You are on page 1of 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang dapat mencegah penggumpalan darah (Arkin CF et al,
2003). Literatur lain menyebutkan antikoagulan adalah suatu zat yang mencegah agar
darah tidak membeku. Pembekuan dihambat melalui beberapa proses seperti pengikatan
kalsium atau menghambat pembentukan trombin (Wirawan, 2011; McCall and Tankersley,
2012). Dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk merubah
fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Namun tidak semua jenis antikoagulan
dapat dipakai karena ada beberapa antikoagulan yang dapat mempengaruhi bentuk eritrosit
atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Pada pemeriksaan hematologi yang
membutuhkan spesimen berupa whole blood dan atau plasma maka sampel darah harus
dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan sehingga dengan pemberian
antikoagulan maka darah tidak akan beku.
Ada beberapa macam antikoagulan yang digunakan untuk pemeriksaan hematologi.
Setiap antikoagulan memiliki kemampuan mencegah koagulasi dengan mekanisme
tertentu. Perbandingan yang tepat antara antikoagulan yang dipakai dengan darah yang
dipakai sangat penting untuk mencegah terjadinya kesalahan hasil pemeriksaan. Jenis
antikoagulan yang dipakai juga perlu disebutkan pada manual prosedur laboratorium.
(Turgeon, 2012)
Setelah darah masuk ke dalam tabung, darah harus dicampur segera untuk mencegah
pembentukan mikroklot. Pencampuran darah dengan antikoagulan tidak boleh dikocok
untuk mencegah terjadinya hemolisis dan busa. Busa akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan hematologi (Wirawan, 2011).

2.2 Jenis – Jenis Antikoagulan yang Diperlukan Untuk Pemeriksaan


Terdapat tiga macam antikoagulan yang sering dipakai untuk pemeriksaan hematologi
yaitu ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), natrium sitrat, dan heparin (Mullins, 2007;
Perkins SL,2009; Turgeon, 2012;).
1) Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA)
Ethylenediaminetetraacetic acid adalah antikoagulan yang paling baik untuk
pemeriksaan hitung sel darah karena kemampuan antikoagulasinya yang baik dan
efeknya terhadap morfologi sel darah minimal (Perkin,2009; Arkin et al., 2003).
EDTA dipakai dalam bentuk garamnya dengan kalium atau natrium, yaitu garam
disodium (Na2EDTA), dipotassium (K2EDTA), atau tripotassium (K3EDTA) (Young
et al., 2006). National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS)
merekomendasikan antikoagulan pilihan untuk pemeriksaan hematologi adalah K 2EDTA
(Arkin et al.,2003).

Gambar Struktur Kimia EDTA


a. Sifat

Garam EDTA memiliki pH yang bervariasi. EDTA sendiri memiliki pH asam

yaitu 2.5+1.0, sedangkan dalam bentuk garamnya memiliki pH sebagai berikut

(Arkin et al., 2003) :

Tabel 2.1. pH berbagai garam EDTA

Garam EDTA 1% (w/v) pH


Disodium EDTA (Na2EDTA) 5.0+1.0
Dipotassium EDTA (K2EDTA) 4.8+1.0
Tripotassium EDTA (K3EDTA) 7.5+1.0
(Arkin et al., 2003)

 Disodium EDTA (Na2EDTA) memiliki berat molekul 372,2. Garam ini

berbentuk serbuk putih dan tidak berbau.

 Dipotassium EDTA (K2EDTA) memiliki berat molekul 404,4. Garam ini

berbentuk serbuk putih dan tidak berbau.

 Tripotassium EDTA (K3EDTA) memiliki berat molekul 406. Garam ini

berbentuk cair, bening, dan tidak berbau. Bentuk keringnya berupa serbuk

putih tidak berbau. (Arkin et al, 2003).


b. Jumlah Pemakaian

Jumlah EDTA yang dipakai harus mencukupi untuk mencegah pembekuan,

namun EDTA yang berlebihan juga dapat menyebabkan perubahan morfologi sel-

sel darah. Jumlah EDTA yang diperlukan menurut jenis garamnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini sesuai dengan berat molekulnya (Arkin et al., 2003):

Tabel Jumlah EDTA yang diperlukan menurut jenis garamnya

Garam EDTA mg/mL Darah


Disodium EDTA dihydrate (EDTA Na2.2H2O) 1.4 – 2.0
Dipotassium EDTA dihydrate (EDTA K2.2H2O) 1.5 – 2.2
Tripotassium EDTA anhydrous (EDTA K3) 1.5 – 2.2
(Arkin et al., 2003)

c. Jenis Pemeriksaan Hematologi dengan Antikoagulan EDTA

EDTA digunakan dalam beberapa macam pemeriksaan hematologi seperti

penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah lekosit, eritrosit, trombosit,

retikulosit, hematokrit, tes fragilitas osmotik, golongan darah dan penetapan Laju

endap darah (Gandasoebrata, 2001) .

2) Heparin
Heparin adalah secara alami antikoagulan yang diproduksi oleh mastosit dan basofil.
Heparin dapat digunakan in vivo (dengan injeksi), dan juga in vitro untuk mencegah
pembekuan darah atau plasma dalam atau pada peralatan medis.
Heparin digunakan sebagai antikoagulan untuk beberapa pemeriksaan karena memiliki
sifat pengkelat yang minimal, efek yang minimal tehadap pengenceran, dan
konsentrasi kationnya yang relatif rendah. Heparin terdapat dalam bentuk garamnya
dengan natrium, amonium, dan lithium. Heparin yang direkomendasikan sebagai
antikoagulan adalah lithium heparin karena paling sedikit pengaruhnya terhadap ion
darah. Heparin lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan pH darah, gas darah,
elektrolit, dan ion kalsium. (Arkin et al., 2003)
Gambar Struktur Kimia Heparin

a. Sifat
Heparin berbentuk serbuk putih atau krem, tidak berbau, dan higroskopik.
Heparin ini memiliki pH 6.0 – 8.0 pada konsentrasi 1% (w/v; 1 g/100 mL).
Heparin dengan konsentrasi 5% (w/v; 5g/100mL) berwarna bening. Perbedaan
beratnya dengan bentuk kering tidak lebih dari 8%. Antikoagulan heparin dapat
menguap pada suhu kamar atau suhu 370C pada inkubator atau waterbath, dan
harga antikoagulan ini cenderung mahal (Tahono et al., 2012)

b. Jumlah Pemakaian

Untuk tabung penampung darah vena, jumlah yang direkomendasikan adalah 10 –

30 USP unit/mL darah atau 0.1 – 0.2 mg/mL darah (Arkin et al.,2003;

Kamat,2011). Pipet kapiler yang tersedia biasanya mengandung heparin kurang

dari 15 USP unit/mL (Arkin et al.,2003). Literatur lain menyebutkan jumlah


lithium heparin yang digunakan adalah 10 – 20 IU/mL. Konsentrasi ini tidak

mempengaruhi ukuran eritrosit.(Jury et al., 2012)

c. Jenis Pemeriksaan Hematologi dengan Antikoagulan Heparin

Darah dengan antikoagulan heparin dapat digunakan untuk pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit, resistensi osmotik, penentuan golongan darah, dan

pemeriksaan immunophenotyping (Jury et al.,2012; Tahono et al., 2012)

Darah dengan antikoagulan heparin tidak bisa digunakan untuk hitung sel darah

karena sering menyebabkan clumping baik terhadap leukosit maupun trombosit.

3) Natrium Sitrat

Garam natrium dari asam sitrat dan/atau buffer garam natriumnya biasanya digunakan

untuk mencegah pembekuan darah. Antikoagulan ini adalah antikoagulan pilihan

untuk pemeriksaan koagulasi, namun dapat juga digunakan untuk pemeriksaan

hematologi (Arkin et al., 2003).

Gambar Struktur kimia trisodium sitrat


a. Sifat

Asam sitrat merupakan asam trikarboksilat. Asam sitrat memiliki berat molekul

192. Bentuk yang sering dipakai adalah garam trisodium yang berat molekul 294

dengan 2 molekul air (pH 8.0). Natrium acid sitrat (disodium sitrat, disodium

hidrogen sitrat) juga dipakai dimana garam ini memiliki pH 4.9 – 5.2. Kombinasi

sodium sitrat dan asam sitrat ini disebut sodium sitrat “buffer” .

(Arkin et al., 2003).

b. Jumlah Pemakaian

Jumlah antikoagulan natrium sitrat yang dipakai adalah 105 – 109 mmol/L,

3.13% - 3.2% (umumnya dipakai 3.2%) dalam bentuk trisodium sitrat dihidrat

(Na3C6H5O7 . 2H2O), buffer ataupun nonbuffer. Selain itu juga tersedia tabung

sitrat berisi 3.5% (0.129 mol/L) trisodium sitrat dihidrat (Arkin et al., 2003).

c. Jenis Pemeriksaan Hematologi dengan Antikoagulan Natrium Sitrat

Darah dengan antikoagulan natrium sitrat antara lain dapat digunakan untuk

penentuan kadar hemoglobin, Laju Endap Darah (LED), perhitungan sel darah

merah, agregasi trombosit, penentuan golongan darah, faal hemostasis, dan

transfusi darah. (Tahono et al., 2012)


2.3 Mekanisme Kerja Antikoagulan

1. Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA)


Ethylene diamine tetra acetic acid menghambat proses pembekuan dengan mengikat

ion kalsium dalam darah. Kalsium diperlukan dalam cascade koagulasi sehingga

pengikatan kalsium dapat menghambat dan menghentikan proses koagulasi baik jalur

intrinsik maupun ekstrinsik dan akhirnya tidak terjadi pembekuan. Zat ini telah dipakai

untuk mecegah pembekuan darah sejak awal tahun 1950 dan memiliki banyak

keunggulan dibandingkan dengan antikoagulan lainnya (Gordan and Larson,1995;

Arkin et al.,2003; Perkins, 2009).

EDTA disini berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion Ca2+ yang

bebas dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya

(Riswanto, 2010).

2. Heparin

Mekanisme kerja antikoagulan heparin yaitu :

a. Mencegah pembekuan darah dengan cara menghalangi pembentukan thrombin

b. Mempercepat pembentukan kompleks antitrombin III dengan menginaktifkan

faktor Xa dan mencegah pembentukan trombin dari protrombin

c. Menginaktifkan XIIa dengan cara mencegah terbentuknya fibrin stabil. (Tahono

et al., 2012)
3. Natrium Sitrat

Natrium sitrat bekerja mengikat kalsium. Kalsium merupakan faktor penting dalam

kaskade koagulasi. Pembuangan kalsium dari kompleks protrombinase dapat

mencegah terhadinya perubahan protrombin menjadi trombin, sehingga selanjutnya

perubahan fibrinogen menjadi fibrin terhambat.

You might also like