang akan

menggunakan rumah sakit yang sama jika suatu waktu mereka

diharuskan dirawat di rumah sakit (Ayuningtyas dkk, 2005).

Menurut Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa dalam

menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus

diperhatikan oleh rumah sakit/perusahaan sebagai penyedia jasa

Iayanan, yaitu :
38

a. Kualitas produk; Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi

mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan

berkualitas.

b. Kualitas pelayanan; Terutama untuk industri jasa, pelanggan

akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

c. Emosional; Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan

keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila

menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung

mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan yang

diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial

atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap

merk tertentu.

d. Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan

harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih

tinggi kepada pelanggannya.

e. Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau

tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk

atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.

2.3.3 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting

dalam penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih

efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu


39

pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat

dipastikan tidak efektif dan efisien.

Tingkat kepuasan merupakan fiingsi dari perbedaan antara

kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja dibawah

harapan, maka masyarakat akan kecewa, tetapi jika kinerja sesuai

harapan ataupun melebihi harapan, masyarakat akan sangat puas

(Imbalo, 2006).

Selanjutnya dikatakan Imbalo (2006), bahwa perubahan dari

sistem layanan kesehatan yang ingin dilakukan tidak akan berhasil

tanpa melakukan pengukuran kepuasan pasien, karena hasil

pengukuran pasien akan digunakan sebagai dasar untuk mendukung

sistem layanan kesehatan yang harus handal dan dapat dipercaya.

Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus

menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh

pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk

mempertahankan pelanggannya. Menurut Kotler (2005), ada

beberapa macam metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan: a.

Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berorientasi pada pelanggan {customer

oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para

pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya

dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan

telepon langsung dengan pelanggan.


nEjB iqmisdja} qBpj

BA"uuBdBJBq BA\qBq UBSSuEjsd isdasjad qBjeps

UBSSuBjad

j \ux\ BdBSusiu l

JE S B ueuBXejsd BSB F uBJjBunSSusui ijusqjsq qepj

SireX iSunqnqguaui B X UBI S O X SS JDJBS

qBuin^f

-p
UMUOJSHO ISOj) UBoSUBjad UB§UBJiq95{ BSlJBUy

UBUIB[B§U3d UB^JBSBpjaq oUIBS

qBinru ijnpojd uBqEiusjaij uep UKiBrq33(

iBnaSuara UB5jJodBf3iu UBipnius^

5jnjun SUBJO

Swddot(s }soi{£) '3

•(6002

uB^BunSip qBpnui 3ApB|3J UBp JB§ UBS

S UB/<BjBp jnduinSuad jusuirujsui


njBns
aauoissrq uBBun§§usd undspy

"BJBDUBMBM

J3uoiS3n3{ jnjBpui UB^n^jBjip BXuuinum BpBd i

BJBD iBSBqjsq UBSuap uBijn^Bjip }BdBp uaisBd UBSBndsij i

BjBp uBinduinSuaj "UBSSuBisd UBBSBnda>{ §UBJUSJ

ISBUUOJUI uBjndtunSuad usSuap UIBJ jBduiaj 35j qspuid nBjB

iB|nui BSB[ BunSSuad B>|jf jnfirej


Ofr
41

penelitian dari konsumen bahwa pelayanan telah memberikan tingkat

kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang

(Gerson, 2004).

Menurut Azwar (2003), di dalam situasi rumah sakit yang

diutamakan adalah pihak yang dilayani {client oriented), karena

pasien adalah klien terbanyak, maka banyak sekali manfaat yang

dapat diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien antara lain

sebagai berikut:

a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan

senang hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap

pelayanan rumah sakit. Terciptanya citra positif dan nama batk

rumah sakit karena pasien yang puas tersebut akan

memberitahukan kepuasannya kepada orang lain. Hal ini secara

akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena merupakan

pemasaran rumah sakit secara tidak langsung.

b. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan

ekonomi. Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin

mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti yang se lama ini

mereka dengar akan menguntungkan rumah sakit secara sosial

dan ekonomi (meningkatnya pendapatan rumah sakit). Berbagai

pihak yang berkepentingan {stakeholder) rumah sakit, seperti

perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada

rumah sakit yang mempunyai citra positif. Di dalam rumah sakit


42

yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan lebih diwarnai

dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak-hak pasien.

Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga

malpraktek tidak terjadi.

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program

pengukuran adalah tersedianya umpan balik yang segera, berarti, dan

objektif. Hasil pengukuran dapat dijadikan barometer penilaian

kinerja yang dilakukan, membandingkan dengan standar kerja, dan

memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan

berdasarkan pengukuran tersebut.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran kepuasan antara lain

sebagai berikut (Gerson, 2004):

a. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan

berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan

yang prima kepada pelanggan.

b. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan

mereka menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan

yang meningkat.
c. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana,

terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja

pelaksana atau yang memberi pelayanan.


43

d. Pengukuran memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk

memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus

melakukannya. Informasi ini juga bisa datang dari pelanggan.

e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai

tingkat produktivitasnya yang lebih tinggi.

2.3.5 Klasifikasi kepuasan

Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan

pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai

berikut:

a. Sangat Puas ( SP)

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian

perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan

sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan

pasien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah

(untuk hubungan dengan dokter atau perawat), atau sangat cepat

(untuk proses administrasi), yang seluruhnya menggambarkan

tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi.

b. Puas(P)

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian

perasaan pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan


tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan

seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak kurang cepat


44

(proses administrasi), atau kurang ramah, yang seluruhnya ini

menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.

c. Tidak Puas (TP)

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian

perasaan paslen rendah, yang menggambarkan pelayanan

kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak

terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk proses

administrasi), atau tidak ramah.

d. Sangat tidak Puas (STP)

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian

perasaan pasien yang rendah, menggambarkan pelayanan

kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak

bersih (untuk sarana), lambat (untuk proses administrasi), dan

tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat kualitas

yang kategori paling rendah.

Skala yang digunakan adalah skala Likert yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial yang ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian.

Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata,

dalam penelitian ini kepuasan pasien dikategorikan menjadi, sangat

puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas.


45

Kategori ini dapat dikuantifikasi misalnya: sangat puas

bobotnya 4, puas bobotnya 3, tidak puas bobotnya 2, dan sangat

tidak puas bobotnya 1 (Sugiyono, 2006).

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini mengadopsi dari teori beberapa ahli,

yang dapat dijabarkan sebagai berikut, disebutkan bahwa sebagai tenaga

terpenting karena sebagian besar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan

keperawatan, sehingga perawat menjadi ujung tombak bagi suatu rumah

sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Nurachmah,

2007). Komunikasi yang terjadi antara perawat dan pasien dirujukan untuk

merubah perilaku pasien dalam tingkat derjat kesehatan yang optimal,

komunikasi tersebut disebut komunikasi terapeutik (Stuart 1998 dalam

Suryani, 2006).

Keterampilan komunikasi terapeutik merupakan critical skill yang

harus dimiliki perawat yang dibangun berdasarkan hubungan saling percaya

antara perawat dan pasien (Anggraini, 2009).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien, seperti yang

dikemukakan oleh Potter and Perry (2005) dan Tamsuri (2005) yang

mencakup tingkat perkembangan, gender, pengetahuan, latar belakang

budaya, masa kerja dan sebagainya, selain itu terdapat juga faktor

penghambat yang dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan komunikasi


46

terapeutik antara perawat dan pasien yaitu resistens, transferens, dan

kontertransfrens (Hamid, 1998 dalam Siti dan Musliha, 2010).

Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dan pasien dapat

berpengaruh terhadap mutu pelayanan keperawatan dan sangat

mempengaruhi berhasil tidaknya suatu jasa karena menyangkut keinginan

dan kebutuhan serta tuntutan pasien selaku konsumen (Kotler, 2005).

Komunikasi terapeutik yang baik merupakan bagian dari citra rumah

sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien dengan menjunjung

tinggi hak- hak pasien mendapatkan pelayanan sesuai harapan (Azwar,

2003), meskipun banyak terdapat faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepuasan pasien, misalnya kualitas produk, kualitas layanan,

emosional, harga, dan biaya (Lupiyoadi, 2001), untuk lebih jelasnya

kerangka teori tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Proses interaksi

Perawat Pasien

Komunikasi Terapeutik

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Dikutip dari teori Suryani (2006) dan Stuart and Sundeen dalam Damaiyanti (2008)
sisa
uB>[JBSBpJ9q i^iiuip SUBA" uspusdsp jsqBUBA iBSBqas uaisBd
xo<
ueSusp uB^Sunqnqip uep (ooOZ 'uesuioqx) (%09>) SuBjmj irep nH
MV
'(% -09) drqno '(%
Q'

uspuadapui isqeij^A uB5jipBfip BXujnruB{3S pijsuad qajo 'UIBJ

S UBJO BUBiuiB§Bq JBfejsq uep 'siSo|O5(isd

ISBJE SUSUI 'SSSJJS ij5{ njirequiaui ^njun jeMBjad

uB]iduiBj}3>

(9002) i

U03J UBp

■uoq3Jj3 BJO>J i}Bf §unun9 anS"H BUBnqBJ>jB3 unijiABj ip

usi

UBp JBA\BJ3d BJBJUB 5jljn3dBJ3} ISB5flUniUO>{ d d

UBUBAB[3d qB]BpB B^UrUBS qBJBS UBdBJBq UB§U9p TBtlSSS §UBX

UB^jBdBpuaui uaisBd BjiqsdB redBoip pdBp uaissd

'(600Z iUIBiSSuv) U9ISBd UBp JBMBJ3d BJBJUB BXB0J3d §UI{BS

UBSunqnq UBJjiBSBpjaq unSuBqip SUBX jBA\BJ3d i^ijTiuip srusq

SUBX JDOIJUO uK>{Bdnj3Ui ^pnadBja; isBjjmnuicoj uBjiduiBjaja^j

"(9003 't

8661 'W^njs) ijijnsdBJSj isB^iunmo?( ;nqasip jnqasasj

isB>{|uniuo>j

BfBJ3p JB>[Sup UlBJBp d d

UBp jBA\BJ3d BJBJUB TpBpsj SUBX isB>{iuniuo>j


IT
48

kategori Gerson (2004) dan Sugiyono (2006), yaitu sangat puas (> 80%),

puas (> 60-80%), tidak puas (> 40-60%), dan sangat tidak puas (< 40%).

Lebih jelasnya secara skematis kerangka konsep penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Implementasi
Komunikasi Terapeutik: Tingkat Kepuasan
Pasien
a. Tahap orientasi/ Perkenalan

b. Tahap Kerja

c. Tahap Terminasi

Variable confounding

a. Kualitas produk

b. Kualitas pelayanan

c. Emosional

d. Harga
Ga
e. Biava mba
r 3.1
Ker
ang
ka
Keterangan :
Kon
sep
Pene
litia
n

Sumber :
Modifikas
i dari
teori Suryani (2006), Khomsan (2000), Gerson (2004),
Lupiyoadi (2001) dan Sugiyono (2006)

: Area
Diteliti
49

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur ukur Ukur
1 Implementasi Aktivitas wawancara kuesioner Jumlah Skor Total Ordinal
Komunikasi interaksi yang seluruh tahap
Terapeutik dilakukan oleh komunikasi dibagi
perawat terhadap skor tertinggi, lalu
pasien di dikalikan 100%.
Paviliun ((Skor/42)x 100%))
Pangeran Hasil hitung dibagi
Cakrabuana I-IH dalam 3 kategori:
yang dinilai -Baik(>80%)
tahap
pada (orientasi, -Cukup (60-80%)
kerja, dan -Kurang(<60%)
terminasi)

Tahap Aktivitas wawancara kuesioner Jumlah Skor dibagi Ordinal


Orientasi interaksi berupa skor tertinggi, lalu
Komunikasi perkenalan yang dikalikan 100%.
Terapeutik dilakukan oleh ((Skor/10)x 100%)
perawat Hasil hitung dibagi
kepada pasien di dalam 3 kategori:
Paviliun -Baik(>80%)
Pangeran -Cukup (60-80%)
Cakrabuana I-III - Kurang (< 60%)

Tahap Kerja Aktivitas wawancara kuesioner Jumlah Skor dibagi Ordinal


Komunikasi interaksi berupa skor tertinggi, lalu
Terapeutik saat peiaksanaan dikalikan 100%.
tindakan ((Skor/16)x 100%))
keperawatan Hasil hitung dibagi
yang dilakukan dalam 3 kategori:
perawat kepada -Baik(>80%)
pasien di -Cukup (60-80%)
Paviliun - Kurang (< 60%)
Pangeran
Cakrabuana I-III

Tahap Aktivitas wawancara kuesioner Jumlah Skor dibagi Ordinal


Terminasi interaksi berupa skor tertinggi, lalu
Komunikasi saat mengakhiri dikalikan 100%.
Terapeutik pertemuan antara ((Skor/16)x 100%))
perawat dan Hasil hitung dibagi
pasien di dalam 3 kategori:
Paviliun -Baik(>80%)
Pangeran -Cukup (60-80%)
Cakrabuana I-III - Kurang (< 60%)
50

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur ukur Ukur
2. Kepuasan Perasaan yang wawancara kuesioner Jumlah Skor Total Ordinal
pasien dialami dibagi skor tertinggi,
pasien/klien lalu dikalikan 100%.
dibandingkan ((Skor/42)x 100%))
dengan harapan lalu diklasifikasikan
yang diinginkan dalam 4 kategori:
saat/setelah - Sangat Puas
berinteraksi (SP) : > 80%
dengan perawat - Puas (P): > 60-80%
di Paviliun - Tidak Puas (TP)
• Pangeran : > 40-60%
Cakrabuana I-III - Sangat Tidak
(STP) :<40%
Puas

3.3 Hipotesis

Hipotesa Kerja (Ha):

a. Ada hubungan yang bermakna antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap orientasi dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

b. Ada hubungan yang bermakna antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap kerja dengan tingkat kepuasan pasien di Pavi liun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

c. Ada hubungan yang bermakna antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap terminasi dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

d. Ada hubungan yang bermakna antara implementasi komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun Pangeran

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.


BAB IV METODE

PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian analitik untuk

mengetahui hubungan implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat

kepuasan pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon dengan menggunakan rancangan cross sectional.

Badriah (2009) memaparkan bahwa rancangan korelasional

bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

fenomena yang sedang terjadi pada situasi sekarang dengan tujuan

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan

dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain tanpa melakukan

intervensi tertentu terhadap variasi variabel yang bersangkutan.

4.2 Variabel Penelitian

Menurut Badriah (2009) bahwa, variabel sering disebut juga peubah,

dalam setiap kegiatan penelitian pasti melibatkan dan memusatkan perhatian

pada variabel-variabel yang menjadi amatan. Variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang sesuatu konsep, dalil, atau pengertian tertentu.

51
52

Variabel penelitian yang terlibat terdiri dari dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah implementasi

komunikasi terapeutik.

b. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan

pasien.

4.3 Populasi dan Sarapel

4.3.1 Populasi

Badriah (2009) menjelaskan bahwa populasi didefinisikan

sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil

penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang

dirawat di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon, berdasarkan jumlah kunjungan selama bulan Januari -

Maret 2013 terdapat 476 pasien, yang berarti sekitar 159 pasien per

bulan, jika dihitung per minggu didapatkan rata-rata sekitar 40

pasien.

Peneliti menetapkan besarnya populasi berdasarkan jumlah

pasien selama dua minggu, yaitu sekitar 80 pasien.

4.3.2 Sampel
Menurut Badriah (2009) dikatakan bahwa, sampel adalah

sebagian dari populasi, karena merupakan bagian dari populasi

tentulah sampel memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya.


53

a. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental

sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada/tersedia dan

hanya sekali dijadikan responden dan tidak dilakukan

pengulangan, biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu,

tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang

besardanjenuh.

Keuntungan teknik ini adalah terletak pada ketepatan

peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti

(Arikunto, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang


dirawat di Paviliun Pangeran Cakrabuana I-III RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon, dengan kriteria inklusi:

1) Pasien telah dirawat sekurang-kurangnya dua hari perawatan

di Paviliun Pangeran Cakrabuana.

2) Pasien yang dirawat adalah bukan karyawan/keluarga

karyawan RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

3) Pasien dalam keadaan sadar {compos mentis) dan dapat

berkomunikasi secara verbal.

4) Pasien dapat membaca dan menulis.

5) Pasien/keluarganya bersedia menjadi responden.


54

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:

1) Pasien yang dirawat di Paviliun Pangeran Cakrabuana kurang

dari 2 hari perawatan.

2) Pasien yang dirawat dengan usia bayi, anak, remaja, dan atau

kurang dari 17 tahun.

b. Besar Sampel

Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu

penelitian tergantung kepada sumber-sumber yang dapat

digunakan untuk menentukan batas maksimal dari sampel dan

kebutuhan serta rencana analisis yang menentukan batas minimal

dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan teknik sampling yang digunakan adalah

accidental sampling, maka jumlah sampling tidak dibatasi oleh

kuota/jumlah, hanya dibatasi oleh waktu dilakukannya penelitian,

sehingga besar sampel tidak dapat diperkirakan sebelumunya.

4.4 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data

berupa lembar kuesioner yang dibuat berdasarkan variabel yang akan diteliti

yang dibagikan kepada responden, pertanyaan tentang komunikasi

terapeutik terdiri dari 21 pertanyaan dengan dua alternatif pilihan jawaban

terdiri dari "Ya" yang berarti "dilakukan" dengan nilai skore 1 dan "Tidak"

yang berarti "tidak dilakukan" dengan nilai skore 0.


55

Pertanyaan tentang kepuasan pasien menggunakan lembar kuesioner

yang terdiri dari 21 pernyataan dengan empat alternatif pilihan jawaban

terdiri dari Sangat Setuju (SS) dengan nilai skore 3, Setuju (S) dengan nilai

skore 2, Kurang Setuju (KS) dengan nilai skore 1, dan Tidak Setuju (TS)

dengan nilai skore 0.

Bentuk pertanyaan/pernyataan kuesioner yang diajukan kepada

responden berupa pertanyaan tertutup, responden hanya perlu mengisi tanda

(V) pada kolom jawaban yang sesuai, pertanyaan/pernyataan yang diajukan

menyangkut pendapat, perasaan, dan sikap responden terhadap kepuasan

dan implementasi komunikasi teraputik perawat - pasien di Paviliun

Pangeran Cakrabuana I-III, dengan harapan responden tidak merasa

kesulitan dalam mengisi lembar kuesioner dan memudahkan bagi peneliti

untuk mengolah data.

Alasan pemilihan kuesioner berdasarkan pertimbangan waktu,

tenaga, dan biaya karena dengan metode Lni lebih mudah dan adanya

kebebasan responden untuk mengisinya. Penulis menyusun kisi -kisi

instrumen penelitian untuk dapat ditelaah dengan mudah, seperti da pat

dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.


56

Tabel 4.1 Kisi - kisi Instrumen Penelitian

No Isi Kuesioner Kriteria Jawaban Jumlah Nomor


Soal Soal
1. Tahap Orientasi Ya nilai 1 5Soal 1-5
Komunikasi Terapeutik Tidak nilai 0
2. Tahap Kerja Ya nilai 1 8 Soal 6-13
Komunikasi Terapeutik Tidak nilai 0
3. Tahap Terminasi Ya nilai 1 8 Soal 14-21
Komunikasi Terapeutik Tidak nilai 0
4. Kepuasan pasien rawat Sangat Setuju niiai 3 21 soal 1-21
inap Setuju nilai 2
Kurang Setuju nilai 1
Tidak Setuju nilai 0

4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Sifat dan Sumber Data

a. Sifat Data

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang

harus diolah sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk

tabel atau grafik sehingga mudah dianalisis dan menarik

kesimpulan.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

atas dua kategori, yaitu data primer dan data sekundcr. unruk

mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti,

maka diperlukan suatu alat pengumpul data yang tepat atau

instrumen. Instrumen dapat didefinisikan sebagai alat pengumpul

data yang telah baku atau alat pengumpul data yang memiliki

standar validitas dan reliabilitas (Badriah, 2009).


57

Pengumpulan data primer yang terdiri dari variabel

komunikasi terapeutik dan kepuasan pasien dengan

menggunakan lembar kuesioner yang dibagikan kepada

responden.

Langkah-langkah pengumpulan data yaitu:

1) Memohon izin kepada Direktur RSUD. Gunung Jati, Kepala

Bidang Keperawatan, Kepala Instalasi Rawat Inap A, dan

kepala ruangan untuk mengadakan penelitian terhadap pasien

di Paviliun Pangeran Cakrabuana yang akan dijadikan

responden dalam penelitian.

2) Melakukan pendekatan individual diikuti pembenan inform

consent penelitian kepada responden.

3) Jelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian serta

cara mengisi dan menjawab pertanyaan.

4) Membagikan kuesioner kepada responden.

5) Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

mengisi kuesioner selama 30 menit.

6) Mengumpulkan lembar kuesioner, kemudian" meneliti

jawaban yang terkumpul.

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang

haras diolah sedemikian rapa agar dapat disajikan dalam bentuk

tabel atau grafik sehingga mudah dianalisis dan menarik

kesimpulan.
58

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap :

1) Editing

Editing dilakukan untuk menilai kelengkapan

pengisian, kesalahan pengisian, kejelasan, dan kesesuaian

jawaban responden.

2) Coding

Hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi

responden diberi kode, membuat konversi jawaban kedalam

angka-angka sehingga memungkinkan untuk diolah dengan

komputer.

3) Data Entry

Data entry yaitu memasukan ke program komputer.

4) Cleaning data

Data-data yang telah dimasukan ke program komputer

kemudian dilakukan pembersihan, agar seluruh data yang

sudah diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan

analisa data.

4.5.2 Validitas dan ReliabiHtas Data a.

Validitas

Validitas mempersoalkan apakah benar-benar kita

mengukur apa yang kita ukur, yang menurut para ahli statistik
validitas dapat diringkas meliputi: validitas internal, validitas

ekstemal, isi, konstruk, dan face validitas (Badriah, 2009).


59

Selanjutnya dikatakan Badriah (2009) bahwa validitas

internal berkaitan dengan kekuatan kesahihan yang melekat pada

variabel penilaian yang diukur atau dijadikan percobaan dan

berkaitan dengan ketepatan penggunaan alat ukur untuk variabel

tersebut.

Validitas eksternal berkaitan dengan kesahihan dari hasil

percobaan untuk dibuatkan sebuah generalisasi untuk

memberikan ukuran terhadap populasi secara mantap. validitas

isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahan. topik,

dan substansinya) cukup representatif atau cukup untuk mewakili

sebuah populasi, validitas konstruk mempersoalkan abstraksi dan

generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang diciptakan

khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai ciri dapat

diamati serta diukur, dan face validity berkaitan dengan apa yang

nampaknya untuk mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa

yang seharusnya kegiatan tersebut mengukur.

Pertanyaan-pertanyaan diberikan kepada sekelompok

responden sebagai sarana uji coba. Kemudian pertanyaan-

pertanyaan (kuesioner) tersebut diberi skor atau nilai jawaban n

masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dihitung korelasi antara skor masing-masing

pertanyaan dengan skor total.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi


"product moment"1yang rumusnya sebagai berikut:
60

Keterangan:

X = Pertanyaan nomor 1

Y = Skor total

XY = Skor pertanyaan nomor 1 dikali skor total

Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan

dengan menggunakan bantuan komputer melalui program,

dengan menelaah nilai Pearson Corellation, tetapi tidak

dilakukan uji validitas content.

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap

pertanyaan itu significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai

product moment, yang biasanya ada di dalam buku-buku statistik. b.

Reliabilitas

Hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, sangat

bergantung pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh,

tingkat validitas, dan reliabilitas instrumen sebagai alat ukur data

tersebut (Badriah, 2009).

Selanjutnya dikatakan (Badriah, 2009) bahwa reliabilitas

berkaitan dengan pengertian apakah alat ukur cukup akurat,

stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang akan diukur,

berkaitan dengan tingkat kepercayaan dari suatu macam


61

instrumen sebagai alat pengumpul data, dan harus terhindar dari

sifat tendensius atau memihak terhadap kepentingan penelitian.

Reliabilitas dibagi menjadi dua macam, yaitu reliabilitas

eksternal dan reliabilitas internal. Secara internal, pengujian

reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menguji coba kuesioner

sekali saja, kemudian dilakukan analisis untuk memprediksi

reliabilitas kuesioner tersebut. Teknik analisis yang dapat

dipergunakan untuk memprediksi reliabilitas kuesioner

diantaranya adalah teknik belah dua Spearman Brown atau

Formula Alpha Cronbach.

Perhirungan reliabilitas harus diiakukan hanya pada

pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas, dengan

demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu sebelum

menghitung reliabilitas.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan

tekhnik Formula Alpha Cronbach dengan rumus:

Keterangan:

a = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I

Sx = jumlah varians skor total


Sebelum dilaksanakan pengumpulan data dilakukan uji

coba, yang bertujuan mendapatkan masukan guna perbaikan


62

instrumen pengumpulan data yang telah dibuat. Uji coba

dilakukan pada pasien yang dirawat di Ruang Penyakit Dalam

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Hasil uji coba kuesioner berdasarkan pengolahan data

dengan program komputer didapatkan nilai korelasi tiap

pertanyaan > 0,3 dan hasil hitung Alpha Cronbach > 0,7,

disimpulkan menurut Azwar (1999) dalam Priyatno (2010), jika

nilai item korelasi minimal 0,30 dianggap valid, sedangkan hasil

hitung Alpha Cronbach menurut Sukaran (1992) dalam Priyatno

(2010) dikatakan bahwa nilai 0,7 adalah dapat diterima, maka

kuesioner ini layak digunakan dalam penelitian karena valid dan

reliabel.

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis pada penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner

dengan menggunakan analisis univariat. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan

variabel yang digunakan dalam penelitian ini melalui distribusi

frekuensi.
63

Rumus distribusi frekuensi (Budiarto, 2002):

Keterangan:

P: Persentase

f : Jumlah setiap kategori/variabel

n: Jumlah responden

Hasil analisis kuesioner menggunakan aturan-aturan kriteria

hasil sebar menurut menurut Arikunto (2002), yaitu:

a. 0% = ditafsirkan tidak ada.

b. 1-25% = ditafsirkan sebagian kecil.

c. 26-49% = ditafsirkan hampir setengahnya.

d. 50% = ditafsirkan setengahnya.

e. 51-75% = ditafsirkan sebagian besar.

f. 76-99% = ditafsirkan hampir seluruhnya.

g. 100% = ditafsirkan seluruhnya.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan satu sama lain, dapat dalam

kedudukan yang sejajar (pada pendekatan komparasi) dan kedudukan

yang merupakan sebab akibat (eksperimentasi) (Badriah 2009),

dengan tujuan yaitu menjelaskan hubungan komunikasi terapeutik


terhadap kepuasaan pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD

Gunung Jati Kota Cirebon.

Pada langkah ini dihubungkan antara variabel independen

dengan dependen dengan bantuan program komputer. Uji statistik


64

yang digunakan adalah Chi-square (X ). Menurut Kountur (2005),

Chi square (X2) digunakan untuk menganalisa frekuensi dari dua

variabel dengan banyak kategori untuk menentukan apakah ada

hubungan antara kedua variabel.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien

dengan tingkat kemaknaan p=0,05 (5%), karena angka ini dinilai

cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel dan

merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan daiam

penelitian.

Rumus Chi-square (X2) jika dihitung secara manual adalah

(Sudjana, 2002):

Keterangan :

Oij = tabel observasi

Eij = tabel ekspektasi

i =jumlah baris

j = jumlah kolom
65

Kriteria uji dalam penelitian ini didasarkan pada :

a. Jika p value < a (0,05), maka (Ho) ditolak, dan (Ha) diterima,

berarti ada hubungan antara implementasi komunikasi terapeutik

dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

b. Jika p value > a (0,05), maka (Ho) gagal ditolak (Ha) ditolak,

berarti tidak ada hubungan antara implementasi komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Paviliun Pangeran

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

4.7 Etika Penelitian

Penelitian menjamin hak-hak responden dengan cara peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian serta

memberikan hak untuk menolak dijadikan responden penelitian.

Aspek-aspek etika pada pengumpulan data penelitian memperhatikan

kaidah etika penelitian sebagai berikut (Hidayat, 2007): a. Lembar

persetujuan {Informed Consent)

Sebelum melakukan penelitian, akan diberikan lembar

persetujuan kepada responden dengan tujuan agar responden mengerti

maksud, tujuan, dan dampak penelitian. Jika responden bersedia maka,

mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.


66

b. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan cara

tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data,

lembar tersebut cukup diberi kode tertentu.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan sebagai hasil riset/penelitian.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Paviliun Pangeran Cakrabuana

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan dilakukan dalam kurun waktu dua

minggu, yaitu pada tanggal 15 - 28 Juli 2013.


BABV HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana I, II, dan III RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon pada tanggal 15 - 28 Juli 2013 dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan antara implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat

kepuasan pasien yang dijelaskan secara univariat dan bivariat. 5.1.1

Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

pada masing-masing variabel, kemudian didistribusikan dalam tabel

frekuensi dan prosentase. a. Implementasi Komunikasi Terapeutik:

Distribusi frekuensi implementasi komunikasi terapeutik

di Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Di Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2013 (n=60)

Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)


Implementasi baik 18 30.0
Implementasi cukup 26 43.3
Implementasi kurang 16 26.7
Jumlah 60 100
Sumber data: Data Primer. 2013

67
68

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 di atas,

didapatkan data hampir setengah responden (43,3%) atau

sebanyak 26 orang berpendapat bahwa implementasi komunikasi

terapeutik dalam kategori cukup baik, sedangkan sebagian kecil

responden (30%) berpendapat dalam kategori baik dan 26,7%

dalam kategori kurang baik. 1) Tahap Orientasi/Perkenalan

Distribusi frekuensi implementasi komunikasi

terapeutik pada tahap orientasi/perkenalan yang dilaksanakan

perawat di Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Tahap Orientasi/Perkenalan Di
Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung
Jati Kota Cirebon Tahun 2013 (n=60)

Kategori Frekxiensi (f) Prosentase (%)


Implementasi baik 12 20.0
Implementasi cukup 55.0
Implementasi kurang 15 25.0
Jumlah 60 100
Sumber data: Data Primer, 2013

Data tabel 5.2 di atas menyatakan sebagian besar

responden (55%) atau sebanyak 33 orang berpendapat bahwa

implementasi komunikasi terapeutik pada tahap

orientasi/perkenalan yang dilakukan perawat dalam kategori

cukup baik, sedangkan sebagian kecil responden (25%)


69

berpendapat dalam kategori kurang baik, dan 20% responden

berpendapat dalam kategori baik. 2) Tahap Kerja

Distribusi frekuensi implementasi komunikasi

terapeutik pada tahap kerja yang dilaksanakan perawat di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Tahap Kerja Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Tahun2013(n=60)

Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)


Implementasi baik 17 28.3
Implementasi cukup 32 53.3
Implementasi kurang 11 18.3
Jumlah 60 100
Sumber data: Data Primer, 2013

Data tabel 5.3 di atas menyatakan sebagian besar

responden (53,3%) atau sebanyak 32 orang berpendapat bahwa

implementasi komunikasi terapeutik pada tahap kerja yang

dilakukan perawat dalam kategori cukup baik, sedangkan

hampir setengah responden (28,3%) berpendapat dalam kategori

baik, dan sebagian kecil responden (18,3%) berpendapat dalam

kategori kurang baik. 3) Tahap Terminasi

Distribusi frekuensi implementasi komunikasi

terapeutik pada tahap terminasi yang dilaksanakan perawat di


70

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon ditunjukkan pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Implementasi Komunikasi


Terapeutik Tahap Terminasi Di Pavilliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon Tahun 2013 (n=60)

Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)


Implementasi baik 23 38.3
Implementasi cukup 14 23.3
Implementasi kurang 23 38.3
Jumlah 60 100
Sumber data: Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 di atas,

menunjukkan bahwa hampir setengah responden (38,3%)

atau sebanyak 23 orang berpendapat bahwa implementasi

komunikasi terapeutik pada tahap terminasi yang dilakukan

perawat dalam kategori baik dan kurang baik, sedangkan

sebagian kecil responden (23,3%) sebanyak berpendapat

dalam kategori cukup baik.

b. Tingkat Kepuasan Pasien :

Distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien terhadap

pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.


71

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien Di


Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati
Kota Cirebon tahun 2013 (n=60)

Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)


Sangat Puas 28 46.7
Puas 23 38.3
Kurang Puas 0 0
Tidak Puas 9 15.0
Jumlah 60 100
Sumber data: Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 di atas,

menunjukkan bahwa harnpir setengah responden (46,7%)

merasakan sangat puas dan 38,3% merasakan puas terhadap

implementasi komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat,

sedangkan sebagian kecil responden (15%) merasakan tidak

puas.

5.1.2 Ana lisa Bivariat

Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji

Chi-square (X 2), dikatakan memiliki hubungan yang bermakna

secara statistik jika diperoleh nilai p < a (a=0,05).

a. Hubungan antara Implementasi Komunikasi Terapeutik Tahap


Orientasi/Perkenalan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di
Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Hubungan antara implementasi komunikasi terapeutik

tahap orientasi/perkenalan terhadap tingkat kepuasan pasien di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota


72

Cirebon secara statistik disajikan pada tabel 5.6 uji silang di

bawah ini.

Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Tahap Orientasi/Perkenalan
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon Tahun 2013 (n=60)

Sangat Kurang Tida Hasil


Puas
Puas Tingkat Kepuasan Pasien k Uji
Puas Jumlah

Implementasi Puas
Tahap Orientasi

f % f % f % t % t %
p=
Baik 8 17 13.3 3 15 5.0 00 00 1 1.7 12 20,0
Cukup 3 5 25,0 0 0 1 1,7 33 55,0 0,008
28,3
Kurang 8,3 15 25,0
7 11,7
Jumlah 28 5,0
46,7 23 38,3 0 0 9 15,0 60 100
Sumber data : Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil tabel 5.6 di atas dengan menggunakan

program komputer diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara

implementasi komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan

dengan tingkat kepuasan pasien, dapat diketahui bahwa

implementasi dalam kategori cukup baik (28.3%) dirasakan

pasien dengan sangat puas oleh pasien.

P value didapatkan nilai 0,008, artinya terdapat hubungan

signifikan antara implementasi komunikasi terapeutik tahap

orientasi/perkenalan terhadap tingkat kepuasan pasien di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon, hal ini karena 0,008 < 0,05 ( p value < 0,05).
73

b. Hubungan antara Implementasi Komunikasi Terapuetik Tahap


Kerja dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Hubungan antara implementasi komunikasi terapeutik

tahap kerja terhadap tingkat kepuasan pasien secara statistik

disajikan pada tabel 5.7 uji silang di bawah ini.

Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Tahap Kerja Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun
2013(n=60)

Tingkat Kepuasan Pasien


Implementasi Sangat Puas Kurang Tidak Jumlah Hasil
Tahap Kerja ■ Puas Puas Puas
f % f % f % f % f % Uji
P=
Baik 11 18,3 5 8.3 00 00 1 1,7 17 28,3
Cukup 10 16,7 0 0 7 11,7 32 53,3 0,008
15 25,0
Kurang 8 15,3 1 1,7 11 18,3
Jumlah 3,3
28 46,7 23 38,3 0 0 9 15,0 60 100
2
Sumber data : Data primer, 2013

Berdasarkan hasil tabel 5.7 di atas dengan menggunakan

program komputer diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara

implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja dengan tingkat

kepuasan pasien, dapat diketahui bahwa implementasi dalam

kategori cukup baik (25%) dirasakan pasien dengan sangat puas.

P value didapatkan nilai 0,008, artinya terdapat hubungan

signifikan antara implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja

terhadap tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran


74

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, hal ini karena

0,008 < 0,05 ( p value < 0,05).

c. Hubungan antara Implementasi Komunikasi Terapuetik Tahap


Terminasi dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Hubungan antara irnpiernentasi komunikasi terapeutik

tahap terminasi terhadap tingkat kepuasan pasien di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon secara

statistik disajikan pada tabel 5.8 uji silang di bawah ini.

Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Tahap Terminasi Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran
Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun
2013(n=60)

Tingkat Kepuasan Pasien


Implementasi Sangat Puas Kurang Tidak Jumlah Hasil
Tahap Puas Puas Puas
Terminasi f % f % f % f % f % Uji
P=
Baik 14 23,3 96 15,0 0 00 0 0 1,7 23 38,3
Cukup 7 11,7 8 10,0 00 0 14 23,3 0,008
1 13,3
Kurang 13,3 23 38,3
Jumlah 7
28 11.7
46,7 23 38,3 0 0 9 15,0 60 100
8
Sumber data : Data primer, 2013

Berdasarkan hasil tabel 5.8 di atas dengan menggunakan

program komputer, diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara

implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi dengan

tingkat kepuasan pasien, dapat diketahui bahwa implementasi

dalam kategori baik (23,3%) dirasakan sangat puas oleh pasien.


75

P value didapatkan nilai 0,008, artinya terdapat hubungan

signifikan antara implementasi komunikasi terapeutik tahap

terminasi terhadap tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, hal ini karena

0,008 < 0,05 ( p value < 0,05).

d. Hubungan antara Implementasi Komunikasi Terapeutik dengan


Tingkat Kepuasan Pasien Di Pavilliun Pangeran Cakrabuana
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Hubungan antara implementasi komunikasi terapeutik

secara keseluruhan tahap (orientasi/perkenalan, kerja, dan

terminasi) terhadap tingkat kepuasan pasien di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon secara

statistik disajikan pada tabel 5.9 uji silang di bawah ini.

Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Implementasi


Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kepuasan
Pasien Di Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2013 (n=60)

Tingkat Kepuasan Pasien


Implementasi Sangat Puas Kurang Tidak Jumlah Hasil
Komunikasi Puas Puas Puas Uji
Terapeutik f % f % f % f % f %

Baik 11 18,3 6 11 10,0 00 00 1 1,7 1,7 18 30,0 P=


Cukup 14 6 18,3 0 0 1 11,7 26 43,3 0,008
23,3
Kurang 5 10,0 16 26,7
Jumlah 28 5,0
46,7 23 38,3 0 0 79 15,0 60 100
Sumber data : Data primer, 2013

Dari data pada tabel 5.9 di atas dengan menggunakan

program komputer diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara

implementasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan


76

pasien, dapat diketahui bahwa implementasi dalam kategori

cukup baik (23,3%) dirasakan sangat puas oleh pasien.

P value didapatkan nilai 0,008 artinya terdapat hubungan

signifikan antara implementasi komunikasi terapeutik terhadap

tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, hal ini karena 0,008 < 0,05 ( p

value < 0,05).

5.2 Pembahasan

Pembahasan adalah kesenjangan yang didapatkan setelah peneliti

melakukan penelitian dan membandingkannya dengan teori yang

berkaitan/relevan, disertai dengan hasil-hasil penelitian orang lain. a.

Implementasi Komunikasi Terapeutik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, dengan menilai

implementasi komunikasi terapeutik secara statistik, didapatkan

datahampir setengah responden (43,3%) berpendapat bahwa

implementasi komunikasi terapeutik dalam kategori cukup baik, ini

menunjukkan bahwa perawat Pavilliun Pangeran Cakrabuana telah

melaksanakan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan sehari-

hari kepada pasien dengan cukup baik dan telah berusaha

menyesuaikan dengan tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri, yaitu

dapat menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga

akan lebih efektif dalam


77

mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan

kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan

meningkatkan profesionalisme perawat (Damaiyanti, 2008).

Menurut Mundakir (2006), perawat sebagai salah satu profesi

kesehatan, mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan pasien

sehingga dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna

terapeutik, hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2002), dikatakan

bahwa komunikasi merupakan salah satu bentuk kewajiban perawat

terhadap hak pasien untuk memperoleh informasi objektif dan lengkap

tentang apa yang sedang dialaminya, upaya yang akan atau sedang

dilakukan oleh perawat, dan hasil tindakan dan pengobatan yang telah

diberikan.

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara

terapeutik tidak saja akan menjalin hubungan rasa percaya pada pasien,

tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah illegal, memberikan

kepuasan ptofesional dalam pelayanan keperawatan, meningkatkan citra

profesi keperawatan, dan citra rumah sakit (Dwidiyanti, 2008).

Hasill penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan

Rima (2010) terhadap 63 responden pada bulan Maret 2009 - Desember

2010 di Instalasi Rawat Inap B Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang yang

menunjukkan hasil lebih dari separuh perawat (69,8%) telah

melaksanakan komunikasi terapeutik.


78

Penelitian lain yang dilakukan Hermawan (2009) terhadap 4

partisipan secara kualitatif pada bulan Nopember 2009 menunjukkan

bahwa persepsi pasien tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik

perawat di Unit Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus adalah

cukup baik. b. Komunikasi Terapeutik Tahap Orientasi/Perkenalan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, dengan menilai

implementasi komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan, secara

statistik didapatkan data sebagian besar responden (55%) berpendapat

bahwa implementasi komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan

dalam kategori cukup baik.

Komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan merupakan

kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu dengan pasien.

Tahap ini merupakan tahap mengawali komunikasi, jika pada tahap ini

tidak dapat dilaksanakan dengan baik, komunikasi terapeutik tidak akan

terjalin, hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan Mundakir (2006)

bahwa pada tahap perkenalan/orientasi perawat seharusnya membenkan

salam dan tersenyum kepada pasien, memperkenalkan din dan

menanyakan nama pasien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, dan

afektif), menyediakan kepercayaan dan menjelaskan kerahasiaan,

penerimaan, dan membuat kontrak timbal balik.


79

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendapat bahwa pada tahap orientasi/perkenalan telah dilaksanakan

dengan cukup baik oleh perawat, responden menilai bahwa perawat di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana telah dapat melaksanakan tahap tersebut

dengan cukup baik, perawat dapat menjalin hubungan saling percaya

dengan pasien.

Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Wahyu (2006),

dikatakan bahwa sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan

tahapan ini dengan baik, karena tahapan ini merupakan dasar bagi

hubungan antara perawat dengan pasien. Menurut Baradero et al (2009),

dikatakan bahwa tujuan pelaksanaan fase orientasi yaitu agar dapat

terbina hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien, melalui

komunikasi terapeutik pasien belajar bagaimana menerima dan diterima

orang lain.

Tanpa adanya saling percaya perawat tidak akan dapat

melakukan tindakan apapun, hal ini sesuai dengan pendapat Nasir dkk

(2009) yang mengatakan bahwa diperlukan iklim hubungan yang

kondusif antara perawat dan klien, sehingga diperlukan komunikasi yang

efektif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Penelitian tentang implementasi komunikasi terapeutik tahap

orientasi/perkenalan pernah dilakukan oleh Setiowati dkk (2012)

terhadap 44 responden yang merupakan pasien Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan, didapatkan hasil


80

berupa 54,5% responden berpendapat bahwa pelaksanaan komunikasi

terapeutik tahap orientasi yang dilakukan perawat adalah baik,

sedangkan sisanya 45,5% kurang baik. c. Komunikasi Terapeutik Tahap

Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, dengan menilai

implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja, secara statistik

didapatkan data sebagian besar responden (53,3%) berpendapat bahwa

implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja dalam kategori cukup

baik.

Tahap kerja pada komunikasi terapeutik merupakan inti dari

keseluruhan proses, menurut Nasir dkk (2009), pada tahap ini perawat

dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan

kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan, dan perilaku

klien.

Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang

telah ditetapkan yang bertujuan secara kognitif dan afektif/psikomotor,

melaksanakan terapi/teknikal keperawatan, pendidikan -kesehatan,

kolaborasi, dan observasi (Damaiyanti, 2008).

Bagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu

menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini

merupakan usaha untuk memadukan dan tnenegaskan hal-hal penting

dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran


81

dan ide yang sama, sehingga klien dapat merasakan bahwa keseluruhan

pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik

dan benar-benar dipahami oleh perawat. (Suryani, 2006),

Hasil penelitian menunjukkan sebgian besar responden

berpendapat implementasi pada tahap ini dalam kategori cukup baik, hal

ini disebabkan perawat Pavilliun Pangeran Cakrabuana telah dapat

melaksanakan asuhan keperawatan yang dapat diterima oleh pasien dan

didasarkan atas komunikasi terapeutik dengan cukup baik.

Penelitian tentang implementasi komunikasi terapeutik pada fase

kerja pernah dilakukan oleh Roatib dkk (2007) yang dikaitkan dengan

karakteristik perawat, hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik

perawat mempunyai hubungan yang signfikan dengan motivasi perawat

dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada fase kerja, yaitu pada

dimensi pendidikan (p=0,000), pelatihan (p=0,000), dimensi umur

(p=0,021), dan lama kerja (p=0,034). d. Komunikasi Terapeutik Tahap

Terminasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, dengan menilai

implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi, secara statistik

didapatkan data hampir setengah responden (38,3%) berpendapat bahwa

implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi dalam kategori

baik.
82

Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan

pasien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara adalah akhir

dari tiap pertemuan perawat dan pasien, tetapi perawat akan bertemu

kembali dengan pasien pada waktu tertentu misalnya satu atau duajam

pada hari berikutnya, sedangkan terminasi akhir adalah ketika pasien

akan pulang dari rumah sakit atau perawat selesai melaksanakan

praktik di rumah sakit.

Hal-hal yang harus dilakukan pada fase terminasi adalah 1)

Melakukan evaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan

dengan cara perawat meminta klien menyimpulkan tentang apa yang

telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan, 2)

Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan

klien setelah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu, 3)

Menyikapi tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan (client

planning), 4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya (topik,

waktu, dan tempat pertemuan).

Hasil penelitian didapatkan data lebih hampir setengah responden

berpendapat implementasi pada tahap ini dalam kategori baik, hal ini

menunjukkan perawat di Pavilliun Pangeran Cakrabuana dapat

melaksanakan fase/tahap terminasi berupa terminasi sementara ataupun

terminasi akhir dengan teknik yang baik, sebab menurut Anggraini

(2009), dikatakan bahwa apabila perawat dalam berinteraksi dengan

pasien tidak memperhatikan teknik dan tahapan komunikasi terapeutik


83

dengan benar dan tidak berusaha untuk menghadirkan diri secara fisik

yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, maka hubungan yang

baik antara perawat dan pasien akan sulit terbina.

e. Tingkat Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, dengan menilai

tingkat kepuasan pasien, secara statistik didapatkan data hampir setengah

responden (46,7%) merasakan sangat puas terhadap implementasi

komunikasi terapeutik yang dilaksanakan perawat Pavilliun Pangeran

Cakrabuana.

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan

harapannya (Oliver dalam Supranto, 2001). Kepuasan pasien terhadap

layanan kesehatan khususnya komunikasi terapeutik sangat ditunjang

oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh profesi keperawatan. karena

keperawatan merupakan ujimg tombak pelayanan rumah sakit yang

menghadapi klien selama 24 jam selama terus menerus selama menjalani

perawatan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan Huber (1996) dalam

Hamid (2000), bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit, 90% adalah

pelayanan keperawatan, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan

keperawatan merupakan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam

menentukan kepuasan pasien (Muninjaya, 2004).


84

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika citra rumah sakit

dinilai dari aktivitas dan kinerja pelayanan keperawatan, seperti yang

disampaikan oleh Aditama (2003) bahwa tujuan pelayanan kesehatan di

rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan secara

professional dan bermutu kepada masyarakat, yaitu memberikan

pelayanan yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengguna jasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah responden

(46,7%) merasakan sangat puas terhadap implementasi komunikasi

terapeutik, hal ini karena pelaksanaan komunikasi terapeutik yang

dilakukan perawat telah sesuai dengan harapan dan keinginan responden

dan komunikasi terapeutik yang baik adalah merupakan bagian dari citra

rumah sakit yang berusaha diwujudkan untuk kepuasan pasien dengan

menjunjung tinggi hak-hak pasien melalui pelayanan yang sesuai

harapan (Azwar, 2003), meskipun banyak terdapat faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien. misalnya kualitas produk,

kualitas layanan, emosional, harga, dan biaya (Lupiyoadi, 2001)

Penelitian tentang kepuasan pasien rawat inap pernah dilakukan

oleh Darmawan (2009) di IGD RSUD Dr. Soedarso Pontiansk terhadap

108 responden dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soedarso telah

melaksanakan komunikasi terapeutik dan kepuasan klien tentang

pelayanan keperawatan adalah puas.


85

f. Hubungan Antara Implementasi Komunikasi Terapeutik Dengan


Tingkat Kepuasan Pasien

Hubungan antara variabel implementasi komunikasi terapeutik

yang dinilai dari tahap orientasi/perkenalan, tahap kerja. dan tahap

terminasi terhadap tingkat kepuasan pasien secara statistik dinilai dengan

nilai p (p value).

1) Implementasi komunikasi terapeutik terhadap tingkat kepuasan

pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana didapatkan nilai p=0.008.

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

implementasi komunikasi terapeutik terhadap tingkat kepuasan

pasien

2) Implementasi komunikasi terapeutik tahap orientasi/perkenalan

terhadap tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana

didapatkan nilai p=0,008, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara implementasi komunikasi terapeutik tahap

orientasi/perkenalan terhadap tingkat kepuasan pasien.

3) Implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja terhadap tingkat

kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana didapatkan nilai

p=0,008, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan

antara implementasi komunikasi terapeutik tahap kerja terhadap

tingkat kepuasan pasien.

4) Implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi terhadap tingkat

kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana didapatkan nilai

p=0,008, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan


86

antara implementasi komunikasi terapeutik tahap terminasi terhadap

tingkat kepuasan pasien.

P value didapatkan nilai 0,008 (p value < 0,05), sehingga (Ha)

diterima, dapat disimpulkan bahwa:

1) Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran

Cakrabuana.

2) Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap orientasi/perkenalan dengan tingkat kepuasan pasien

di Pavilliun Pangeran Cakrabuana.

3) Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap kerja dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana.

4) Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap terminasi dengan tingkat kepuasan pasien di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana.

Implementasi komunikasi terapeutik merupakan cara untuk

membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian

informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk

mempengaruhi orang lain, komunikasi ini direncanakan secara sadar,

bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

(Suryani, 2006).
uaransno)} uBSEtids^ 'iojEJnpui }l\ nm HBP BJBJ -EJBJ joqoq i mp

jBdsp § UBA" sijuoaj Buauiousj UBp >[BJjsqB jBq qBnqss

iB§Bqas ip usuinsucq uesBndsjj idB}3} 'uBjrojn 5]3fqo UE

jn>jnip ysdvp jjBpp uaiun

ipjo UB^BSBJip SUBX Bpsq-Bpsqjsq SireX uesends^ JE^SUIJ

ipBfjsj 'BUIBS SUBX snsBjj >jn^un BUIBS §UBX UBUBXBpd

uB§usp 'isBU njBns dBpBqjaj SUBJOSSSS uBsenda^

•BXuBiuuajip SUBX

B[3ui qB|3ps BAUBSjBtijS^/usiSBd UB>pjnfunjip

UB>]B SBTld 3{BpiJ IIBJB SBnd UBBSBJSd '(9002 '

UB§U3p UBJfBSBJip §UBJO3S3S Bp3UI>I UBJfoUipUBqUISUI qB]3J3S

UBBSBJSd JEijoU]} B7J3JB>[ UB^qBqSSip JBdBp

iin |Bq 'Bpsqjaq UB ^ JB S UBJO }B>f§up UBIBJIUSJ


dBips
"UEifUSqip SUBX UBUBAB]3d JISBq UBJJB

nB§SuB|3d 'UBUBXB{3d UB5j}BdBpU3UI

UBA \ BJJ qajo UBJjdBJjSunip S UB X iysdas 'BSB [

UB5jSBnui3UJ UBp UBdBJBq iqnuaiuaui ire^usqip SUBX UBUBXB|9d

qnsf BdBjaqss iBjraaui ^jnjun UB?{Bun§ip jsdBp qBqas 'Suijuad

JB S UBS isB>|iunu]o>f IUI jBq UIBJBP UBjBA\BJ3ds^[ UBUBXBJSJ

UBp ']

'UB5{BSBJ3UI JBMBJSd njUBqtU3Ul

•rmaequisui §UBX UBSunqnq UB^dBjsuaiu >jraun


UBndlUBUI3>{ UBp ISB5fTUnUlO5f UB^rqBJSUI JBMBJSd BXBB BpBd §UnjUB§J3}

B§nf U3lSBd UBndlUBUI35f UB>{JBi{§UIU3UI UIBJBp

L%
88

akumulasi pengalaman dari pembelian dan konsumsi (Yi, 1989

dalamErnawan, 2001).

Komunikasi terapeutik bukanlah satu-satunya faktor yang

berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien, menurut Wijono (2000)

dikatakan bahwa kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi

pelayanan kesehatan lain atau kepuasan pasien akan dipengaruhi banyak

faktor antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi,

prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang tersedia, mutu

makanan, pengaturan kunjungan, outcome terapi dan perawatan yang

diterima.

Hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dan Aryati (2008)

terhadap 130 responden di Rumah Sakit Islam Kendal menunjukkan

hasil terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan

kepuasan pasien dengan keeratan hubungan lemah (r = 0,225 dan nilai P

= 0,010).

Berdasarkan teori Lupiyoadi (2001), dikatakan bahwa dalam

menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus

diperhatikan oleh perusahaan/rumah sakit dalam hal ini adalah Pavilliun

Pangeran Cakrabuana sebagai penyedia jasa layanan, yaitu: kualitas

produk, kualitas pelayanan, respon emosi pelanggan, harga, dan biaya

tambahan.

Rumah sakit agar bisa beroperasional secara baik, harus bisa

mempertahankan kualitas pelayanan dengan penmgkatan kualitas


89

sumber daya manusia kesehatan terutama tenaga keperawatan, tetapi

harus didukung pula oleh fasilitas penunjang rumah sakit, baik

penunjang medis maupun non-medis, sarana penunjang diagnostik

rumah sakit antara lain, meliputi laboratorium, instalasi farmasi,

radiologi, pelayanan makan, dan Iain-lain. Tarif yang tinggi juga dapat

mengurangi kepuasan pasien sehingga secara tidak langsung akan

mempengaruhi pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat

khususnya bagi mereka yang memanfaatkan pelayanan rumah sakit.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara implementasi komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, memiliki beberapa

keterbatasan penelitian yaitu:

a. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup

sehingga pilihan-pilihan jawaban responden menjadi terbatas dan dapat

terjadi jawaban yang tidak sesuai dengan pendapat responden.

b. Tidak dilakukan uji validitas content sehingga dapat terjadi kelemahan

dalam isi kuesioner.


BAB VI SIMPULAN DAN

SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon pada tanggal 15 -

28 Juli 2013 dapat disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar responden (55%) berpendapat bahwa implementasi

komunikasi terapeutik pada tahap orientasi/perkenalan dalam kategori

cukup baik.

b. Sebagian besar responden (53,3%) berpendapat bahwa implementasi

komunikasi terapeutik pada tahap kerja dalam kategori cukup baik.

c. Hampir setengah responden (38,3%) berpendapat bahwa implementasi

komunikasi terapeutik pada tahap terminasi dalam kategori baik.

d. Hampir setengah responden (56,7%) merasakan sangat puas terhadap

implementasi komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat.

e. Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap orientasi/perkenalan dengan tingkat kepuasan pasien di

Pavilliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon (p

value=0,008).

f. Terdapat hubungan signifikan antara implementasi komunikasi

terapeutik tahap kerja dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun


90
91

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon |

=0,008). g. Terdapat hubungan signifikan antara implementasi

komunikasi

terapeutik tahap terminasi dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon (p value

=0,008). h. Terdapat hubungan signifikan antara implementasi

komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Pavilliun Pangeran

Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon (p value=0,008).

6.2 Saran

a. Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat untuk mempertahankan dan selalu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berkomunikasi

secara terapeutik, melalui penguasan respon verbal dan non verbal

pasien sehingga dapat membina hubungan saling percaya dengan baik

b. Bagi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas komunikasi

terapeutik melalui sosialisasi pelaksanaan Standard Operating

Procedure (SOP) tentang asuhan keperawatan professional terhadap


pasien rawat inap dan pelatihan internal {in house training) bagi perawat,

serta peningkatkan faktor-faktor lain yang dapat menunjang tingkat


92

kepuasan pasien berupa peningkatan fasilitas, sarana, dan prasarana

rumah sakit. c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan acuan dan sumber referensi guna

penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor penunjang tingkat

kepuasaan pasien di Pavilliun Pangeran Cakrabuana agar dapat

menggambarkan secara lebih nyata mengenai respon masvarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan perawatan di rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. 2009. Hubimgan Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Tindakan


Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Klien Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Una/an Daerah Wales Kulon Progo Yogyakarta Tahun
2008.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Cetakan.XII.Edisi Revisi V. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta. EGC

Azwar, A. 2003. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta

Badriah, DL.2009.Metodologi Penelitian Hmu-Hmu Kesehatan. Multazam.


Bandung

Baradero, M, Mary W D, Yakobus S. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan


Perioperatif. Cetakan I. Editor: Fruriolina Ariani, Monica Ester. EGC.
Jakarta.

Budiarto,E-2002. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.EGC


Jakarta

Darmawan I. 2009. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan


Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan Pelayanan Keperawatan Di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Dipublikasikan

Dwidiyani, M. 2008. Keperawatan Dasar, Konsep "Caring", Komunikasi, Etik,


dan Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan. Hasani. Semarang.

Ernawan, T. 2001. Analisis Hubungan Dimensi Kualitas Pelayanan Kesehatan


Terltadap Kepuasan Pasien Rawat Inap. Tesis. Program Pasca Sarjana.
Undip. Semarang. Dipublikasikan

Gerson,R.F.2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Panduan Menciptakan


Pelayanan Bermutu (Measuring Customer Satisfaction). Lembaga
Manajemen PPM dan Penerbit PPM. Jakarta

Hamid, A. Y. 2000. Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. EGC. Jakarta

93
94

Hidayat, A.A.2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Umiak. Salemba


Medika. Jakarta

Hermawan, A.H. 2009. Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi


Terapeutik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Di Unit
Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus. Artikel of Andreas Hadi H
(G2B308004).TQrsedia: http://eprints.undip.ac.id/10473/l/ARTIKEL.pdf
[02 September 2013].

Iravvan. H.2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta. PT. Elex media


Komputindo.

Kathleen, B. K. 2007.Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan Perspektif


Edisi 4. EGC. Jakarta

Kotler, P. 2003. Marketing Management. (Edisi Indonesia oleh Hendra Teguh,


Ronny dan Benjamin Molan). PT Indeks: Jakarta

Kusnanto.2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. EGC.


Jakarta

Liliweri, A. M. S. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Machfoedz, M. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik.


Ganbika. Yogyakarta

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan, Aplikasi Dalam Pelayanan. Graha


Ilmu. Yogyakarta

Muninjaya, A.A. Gde.2004. Manajemen Keseliatan Edisi 2.Penerbit Buku


Kedokteran EGC.Jakarta

Musliha dan Siti. 2010. Komunikasi Perawat. Yogyakarta. Nuha Medika

Murwani, A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya.


Yogyakarta

Nasir A, dkk. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori Dan Aplikasi.


Salemba Medika. Jakarta

Nugroho, H. A, Septiyani Aryati. 2008. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik


Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Kendal.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Jurnal Keperawatan Vol.2 No.2. Maret
2009:36-41. Dipublikasikan
... --

95

Nurachmah, Eli. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal


Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta

Nursahid. 2009. Hubungan Antara Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan


Tingkat Kepuasan Pasien Di IRDA RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Undip. Semarang: Skripsi Dipublikasikan

Potter, P. A., and Perry, A. G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.


EGC.Jakarta

Purba M.J. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. EGC. Jakarta

Riduan.2005. Dasar-dasar Statistik. ALFABETA. Bandung

Roatib, A, Suhartini, Supriyadi. 2007. Hubungan Antara Karakteristik Perawat


Dengan Motivasi Perawat Pelaksana Dalam Menerapkan Komunikasi
Terapeutik Pada Fase Kerja Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Jurnal Keperawatan Undip. Volume 1 Nomor 1 tahun 2007.
Dipublikasikan.

Santosa, S dan Tjiptono, F. 2004. Riset Pemasaran: Konsep Dan Aplikasi Dengan
SPSS. PT. Elek Media Komputindo. Jakarta

Setiowati S. Aida R, Zulfa A. 2012. Gambaran Tahapan Komunikasi Terapeutik


Perawat Terhadap Pasien Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah
Pekajangan Kabupaten Pekalongan Tahun 2012. Skirpsi. Program Studi
S-l Keperawatan. STIKes Muhammadiyah. Pekajangan. Dipublikasikan.

Smeltzer, S.C and Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih Bahasa. Agung Waluyo. Edisi VIE. EGC.
Jakarta

Stuart G.W, Sundeen SJ. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih
Bahasa. EGC. Jakarta

Supranto,J.200IJ'engukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan


Pangsa Pasar Edisi /.PT. Rineka Cipta.Jakarta

Suryani, 2006. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. EGC. Jakarta

Sutopo, A.S.2006. Pelayanan Prima (Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan I


dan II. Lembaga Administrasi Negara- Republik Indonesia.Jakarta

Tamsuri, A. 2005. Komunikasi Dalam Keperawatan. Cetakan I. EGC. Jakarta


96

Tjiptono, Fandi dan Gregorius C.2005. Service,Quality and Satisfaction.Andi


Offset. Yogyakarta

Wahyu, E. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap


Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Elizabeth Purwokerto. Jurnal
Keperawatan Soedirman. Volume 1 Nomor 2 Nopember 2006.
Dipublikasikan.

Widjaya. H.A.W. 2002. Komunikasi. Jakarta. Bumi Aksara

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Teori Strategi dan


Aplikasi. Volume 1. Surabaya. Airlangga.

Yanfi. Y.E.D. 2009. Hubungan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Perawat
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Bangsal Penyakit Dalam (Teratai)
Rsud Kabupaten Wonogiri. Fakultas Ilmu Kesehatan. Undip. Semarang:
Skripsi Dipublikasikan
Lampiran 1

JADWAL KERJA KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI

NO KEGIATAN BULAN KET

Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember


! 0 0 0 0 0 0 0 01 I 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 4 6 8 90 1 3 4 6 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8

i
1. Konsultasi awal 2 5 7 2 5 7 1
2. Studi Pendahuluan
3. Penyusunan Proposal
L1
4.
5.
Seminar Proposal dan Revisi
Uji Coba Kuesioner
_
f
6.
7.
8.
Persiapan Penelitian
Penyusunan BAB V
Analisa Data & Pembahasan
a i

11an
__ i

9.
10.
Sidang Skripsi
Revisi dan Penggandaan 1am ...

xvu
YAYASAN PENDIDIKAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

STIK
Kampus :J1. Lingkar Kadu Gede No.2 Kuningan Telp. (0232) 875847 Fax (0232) 875123
REKOMENDASI BPPSDM-DEPKES RI : HK.03.2.4.1.04634-SK MENDIKNAS RI : 278/D/0/2006278/D/0/2006

Nomor Kuningan, 05 Mi 2013


Lampiran B.015 /Ket-STIKKU/VII/2013
Perihal
Permohonan Ijin Uji Validitas

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Kuningan

Kepada Yth,
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik
dan Perlindungan Masyarakat
di
Kab. Cirebon

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan


Skripsi sebagai tugas akhir pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Kuningan, dimana mahasiswa yang bersangkutan memerlukan data
penelitian berkenaan dengan topik yang akan diteliti. Sehubungan hal
tersebut mohon kiranya mahasiswa dalam daftar di bawah ini dapat
diberikan ijin untuk pelaksanaan pengambilan data. Adapun mahasiswa
tersebut adalah :

Nama
Suwardi

NIM
CKRO110057

Program studi
Ilmu Keperawatan

Waktu
10-15Mi 2013

Tempat
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Judul
Hubungan Implementasi Komunikasi Terapeutik

Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Paviliun

Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon Tahun 2013.


Demikian permohonan ijin ini kami sampaikan. atas perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ketua,

Tembusan: Asep Sufyan Ramadhy, S.Ked


to VAYASAN PENDIDIKA^ BHAKTJ HUSADA KUNINGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Kampus :J1. Lingkar Kadu Gede No.2 Kuningan Telp. (0232) 875847 Fax (0232) 875123
REKOMENDASI BPPSDM-DEPKES RI : HK..03.2.4.1.04634-SK MENDiKNAS RI : 278<I)/0/2006278/D/0/2006

Nomor Kuningan, 05 Juli 2013


Lampiran : B.t315 /Ket-STIKKUAffi/2013
Perifaal
Program Studi llmu Keperawatan (S-1) STIKes Kuningan

Kepada Yth,

Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik


dan Periindungan Masyarakat

di
Koia Cirebon

Disampaikan dengan horniat berkenaan dengan kegiatan penyusunan


Skripsi sebagai lugas akhir pada Program Siudi Jirnju Keperawatan
Ktmingan, dimana mahasiswa yang bersangiartan memeriukatt data
penelitian berkenaan dengan topik yang akan diteliti. Sehubungan hal
tersebut mohon kiranya mabasiswa dalam daftar di hawah ini dapat
diberikaa ijin isobuk pelaksanaan peagambilan data. Adapumnahasiswa
tersebut adalah :

Suwardi
Nama
CKRO110057
NIM

Program studi

Penelitian : 16 s/d 31 Juli 2013

Tempat : RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Judail : Hutnmgan Implemeatasi Kodunlkasi Terapeatik

Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Paviliun


Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon Tahun 2013.

Demlldan permdhonan Tpn ini kami sampaikan, atas perhatian dan

kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


Tembusaa:

Asep Ssfyaa Ramad^y,


fr-^K^rr-^i T -r<\f—<v>*
YAYASAN PENDIDIKAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

STIK
Kampus :J1. Lingkar Kadu Gede No.2 Kuningan Telp. (0232) 875847 Fax (0232) 875123
REKOMENDASI BPPSDM-DEPKES RI : HK.03.2.4.1.04634-SK MENDIKNAS RI : 278/D/0/2006278/D/0/2006

Kuningan, 05 Mi 2013

Nomor B. 009 /Ket-STIKKUA/ll/2013


Kepada Yth.
Lampiran
Permohonan Uji Validitas Direktur RSUD Gunung Jati
Perihal
Di
CIREBON

Dengan hormat,

Sehubungan dengan tugas Skripsi, maka dengan ini kiranya Bapak

berkenan memberikan izin kepada mahasiswa :

Nama : Suwardi (CKR0110057)

Program Studi : S-l Ilmu Keperawatan - STIKKU

Untuk Pembagian Kuisioner Tentang Hubungan Implementasi

Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Tahun 2013.

Demikian permohonan ini, atas perhatian dan kerjasamanya kami

ucapkan terima kasih.

Asep Sufyan Ramadhv, S.Ked

Ketua,
Tembusan:

1. Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)


YAYASAN PENDIDIKAN BHAKTI HUSADA
KUNINGAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUNINGAN
Kampus :JI. Lingkar Kadu Cede No.2 Kuningan Tclp. (0232) 875847 Fax (0232) 875123
REKOMENDASl SPPSDM-DEPKES RI: HK.G3-2.4.I.04&34-SK MENDIKNAS RI : 27S/QW200627S/D/0/2S06

Nomor Kuniagan, 05 Juli 2013

Lampiran : B.015 /Ket-ST1KKU/Vll/2Q13

Perihal Permohonan Ijin penelitian

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-I) STIKes Kuningan

KepadaYth,

di

Kota Cirebon

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan


Skripsi sebagai tugas akhir pada Program Studi Iimu Keperawatan
Kuningaa, xiimana mahasiswa yang bCTsangkutan memerlnkan data
penetitian berkenaan dengan topik yang akan diteiiti Sehubungan hal
tersebut mohon kiranya mahasiswa dalam daftar di ba%%'ah ini dapat
diberikan ijin untuk peiaksanaan p^igambilan data, Adapmi meimafawa.
tersefeet adalah:
Nama
: Suwardi
MM
: CKR0110057

: Ibsu Keperawatan
Penelitian
: 16 s/d3I JuK2013
Tempat
; HSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Judul
; Habuogaa ImpIemeaMsi Komiaiikasi Terapeutlk
Dengan Tingkat Keptiasan Pasien DI Paviliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota
CirebonTja}iun2013.

perrnobonan ijio ini kami sampaikan, atas perhatiau dan


kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ketiia,
Tembusan:

Asep Sufyan Ramadhy, S.Ked


PEMERINTAH KOTA CIREBON
KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI KOTA
CIREBON
. Sasaaa Budaya No. 184 Telp. ( 0231 ) 222796 Fax. 222796 Kode Pos 45131

REKOMENDASI PENELITIAN
Nomor : 070 /^^/Kesbangpol.DN/VIKZO
13 nperhatikan :
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasionl Penelitian
,Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Lembaran Negara Repub2ik Indonesia Tahun
2002 Nomor 84 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219 )
Vndang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ( Lembaga
Negara .republik Indonesia Tahun 2004 nomor 125, Tambahan Lembaga Republik Indonesia Nomor 4437 )
Sebagai mana telah di -bah beberapa kali, Terakhir dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
perubahan kedua Atas Undang -Vndang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah ( Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di
Lingkungan xementrian dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penerbitan
Rekomendasi Penelitian.
Surat Keputusan Guberaur Provinsi Jawa Barat Nomor 300/SK.1215-HUK/90 tanggal 14 Agustus 1990 tentang
Tata Cara r.emperoleh ljin atau Rekomendasi yang berkaitan dengan Pembinaan dan Ketertiban Umum di
Provinsi Jawa Barat. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Lembaga
Teknis Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon.
Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesatuan Bangsa lan Politik Dalam Negeri Kota Cirebon.
Surat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Nomor : B.014/Ket-STTKU/VII/2013 Tanggal 05Juli 2013
Perihal Permohonan ljin Penelitian

rungan dengan haJ tersebut di atas, diajukan Rekomendasi untuk dapat diberikan ljin melaksanakan
Riset/Survey/ itian dari Pemerintah Kota Cirebon.

; Identitasnya adalah sebagai berikut:

Suwardi
ud dan Tujuan
Kegiatan . Penelitian CKR0120057
Melaksanakan Uji Validitas
:ggungjawab
Kegiatan nya Hubungan Inaplementasi Komunikasi Terapeutik Dengan
Kegiatan si Kegiatan tingkat
Kepuasan Pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD
Gunung Jati
Cirebon Tahun 2013
Asep Sufyan Rahrnadhy.S.Ked
Bulan Juli - Agustus 2013
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

izan Ketentuan Sebagai Berikut:


Melaporkan kedatangan serta maksud dan tujuan kegiatan dengan menunjukan Surat ljin kegiatan ini kepada
Pejabat setempat yang dihubungi setelah tiba ditempat tujuan.
Sepanjang Kegiatan tersebut tidak mengganggu keamanan dan ketertiban Sosial Politik.
Memelihara hubungan baik dengan Pejabat setempat selama melaksanakan kegiatan
tersebut. Hasil kegiatan tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan lain, selain dari
tujuan kegiatan. Segala pembiayaan yang berhubungan dengan kegiatan, ditanggung
oleh yang bersangkutan. Setelah selesai, melaporkan hasil kepada Pemerintah Kota
Cirebon.
Surat rekomendasi ini akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila ternyata pemegangnya tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana tersebut di atas.

izikian untuk menjadi maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Dikeluarkan CIREBON
di Bada- 9 Juli
Tanggal 2013
KEPALA
BANGSA DAN
POLITIK
CIREBON

-~3usan: o-stfP. 196612^2 i#8603 1 003

Yth. Walikota Cirebon ( Sebagai


Laporan), Yth. Wakil Walikota
Cirebon,
PEMERINTAH KOTA CIREBON
KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI KOTA
CIREBON
~s>£-m=z . sasana Budaya No. 184 Teip. (0231 ) 222796 Fax. 222796 Kode Pos 45131 __________________

REKOMENDASI PENELITIAN
Nomor: 070
/^^/Kssbangpol.DTMA/II/2013 ■ lemperhatikan :
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor : IS Tahun 2002 Tentang Sistem NasionI Penelitian
,Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Lembarau Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 84 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219 )
Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ( Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 125, Tambahan Lembaga Republik Indonesia Nomor 4437 )
Sebagai mana telah di ubah beberapa kali, Terakhir dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
perubahan kedua Atas Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah ( Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di
Lingkungan Kementrian dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomcr 64 Tahun 2C11 Tentang Pedoman Penerbitan
Rekomendasi Penelitian.
Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 300/SK.1215-HUK/90 tanggal 14 Agustus 1990 tentang
Tata Cara memperoleh Ijin atau Rekomendasi yang berkaitan dengan Pembinaan dan Ketertiban Umum di
Provinsi Jawa Barat. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Lembaga
Teknis Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon.
Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kota Cirebon.
Surat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Nomcr : B.014/Ket-STIKU/VII/2013 Tanggal 05Juli 2013
Perihal Permohonan Ijin Penelitian

■ubungan dengan hal tersebut di atas, diajukan Rekomendasi untuk dapat diberikan Ijin melaksanakan
Riset/Survey/ ■elitian dari Pemerintah Kota Cirebon.

^apun Identitasnya adalah sebagai berikut

?M Suwardi

uksud dan Tujuan CKR0120057


Kegiatan .ill Penelitian
Melaksanakan Ijin Penelitian

:iinggungjawab Hubungan Implementasi Komunikasi Terapeutik Dengan


Kegiatan _-anya tingkat
Kegiatan :?:asi Kegiatan
Kepuasan Pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD
Gunung Jati
Cirebon Tahun 2013
Asep Sufyan Rohmadhy,S.Ked
Bulan Juli - Agustus 2013
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

:gan Ketentuan Sebagai Berikut:


Melaporkan kedatangan serta maksud dan tujuan kegiatan dengan menunjukan Surat Ijin kegiatan ini
kepada Pejabat setempat yang dihubungi setelah tiba ditempat tujuan.
Sepanjang Kegiatan tersebut tidak mengganggu keamanan dan ketertiban Sosial
Politik. Memelihara hubungan baik dengan Pejabat setempat selama melaksanakan
kegiatan tersebut. Hasil kegiatan tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan lain,
selain dari tujuan kegiatan. Segala pembiayaan yang berhubungan dengan kegiatan,
ditanggung oleh yang bersangkutan. Setelah selesai, melaporkan hasil kepada
Pemerintah Kota Cirebon.
Surat rekomendasi ini akan dicabut dan dinyatakan ddak berlaku lagi apabila temyata pemegangnya tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana tersebut di atas.

ian untuk menjadi maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Dikeluarkan di :
CIREBON Pada.Iaagaal :

9 Juli 2013
"inbusan :
Yth. Walikota Cirebon ( Sebagai Laporan ),
Yth. Wakil Walikota Cirebon,
Ar<;in
v PEMERINTAH KOTA CIREBON RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH GUNUNG JATI
Jl. Kesambi No. 56Telp. (0231) 206330 Fax. (0231) 203336 Kode
Pos 45134

CIREBON

Cirebon, %$ Agustus 2013


■ :mor : (bj
"'at Kepada Yth. Ketua STIKes
.ampiran Kuningan
Permohonan Ijin Uji Validitas
erihal Prodi ilmu Keperawatan (S-1) Jl.
lingkar Kadu gede No. 02 di
KUNINGAN

Membalas surat Saudara Nomor : B.009/Ket-STIKKUA/il/2013 tanggai 05 Juli


2013, perihal sebagaimana tersebut diatas, pada prinsipnya kami tidak keberatan
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Kuningan sebagai
berikut:

Nama : SUWARDI

NIM :CKR0110057

Untuk Pembagian Kuisioner Tentang Hubungan Implementasi Komunikasi


Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Tahun 2013 Tahun 2013 sebagai proses
kegiatan penyusunan Skripsi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mengganggu pelayanan
2. Melampirkan Kerangka Acuan/ Proposal
3. Menyelesaikan biaya administrasi
4. Mengikuti peraturan yang berlaku di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Demikian agar menjadi maklum

■REKTUR

%cj\H. HERUPURWANTO, MA&S


^ MUDA
198312 1 001
smbusan :
Yth. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Yth. Kepala
Ruang yang terkait RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
PEMERINTAH KOTA CIREBON RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH GUNUNG JATI
—_ ; - = - :;:M .> . -ij■-----------------

Jl. Kesambi No. 56 Telp. (0231) 206330 Fax. (0231) 203336 Kode
Pos 45134

CIREBON

Cirebon, Juli 2013

:rior - 010 Kepada Yth. Ketua STIKes


'at Kuningan
;Tipiran Prodi ilmu Keperawatan (S-1) Jl.
■hal Permohonan Ijin Penelitian lingkar Kadu gede No. 02 di
KUNINGAN

Membalas surat Saudara Nomor : B.015/Ket-STIKKUA/ll/2013 tanggal 05 Juli


2013, perihal sebagaimana tersebut diatas, pada prinsipnya kami tidak keberatan
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Kuningan sebagai
berikut:

Nama : SUWARDI
NIM : CKR0110057
Judul : Hubungan Implementasi Komunikasi Terapeutik dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di Paviliun Pangeran Cakrabuana
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2013

Untuk melakukan Penelitian pada tanggal 16 Juli 2013 sampai dengan 31 Juli
2013 di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sebagai proses kegiatan penyusunan Skripsi,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mengganggu pelayanan
2. Melampirkan Kerangka Acuan/Proposal
3. Menyeiesaikan biaya administrasi
4. Menyerahkan hasil penelitian
5. Mengikuti peraturan yang berlaku di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Demikian agar menjadi maklum

p MUDA

BURWANTO, MARS
NIP. 19570322 198312 1 001
:~;busan :
•'th. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Hh. Kepala Ruang Paviliun
Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Lampiran 4

Lembar Persetujuan
Menjadi Responden Penelitian

Kepada Yth : Responden

di Paviliun Pangeran.
Cakrabuana RSUD Gunung Jati

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SUWARDI

NPM :CKR0110057

Jabatan : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kuningan

Berrnaksud mengadakan penelitian di Paviliun Pangeran Cakrabuana


RSUD Gunung Jati Kota Cirebon pada bulan Juli 2013 dengan Judul Penelitian:
"Hubungan Impienientasi Komaaikasi Terapeatik Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Di Paviliun Pangeran Cakrabuana RSUD Gunung Jati
Kota Cireboa Tahun 2013".

Untuk keperluan penelitian sesuai dengan judul di atas Saya mohon


kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk dijadikan responden penelitian dan mengisi
kuesioner yang telah saya susun dengan sejujur-jujurnya. Semua data yang
dikumpulkan akan dirahasiakan dan disajikan tanpa nama. Data disajikan hanya
untuk pengembangan Ilmu Keperawatan.

Saya akan berusaha sebaik mungkin sesuai kemampuan saya agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diharapkan selama penelitian berlangsung.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara adalah secara sukarela tanpa adanya


paksaan. Bila bersedia silahkan menandatangani surat persetujuan pada kolom
yang telah disediakan. Atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan banyak
terima kasih.

Tanda tangan

(Tidak perlu mencantumkan nama)

Tanggal : ........................................
No. Responden : ............. (diisi petugas)

xxvi
Lampiran 5

Lembarke- 1 Kode Responden: ......... (diisi peneliti)

KUESIONER PENELITIAN

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI PAVILIUN


PANGERAN CAKRABUANA RSUD GUMJNG JATIKOTA CIREBON

Terimakasih atas waktu dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi dan

menjawab dengan jujur dan terbuka dari pertanyaan yang diajukan daiam

kuesioner penelitian ini.

Melalui penelitian ini, semoga dapat rneningkatkan menambah wawasan

Bapak/ Ibu tentang kepuasaan mendapatkan pelayanan melalui pelaksanaan

komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat.

Petunjuk pengisian kuesioner:

Bubuhkan tanda (V) pada kolom yang sesuai dengan tanggapan dan pendapat

Bapak/Ibu.

- Pilihan Ya, jika dilakukan, skor 2.


- Pilihan Tidak, jika tidak dilakukan, skor 1.
' - • ■ . . - . - ■ -
|

' - ' -Jt VI ll^llTfllll'ti VI Aj UHIHU - - - - - ' : .. .-.'


Piiihan Jawabaa

- - ' ■ ■ ■ • " ■ ■ " ; - ■ . ■ - - - : \ - ■ • : ■ ■ • - • : . . ■ . ■ ■ ■ ■ " .

■ . ' " ' - "

Ya Tidat
; ' ■ ■ ■ - i : : : ' ■ - - - . " . ■ ■ ' ■ ■ ■ " - ■ - " ■ - _ : - ~ : [ : ^ ' . ' _ . : ■ ' - ' : - ■ ' - . - ; - : ' . ; - " " - . ■ - . ; ■ " ■ ■ : ■ : - ■ ; i -

1. Apakah perawat memperkenalkan diri


2. ?Apakah perawat berprilaku sopan dan
bersahabat kepada Bapak/Ibu?
3. Apakah perawat menjelaskan tahapan tindakan
yang akan dilakukan?
4. Apakah perawat membuat kesepakatan dengan
Bapak/Ibu sebelum melakukan tindakan?
5. Apakah perawat menjelaskan setiap tujuan dari
tindakan yang akan dikerjakan?
6. Apakah perawat menanyakan keluhan yang
dirasakan Bapak/ Ibu?
7. Apakah perawat cepat tanggap terhadap keluhan
yang disampaikan?
8. Apakah perawat mendengarkan keluhan Bapak/Ibu
dengan baik?
9. Apakah perawat mendiskusikan upaya
penyelesaian keluhan Bapak/Ibu?
10. Apakah perawat tampak nyaman untuk diajak
berkomunikasi?
Keterangan: *diisi peneliti

XXVI1
XXV111

Lembar ke- 2

No ! Pilihan Jawaban ' Skor*


- , i . ; - ; : r - v : - : ; ; ; ;;V f ; -—" r ; :"-'■■.^ ; v - - - v ; : : v - ;>^; ;; ;v-■,■
Ya Tidak
11. Apakah perawat menavvarkan bantuan kepada
Bapak/ Ibu tanpa diminta?
12. Apakah perawat menjelaskan dengan seksama
(diagnosis, terapi, efek samping obat) kepada
Bapak/Ibu?
13. Apakah perawat memperhatikan dahulu
keadaan/kondisi Bapak/ Ibu sebelum melakukan
tindakan?
14. Apakah perawat berupaya mengatasi keeemasan
yang dirasakan Bapak/ Ibu?
15. Apakah perawat menanyakan perasaan Bapak /Ibu
selama dirawat?
16. Apakah perawat meminta Bapak/Ibu menjelaskan
kembali tentang tindakan yang dilakukan?
17. Apakah perawat memberikan nasehat yang benar
kepada Bapak/Ibu selama dirawat?
18. Apakah perawat membuat kesimpulan setelah
berkomunikasi dengan Bapak/Ibu?
19. Apakah perawat mengajarkan hal-hal yang baik
yang harus dilakukan di rurnah setelah seiesai
perawatan?
20. Apakah perawat membuat janji sebeium bertemu
bapak/Ibu?
21. Apakah perawat berpamitan sebelum
meninggalkan Bapak/Ibu?
Keterangan: (* diisi o!eh peneliti)

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


XXIX

Lembar ke- 3 Kode Responden: ......... (diisi peneliti)

KUESIONER PENELITIAN KEPUASAN


PASIEN TERHADAP IMPLEMENTASI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DI PAVBLIUN PANGERAN CAKRABUANA

RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

• Petunjuk pengisian kuesioner :

Bubuhkan tanda (V) pada kolom yang sesuai dengan tanggapan dan pendapat
Bapak/Ibu.

- Pilihan Sangat Setuju (S), skor 4


- Pilihan Setuju (S), skor 3.
- Pilihan Kurang Setuju (KS), skor 2.
- Pilihan Tidak Setuju (TS), skor 1

r I Pilihan Jawaban Slccr*


SS s KS TS;
■ : ' : : ^ - ' ■ • ' • ■ '

1. Perawat selalu mernperkenalkan diri jika


akan memulai berkomunikasi dengan Bapak/Ibu.
2. Perawat. dalam berkomunikasi dengan
BapaMbu menunjukkan perilaku yang sopan dan
3. bersahabat.
Perawat pada awal bertemu dengan Bapak/
Ibu, menjelaskan tahapan tindakan yang akan
dilakukan kepada Bapak/ Ibu.
4. Perawat membuat kontrak waktu untuk
pelaksanaan setiap tindakan' kegiatan yang akan
dilakukan kepada Bapak/ Ibu
5. Perawat menjelaskan tujuan setiap tindakan /
kegiatan yang akan dilaksanakan kepada Bapak/
6. Ibu.
Perawat selalu menanyakan keluhan yang
dirasakan Bapak/' Ibu.
7. Perawat memberi tanggapan/ respon dengan
cepat ketika Bapak/ Ibu menyampaikan keluhan.
8. Perawat memberi kesempatan berdiskusi
kepada Bapak/ Ibu tentang keluhan dan tindakan
yang akan dilakukan.
9. Perawat mendengarkan dengan serius setiap
kali Bapak/ Ibu menyampaikan pesan/keluhan
tanpa memotong pembicaraan
10. Perawat selalu berapaya menciptakan situasi
/suasana yang meningkatkan rasa percaya diri
Bapak/ Ibu.
Keterangan: *diisi peneliti
XXX

Lembar ke- 4

No ' " ■ " ■ ' : " ■ " ' ' ' ■ ' " " ' ' ■ ' ' . ■ " • ' " ■ ' ■ ' " ' ' ■ " : ■ ' ■ ' . ' ■ ■ ' - - ' - " : ■ : . • " - ' ■ . - ' - - - .
Pilihan Jawaban Skor*
SS j S -j KS j TS
11. Perawat menawarkan bantuan kepada Bapak/
Ibu tanpa diminta
12. Perawat setiap akan melakukan tindakan selalu
menjelaskan prosedur, akibat/risiko, dan efek
samping tindakan yang diberikan
13. Perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan, selalu memperhatikan keadaan
14. kondisi selalufIbu.
PerawatBapak, berupaya mengatasi kecemasan
yang dirasakan Bapak.^ Ibu dalarn rnelakukan
15. kornunikasi.
Perawat selalu menanyakan perasaan Bapak /Ibu
setelah selesai berinteraksi atau melakukan
tindakan keperawatan.
16. Perawat selalu meminta Bapak/ Ibu untuk
mengulang kembali apa yang telah didiskusikan
pada setiap akhir pertemuan
17. Perawat menyarankan beberapa alternatif
pemecahan masalah setiap akhir berinteraksi
18. Perawat
dengan Bapakmenyimpulkan
/ Ibu hasil pertemuan/
interaksi atau hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah d'lakiiirnn i^^^aHa 3npa^/ fbi!
19. Perawat selalu memberikan pendidikan kesehatan
kepada Bapak/ Ibu terkait kondisi Bapak/ Ibu saat
ini atau setelah selesai pelaksanaan tindakan
keperawatan.
20. Perawat sebelum meninggalkan Bapak/ Ibu selalu
berpamitan.
21. Perawat sebelum meninggalkan Bapak/ Ibu selalu
membuat janji (menjadwalkan) untuk pertemuan
selanjutnya
Keterangan: (* diisi oleh peneliti)

TERIMA KASIH AT AS PARTISIPASI ANDA


IXXX

83 I I 3 I 3 I i 3 3 3 3 I I I I I I I 3 I I 0£*
L£ I I 3 3' 3 3 3 Z 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I I 63*
83 I I I 3 I I I 3 Z I I I 3 I I t 3 3 3 I I 83*
7" ~7
3 3 3 3 3 3 Z 3 7 3 3 3 3 3 3 3 3 £3*
Zfr
S£ I I 3 3 3 I 3 I Z I I 3 I Z 3 3 3 3 3 3 3 93*
3 3 3 3 3 3 3 Z 3 3 3 3 3 3 3 3 7 3 3 £3*
-

Zt z
0£ I 1 I I I I Z 3 I 3 I I 3 3 3 3 I 3 I I £3*
3 3 3 3
T
3 3 3 3 3 3 3
z3 -7 L,
3
-7
3 3
•7
3 £3*
Z* z
0£ I I 3 3 3 I 3 3 3 I I 3 I I I cI Z I oI I 33* i
I£ I I 3 I 3 3 I
z I I 3 I 3 I 3 3 3 I 6 I I Ic*
££ I 3 I 3 3 3 I I 3 I 3 3 3 3 3 3
zI 3 3 3 0311
Of I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61*
££ I I I 3 I I 3 3 I I 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 81*
3£ L I I I I 1 3 3 I I 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 Z,l*
fr€ 1 3 I 3 I I 3 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I 1 91*
££ I 3 I 3 I I 3 3 I I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51*
Of 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I I H*
3£ 3 3 3 3 3 I I I 3 I 3 I 3 I I I 3 3 3 I I
Of 3 3 3 3 3 Z 3 3 3 I I 3 3 6 3 3 3 3 3 3 3i*
£3 [ I I I I I I 3 3 I I I I I I I I 3 I I I II*
6£ I I 3 3 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 01*
83 I I 3 I 3 I I I 3 I I 3 I 3 3 3 I I I I I 6H
83 1 I I I I I I I I I 3 3 3 3 3 I I 6 I I 8*
I£ I I 3 3 3 I 3 I 3 I I 3 I 3 3 3 I 3 I I I £*
9£ I I 3 3 3 I 3 Z 3 I 3 3 3 3 3 3 3 3 I I 9*
L£ I I 3 3 I 3
z3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I I S*
z3
ts)

3f 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 frH
££ I I 3 I 3 I I 3 3 I 3 3 3 3 3 3 I I I 3 3 £*
93 I I I I 3 I I I I ! 3 I 3 I 3 I 3 T I
I t 3H
3£ I I 3 I 3 I 3 3 I I 3 3 I 3 3 3 3 I 3 I I i*
JCCfS \Z d 03 d 61 d 81d L\ d 91 SI d H d £1d 31d H d 01 d 6 8 d 9 § Pd £d d Id
d d d d
d xixna<rai3i V

vao3 if n sascma
99 £ £ £ £ £ £ £ P p £ P £ c I £ P P
zI zp P ora
99 £ £ £ P £ £ £ p £ £ £ £ c £ Z £ 6m
(a
01 c £ £ c £ P £ £ £ p f P P £ Z P £ 8DI
89
z£ £ £ £ £ £ £ £ £ £ £ £ £ P £ £ p P £ 2ZH
LS I Z £ P Z £ Z Z £ p £ P Z c £ Z £ £ 9^
p £ P c £ £ p P £ p P P C c P £ p c P &2H
8£ I P c £ p Z P Z I £ P *■ £ £ £ I £ £ £
I r y
+, V 4-, V
P2 p p P P p p f V P P p £3>i
b
Z9 I P £ c £ Z £ £ £ p £ £ £ £ p £ £ I £ £ P
LS £ c £ £ I £ £ £
r
£ £ £ c £
zm
Z £ Z zp £ c I ird
*■
19
z£ z*_- Z Z I £ p Z P Z c P I £ P
yC om
ft
ZL P £ r £ £ c P P £ P V c P £ £ £ P 6m
59 I £ £ £ £ Z £ £ t P P £ f £ £ I £ P P six
99 I c £ £ £ £ £ £ P P £ p P P £ £ Z £ P P
PS Z £
z £ Z £ £ £ £ P £ I £ £
z Z zp Z z z 9l"8
£8 P P P P £ P P p P p P P £ §m
£9 £ £ £ £ £ c c £ c £ £ £ £ £ £ £ £ £ £ £ £
Sfr I £ £ I £ £ I I £ £ £ I Z £ I I Z £ £ £I>f
P P P
z
pI f 4-
P P p P P P P P P p
t>8
W Z £ P Z £ £ £ £ P P P £ P P £ Z Z c im
p £ P £
z£ £ c p c £ P C
P P P c P C p 01>i
OZ,
fr8 P p P p P p P P P P P P pL P p
£9 £ P Z £ I P P Z P P p P c P £ I I £ £
85
z £ Z £ £ Z £ c c £ £ £ £ £
zI z z£ zp Z £ P
£ £ I p c £ P £ £ £ I I £ P £
95 Z
z z £ £ £ £ £ £ £ c £ £ Z P c
m
z Z Z z z c
55 £ £ £ £ £ Z £ £ c 3 £ £ Z Z Z £ P~H
z £ £
z z £ £ £ Z £ c £ If
£ £ Z Z £ >
z£ Z z zI it zI £H
£ +7 p p P c P b I £ £
cz. z f ZH
08 p P f p p £ p p £ P P p P P I?
\z d 02 d 61 d z n d £1 d z\ d m
I05JS 81 d LI d 91d SI d II d or d 6 8 L 9 9d fd £ Z I d ~djs[
d d d d d d

MWSVfl J3DI

nxxx
Larnpiran 7

BASIL UJI COBA KUESIONER IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Correlations
Notes

Output Created 21-Jul-2013 22:44:47


Comments
Input Active Dataset DataSetO
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the
cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
A/ARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11
P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.125
Elapsed Time 00:00:00.062

soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal skor
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 ke-10 ke-11 ke-12 ke-13 ke-14 ke-15 ke-16 ke-17 ke-18 ke-19 ke-20 ke-21 total
soal ke-1 Pearson Correlation 1 11.000" .211 .223 .375' .437' .437' .391' .190 .437' .126 .126 .269 .223 .222 .312 .269 .086 .164 .313 .313 .617"
Sig. (2-tailed) .000 .264 .236 .041 .016 .016 .033 .314 .016 .508 .508 .150 .236 .239 .094 .150 .651 .385 .092 .092 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-2 Pearson Correlation 1.000" 1 .211 .223 .375 .437 .437' .391 .190 .437" .126 .126 .269 .223 .222 .312 .269 .086 .164 .313 .313 .617"
Sig. (2-tailed) .000 .264 .236 .041 .016 .016 .033 .314 .016 .508 .508 .150 .236 .239 .094 .150 .651 .385 .092 .092 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-3 Pearson Correlation .211 .211 1 .135 .742" .224 .224 .280 .253 .224 .239 .239 -.224 .135 .150 .340 .000 .150 -.035 .247 .247 .434"
Sig. (2-tailed) .264 .264 .477 .000 .235 .235 .134 .177 .235 .203 .203 .235 .477 .428 .066 1.000 .428 .853 .189 .189 .017

XXXI11
wmm
■■■
U1 11)
"' HI
KI
*HMII ki i '1 1 'mil ttdiii ( ,on ttUitloil .VI I .ii/:. 087
I JS .310 .075 .213 .075 .Ill . I I I .641 .318 .233 .146 .264 .537 .202 .333 .333 .469'"
Sig. (2-tailed) .236 .236 .477 .087 .692 .692 .723 .258 .692 .560 .560 .000 .087 .215 .441
it1 .159 .002 .284 .072 .072 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-5 Pearson Correlation .375' .375 .742 .318 1 .264 .264 .337 .373 .264 .262 .111 .075 .318 .385" .302 .075 .233 .024 .333 .333 .585"
Slg. (2-tailed) .041 .041 .000 .087 .159 .159 .069 .042 .159 .162 .560 .692 .087 .035 .104 .692 .215 .901 .072 .072 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-6 Pearson Correlation .437' .437 .224 .075 .264 1 1.000" .894 .177 .792" .134 .134 -.042 .075 .404" .208 .375" .067 .315 .079 .079 .598"
Sig. (2-tailed) .016 .016 .235 .692 .159 .000 .000 .350 .000 .481 .481 .827 .692 .027 .271 .041 .724 .090 .679 .679 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-7 Pearson Correlation .437' .437" .224 .075 .264 1.000 1 .894 .177 .792 .134 .134 -.042 .075 .404" .208 .375" .067 .315 .079 .079 .598
Slg. (2-talled) .016 .016 .235 .692 .159 .000 .000 .350 .000 .481 .481 .827 .692 .027 .271 .041 .724 .090 .679 .679 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-8 Pearson Correlation .391" .391 .280 -.067 .337 .894 .894" 1 .063 .894'" .060 .060 -.224 -.067 .331 .340 .224 -.030 .176 .035 .035 .503"
Sig. (2-tailed) .033 .033 .134 .723 .069 .000 .000 .740 .000 .754 .754 .235 .723 .074 .066 .235 .875 .352 .853 .853 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-9 Pearson Correlation .190 .190 .253 .213 .373' .177 .177 .063 1 .000 .378 .378' .177 .373" .381' .245 .177 .523" .279 .390 .390" .564"
Sig. (2-tailed) .314 .314 .177 .258 .042 .350 .350 .740 1.000 .039 .039 .350 .042 .038 .193 .350 .003 .136 .033 .033 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-10 Pearson Correlation .437' .437' .224 .075 .264 .792" .792 .894 .000 1 .134 -.033 -.042 -.113 .235 .380 .375' .067 .315 .079 .079 .533
Sig. (2-tailed) .016 .016 .235 .692 .159 .000 .000 .000 1.000 .481 .861 .827 .552 .210 .038 .041 .724 .090 .679 .679 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-11 Pearson Correlation .126 .126 .239 .111 .262 .134 .134 .060 .378" .134 1 .330 .301 .413 .279 .259 .468 .279 .516" .432' .432 .561
Slg. (2-talled) .508 .508 .203 .560 .162 .481 .481 .754 .039 .481 .075 .106 .023 .136 .167 .009 .136 .004 .017 .017 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-12 Pearson Correlation .126 ,126 .239 .111 .111 .134 .134 .060 .378' -.033 .330 1 -.033 .262 .548" .397" .301 .279 .358 .274 .274 .484"
Sig. (2-tailed) .508 .508 .203 .560 .560 .481 .481 .754 .039 .861 .075 .861 .162 .002 .030 .106 .136 .052 .143 .143 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30j 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-13 Pearson Correlation .269 .269 -.224 .641 .075 -.042 -.042 -.224 .177 -.042 .301 -.033 1 .452" .067 -.138 .375 .404 .315 .276 .276 .357
Sig. (2-tailed) .150 .150 .235 .000 .692 .827 .827 .235 .350 .827 .106 .861 .012 .724 .466 .041 .027 .090 .140 .140 .053
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-14 Pearson Correlation .223 .223 .135 .318 .318 .075 .075 -.067 .373 -.113 .413" .262 .452 1 .233 -.010 .075 .081 .024 .154 .154 .382
Sig. (2-tailed) .236 .236 All .087 .087 .692 .692 .723 .042 .552 .023 .162 .012 .215 .956 .692 .670 .901 .415 .415 .037
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 :to

soal ke-15 Pearson Correlation .222 .222 .150 .233 .385' .404' .404" .331 .381" .235 .279 .548 .067 .233 1 .386" .404 .593 .472" .323 .323 .667
Sig. (2-talled) .239 .239 .428 .215 .035 .027 .027 .074 .038 .210 .136 .002 .724 .215 .035 .027 .001 .000 .081 .081 .000

XXXIV
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-16 Pearson Correlation .312 .312 .340 .146 .302 .208 .208 .340 .245 .380" .259 .397' -.138 -.010 .388" 1 .208 .247 .256 .562 .562" .569"
Sig. (2-tailed) .094 .094 .066 .441 .104 .271 .271 .066 .193 .038 .167 .030 .466 .956 .035 .271 .189 .172 .001 .001 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-17 Pearson Correlation .269 .269 .000 .264 .075 .375" .375" .224 .177 .375" .468 .301 .375" .075 .404' .208 1 .235 .906"" .276 .276 .598"
Sig. (2-tailed) .150 .150 1.000 .159 .692 .041 .041 .235 .350 .041 .009 .106 .041 .692 .027 .271 .210 .000 .140 .140 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-18 Pearson Correlation .086 .086 .150 .537" .233 .067 .067 -.030 .523 .067 .279 .279 .404 .081 .593" .247 .235 1 .313 .482 .482 .550
Sig. (2-tailed) .651 .651 .428 .002 .215 .724 .724 .875 .003 .724 .136 .136 .027 .670 .001 .189 .210 .092 .007 .007 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-19 Pearson Correlation .164 .164 -.035 .202 .024 .315 .315 .176 .279 .315 .516 .358 .315 .024 .472" .256 .906 .313 1 .304 .304 .581"
Sig. (2-tailed) .385 .385 .853 .284 .901 .090 .090 .352 .136 .090 .004 .052 .090 .901 .008 .172 .000 .092 .102 .102 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-20 Pearson Correlation .313 .313 .247 .333 .333 .079 .079 .035 .390 .079 .432 .274 .276 .154 .323 .562" .276 .482 .304 1 1.000" .635
Sig. (2-tailed) .092 .092 .189 .072 .072 .679 .679 .853 .033 .679 .017 .143 .140 .415 .081 .001 .140 .007 .102 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

soal ke-21 Pearson Correlation .313 .313 .247 .333 .333 .079 .079 .035 .390 .079 .432' .274 .276 .154 .323 .562 .276 .482" .304 1.000 1 .635"
Sig. (2-tailed) .092 .092 .189 .072 .072 .679 .679 .853 .033 .679 .017 .143 .140 .415 .081 .001 .140 .007 .102 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

skor total Pearson Correlation .617 .617 .434 .469 .585 .598 .598 .503 .564 .533 .561 .484 .357 .382 .667" .569 .598 .550 .581" .635 .635 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .009 .001 .000 .000 .005 .001 .002 .001 .007 .053 .037 .000 .001 .000 .002 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

XXXV
Reliability

Scale: IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Case Processing Summary

N %

Cases Valid Excluded0 30 0 100.0


Total 30 .0
100.0
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.741 22

XXXVI
HASIL UJI COBA KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN

CORRELATIONS

/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pll P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Correlations
Notes

Output. Created 21-.lul-2013 23:06:54


Comments
Input Data 1: \data tabel uji coba kuesioner_implementasi.sav
Active Dataset DatuSetO
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases
with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 PI 1 P12
P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.110
Elapsed Time 00:00:00.063

soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal skor
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 ke-10 ke-11 ke-12 ke-13 ke-14 ke-15 ke-16 ke-17 ke-
19 kc-21
ke-18 ke-20 total
soalke-1 Pearson Correlation 1 .082 .241 .183 .357 .112 .237 .061 .218 .048 .241 .437* .116 .054 .011 -.030 .212 .251 .208 .297 •(, • ,302
Sig. (2-taiIed) .667 .200 .334 .053 .557 .206 .749 .247 .800 .200 .016 .540 .778 .954 .873 .260 .181 .269 III Id.' 101

XX.WII
N !() .10 30 .HI 30 30 ID .1( 1 30 30 30 30 30 30 .!() 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-2 Peurson Correlation .082 1 .518" .279 .130 .268 .484" .576" .306 .221 .291 .537** .299 .292 .220 .093 .463" .392* .019 .199 .369* .533"
Sig. (2-tailed) .667 .003 .136 .493 .152 .007 .001 .101 .240 .119 .002 .108 .118 .244 .626 .010 .032 .922 .292 .045 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-3 Pearson Correlation .241 .518" 1 .593** .438* .283 .582" .585" .268 .133 .089 .683" .312 .121 .471" .568" .595" .737" .143 .497" .580" .732**
Sig. (2-tailed) .200 .003 .001 .016 .129 .001 .001 .153 .483 .639 .000 .094 .525 .009 .001 .001 .000 .452 .005 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-4 Pearson Correlation .1:83 .279 .593" 1 .534" .228 .340 .363* .056 .395* .286 .338 .200 .330 .396* .714" .620" .513" .388* .207 .684** .672"
Sig. (2-tailed) .334 .136 .001 .002 .225 .066 .049 .770 .031 .125 .068 .288 .075 .030 .000 .000 .004 .034 .272 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soul ke-5 Pearson Correlation .357 .130 .438* .534" 1 .388* .461* .508" .293 .317 .369* .475" .344 -.048 .056 .526** .697** .411* .398* .404* .517" .595"
Sig. (2-tailed) .053 .493 .016 .002 .034 .010 .004 .116 .088 .045 .008 .063 .801 .768 .003 .000 .024 .029 .027 .003 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-6 Pearson Correlation .112 .268 .283 .228 .388* 1 .265 .220 .390* .625" .468" .245 .618" .376* .316 .014 .257 .370* .618" .578" .683*' .634"
Sig. (2-tailed) .557 .152 .129 .225 .034 .157 .242 .033 .000 .009 .192 .000 .041 .089 .943 .170 .044 .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-7 Pearson Correlation .237 .484** .582" .340 .461* .265 1 .700** .484" .428* .410* .744** .326 .278 .221 .269 .605" .466" .244 .433* .375* .698"
Sig. (2-tailed) .206 .007 .001 .066 .010 .157 .000 .007 .018 .025 .000 .079 .137 .241 .150 .000 .009 .193 .017 .041 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-8 Pearson Correlation .061 .576" .585" .363* .508" .220 .700** 1 .491" .315 .231 .657*' .521" .295 .518" .321 .801" .486** .008 .429* .325 .688"
Sig. (2-tailed) .749 .001 .001 .049 .004 .242 .000 .006 .090 .219 .000 .003 .114 .003 .084 .000 .007 .968 .018 .079 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-9 Pearson Correlation .218 .306 .268 .056 .293 .390* .484** .491" 1 .590** .205 .374* .487" .383* .304 .093 .371* .214 .299 .310 .246 .519"
Sig. (2-tailed) .247 .101 .153 .770 .116 .033 .007 .006 .001 .276 .042 .006 .037 .102 .626 .044 .256 .108 .096 .190 .003
N
soal ke-10 Pearson Correlation
30
.048
30
.221
30
.133
30
.395*
30
.317 .625"
30 30
.428*
30
.315 .590"
30 30
1 .500"
30 30 30
.101 .480" .710"
30 30
.329
30
.192
30
.410*
30
.284
30
.480"
30 30
.411* .490"
30
.632**
i
Sig. (2-tailed) .800 .240 .483 .031 .088 .000 .Oil 8 .090 .001 .005 .596 .007 .000 .076 .310 .024 .128 .007 .024 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-11 Pearson Correlation .241 .291 .089 .286 .369* .468" .410* .231 .205 .500" 1 .319 .119 .388* .132 .114 .333 .410* .580** .166 .354 .534"
Sig. (2-tailed) .200 .119 .639 .125 .045 .009 .025 .219 .276 .005 .085 .531 .034 .487 .547 .072 .024 .001 .381 .055 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-12 Pearson Correlation .437* .537** .683** .338 .475" .245 .744** .657" .374* .101 .319 1 .398* .219 .353 .254 .588" .516" .289 .404* .409* .694"
Sig. (2-tailed) .016 .002 .000 .068 .008 .192 .000 .000 .042 .596 .085 .029 .245 .056 .176 .001 .004 .122 .027 .025 .000
XXXVIII
■ wm MMM ■MM MM mmm mm ■ MMM MM MM MMM
N .H) 30 Ml30 30 .Kl .1(1
30 30 30 30 N
30 .!() .to 30 30 .HI
m
* M
m 30 30
m M
M
.«) M
30 M M 30
30
soalke-13 Pearson Correlation .116 .299 .312 .200 .344 .618" .326 .521" .487" .480" .119 .398* l .504" .451* .115 .458* .244 .307 .755** .511" .648"
Sig. (2-tailed) .540 .108 .094 .288 .063 .000 .079 .003 .006 .007 .531 .029 .005 .012 .546 .011 .193 .099 .000 .004 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soalke-14 Pearson Correlation .054 .292 .121 .330 -.048 .376* .278 .295 .383* ,710" .388* .219 .504** 1 .532" .112 .274 .199 .381* .312 .364* .544*°
Sig. (2-tailed) .778 .118 .525 .075 .801 .041 .137 .114 .037 .000 .034 .245 .005 .002 .557 .143 .292 .038 .093 .048 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-15 Pearson Correlation .011 .220 .471** .396* .056 .316 .221 .518" .304 .329 .132 .353 .451* .532" 1 .264 .432* .571" .110 .341 .399* .600"
Sig. (2-tailed) .954 .244 .009 .030 .768 .089 .241 .003 .102 .076 .487 .056 .012 .002 .159 .017 .001 .563 .065 .029 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-16 Pearson Correlation -.030 .093 .568** .714** .526" .014 .269 .321 .093 .192 .114 .254 .115 .112 .264 1 .568" .417* .219 .172 .377* .477"
Sig. (2-tailed) .873 .626 .001 .000 .003 .943 ,150 .084 .626 .310 .547 .176 .546 .557 .159 .001 .022 .245 .362 .040 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-17 Pearson Correlation .212 .463** .595** .620** .697** .257 .605" .801" .371* .410* .333 .588" .458* .274 .432* .568** 1 .615" .271 .529" .479" .771"
Sig. (2-tailed) .260 .010 .001 .000 .000 .170 .000 .000 .044 .024 .072 .001 .011 .143 .017 .001 .000 .148 .003 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-18 Pearson Correlation .251 .392* .737** .513** .411* .370* .466" .486*' .214 .284 .410* .516" .244 .199 .571" .417* .615" 1 .184 .563" .606*' .765"
Sig. (2-tailed) .181 .032 .000 .004 .024 .044 .009 .007 .256 .128 .024 .004 .193 .292 .001 .022 .000 .330 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-19 Pearson Correlation .208 .019 .143 .388* .398* .618" .244 .008 .299 .480" .580" .289 .307 .381* .110 .219 .271 .184 1 .233 .511" .507"
Sig. (2-tailed) .269 .922 .452 .034 .029 .000 .193 .968 .108 .007 .001 .122 .099 .038 .563 .245 .148 .330 .215 .004 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-20 Pearson Correlation .297 .199 .497** .207 .404* .578" .433* .429* .310 .411* .166 .404* .755" .312 .341 .172 .529** .563" .233 1 .474" .667"
Sig. (2-tailed) .111 .292 .005 .272 .027 .001 .0117 .018 .096 .024 .381 .027 .000 .093 .065 .362 .003 .001 .215 .008 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
soal ke-21 Pearson Correlation .262 .369* .580** .684** .517" ,683" .375* .325 .246 .490" .354 .409* .511** .364* .399* .377* .479" .606" .511" .474*' 1 .793"
Sig. (2-tailed) .162 .045 .001 .000 .003 .000 .041 .079 .190 .006 .055 .025 .004 .048 .029 .040 .007 .000 .004 .008 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
skor total Pearson Correlation .302 .533** .732" .672** '.595* .634" .698" .688** .519" .632" .534** .694" .648" .544" .600" .477" .771" .765** .507** .667" .793" 1
Sig. (2-tailed) .104 .002 .000 .000 .001* .000 .000 .000 .003 .000 .002 .000 .000 .002 .000 .008 .000 .000 .004 .000 .()()(
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 3( 30

xxxix
Reliability
Notes

Output Created 21-Jul-2013 23:16:29


Comments
Input Data I:\data tabel uji coba kuesionerjingkat kepuasan.sav
Active Dataset DataSetO
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables
in the procedure.
Syntax. RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P t O PI 1 P12
P13 P14 P I5 P16 P17 P18 P19 P20 P21 skor
/SCALE('TINGKAT KEPUASAN 1) ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031

Scale: TINGKAT KEPUASAN


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0


Excluded" Total 0 .0
30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Hems
.748 22

xl
REKAPITULASI J AWABAN KUESIONER

A. IMPLEMENTASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

No_ P p p. p p p p p p JO: P p 1.3 ,p. p p p p ,?:P p V P. skor % Kat Kode;


Rcsp ?.
Rl ■fi
1: 1
■2'" 1 41 1 6 1 : 81
-1 91 11
0 112 1 114 15 16
1 .17
1 18
1 191 20
0 1 19 90.48 Baik 1
Rl 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 : 12 1. 17 80.95 Baik 1
R3 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0■ 12 57.14 Kurang 3
R4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 16 76.19 Cukup 2
R5 o0 1 I 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 17 80.95 Baik 1
R6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 16 76.19 Cukup 2
R7 1 1 1 1 1 1 ! 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 18 85.71 Baik
R8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 17 80.95 Baik
R9 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 ( ) 0 0 0 7 33.33 Kurang
RIO 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 85.71 Baik
RM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 18 85.71 Baik
R12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 19 90.48 Baik
R13 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0^ 0 12 57.14 Kurang 3
R14 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 14 66.67 Cukup 2
R15 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 12 57.14 Kurang 3
R16 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 ( ) G 0 0 13 61.90 Cukup 2
R17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 100 Baik 1
R18 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 I 0 0 1 0 0 1 0 14 66.67 Cukup 2
R19 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 16 76.19 Cukup 2
Rio"1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 14 66.67 Cukup 2
R2t 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 11 52.38 Kurang 3
R22 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 14 66.67 Cukup 2
R23 1 1 1 I 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 13 61.90 Cukup 2
R24 0 1 0 1 0 1 ,1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12 57.14 Kurang 3
R25 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 14 66.67 Cukup 2
R26 ] 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 14 66.67 Cukup 2
R27 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 16 76.19 Cukup 2
R28 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 13 61.90 Cukup 2
R29 \ 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15 71.-1! Cukup 2
R30 I 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 I 1 1 0 16 76.19 Cukup 2

xli
R59
R58
1s I If
R57

R54
R53

R48

R45

R42
R41

R39

,1134
R33
73 ~ Ui
73 7 73
3 2 2 73 5
3 si to

*^
to
o Ul
■-c
-a
Os

■; ■" . ■" . ' :


-
- — o © - o O - © - - c
o o o —
- -
- - - © - - - o - - — c O o © - - ©
o o o - — o
- - - -
o o c - © © o c - - o — © U,-d
-
- ■- " .-■■'-'

- © o © o c

- -
© © o © © O o - ^ ~ -

© o os -o

- © © - - - © © o - - ©
o o - - o o - o © o © O © © o
-
-
— © o o © © © © ©

- c o © - © © ® o © © © ©

— 1- © - - -
o - - a © — © © © - o o o © o © © o © © o © ©
-
- - - © — - - -
- - o O O
C^
- - - O - - - -
- - o o o

- - - - © o © © ©
£-=
— - o o — e
OX -

si *^
- 0 © - — - - © - © - © - G
«- - o e e o - - o e
o -
- © © - © - © o o ©
s>
- © - - O - ©
o - © a - © - © © - © O © © - © © — o © © —
-

-I
to Ul to to OS to
to 3s
„ to rO Ul
e 3C — cc — Ui

ts> iO n OC
100

85.71

57

66

76

76

■Ul •Ul
X o- Cs DC © se to Ui to -J M
Ul Ul Ui

to
24
95
67
14
81

14

o CC cc Ul cc cc - SO se « SO X U) X S
5
001
001

ON
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup

Cukup
Baik
Baik
Kurang
Kurang
Baik
Cukup
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup

pq

- - - UJ -
IO to Ul Ul IO Ul - - - - Ul to U) to Ul to Ul to to Ul to u
-
1

You might also like