You are on page 1of 9

1.

PENDAHULUAN

Pasien yang masuk dalam perawatan kritis bervariasi, mulai dari


level nol yang tanpa alat bantu apapun sampai dengan level 3 yang
membutuhkan perawatan total dengan menggunakan bantuan napas lanjut
dan membutuhkan dukungan yang kompleks karena kegagalan
multiorgan.Pasien dengan alat bantu napas atau ventilasi mekanik,
biasanya mendapatkan sedasi terutama benzodiazepin dan opioid untuk
menjamin kenyamanan, memperkecil distress dan membuat intervensi
penyelamatan hidup lebih dapat ditoleransi. Tetapi, hal ini menimbulkan
dampak penurunan kesadaran pada pasien dan ketidakmampuan bergerak.

Keadaan tidak mampu bergerak secara aktiftersebut seringkali


menjadi masalah pada pasien di unit perawatan intensif. Dampak yang
timbul dari imobilisasi atau tirah baring antara lain dampak jangka pendek
yaitu meliputi ventilator-associated pneumonia (VAP), pemanjangan
waktu penyapihan dari ventilator dan munculnya ulkus tekan. Sedangkan
dampak jangka panjang antara lain penurunan kualitas hidup pasien
setelah keluar dari unit perawatan intensif.

Perubahan posisi secara konsep adalah tindakan merubah pasien


dari sisi ke sisi ketika berbaring di tempat tidur atau permukaan yang
sejenis.Standar perawatan pasien sekarang ini menyatakan bahwa
perubahan posisi pada pasien dilakukan tiap 2 jam, sesuai panduan
nasional (National Pressure Ulcer Advisory Panel). Survei yang dilakukan
terhadap petugas pelayanan kesehatan di ICU menyatakan bahwa
sebanyak 83% responden setuju bahwa standar dari ICU adalah merubah
posisi pasien tiap 2 jam. Namun, penelitian prospektif pada tiga ICU di
dua negara bagian Amerika menyatakan bahwa standar ini tidak terpenuhi.
Tantangan untuk melakukan mobilisasi pada pasien di ICU sangat
beragam. Faktor-faktor yang berperan meliputi keamanan dari selang dan
pipa, ketidakstabilan hemodinamik, sumber daya manusia dan peralatan,
pemberian penenang, ukuran pasien, nyeri dan ketidaknyamanan pasien,
waktu, nilai dan prioritas dari mobilisasi.Keamanan dari aktifitas yang
memperhatikan kemampuan pasien terhadap toleransi hemodinamik pada
saat bergerak mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2008),
didapatkan budaya dan tradisi ICU di sebuah rumah sakit yang diteliti
bahwa mobilisasi di ICU jarang dilakukan dan menyebabkan perpanjangan
masa rawat pasien di ICU. Pada penelitian tersebut, didapatkan bahwa
faktor perawat berperan penting dalam melakukan mobilisasi pasien di
ICU. Dalam usahanya untuk merubah budaya dan tradisi yang berlaku
tersebut dibuat intervensi dengan cara memberikan pendidikan pada staf
ICU dan membuat suatu algoritma mobilisasi yang bisa diterapkan di ICU
dengan memperhatikan faktor kestabilan hemodinamik, indikator paru-
paru dan persarafan, sehingga terjadi peningkatan mobilisasi pasien di ICU
dari 0% menjadi 80% yang diikuti dengan penurunan hari sedasi sebesar
43%. Selain itu muncul budaya baru yaitu adanya perkembangan
kejuaraan mobilisasi di ICU.

2. ANALISIS JURNAL

Usia pasien pada penelitian ini mempunyai rentang usia cukup


lebar dengan usia paling muda 22 tahun dan paling tua 60 tahun. Dari
rentang tersebut, sebaran data usia pasien rata-rata adalah 43 tahun. Secara
keseluruhan data demografi cukup homogen, dan terbukti tidak ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya ulkus tekan
(P>0,05). Artinya usia pasien dalam penelitian ini tidak menyebabkan bias
pada variabel terjadinya ulkus tekan.

Pasien yang sudah tua memiliki risiko tinggi untuk terkena ulkus
tekan karena kulit dan jaringan yang berubah seiring dengan penuaan,
yaitu terjadinyakehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamasi, penurunan elastisitas kulit serta penurunan
kohesi antar epidermis dan dermis.Selain perubahan pada kulit, juga
terjadi perubahan kardiovaskular, yaitu terjadinya perubahan perfusi
jaringan. Selain itu atropi otot dan struktur tulang juga berpengaruh.
Dari segi tingkat keparahan penyakit juga didapatkan data yang
homogen dengan menggunakan skor APACHE II didapatkan rata-rata 12.
Tingkat keparahan penyakit pada beberapa penelitian menunjukkan
adanya pengaruh, tetapi pada beberapa penelitian yang lain juga
menunjukkan tidak adanya pengaruh.Hal ini tergantung pada banyaknya
sampel dan keberagaman data yang diperoleh selama penelitian.

Variabel suhu tubuh pada pasien didapatkan data yang cukup


homogen dengan rentang suhu antara 360C sampai 37,60C. Pada
penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara suhu tubuh
dengan terjadinya ulkus tekan. Meskipun secara teori disebutkan bahwa,
berkembangnya ulkus tekan juga dipengaruhi oleh peningkatan suhu
tubuh. Peningkatan metabolisme ini menyebabkan peningkatan konsumsi
oksigen dan kebutuhan energi pada tingkat sel, termasuk daerah yang
mengalami tekanan sehingga kerusakan jaringan akan semakin cepat
terjadi. Peningkatan suhu tubuh akan mengaktivasi kelenjar keringat
sehingga meningkatkan kelembaban pada permukaan kulit.

Kadar hemoglobin(Hb) pasien didapatkan variasi yang cukup


homogen yaitu antara 10-13,5 gram/dL. Tidak adanya pengaruh variasi
kadar Hb pasien terhadap terjadinya ulkus tekan pada penelitian ini.
Anemia menyebabkan kurangnya jumlah darah yang membawa oksigen
pada sel-sel tubuh didaerah tepi, yaitu kulit.
Pengetahuan melandasi kemampuan petugas kesehatan untuk
melakukan pengambilan keputusan klinis terkait dengan situasi yang
dihadapinya. Pengetahuan perawat yang terintegrasi tentang penggunaan
alat-alat, kestabilan hemodinamik pasien dan keamanan tindakan
mempunyai pengaruh apakah perawat akan mengambil tindakan untuk
melakukan mobilisasi awal pada pasien ataukah tidak.
Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan temuan yang didapatkan
pada penelitian ini, yaitu didapatkan angka kejadian ulkus tekan di ruang
ICU sebesar 87,10% dengan derajat I sebesar 66,67% dan derajat II
sebesar 33,33%. Sedangkan untuk ulkus tekan dengan derajat III dan IV
tidak ditemukan selama periode pengamatan penelitian. Adapun lama
pengamatan masing-masing subyek penelitian adalah selama dua hari.
Muncul dan berkembangnya ulkus tekan derajat I dan II yaitu antara dua
sampai tiga hari. Tetapi untuk perkembangan dari derajat I menjadi derajat
II, derajat II menjadi derajat III, belum dapat dijelaskan oleh penelitian ini.
Oleh karena ternyata perkembangan ulkus tekan sulit untuk dideteksi oleh
karena perkembangan yang lambat dan banyak dipengaruhi berbagai
faktor.
Berdasarkan penelitian ini, lokasi dari terjadinya ulkus tekan
tersebut antara lain pada scapula sebanyak 20 orang (41,67%), pada
sakrum sebanyak 24 orang (50%) dan pada kalkaneus sebanyak 4 orang
(8,33%). Banyaknya ulkus tekan pada lokasi sakrum, skapula dan
kalkaneus tersebut adalah karena pasien lebih lama dalam posisi elevasi
kepala 300. Bahkan ketika dalam mobilisasi lateral kiri dan kanan, pasien
tidak diposisikan lateral secara optimal dan benar.

Keterampilan melakukan tindakan mobilisasi pada pasien di ICU


pada dasarnya hampir sama dengan keterampilan mobilisasi pada pasien di
ruang perawatan biasa, tetapi ada hal yang membedakan yaitu kondisi
pasien yang dirawat di ICU sangat rentan terhadap berbagai manipulasi
tindakan. Pada pasien dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil,
memberikan tindakan mobilisasi berarti meningkatkan kebutuhan tubuh
akan konsumsi oksigen, sehingga akan mempengaruhi kondisi
hemodinamik pasien.Perawat ICU harus memikirkan aspek keselamatan
pasien pada saat melakukan mobilisasi oleh karena risiko kematian akibat
tercabutnya pipa endotrakeal, tercabutnya drainase luka
pembedahan.Selain itu, banyaknya alat yang terpasang di tubuh pasien
menjadikan hambatan tersendiri pada saat melakukan mobilisasi. Adanya
selang alat bantu naPas, pipa endotrakeal, trakeostomi, lead ECG monitor,
drainase luka operasi, selang lambung.
Faktor lain yang menjadi hambatan dalam melakukan mobilisasi di
ICU adalah lingkungan di ICU. Lingkungan ini terkait dengan kondisi
tempat tidur di ICU tidak sesuai dengan standar untuk melakukan
mobilisasi, misalnya dapat berputar secara otomatis untuk mendukung
mobilisasi, serta ukurannya aman untuk dilakukan mobilisasi.Paling
sedikit dibutuhkan 2 orang perawat untuk melakukan mobilisasi perubahan
posisi pada pasien yang obesitas dan diperlukan 4 orang perawat pada
pasien dengan BMI di atas 40 kg/m2. Hal ini diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien serta perawat yang melakukan mobilisasi.

111. PEMBAHASAN

Pasien yang terpasang ventilator mekanik dalam waktu yang lama dan

terbatas pada tempat tidur membutuhkan perawatan total. Selain itu pasien

kritis diberikan sedasi atau obat penenang yang dapat menurunkan

kesadaran pasien dan mengakibatkan penurunan kemampuan secara aktif

untuk merubah posisi sehingga mengalami tekanan yang lama. Selain itu,

dampak yang merugikan karena pada posisi imobilisasi konsumsi oksigen

akan meningkat. Posisi terlentang yang diberikan secara terus menerus

dapat menurunkan sirkulasi darah dari ekstremitas bawah yang seharusnya

banyak menuju dada Mobilisasi dianggap sebagai tugas yang kompleks

apalagi pada pasien yang terbaring lama di tempat tidur, kekuatan otot

dapat menurunkan sebanyak 20 persen dengan kerugian 20 persen, otot

melemah dan oksigen meningkat. Pasien yang terbaring di ICU dan tidak

mampu melakukan mobilisasi beresiko tinggi mengalami kelemahan

neuromuskuler.
Dalam penelitian Stiller K didapatkan bahwa di ICU intervensi yang

dilakukan pada pasien yang tirah baring lama untuk mampu merubah

posisi, bergerak, dan mibiliasi. Meskipun mobilisasi yang melibatkan

stimulus gravitasi dan ambulasi pasien atau berpindah, mobilisasi tersebut

tidak selalu menjadi bagian dari pengobatan terapi fisik. Perawat di ICU

selain bertanggung jawab untuk pembersihan jalan nafas dan perawatan

pernafasan perawat ICU harus tetap melakukan mobilisasi pada pasien

yang tirah baring lebih dari 1 minggu.

Tujuan dilakukan nya mobilisasi pada pasien yang di ICU adalah

membantu mencegah terjadi nya komplikasi terutama pada pasien yang

terpasang ventilasi mekanik.

3. KESIMPULAN DAN SARAN


1. KESIMPULAN

Pada penelitian ini didapati kejadian ulkus tekan derajat I dan


derajat II di ruang NCCU. Keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
model penelitian ini adalah sebesar 67,5% atau dengan kata lain informasi
yang terkandung dalam data 67,5% dapat dijelaskan oleh model tersebut.
Sedangkan yang 32,5% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat
di dalam model).

Pengetahuan perawat diketahui tidak berhubungan dengan tindakan


mobilisasi. Keterampilan perawat diketahui berhubungan dengan tindakan
mobilisasi. Pengetahuan perawat diketahui tidak berhubungan dengan
terjadinya ulkus tekan. Keterampilan perawat diketahui berhubungan
dengan terjadinya ulkus tekan. Mobilisasi diketahui berhubungan dengan
terjadinya ulkus tekan. Variabel pengetahuan dan keterampilan diketahui
secara bersama-sama berhubungan dengan mobilisasi. Variabel
pengetahuan, keterampilan dan mobilisasi diketahui secara bersama-sama
berhubungan dengan terjadinya ulkus tekan.

2. SARAN

Hasil rumus turunan yang didapat melalui penelitian ini dapat

dikembangkan dan diteliti lebih lanjut dengan memperbaiki model yang

ada dan memasukkan variabel yang belum tercakup dalam model tersebut.

Dalam penelitian Stiller K didapatkan bahwa di ICU intervensi yang

dilakukan pada pasien yang tirah baring lama untuk mampu merubah

posisi, bergerak, dan mibiliasi. Meskipun mobilisasi yang melibatkan

stimulus gravitasi dan ambulasi pasien atau berpindah, mobilisasi tersebut

tidak selalu menjadi bagian dari pengobatan terapi fisik. Perawat di ICU

selain bertanggung jawab untuk pembersihan jalan nafas dan perawatan

pernafasan perawat ICU harus tetap melakukan mobilisasi pada pasien

yang tirah baring lebih dari 1 minggu.

Tujuan dilakukan nya mobilisasi pada pasien yang di ICU adalah

membantu mencegah terjadi nya komplikasi terutama pada pasien yang

terpasang ventilasi mekanis.

DAFTAR PUSTAKA
Morandi A, Brummel NE, Ely EW. Sedation, de2. lirium and mechanical
ventilation: the “ABCDE” approach. Curr Opin Crit Care. 2011;17:43–9.

Vollman KM. Introduction to progressive mobil3. ity. Critical care nurse


[Internet].[cited 2012 Aug 13] Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20360443. 2010;30(2):3–5.

Winkelman C, Chiang LC. Manual turns in patients 4. receiving mechanical


ventilation. Critical Care Nurse [Internet]. [cited 2011 Oct 14]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20675820. 2010;30(4):36–44

Krishnagopalan S, Johnson EW, Low LL, Kaufman 5. LJ. Body positioning of


intensive care patients. clinical practice versus standards. Critical Care Medicine
[Internet].[cited 2012 Aug 13]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12441775. 2002;30(11):2588–92

Morris PE. Moving our critically ill patients. mo6. bility barriers and benefits.
Critical Care Clinics [Internet]. [cited 2012 Aug 13]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17307113. 2007;23(1):1–20.

Evans B. Patient mobility in the ICU. Transforming 8. Nursing Culture and


Tradition. 2008;28(2).

Notoatmodjo. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: 9. Rineka Cipta; 2010.

Hutapea P, Thoha N. Kompetensi Plus. Teori, de10. sain, kasus, dan penerapan
untuk HR dan organisasi yang dinamis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2008.

Smeltzer SC, Bare BG, L HJ, Cheever KH, Brunner 12. LS.In: Brunner; Suddart,
ed.Textbook of medical surgical nursing. 11th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2008.

Cox BJ. Predictors of pressure ulcers in adult criti13. cal care patient. Patient
Care. 2011;20(5):364–75.
Asmadi. Teknik prosedural konsep & aplikasi kebu14. tuhan dasar klien. Jakarta.
Salemba. 2008.

Zanni, Needham. Promoting early mobility and re15. habilitation in the intensive
care unit. 2010.

Dente K, Schub T. Quick lesson about pressure ul16. cers: etiology and risk
factors. 2010.

Dean E. Mobilizing patients in the ICU. Evidence 17. and principies of practice.
2008;17(1).

Goldhill DR, Badacsonyi A, Goldhill AA, Wald18. mann C. A prospective


observational study of ICU patient position and frequency of turning. Anaesthesia.
2008;63(5):509–15.

You might also like