Professional Documents
Culture Documents
LIMFOMA NON-HODGKIN
1
Derajat keganasan menengah: sebagian dapat disembuhkan
Derajat keganasan tinggi: Dapat disembuhkan, cepat meninggal
apabila tidak diobati
2
No.Dokumen No.Revisi Halaman
3
1. Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma non Hodgkin.in:
Suryono S, Waspadji S, Lesmana L, Alwi I, Setiati S,
Sundara H, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2001.p.607-
21.
2. Non-Hodgkin’s Lymfomen. Hematologie Klapper.8th rued.
Leids Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:82-
KEPUSTAKAAN 98.
3. Abdulmuthalib. Limfoma non-Hodgkin in: Simandibrata
M. Setiati S, Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A,
editors. Pedoman diagnosis dan terapi di bidang ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM: 1999.p
113-4
PELAYANAN MEDIS
TINDAKAN MALARIA
4
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Farmakologi
- Pengobatan tanpa komplikasi
a. Pengobatan malaria falciparum
5
ACT 1 kali/hari selama 3 hari
Primakuin 0,75/kgBB pada hari pertama saja
b. Malaria vivax
ACT 1 kali/hari selama 3 hari
Primakuin 0,25mg/kgbb selama 14 hari
Atau
Artesunat + amodiaquinndan primakuin\
4 tab 4 tab 3 tab
( 3 hari) (14 hari)
- Pengobatan Malaria berat
1. Artesunat intravena
Dosis 2,4mg/kgbb sebanyak 3 kali (jam ke 0,12,24)
dilanjutkan dosis yang sama 24 jam sehari sampai
pasien mampu minum obat, apabila pasien sudah bisa
minum obat, ACT 3 hari dan primakuin sesuai jenis
plasmodium.
2. Artenals
Artesunat intra cutan
Dosis 3,2 mg/kgBB pada hari ke 1 dan dilanjutkan
dengan 1,6 mg/kgbbb satukali sehari sampai pasien
mampu minum obat. Apabila pasien sudah bisa minum
obat ACT 3 hari dan primakuin sesuai jenis plasmodium
3. Artenals lain
Kina drip
- Loading dose 20 mg/kg bb dalam 500 ml D5% ATAU
Nacl 0,9% diberikan selama 4 jam perhari
- 4 jam kedua hanya diberikan cairan D5% atau Nacl
0,9%
- 4 jsm berikutnya diberikan kina dan dosis 10mg/kgbb
dalam larutan 500 ml D5% ATAU Nacl 0,9%
- Diulang sampai pasien sadar dan bisa makan
- Bila sudah bisa makan minum diberi kina tablet oral
dengan dosis 10 mg/kg/bb/kali diberikan setiap 8 jam.
Dosis total kina selama 7 hari di hitung, setiap
pemberian kina perinfus pertama.
6
PELAYANAN MEDIS
DEMAM TIFOID
No. Dokumen No. Revisi Halaman
7
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman S.typhi
dan S.paratyphi.
ANAMNESIS o Demam lebih dari 7 hari
o Nyeri kepala dan nyeri perut
o Obstipasi/diare
o Kesadaran menurun/delirium pada tingkat lanjut.
PEMERIKSANAAN o Demam tipe ‘continue’
FISIK o Relatif bradikardia (jika temp ≥ 390C, nadi ≤ 100
x/menit)
o Hepatomegali, splenomegali
o ‘Abdominal discomfort’
o ‘Typhoid tongue’
o Gejala toxemia pada kasus lanjut/berat (gangguan
kesadaran, kesadaran berkabut).
PEMERIKSAAN o Darah rutin (lekopenia)
PENUNJANG o Kultur darah (minggu I), tinja/urin (minggu II-
III)
o Reaksi widal (kenaikan titer 4 x sebelumnya )
atau tes Widal 0 > 1/320).
Pemeriksaan tambahan :
o Kultur sum-sum tulang bila kultur darah negatif
(bila diperlukan) rujuk.
o Kultur darah (minggu I),kultur tinja/urin
(minggu II-III)
o Tes Widal :kenaikan titer 4 x sebelumnya atau
Widal 0 > 1/320).
DIAGNOSIS Demam tifoid
DIAGNOSIS o Malaria
BANDING o Hepatitis akut
o Pneumonia
o Leptospirosis
o Pielonefritis
8
o Istirahat baring s/d 7 hari bebas demam
o Diet :
Tanpa komplikasi : makanan padat
rendah serat.
Dengan komplikasi: pendarahan usus dan
ileus paralitik penderita dipuasakan sampai tanda
pendarahan berhenti. Makanan per infus.
Farmakologis:
1. Anti mikroba :
a. Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari oral atau i.v.
diberikan sampai 7 hari bebas demam.
b. Tiamfenikol 4 x 500 mg/hari oral diberikan sampai 7
hari bebas demam ,
c. Derivat fluorokuinolon seperti:
- Ofloxasin 2x400 mg/hari selama 7-10 hari hari,
- Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari- 10
hari,
- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari,
- Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari.
d. Sefalosporin :Seftriakson: 1-2 g/ hari
i.v.atau i.m. selama 10 – 14 hari .
Cara lain: 3-4 gr dalam 100 ml
dekstrose 5 % diberikan selama ½
jam, sekali sehari selama 3-5 hari.
e. Ampisilin atau amoksilin : 50-150 mg /kg BB /hari
selama 2 minggu.
f. Kotrimoksazol (480mg) : 2x2 tablet/ hari selama 2
minggu.
g. Azitromisin 1 g/ hari/oral selama 5 hari atau 1g
/hari pertama diikuti 500mg/hari selama 6 hari.
h. Pada wanita hamil :
- Obat yang dianjurkan ialah
- ampisilin, amoksilin dan seftriakson.
- Tiamfenikol tidak digunakan pada trimester
pertama kehamilan.
- Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester
ke-3 kehamilan .
- Kuinolon dan kotrimoksazol tidak dianjurkan.
Pada keadaan toksik tifoid diberikan:
Hari I kortison 3 x 100 mg i.m
9
Hari II kortison 2 x 100 mg i.m
Hari III kortison 3 x 150 mg i.m
Hari IV kortison 2 x 150 mg i.m
Hari V kortison 1 x 150 mg i.m. atau corticosteroid
lain yang setara.
3. Antipretik bila diperlukan, parasetamol 3 x 500mg/ hari.
4. Multivitamin.
PELAYANAN MEDIS
DEMAM BERDARAH DENGUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
10
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Demam yang disebabkan oleh infeksi virus dengue (termasuk
golongan flaviviridae) dengan manifestasi perdarahan dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti/A. Albopictus
ANAMNESIS a. Demam 2-7 hari, bifasik
b. Nyeri otot, sendi, kepala (sering sekitar mata)
c. mual ,sakit uluhati,
d. Bintik pendarahan pada kulit, epistaxis,
e. perdarahan gusi, hematemesis melena
PEMERIKSANAAN o Test bendungan (Tourniquet) positif
FISIK o Tourniquet positif : Tek.darah diastolik + sistolik dibagi
2, dipertahankan 3-5 menit, jumlah petechiae > 20 di
daerah volar pada daerah Ø 1 inchi
o Pendarahan spontan bawah kulit atau bagian lain tubuh
o Hepatomegali
PEMERIKSAAN o Trombosit < 100.000/ml
PENUNJANG o Hemokonsentrasi, Ht naik > 20%
o Leukopenia
o Serologi /dengue blot positif
o HT turun hingga 20% dari HT awal.
Pemeriksaan Tambahan :
o Haemoglobin (persiapan tranfusi)
DIAGNOSIS o DHF Derajat I
o DHF Derajat II
o DHF Derajat III
o DHF Derajat IV
DIAGNOSIS o Morbili
BANDING o ITP
o Chikungunya Fever
o Leptospirosis
TERAPI Non Farmakologis
o Istirahat baring
o Banyak minum 1,5 – 2 liter/hari
o Diet lunak, puasa bila perdarahan saluran cerna.
Farmakologis
11
b. Terapi cairan : kristaloid (RL), Koloid
c. Transfusi komponen trombosit bila pendarahan masif (Hb ≤
8 gr%)
d. Anti piretik, jika panas
e. Anti biotik bila ada infeksi
Lampiran :
LAMPIRAN :
Protokol 1:
Protokol 2 :
12
- Volume cairan kristaloid yang diberikan per hari: 1500 + {20 X (BB
dalam kg – 20} . Misal BB. 50 kg : Vol. cairan : 1500 + 20 x( 50 -20)=
1500+ 600= 2100ml/ 24 jam.
- Setelah 24 jam periksa ulang HB,Ht,Tr( trombosit):
- Kalau Hb,Ht, meningkat 10-20 % dan Tr <100.000 berikan cairan seperti
diatas.
- Periksa Hb,Ht, per 12 jam.
- Kalau Hb,Ht, >20% dan Tr < 100.000. maka beri cairan sesuai Protokol
Penatalaksanaan dengan peningkatan Ht >20%(Protokol 3).
PROTOKOL 3 :
- Beri cairan kristaloid 6-7 ml/kg bb /jam. (Mis .: bb 50 kg, maka diberi 50 x 7
ml/jam = 350 ml /jam).
- A. Pantau pasien 3-4 jam kemudian, kalau membaik ( Ht turun, frekwensi nadi
menurun , TD stabil, produksi urin meningkat) maka berikan cairan 5
ml/kgbb/jam.
- Pantau 2 jam kemudian ,kalau tetap baik ,kurangi cairan infus , menjadi 3
ml /kb/jam.
- Pantau 24-48 jam kemudian kalau tetap membaik pemberian cairan dapat
dihentikan.
PROTOKOL 4 :
PENATALAKSANAAN SINDROMA SYOK DENGUE SSD) ORANG DEWASA.
13
- Penggantian cairan yang hilang segera dilakukan.Periksa segera darah perifer
lengkap, hemostasis , analisa gas darah , kadar natrium, kalium darah dan
ureum ,creatinin darah.
- A.Pada fase awal guyur cairan kristaloid 10-20 ml /kgbb. (misal : 500-1000
ml).
- Lihat 15-30 menit kemudian. Bila syok teratasi ( TD sistolik 100 mmHg atau
lebih, tekanan nadi 20 mmHg atau lebih , frekwensi nadi kurang dari 100 x /
menit dan volume cukup ,akral hangat ,kulit tidak pucat , diuresis ½ -1ml/kg
bb /jam ),maka cairan dikurangi menjadi 7ml /kgbb/jam.
- Pantau dalam 1-2 jam kalau stabil ,berikan cairan 5 ml /kgbb/jam.
- Pantau dalam 1- 2 jam kalau stabil berikan cairan 3 ml/ kgbb/jam.
- Bila daLam 24 jam – 48 jam setelah syok teratasi ,tanda vital baik,diuresis
baik
- ( 2ml/kgbb/jam) maka pemberian cairan distop.
- Awasi tanda-tanda vital untuk menjaga kemungkinan syok berulang terutama
setelah 48 jam timbulnya syok, karena cairan kristaloid yang diberikan hanya
sekitar 20 % saja yang bertahan di intravascular.
- B.Bila pada fase awal pemberian cairan syok belum teratasi maka tiingkatkan
pemberian cairan kristaloid ditingkatkan menjadi 20-30ml /kg bb(mis.;1000 –
1500 ml) dan evaluasi 20-30 menit kemudian.
- Bila syok belum teratasi perhatikan nilai hematokrit.
- Bila meningkat maka perembesan plasma masih berlangsung.Maka pemberian
cairan koloid jadi pilihan. Berikan 10-20 ml/kbb (tetasan cepat) lalu evaluasi
setelah 10 – 30 menit.Bila belum teratasi pasang kateter vena sentral dan
pemberian cairan kolod ditingkatkan maksimal 30 ml/kg bb (misal:1- 1 ½
liter per hari ). Sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O).
- Bila keadaan tetap belum teratasi maka dilakukan pemeriksaan dan koreksi
terhadap
- angguan asam basa , elektrolit, hipoglikemia ,aneimia, KID ( Koagulasi
Intravaskular Disseminata ).
- Bila target tekanan vena sentral telah tercapai tetapi syok belum teratasi maka
dapat diberikan obat inotropik/ vasopressor.
14
- Perdarahan spontan dan massif :Perdarahan hidung dan tak terkendali
walaupun telah diberikan tampon hidung ,perdarahan saluran cerna
(hematemesis,melena dan hematokezia), Perdarahan saluran kencing
/hematuria, perdarhan otak, atau perdarahan tersembunyi, dengan jumlah
perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgbb/jam.
- Pada keadaan seperti ini jujmlah dan kecepatan cairan sama dengan DBD
tanpa syok.
- Periksa TD,nadi,pernafasan an jumlah urin dilakukan sesering mungkin.
- Periksa hemostasis dan plakukan pemeriksaan HB,Ht,Tr tiap 4-6 jam.
- Berikan heparin apbila terdapat KID.
- Transfusi komponen darah sesuai indikasi.
- FFP diberikan apabila diapatkan defisiensi faktor pembekuan ( PT dan APTT
memanjang).
- PRC diberikan apabila Hb kurang dari 10 g%.
- Transfusi Tr hanya diberikan bila terdapat perdarahan dan jumlah trombosit <
100.000/mm3 disertai atau tanpa KID. –
PELAYANAN MEDIS
GASTROENTERITIS AKUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
15
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Adalah suatu keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja
lebih banyak dari biasa. Pada umumnya diambil batasan air tinja
lebih dari 200 gram atau 200 cc dalam 24 jam.
Defenisi lain menggunakan kriteria frekuensi yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 x per hari, dan berlagsung kurang dari 2 minggu.
ANAMNESIS - Berak-berak, yaitu berak berbentuk cair lebih 3 kali
dalam sehari, berlangsung kurang dari 2 minggu. Biasa
disertai darah dan lendir.
- Mulas
- Mual
- Muntah
- Dengan atau tanpa panas
- Pusing, keringat dingin
PEMERIKSANAAN o Tanda-tanda dehidrasi, seperti mata cekung, turgor kulit
FISIK yang menurun
o Bising usus meningkat
o Perut kembung dengan bising usus yang menurut
o Tanda-tanda syok, tekanan darah turun, nadi cepat
o Tanda-tanda asidosis
PEMERIKSAAN o Laboratorium
PENUNJANG Darah lengkap : Hb meningkat, Ht meningkat,
lekositosis
Analisa dan kultur tinja dapat ditemukan bakteri
atau parasit
Elektrolit : dapat ditemukan penurunan Na, K
Ureum, Kreatinin dapat meningkat
Berat jenis plasma dapat meningkat
Analisa gas darah, asidosis metabolik
DIAGNOSIS o GE Akut dengan dehidrasi ringan
o GE Akut dengan dehidrasi sedang
o GE Akut dengan dehidrasi berat
DIAGNOSIS
GE ec non infeksi
BANDING
TERAPI Non farmakologis
16
Istirahat, tirah baring, makanan lunak, banyak minum
(oralit)
Farmakologis
o Pada dehidrasi ringan, rehidrasi diberikan per oral dengan
banyak minum (oralit)
o Pada dehidrasi sedang-berat, rehidrasi dilakukan secara
parentral, dengan cairan RL. Prinsipnya jumlah cairan
yang diberikan sama dengan jumlah cairan yang keluar
dari badan. Kehilangan cairan dapat dihitung dengan
metode Daldiyono.
o Antibiotik :
Shigellosis :
Cotrimoxazol 2 x 2 tablet atau
Klatrimozin 2 x 1 tablet atau
Ampicillin 4 x 1 gr/hari
Salmonellosis:
kloramfenikol 4 x 500 mg
Kolera Eltor :
Tetrasiklin 3-4 x 500 mg atau
Ampicillin 4 x 500 mg
Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg
17
12 .facies cholerica ……………………………………1
13. sianosis ……………………………………………1
14. umur antara 50- 60 thn ……………………… - 1
15. umur >60 thn ………………………………………- 2.
16. underweight ………………………………………..-1
PELAYANAN MEDIS
LEPTOSPIROSIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
18
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Adalah suatu penyakit Zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme leptospira tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya.
ANAMNESIS
Demam
Sakit kepala
Nyeri otot
Menggigil
Ciliar injection
PEMERIKSAAN A. Laboratorium darah :
PENUNJANG
Leukositosis
LED meninggi
Kadang Anemia
B. laboratorium urine :
albumin uria
C. Bakteriologi
D. Serologis
DIAGNOSIS Leptospirosis
DIAGNOSIS
Influenza
BANDING
19
Meningitis aseptic viral
Riketsiosis
Pneumonia Atipik
Streptomisin 1x1gr
Tetrasikilin 4 x 500 mg
Kloramfenicol 4 x 500mg
Eritromisin 3 x 500mg
Siprofloxasin 2 x 500 mg
PELAYANAN MEDIS
DISPEPSIA FUNGSIONAL
20
No. Dokumen No. Revisi Halaman
EKG.
Gula darah ,fungsi tiroid, fungsi pancreas, dll.
Serologi : IgG Helicobacter pylori
Esofagogastroduodenoskopi (rujuk).
Foto esofago-gastro-duodenum dengan kontras barium
(rujuk).
TERAPI Cara:regimen `triple`:
1. PPI ,a.l. omeprazole 20 mg 2x 1 a.c,
2. amoxyllin 1000mg 2x1 d.c,(atau metronidazol 500
mg 2x1 d.c) dan
3. klarithromisin 500mg 2x1 d.c. ( tetrasilklin
21
500mg 2x1) selama 7-14 hari.
Kalau gagal regimen `quadruple`,mis.:
1. PPI 1-2 x hari,
2. bismuth subsalycylate/citrate 4 x 2tab/hari d.c
3. metronidazol 3x 500mg d.c /hari (amoxyllin
2x1000mg / hari) dan
4. tetrasiklin 4x 500 mg d.c./hari.
PELAYANAN MEDIS
HAEMATEMESIS – MELENA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
22
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Suatu kelainan pendarahan saluran cerna bagian atas proksimal dari
ligamentum teres hepatis.
23
kristaloid (Ringer’s Laktat, Ringer’s asetat, NaCl 0,9% ,
dekstrose 5% ) kalau perlu cairan koloid (seperti
expafusin ,dextran ), sementara menunggu transfusi
darah (‘whole blood atau packed red cell’ ). Pada renjatan
hipovolemik berat, jumlah cairan infus pengganti
(‘replacement’) bisa 2-3 x jumlah darah yang
diperkirakan hilang.
o Usahakan Hb diatas 10 gr %.
o Pasang pipa nasogastrik (NGT), kumbah lambung
dengan air es sampai cairan lambung tampak jernih.
Sekali masuk cairan sekitar 200 ml. Bisa diulang 1-2 jam
kemudian bila masih ada perdarahan.
o Kalau perdarahan sedang berlangsung dan trombosit
<50.000 /ml ,maka diberikan transfusi trombosit.
o Puasa 1 x 24 jam jika masih berdarah . Jika perdarahan
berhenti , bisa dimulai dengan diet cair , selanjutnya
secara bertahap beralih ke makanan padat.
o Kalau diduga penyebabnya oleh karena pecah varises
esofagus :
Hemostatik: injeksi vit.K untukmemperbaiki
defisiensi protrombin .Dan kalau ada dugaan
peningkatan fibrinolisis dapat diberikan asam
traneksamat.
Antasida cair setiap 2,4,6 jam via NGT.
24
berhent (MIMS : 5 hari).
Kalau perdarahan masif berlangsung terus, maka
kalau tersedia, dipasang slang Sengstaken –
Blakemore ( ‘SB tube’). Bilas lambung dengan
air es melalui SB tube..Bila perdarahan berhenti
maka balon dapat dikempiskan .Baru boleh
dilepaskan setelah pengempisan balon esofagus
24 jam tidak tejadi perdaarahan lagi.
Untuk jangka panjang guna mencegah
perdarahan berulang dilakukan ligasi varises atau
skleroterapi endoskopik. (Dirujuk ke rumah sakit
yang fasilitasnya tersedia).
Pembedahan darurat : sedapat mungkin
dihindari .Pilihan terbaik semi darurat atau elektif
yaitu setelah perdarahan diatasi untuk sementara
waktu,hemodinamik stabil.(Rujuk ke bagian
bedah). (Seyogianya spesialis bedah dilibatkan
dari awal.)
o Kalau perdarahan karena tukak peptik atau gastritis
erosif:
Injeksi dengan inhibitor pompa proton misalnya:
I.v. bolus omeprazol 80 mg dilanjutkan dengan 2x
40 mg i.v. bolus sampai 5 hari atau sampai
perdarahan berhenti.
Antagonis reseptor H2 untuk tujuan penyembuhan
lesi mukosa. Untuk mencegah perdarahan ulang
kurang bermanfaat.Injeksi simetidin 3x200mg I.V
atau ranitidin 2 x 150 mg I.V.
PELAYANAN MEDIS
SIROSIS HEPATIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
25
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Penyakit hati menahun yang ditandai dengan proses peradangan ,
nekrosis sel hati,usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat
diffus dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus
hati.
ANAMNESIS Perut membesar.
Penurunan kesadaran
PEMERIKASAAN ‘Spider naevi’ di dada ,muka ,leher.
FISIK ginekomastia
Keadaan gizi kurang baik
Timbul vena kolateral : pelebaran vena di toraks depan
bawah ,abdomen bawah, vena di sekitar umbilicus
(caput medusae ).
Alopesia didaerah dada, axilla,pubis.
Hepatomegali pada tingkat awal.
Splenomegali .
Ascites biasanya pada tingkat lanjut
Ada atau tidak ada ikterik
Palmar eythema.
Edema tungkai :pretibial dan dorsum pedis.
‘clubbing finger’
sirosis yang lanjut: bau nafas agak amis (‘foetor
hepatic`, tremor yang khas jari tangan (‘ flapping
tremor’).
PEMERIKSAAN Ratio albumin/globulin terbalik
PENUNJANG Bilirubin total ,direk dan indirek
SGOT ,SGPT, choline esterase (CHE),alkalin
fosfatase, gamma GT,Na,K,Cl.
Serologi penanda virus hepatitis B dan C
USG abdomen.
Biopsi hati : untuk melihat etiologi dan aktifitas sirosis.
Endoskopi : untuk melihat varises esofagus dan gaster.
Pungsi abdomen: pada ascites per magna atau untuk analisa
cairan ascites bila ada dugaan peritonitis bakteri spontan
atau diduga ada keganasan.
26
DIAGNOSIS Hepatitis kronik aktif.
BANDING
DIAGNOSIS Sirosis Hepatis
TERAPI - Diet hati :tergantung kondisi pasien
- Diuretik :spironolakton dimulai dengan dosis 25-100mg / hari
ditingkatkan tiap 3 hari jika responnya kurang baik.
Respon yang baik :
B.B berkurang ± ½ kg/hari yang tanpa edema perifer.
B.B berkurang ± 1 kg/hari dengan edema perifer.
Jika respons kurang baik, dapat diberikan furosemid
1 tablet / hari.
Dosis maksimal 400mg untuk spironolakton / hari dan
160 mg furosemid /hari.
- Roborantia
- Anti virus untuk sirosis yang disebabkan virus hepatitis.
- Tindakan:
Pungsi cairan ascites, jika ascites per magna menimbulkan
sesak dan tidak bisa makan.
Pungsi cairan ascites dengan perbandingan tiap
pengeluaran cairan ascites 1.000cc diberikan infus albumin
6-8 gr.
Ligasi varises esofagus/ skleroterapi varises esofagus.
(Rujuk)
Jika ada hematemesis-melena: lihat prosedur tetap hematemesis-
melena .
PELAYANAN MEDIS
HEMATOKHEZIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
27
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Buang air besar darah segar berwarna merah yang berasal dari
saluran cerna bagian bawah (SCBB).
ANAMNESIS - Buang air besar berwarna merah muda segar sampai merah tua
dapat akut atau kronik.
- Pada perdarahan kronik per anal feses bisa berwarna
biasa,hanya dapat diketahui dengan tes benzidin .
- Demam bila penyebabnya infeksi usus.
- Keadaan umum dapat sakit ringan sampai berat bila
penyebabnya sistemik seperti demam tifoid kesadaran dapat
terganggu.
- Dapat disertai diare sampai dehidrasi hingga terjadi syok
hipovolemik.
- Nyeri perut diatas umbilicus seperti kejang/kolik atau perut
kanan bawah yang hilang timbul dapat akut atau kronik. berat
badan dapat menurun .
PEMERIKASAAN - Dapat non spesifik
FISIK - Dapat teraba massa daerah abdomen
- Dapat nyeri tekan didaerah sigmoid/colon desenden
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG o DPL (HB, HT, Thrombocit/tiap 6 jam,jika perlu
analisis gas darah,eletrolit darah)
o Pemeriksaan hemostasis lengkap.
o pemerikasaan etiologi : widal, serologi amuba,
o feses lengkap, urin lengkap
o kultur feses :salmonella,shigella
Kolonoskopi,jejunoskopi dan biopsi: rujuk.
Foto abdomen 3 posisi untuk melihat adanya perforasi
usus..
Kolon in loop kontras ganda , foto usus halus ganda
kontras, endoskopi,USG abdomen , CT Scan abdomen /
MRI (rujuk).
Foto dada (untuk melihat metastasis tumor ganas usus)
EKG : bila ada sumbatan koroner, memperkuat
diagnostik colitis iskemik walaupun dapat ditemukan
28
pada semua penyakit usus
DIAGNOSIS Hematochezia
DIAGNOSIS 1. Hemorrhoid
BANDING 2. Infeksi usus : Colitis amuba, Demam tifoid , TBC usus ,
Kuman lain (campylobacter jejunum, shigellosis,
skistososmiasis).
3. Penyakit usus inflamatorik (IBD): Colitis ulceratif,
Penyakit Crohn.
4. Divertikulosis kolon dan atau usus halus.
5. Kolitis iskemik
6. Kolitis radiasi.
7. Tumor di colon.
TERAPI Non Farmokologis :
- Penyuluhan dan penerangan mengenai penyakit/
pengobatan pada pasien dan keluarganya.
- Tirah baring
- Puasa (mengistirahatkan usus), pasien mendapat nutrisi
parentral total sampai pendarahan berhenti, sesudah itu
baru mendapat diet bubur saring bubur kasar nasi
tim nasi biasa.
Farmakologis :
- Infus cairan kristaloid untuk mencegah /mengatasi
syok.
- Transfusi darah PRC/W.B sampai Hb . 10 gr % .
- Medikamen, Pengobatan infeksi :
a. demam typhoid lihat protap tifoid.
b. Amuba : Metronidazole/tinidazol 4x500mg.
c. TBC usus : OAT lihat pengobatanTB.
d. Kampilobacter : eritomisin 2 x 500mghari.
e. Kolitis infeksi lain tergantung jeniskuman.
f. kolitis Inflamatorik (IBD) :
Sulfa salazin 2-4 gr/hari atau
5 ASA 1-2 gr/hari,
kortikosteroid (prednisone) 20-40
mg/hari .
Kolitis iskemik : vasodilator
Bila ada kelaianan hemostasis, diatasi sesuai dengan
kelainannya.
1. Fibrinolysis primer: asam traneksamat
2. Defisiensi factor pembekuan darah : FFP atau faktor
29
tertentu atau vitamin K
3. K.I.D. : heparin sesuai protokol diawali 5000unit,s.c.
PELAYANAN MEDIS
HEPATITIS VIRUS AKUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
30
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Infeksi sistemik yang terutama mengenai hepar disebabkan oleh virus
hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan.
ANAMNESIS Demam tidak begitu tinggi , mual, muntah, anorexia, lemah,
sakit otot, kadang-kadang sakit sendi,kadang nyeri didaerah
perut kanan atas.
PEMERIKASAAN Sclera ikterik, Buang air kecil (b.a.k.) berwarna seperti air teh,
FISIK Hepatomegali dan atau splenomegali ,nyeri tekan perut kanan
atas
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG o SGOT/SGPT meningkat 3-10 x nilai normal
o IgM anti HAV untuk virus hepatitis A
o HbsAg, anti HbsAg, Igm anti Hbc untuk virus
hepatitis B.
o Anti HCV untuk virus hepatitis C
o HDAg untuk virus hepatitis D dan anti HEV untuk
virus hepatitis virus E
o USG hati.
31
PELAYANAN MEDIS
PANKREATITIS AUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
32
PENGERTIAN Adalah suatu reaksi peradangan pankreas yang akut.
ANAMNESIS Perut sakit / nyeri tiba-tiba. Terus menerus dan makin sakit.
Terutama didaerah epigastrium,dapat menjalar ke kiri/kanan
atau punggung / perut bawah.Bisa beberapa hari .
Kadang mual dan muntah.
Pada keadaan berat gelisah, kadang-kadang disertai
gangguan kesadaran, kolaps vaskular, syok.
Demam sub febris, febris, kalau panas tinggi kemungkinan
kolangitis, kolesistitis suatu abses pankreas.
Ikterik / subikterik.
PEMERIKSAAN Nyeri tekan epigastrium, tanda peritonitis local atau umum.
FISIK Bising usus berkurang atau hilang /ileus paralitik,
meteorismus.
gangguan hemodinamik, syok, takikardia,
bising usus yang menurun atau menghilang (ileus paralitik).
Bisa disertai ikterik.
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG o Darah perifer lengkap (leukositosis),
o amylase (serum-urine) meningkat ≥ 2x normal)
o gula darah (dapat meningkat),
o kalsium serum (menurun),
o LDH serum (meningkat untuk prognosis),
o fungsi ginjal (ureum , kreatinin, untuk prognosis),
o SGOT/SGPT (meningkat untuk prognosis),
o analisis gas darah dan elektrolit darah (hipo kalemia)
o Pemeriksaan etiologi : IgM sitomegalovirus, kultur
gall, tes Widal, serologis leptospira, dll.
o Klasifikasi berat/prognosis pankreatitis : kriteria
Ranson.
Radiologi :
o Foto abdomen 3 posisi untuk melihat ileus
paralitik/obstruksi atau perforasi
o USG pancreas/abdomen atas : pembengkakan
setempat / difus,eko parenkim berkurang, pseudokista
didalam diluar pancreas, abses atau nekrosis.
o Foto dada : melihat kelainan paru (komplikasi
pankreatitis :efusi pleura).
o CT-Scan abdomen atas (rujuk).
33
1. Kenaikan amilase serum atau urin ataupun lipase serum
sama atau lebih 3 x nilai normal tertinggi.
2. Hasil penemuan dengan USG.
3. Penemuan operasi yang sesuai dengan pankreatitis.
DIAGNOSIS Pankreatitis akut
DIAGNOSIS Perforasi ulcus peptikum
BANDING Kolik batu empedu:,
Kolesistitis akut degna kolangitis,
Infark mesenterial
Aneurisma aorta yang pecah
Kehamilan ektopik yang pecah
Obstruksi usus dengan strangulasi
Appendisitis akut
Nefrolitiasis kanan akut
Infark miokard akut inferior
Vaskulitris pada SLE.
TERAPI Fase akut :
Non farmakologis
1. Penyuluhan dan penerangan.
2. Tirah baring.
3. Puasa, pasang infus untuk nutrisi parenteral total sampai
amilase dan lipase serum normal / mendekati normal
dan pada selang nasogastrik tidak keluar cairan empedu
Farmakologis :
1. Analgetik yang kuat (mis .petidin) dan sedatif untuk
mengurangi rasa nyeri (hindari obat spasmodik, opiate-
> spasma sfingter Oddi).
2. Infus cairan sedikitnya 2-3 liter /24 jam untuk
mengatasi syok dan pengawasan cairan kelainan
elektrolit, rata-rata diperlukan 3-6 liter tiap hari, disertai
elektrolit terutama kalium dan kalsium, serta gula
darah.
3. Pasang “nasogastric tube”untuk mengeluarkan cairan
lambung /duodenum pada kasus berat. menghambat
reaksi pancreas (mengurangi sekresi sekretin)
4. Sulfas atropine 0,5mg, atau propatheline bromide 30mg
parentral tiap 8-12 jam, pemberian cukup 2-3 hari.
5. Jika ada infeksi : peniclillin G 600.000 unit 2 x sehari,
streptomicyn 0,5gr, ampicillin 3 x 1 gr, cephalosporin
6. Jika pasien mampu dapat diberikan penghambat
enzyme-enzym pankreas seperti somatostatin
34
250ug/jam per drip I.V atau octriotide sub cutan 3x1
ampul 0,1mg /hari, pemberian selama 3-5 hari
F. Penyulit :
Lokal :
Pseudokista pancreas, abses pancreas, peradangan
hemorhagik, nekrosis organ sekitar, pembentukan fistel,
ulkus duodenum, ikterik obstruktif, ascites
Sistemik :
- Sepsis
- kelainan paru akut: eksudat, atelektasis, pneumonia,
- Kardiovaskuler: perubahan ST-T aspesifik pada EKG
- Tromboflebitis, K.I.D., syok.
- Susunan saraf pusat : psikosis, emboli lemak.
- Steatonekrosis : bercak lemak pada omentum dan
peritoneum , nekrosis lemak pada jaringan sub kutan,
mediastinum, pleura, SSP, ecrosis tulang.
- Perubahan gastro-intestinal :nekrosis dinding
duodenum, colon, perdarahan pancreas melalui duktus
pankreatikus
- Thrombosis v. porta dengan perdarahan varises,
perdarahan intra peritoneal, nekrosis arteri didalam dan
sekitar pancreas.
- Ginjal : trombosis arteri atau vena renalis, gagal ginjal
akut.
- Metabolik :hiperglikemi, ketoasidosis, koma,
hipokalsemia , hiperlipidemia.
35
PELAYANAN MEDIS
HIPERTENSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hipertensi jika :
TD Sistol ≥ 140 mmHg
TD Diastol ≥ 90 mmHg
Karena banyak faktor dapat mempengaruhi tekanan darah maka
unutk diagnosis hipertensi perlu pengukuran tekanan darah
beberapa kali, dapat pula ada beberapa kunjungan (setidak-
tidaknya 3 kali). Spigmomanometer air raksa cukup memadai,
namun harus kerja baik, harus ditera sedikitnya 6 bulan sekali.
II). WHO/ISH :
Seperti diatas :
Ada stadium 3: >180/110 mmHg.
Isolated hypertension : TD Sistolik: sama atau >140 mmHg
dengan TD diastolik normal.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Dasar.
FISIK Pengukuran darah yang sesuai standar, tidak hanya sekali,
perlu lebih dari satu kali kunjungan atau beberapa kali
kunjungan ( setidak-tidaknya 3x pemeriksaan)
Syarat standar pengukuran tekanan darah :
1. Diukur setelah pasien duduk dan istirahat setidak-tidaknya
5 menit diruangan yang tenang, dan 30 menit setelah
minum kopi atau rokok.
2. Cuff standar yaitu dengan balon 12-13 cm lebar dan
panjang 35 cm, orang gemuk atau anak perlu alat yang
sesuai dan dipasang setinggi jantung
37
3. Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik fase
V
4. Pengukuran kedua harus ke-2 sisi lengan
untukmenghindari kelainan pembuluh darah perifer
(penyakit Takayasu)
5. harus juga diukur tekanan darah sewaktu berdiri pada
manula, pasien DM atau keadaan sering hipotensi
ortostatik.
Pemeriksaan mencari faktor resiko hipertensi.
Faktor risiko penting untuk menentukan risiko hipertensi dan
sertifikasi terhadap kejadian komplikasi kardiovaskuler, yaitu
1. Risiko untuk stratifikasi :
a. Derajat hipertensi
b. Wanita > 65 tahun
c. Perokok
d. Kolesterol total >200 mg% (6,5mmol/L)
e. Diabetes mellitus
f. Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler dini
(wanita<65 tahun, pria < 55 tahun).
38
TIA.
Penyakit jantung :
Infark mikard.
Angina fectoris.
Gagal jantung kongestif.
Retinopati hipertensi lanjut
Pendarahan atau eksudat
Edema papil
Penyakit ginjal :
Nefropati diabetik
GGK (kreatinin > 2mg%)
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG o Darah rutin
o Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein,
gula.
o Kimia darah: K, ureum ,kreatinin, gula darah puasa dan
2jam post prandial, total kolesterol (HDL dan LDL),
trigliserida, asam urat.
EKG
Radiologi :
o Foto dada
o USG pembuluh darah besar
o USG ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
o BNO/IVP
o Pemeriksaan tambahan : Ekokardiografi bila diduga
KOS (Kerusakan Organ Sasaran), seperti adanya LVH.
DIAGNOSIS Hipertensi essensial stage I
Hipertensi essensial stageII
DIAGNOSIS Tekanan darah yang meninggi sesaat tetapi bukan hipertensi
BANDING seperti hipertensi ‘white coat ‘ ,
akibat rasa nyeri,
peningkatan tekanan intraserebral,
ensefalitis
akibat obat kokain,
kehamilan dan sebagainya
TERAPI 1) Nonfarmakologis: memodifikasi gaya hidup,a.l.
Diet rendah garam
Olah raga/ kegiatan jasmani yang teratur.
Menghentikan rokok
Mengurangi berat badan yang lebih.
39
2) Farmakologis, sesuai JNC-7:
Tanpa indikasi yang memaksa.
Dengan indikasi memaksa (compelling indications) seperti:
o DM,
o gagal jantung ,
o penyakit ginjal kronik,
o pasca infark miokard,
o penyakit pembulluh darah perifer,
o risiko tinggi penyakit jantung koroner.
Tekanan darah
Faktor resiko lain & Stage 1 Stage 2
penyakit penyerta TDS 140-159 atau TDS 160 atau
TDD 90-99 TDD 100
I. Tanpa faktor Risiko ringan Risiko sedang
risiko / tinggi
II. Faktor risiko 1-2 Risiko sedang Risiko tinggi
III. Ada 3 atau lebih Risiko tinggi Risiko tinggi
risiko DM atau
KOS
IV. Ada kelainan Risiko sangat tinggi Risiko sangat
klinik terkait tinggi
40
2. Risiko ringan : mulai terapi non-farmakologi ( modifikasi
gaya hidup ) dan monitor tekanan darah serta faktor risiko
selama 1-3 bulan, bila TD ≥ 150/95 mmHg segera mulai obat
hipertensi (OAH).
3. Risiko sedang: mulai terapi non farmakologi atau modifikasi
gaya hidup dan monitor tekanan darah serta faktor risiko
selama 1-3 bulan, bila TD ≥ 140/90 mmHg mulai OAH.
4. Risiko tinggi: modifikasi gaya hidup dan terapi dengan
OAH.
41
1. Diuretik (dalam hal ini hidrokhlorotiazid/ HCT) dengan beta
blocker
2. Diuretik dengan ACEI atau antagonis AII.
3. ACEI dengan antagonis kalsium.
4. Antagonis kalsium (dihidropiridin) dengan beta blocker
5. Beta blocker dengan alfa blocker .
NB.:
1. Kombinasi harus golongan atau kelas berbeda, pilih yang
punya efek aditif, dan jangan mempunyai mekanisme
kerja yang sama, atau efek samping yang sama.
2. Jika memakai obat gabungan 2 atau lebih sebaiknya salah
satu adalah diuretik (HCT).
PELAYANAN MEDIS
KRISIS HIPERTENSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
43
Hipertensi dengan tekanan darah diastolic > 120 mmHg yang
memerlukan penurunan tekanan darah segera (menit sampai 1
jam) ditandai adanya salah satu atau lebih kelainan seperti
dibawah ini :
Perdarahan intracranial
Ensefalopati
Angina pectoris tidak stabil (unstable)
Infark miokard
Gagal jantung kiri dengan edema paru
Dissecting aneurysma aortae
Eklampsia
Krisis pada feokromositoma
Gagal ginjal atau insufisiensi ginjal akut
Hematuria
3.Accelerated hypertension :
Hipertensi berat, tekanan darah diastolik > 140 mmHg disertai
kelainan mata (retinopati) berupa edema papil atau perdarahan
atau eksudasi.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan dasar :
FISIK Pemeriksaan mulai dari anamnesis dan pengukuran
tekanan darah beberapa kali sesuai standar. P
Pengukuran tekanan darah untuk menghindari darah
tinggi yang bukan krisis hipertensi.
Pemeriksaan lain adalah mencari faktor penyebab/
pencetus hipertensi seperti ‘bruit’, tumor abdomen
(kista),tanda kelainan organ sasaran.
Pemeriksaan Penunjang :
44
o Laboratorium :
Darah perifer lengkap
Urinalisis
Kimia darah : urem, kreatinin dan elektrolit darah.
o Pemeriksaan EKG.
o Funduskopi: untuk melihat perdarahan dan edema papil.
o Radiologi :
Foto dada.
USG abdomen.
o Memantau tanda atau gejala kelainan neurology,
retinopati, gagal jantung, diseksi orta.
DIAGNOSIS Hipertensi krisis
DIAGNOSIS Akibat hipoksia
BANDING Kandung kemih penuh (distended)
Rasa nyeri
Tumor otak
EpilepsI.
Ensefalitis
Anksietas akut dengan sindrom heperventilasi
Uremia dengan overloaded.
TERAPI Target terapi hipertensi emergensi :
Adalah penurunan mean Arterial Blood Pressure
(MABP/tekanan darah rata-rata) tidak lebih 25 % dalam
beberapa menit sampai 2 jam dan kemudian menjadi 160/100
dalam 2-6 jam.Perlu tekanan darah diukur setiap 15-30
menit. Penurunan terlalu cepat dapat menyebabkan iskemia :
renal, iskemia serebral, atau jantung.
Target hipertensi urgensi :
Adalah penurunan sama seperti hipertensi emergensi tetapi
dalam waktu 24-48 jam. Setelah target tercapai harus diikuti
program terapi hipertensi jangka panjang. Anti hipertensi
yang dipilih dapat peroral atau parenteral sesuai fasilitas
yang tersedia.
Obat peroral : semua obat anti hipertensi yang bekerja cepat
seperti loop diuretic, penghambat beta, penghambat ACE,
antagonis alfa, antagonis kalsium. Sediaan parenteral:lebih
disukai karena monitor dan pemberian obat dapat lebih diatur
sesuai derajat tekanan darah.
Sedang efek samping peroral/sublingual sukar diprediksi.
Namun, bila dengan parenteral tekanan darah masih lebih dari
45
180/120 mmHg maka dapat ditambahkan OAH oral diatas dan
kalau perlu obat yang masa kerjanya panjang.
NB:
- Dosis ini dapat bervariasi sesuai referensi dokter
- iv berarti intravena,
- Hipotensi dapat terjadi pada semua obat
46
PELAYANAN MEDIS
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
47
FISIK Pernafasan Kussmaul,nafas bau aseton.
Febris kalau faktor presipitasi adalah infeksi: pneumonia,
ulkus ,dll.
Penurunan kesadaran:gelisah,apatis,sopor, koma.
Bising usus berkurang atau hilang /ileus paralitik,
meteorismus.
gangguan hemodinamik, syok, takikardia.
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG - Darah perifer lengkap (leukositosis),
- gula darah dapat meningkat,
- fungsi ginjal (ureum , kreatinin, untuk prognosis),
- SGOT/SGPT , CK,CKMB,kalau perlu.
- analisis gas darah dan elektrolit darah (hipo kalemia)
Radiologi: foto thorax PA.
EKG.(‘acute MCI’,hiper/hipokalemia)
Diagnosis ditegakkan apabila;
Kadar gula darah tinggi,PH darah <7,3,keton darah positif
DIAGNOSIS Ketoasidosis diabetikum.
DIAGNOSIS Asidosis Metabolik sebab lain
BANDING Ketosis alkoholik
TERAPI Non farmakologis:
1. Penyuluhan dan penerangan.
2. Tirah baring.
3. diet DM
Farmakologis :
- Rehidrasi (sebaiknya pasang cvp) Infus cairan NaCl
0,9% atau NaCl 0,45%, bisa mencapai 10 liter.
- Insulin regular : dosis ‘loading’ 10-20 unit i.v., dan
lanjutkan dengan drip insulin 5-12 unit/jam . Cek kgd
/jam.
- kalau kgd mencapai 250 mg % atau kurang tetesan
insulin dikurangi menjadi 1- 4 unit /jam dan ke dalam
infusan ditambahkan glucose ( mis. Insulin dalam D5).
- Kalau kgd < 70 mg% drip insulin dapat dihentikan
sementara , control kgd / 30 menit .Kalau tetap < 70 mg
% infus dengan D10, lalu periksa kgd /30 menit lagi
sampai kgd 100 mg%.Lalu drip insulin lagi 1 u /jam.
- ( insulin dapat juga diberikan secara i.m. dengan
suntikan berulang setelah diawali bolus tsb.)
- ( Absorpsi insulin oleh saluran infus dapat dikurangi
dengan lebih dahulu membilas slang infus dengan 100-
48
150 ml cairan larutan insulin).
- Buat lembaran (‘flow sheet’)untuk monitor kadar gula
darah berkala,pH ,elektrolit darah, tanda vital, balans
cairan.
- Koreksi kalium sesuai kebutuhan. Kebutuhan kalium
sehari bisa mencapai 200- 300 meq/pasien.
- koreksi asam dengan Na- bikarbonas apabila pH< 7,2 .
- Koreksi faktor presipitasi .Kalau ada infeksi berikan
antibiotik yang sesuai.
- Kalau pasien sadar dan bisa makan sendiri maka insulin
diberikan sesuai kebutuhan.
PELAYANAN MEDIS
LEPTOSPIROSIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
49
LED meninggi
Kadang Anemia
b. Laboratorium urine :
Albumin uria
o Bakteriologi
Biakan/kultur leptospira
o Serologis
Spesifik dot ELISA
DIAGNOSIS Leptospirosis
DIAGNOSIS o Influenza
BANDING o Meningitis aseptik viral
o Riketsiosis
o Semua penyakit dengan ikterik (hepatitis,
yellow fever)
o Pneumonia Atipik
o Demam berdarah dengue
o Malaria
TERAPI Anti Mikrobial
Penisilin-a 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7
hari
Streptomisin 1 x 1 gr
Tetrasiklin 4 x 500 mg
Kloramfenicol 4 x 500 mg
Eritromisin 3 x 500 mg
Ciprofloxasin 2 x 500 mg
Anti piretik (bila panas) / Analgetik
Anti emetic (bila mual, muntah)
50
PELAYANAN MEDIS
HAEMATEMESIS – MELENA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
51
Tukak lambung dan duodenum
Stress ulcer pheding
Penyakit systemik : Uremia
Kelainan pembekuan darah
TERAPI - Puasa 1x 24 jam jika masih berdarah.
- Jika perdarahan berhenti, bisa dimulai dengan diet cair H1/ l1,
selanjutnya secara bertahap diet beralih ke makanan padat.
- Resusitasi dengan infus cairan kristaloid (Ringer Laktat, NaCl
0.9% atau Dextrose 5% dan Transfusi darah (whole blod atau
packed Red cell).
- Usahakan Hb sekitar 9 gr%.
- Pemasangan Nasogastric tube, kemudian lakukan lavage
lambung dengan air es sampai jernih, cairan dimasukkan
ditunggu 5 menit, keluarkan lagi, diulang- ulang sampai
cairan lambung warna jernih. Tindakan ini bisa diulang 1 -2
jam kemudian jika masih ada perdarahan ( sekali masuk ± 250
cc)
- Antasida cair/ sucralfat cair 15 – 30 ml, setelah cairan
lambung jernih.
- Injeksi simetidine 4 x 200 mg I.V atau Ranitidine 2 x 150 mg
I.V. atau injeksi Pantoprazol 1x30 mg. I.V atau Omeprazol 1 x
40 mg/hari I.V.
- Injeksi vitamin k 10 – 40 mg / hari jika ada tanda-tanda
Sirosis Hati.
- Injeksi Transemic Acid, jika ada peningkatan aktifitas
fibrinolisin.
- Sterilisasi usus dengan laktulosa oral serta clisma tinggi jika
ada tanda-tanda Sirosis Hati, ditambahkan Neomycin/
Kanamisin 4 x 500 mg/ oral.
- Diberikan injeksi Somatostatin (stimalin) 250 mg bolus I.V,
diteruskan dengan Drip Somatostatin (stimalin) 3.000 mg
dalam Dextrose 5% NaCl 0,9% dalam waktu 12-24 jam.
- Tindakan khusus :
Dilakukan jika penyebab perdarahan dapat dipastikan
atau diduga secara klinik.
Jika penyebabnya varises esophagus bleeding
dilakukan tindakan ligasi varises/sklero terapi varises.
Operatif
Konsul bedah, jika perdarahan masif.
52
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA APLASTIK
53
Transfusi komponen darah (PRC dan atau TC) sesuai
indikasi
Bila disertai infeksi sekunder/ sepsis: antibiotik
Terapi Imunosupresif:
- Prednison 1-2 mg/KgBB/hari.
- Metilprednisolone oral 0,8 mg/kgBB/hari, bila perlu
didahului pulse terapi (Metilprednisolone IV 3 hari
dilanjutkan tapering off dilanjtkan oral)
Immunosupresif alternatif : azatriopin,cyclosporin,
cyclofosfamid, ATG (anti thymocyte globulin) 15
mg/KgBB/hari intravena selama 5 hari
Androgen
Metenololasetat
Granulocyte Coloni Stimullating Factor
Eltrombophag
Splenektomi
Transplantasi sumsum tulang bila ditemukan HLA yang
cocok
Dubia: tergantung tingkat hipoplasinya
PROGNOSIS Pada umumnya pasien meninggal karena infeksi, perdarahan
dan komplikasi transfusi darah
Remisi komplit: granulosit >1000/µl, trombosit >100.000, Hb
normal
Remisi Parsial: granulosit >500/µl, tidak membutuhkan
INDIKATOR
transfusi darah merah dan trombosit.
MEDIS
Remisi Minimal: granulosit >500µl, membutuhkan transfusi
darah merah dan trombosit
Tidak berespon: anemia aplastik berat menetap
1. Salonder H. Anemia aplastic. Dalam: Suyono S, Waspadji S,
Lesmana L, Alwi l, Setiati S, Sundara H, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2001:501-8
2. Aplastiche Anemie. Hematologie Klapper 8th ed. Leids
KEPUSTAKAAN Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:12-16
3. Widjanarko A. Anemia Aplastik. In: Simadibrata M, Setiati S,
Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman
diagnosis dan terapi di bidang ilmu penyakit dalam Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.RSCM:1999.p.102-3
54
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SINDROM LISIS TUMOR
55
hipokalsemia simtomatik) maka dilakukan hemodialisa.
56
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
IDIOPHATIC THROMBOCYTOPENIA PURPURA
No.Dokumen No.Revisi Halaman
57
Pemeriksaan ACA, Coomb’s test, C3, C4, ANA, anti dsDNA
Pemeriksaan immunoelektroforesis protein
Pemeriksaan hemostasis normal bila tidak ada komplikasi,
kecuali masa perdarahan yang memanjang
Pemeriksaan pungsi sumsum tulang.
TERAPI Terapi supportif:
Membatasi aktivitas yang berisiko trauma
Menghindari obat-obat yang mengganggu fungsi
trombosit
Transfusi PRC sesuai kebutuhan
Transfusi trombosit bila:
Perdarahan masif
Adanya ancaman perdarahan otak/SSP
Persiapan untuk operasi besar
Perawatan RS untuk pasien dengan:
Perdarahan berat yang mengancam jiwa
Trombosit <20.000/µl dengan perdarahan mukosa
bermakna
Trombosit >50.000/µl asimptomatik/dengan purpura
minimal→ tidak diterapi.
Trombosit <30.000/µl dengan/tanpa gejala 30.000-
50.000/µl dengan perdarahan bermakna, kadar trombosit
berapa saja dengan perdarahan yang mengancam
jiwa→diterapi.
Steroid
(~prednison 1-2 mg/kgBB/hari) dipertahankan 3-4 minggu
lalu tapp down, maksimal selama 6 bulan. Prednison tidak
boleh diberikan dalam jumlah tinggi lebih dari 4 minggu
pada pasien tidak respon.
Splenektomi
Indikasi:
Gagal remisi dengan terapi steroid dalam 6 bulan
observasi
Memerlukan dosis maintenance steroid yang tinggi.
Adanya kontraindikasi/intoleransi terhadap steroid
Pilihan terapi yang lain
Obat-obatan imunosupresan (siklofosfamid, azatrioprin,
vinkristin)
Preparat androgen (denazol)
Exchange plasmapharesis pada pasien dengan keadaan
sakit berat
58
Hormonal anovulatoir
PROGNOSIS ITP akut : ad bonam
ITP kronik : dubia ad malam
KEPUSTAKAAN 1. Idiopatische trombocytopenische purpura. Hematologie Klapper
8th ed. Leids Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni
1999:113-7
2. Djoerban Z. Immune trombocytopenic purpura. In: Simadibrata
M, Setiati S, Alwi l. Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, editors.
Pedoman diagnosis dan terapi di bidan ilmu penyakit dalam.
Jakarta:Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSCM:1999.p.104-8
59
No.Dokumen No.Revisi Halaman
Farmakologis
1. Antikoagulan
Heparin (unfractioned)
Bolus intravena 100 IU/Kg dilanjutkan drip mulai
1000IU/jam
Target aPTT 1,5-2,5 x kontrol bila:
o aPTT <35 , ↑ heparin 400 IU
o aPTT 35-45, ↑ heparin 200 IU
o aPTT 46-70, pertahankan
60
o aPTT 71-90, ↓ heparin 200 IU
o aPTT >90, stop heparin 6 jam
cek PT/aPTT tiap 6 jam
61
mingguan
Kembali 1 minggu
o INR >5,0
Stop warfarin, pantau sampai INR 3,0
Mulai dengan dosis kurang 20-50%
Kembali tiap hari
2. Alternatif
Dabigatran
Apixaban
Rivaroxaban
KEPUSTAKAAN 1. Supandiman I. Trombosis dalam: Suyono S, Waspadji S,
Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundaru H, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2001:588-91
2. Tambunan, KL. Terapi antikoagulan pada trombosis vena
dalam. Dalam: Setiati S, Bawazier LA. Atmakusuma D, Kasjmir
YI, Syam AF, Gustaviani R. Current treatment in internal
medicine 2000. PIP IPD FKUI Jakarta 2000: 19-22
3. Atmakusuma D. Perbedaan trombosis vena dalam dan
trombosis arteri akut dalam hal diagnosis dan tatalksana.
Dalam: Prodjosudjadi W, Setiati S, Alwi I. Pertemuan Ilmiah
Nasional PB PAPDI 2003, therapeutic update and workshop in
internal medicine. PIP IPD FKUI Jakarta 2003:193-205.
4. Tambunan KL. Peran terapi medicamentosa pada DVT kronik.
Dalam:Simadibrata M, Alwi I, Kasjmir YI, Bawazier LA, Syam
AF, Mansjoer A. Penyakit kronik dan degeneratif
penatalaksanaan dalam praktek sehari-hari. PIP IPD FKUI
Jakarta 2003: 9-13.
62
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Leukimia akut merupakan penyakit proliferasi neoplastik yang
sangat cepat dan progresif sehingga susunan sumsum tulang normal
digantikan oleh sel primitif dan sel induk darah (sel blas dan atau
satu tingkat diatasnya)
ANAMNESIS Gejala anemia: rasa lemas/lemah, pucat, pusing, sesak
nafas/gagal jantung, berkunang-kunang
Tanda infeksi: sering demam
Akibat trombositopenia: perdarahan (menstruasi lama,
epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan dibawah kulit,
hematuria,buang air besar campur darah, muntah darah)
PEMERIKSAAN Pucat, demam, pembesaran KGB superfisial, organomegali,
FISIK ptekie/purpura/ekimosis
DIAGNOSIS Leukimia akut
KERJA
DIAGNOSIS Sindrom mielodisplasia (MDS), reaksi leukemoid, leukimia kronis.
BANDING
PEMERIKSAAN Laboratorium: darah tepi lengkap (termasuk retikulosit dan
PENUNJANG hitung jenis), LDH, asam urat, fungsi ginjal, fungsi hati, serologi
virus (hepatitis, HSV, EBV, CMV)
Sitologi aspirasi sumsum tulang, sitogenetik.
TERAPI Perawatan di ruang rawat isolasi semi steril:
Leukoferesis untuk mencegah leukostasis jika leukosit >
100.000/µl dikombinasi metilprednisolon 5 mg/Kg/hari
63
Leukemia limfositik Akut
Fase I induksi ( 4 minggu)
Obat Dosis hari
2
Cyclofosfamid 1200mg/m IV 1
Daunorubicin 45 mg/m2 1,2,3
Vincristin 2mg IV 1,8,15,22
Prednison 60mg/m2 PO 1-21
Rawatan selanjutnya untuk follow lup untuk leukopeni post
kemoterapi induksi selama 3 minggu.
Follow up : Hb,Leukosit, trombosit hari 3,5,7,14
64
ANAMNESIS Gejala-gejala umum seperti demam, hipotensi, asidosis, hipoksia,
proteinuria.
Tanda-tanda perdarahan (ptekie, purpura, ekimosis, hematoma,
hematemesis melena, hematuria, epistaksis)
PEMERIKSAAN ptekie, purpura, ekimosis, hematoma
FISIK
DIAGNOSIS KERJA Koagulasi intravaskular diseminata
DIAGNOSIS Fibrinolisis primer, penyakit hati berat, psudo KID
BANDING
PEMERIKSAAN Darah tepi: trombositopenia atau normal, burr cell (+)
PENUNJANG Pemeriksaan hemostasis pada KID
Trombosit, aPTT, PT, fibrinogen, D-dimer
Jika terdapat perdarahan follow up Trombosit, aPTT, PT, fibrinogen,
D-dimer perhari
TERAPI Suportif
o Memperbaiki dan menstabilkan hemodinamik
o Memperbaiki dan menstabilkan tekanan darah
o Membebaskan jalan nafas
o Memperbaiki dan menstabilkan keseimbangan asam basa.
o Memperbaiki dan menstabilkan keseimbangan elektrolit
Mengobati penyakit primer
Menghambat proses patologis
o Antikoagulan
1. Low molekuler weight heparin (LMNH), Fondaparinux,
Enoxaparin
2. Heparin intravena: bolus heparin 5000 unit lanjut drip
heparin 10.000 unit dalam 50 cc D5% mulai 5 cc /jam,
evaluasi aPTT tiap 6 jam dengan target 1,5-2,5 x kontrol
Nilai aPTT Dosis heparin
<35 detik Naikkan 2 cc/jam
35-45 detik Naikkan 1cc/jam
46-70 detik Dosis tetap
71-90 detik Turunkan 1 cc/jam
>90 detik Stop heparin 6 jam
65
AF, Mansjoer A, Suprohita. Penatalaksanaan kegawat daruratan di
bidang ilmu penyakit dalam. PIP IPD FKUI Jakarta 2001: 25-31.
67
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SINDROM VENA KAVA SUPERIOR
No.Dokumen No.Revisi Halaman
68
RA, Setiati S, Alwi I. Bunga rampai ilmu penyakit dalam. Balai
Penerbit FKUI Jakarta 1996: 97-110.
2. Kaiser LR, Putnam JB. The Mediastinum: overview, anatomy
and diagnostic approach in: Fishman AP, Elias JA, Fishman JA,
Grippi MA, Kaiser LR, Senior MR. Fishman’s manual of
pulmonary disease and disorders. 3rd ed. McGraw-Hill USA
2002: 521-34
PENGERTIAN Terapi suportif pada pasien kanker merupakan hal yang amat
penting, sehingga tidak jarang lebih penting daripada pengobatan
pembedahan, radiasi maupun kemoterapi karena pengobatan
suportif ini justru sering berkaitan dengan usaha untuk mengatasi
masalah-masalah yang dapat mengancam jiwa. Pengobatan
suportif ini tidak hanya dibutuhkan pada pasien kanker yang
menjalani pengobatan kuratif tetapi juga pada pengobatan
paliatif.
Pengobatan suportif ini meliputi:
1. Masalah nutrisi dan gangguan saluran cerna
2. Penanganan nyeri
3. Penanganan infeksi
4. Masalah efek samping sitostatika terutama efek mielosupresi
ANAMNESIS Masalah nutrisi: Penurunan berat badan yang cepat
Penanganan nyeri:
waktu timbul nyeri, lokasinya, intensitasnya dan faktor
yang menambah atau mengurangi nyeri
Jenis nyeri, viseral, somatik atau neuropatik
Tingkatan nyeri dengan VAS (visual analog scale)
Masalah efek samping sitostatika: mual, muntah
PEMERIKSAAN Masalah nutrisi:
FISIK Pemeriksaan Antropometri
69
Masalah efek samping sitostatika:
Luas permukaan tubuh, tingkat kemampuan berperan, mencari
sumber infeksi.
70
Nutrisi sebaiknya melalui vena sentral karena dapat
diberikan cairan dengan osmolallitas tinggi dan dalam
waktu lama (6 bulan-1 tahun). Hati-hati terhadap bahaya
infeksi dan trombosis.
B. Penanganan nyeri
Pengobatan medikamentosa/farmakologi:
Pada nyeri ringan pengobatan dimulai dengan asetaminofen
atau OAINS. Kemudian dievaluasi dalam 24-72 jam. Bila
masih nyeri ditambahkan amitriptilin 3x25 mg atau opioid
ringan kodein sampai dengan 6x30 mg/hari.
Pada nyeri sedang pengobatan dimulai dengan opioid
ringan kemudian dievaluasi dalam 24 jam, bila masih nyeri
obat diganti dengan opioid kuat, biasanya dipakai morfin.
Pemberian morfin intravena dimulai dengan,disus dititrasi
sampai pasien bebas nyeri.
Pada nyeri berat pengobatan morfin intravena sejak awal
dan dievaluasi sampai hitungan jam sampai nyeri terkendali
baik. Setelah didapat dosis optimal maka pemberian morfin
intravena diganti dengan morfin oral masa kerja pendek 4-6
jam dengan perbandingan 1:3 artinya jika dosis injeksi 20
mg/24 jam maka dosis oral sebanyak 3x20 mg/24 jam (60
mg), diberikan 6x10 mg atau 4x15 mg/hari. Bila setelah
nyeri terkendali dengan baik maka diganti morfin oral kerja
lama dengan dosis 2x30 mg/hari. Bila nyeri belum
terkendali, morfin dinaikkan dosisnya menjadi dua kali
lipat dan dievaluasi lebih lanjut serta berpedoman pada
VAS.
Obat-obat adjuvan diberikan sesuai pengkajian, bila
penyebab neuropatik maka selain obat-obat tersebut
ditambahkan GABA (gabapentin), bila nyeri somatik akibat
metastasis tulang sedikit dapat ditambahkan OAINS dan
bifosfonat.
Pengobatan Non medikamentosa:
1. Pengangan psikiatris
2. Operasi bedah saraf
3. Blok anastesi
4. Rehabilitasi medik
C. Penanganan Infeksi
1. Infeksi oleh bakteri gram negatif
2. Infeksi oleh bakteri gram positif. Staphylococcus
epidermidis sering resisten pada berbagai macam
antibiotika, diberikan vankomisin dan teikoplanin.
3. Infeksi jamur. Pemberian amfoterisin B dianjurkan pada
pasien neutropenia dengan demam berkepanjangan setelah
71
pemberian antibiotika spektum luas untuk beberapa hari
tanpa adanya bakteremia
4. Infeksi virus dapat terjadi pada pasien neutropenia tanpa
imunosupresi, sehingga beberapa pusat menganjurkan
pemberian asiklovir sejak awal pada pasien yang
diperkirakan akan mengalami netropenia berat untuk waktu
yang lama.
D. Masalah Efek Samping Sitostatika
1. Penekanan sumsum tulang
a. Pemilihan dan penjadwalan obat sitostatika yang tepat
b. Pencegahan infeksi pada pasien neutropenia berupa
dekontaminasi saluran cerna, kulit dan rambut bila akan
mendapatkan kemoterapi agresif
c. Pengobatan infeksi, bila hasil kultur belum ada,
diberikan pengobatan empiris yang dapat menjangkau
gram positif dan negatif, anti jamur dan bila perlu anti
virus.
d. G-SF saat ini dapat diberikan pada keadaan
granulositopenia, terutama yang mendapat kemoterapi
agresif.
2. Mual dan muntah
Meliputi fenotiazin, haloperidol, metoklopropamid,
antagonis serotonin, ondansetron, granisetron dan
tropisetron. Kortikosteroid, benzodiazepin, nabilon,
antihistamin dan kombinasi obat-obat antiemetik diatas.
Dianjurkan kombinasi tersebut meliputi deksametason
diikuti antagonis serotonin atau difenhidramin dan
metoklopramid.
3. Toksisitas jantung
Pasien dengan risiko tinggi (EF<50%) harus menjalani
ekokardiografi setiap satu atau dua siklus pengobatan,
sedangkan pada yang tidak berisiko tinggi ekokardiografi
diulang setelah dosis kumulatif 350-400 mg/m2 . Hal yang
paling penting pada pemantauan adalah dosis kumulatif
(epirubisin 950 mg/m2, daunorubisin 750 mg/m2, mitomisin
160 mg/m2 dan doksorubisin 550 mg/m2)
4. Toksisitas ginjal
Kerusakan ginjal dapat dicegah dengan hidrasi adekuat,
alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat dan diuretik.
5. Ekstrvasasi
Obat-obat kemoterapi yang bersifat vesikan dapat dicegah
dengan memastikan jalan infus intravena lancar dan setelah
kemoterapi diberikan cairan infus tetap diberikan.
72
6. Sindroma lisis tumor
Untuk mencegah hal ini, mulai 48 jam sebelum kemoterapi
sampai dengan 3-5 hari setelahnya diberikan hidrasi
intravena 3000/m2, alopurinol 500 mg/m2 per oral, bila
kadar asam urat >7 mg/dl diberikan alkalinisasi urin dengan
natrium bikarbonat dengan mempertahankan PH urin diatas
7.
PROGNOSIS Ad vitam: malam
Ad fungsionam: malam
Ad sanasionam: malam
KEPUSTAKAAN 1. Harsal A. Tatalaksana kanker. Dalam: Setiati S. Alwi I,
Kasjmir YI, Bawazier LA, Lydia A, Syam AF, dkk. Current
Diagnosis and Treatment Internal Medicine 2002. PIP IPD
FKUI Jakarta 2002:15-20.
2. Sutandyo N, Harryanto A. Peran nutrisi pada keganasan.
Dalam: Setiati S, Soewondo P, Pitoyo CW, Syam AF, Mansjoer
A. Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Perkembangan Mutakhir
IPD. PIP IPD FKUI Jakarta 2003:130-3
3. Reksodiputro AH, Sutandyo N, Nafrialdi, Yunihastuti E.
Beberapa aspek pengobatan suportif pada pasien kanker.
Dalam: Alwi I, Setiati S, Sudoyo AW, Bawazier IA, Kasjmir
YI, Mansjoer A. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam. PIP IPD FKUI Jakarta 2001:123-38.
73
dr. M. Iqbal, Sp. A
74
TERAPI - Pemberian faktor VIII (hemofilia A)
dosis Bolus : target faktor VIII x BB (kg) x 0,5
sampai perdarahan berhenti dan aPTT < 2x normal
- Recombinant faktor VIIa diberikan pada pasien
hemofilia A dan B inhibitor faktor VIII dan IX
- Pemberian faktor IX ( hemofilia B)
Dosis Bolus : Target faktor IX x BB (kg) x 1 sampai
perdarahan berhenti dan aPTT < 2x normal
75
target,normoblast polikromasia, dan retikulositosis.
- Sumsum tulang : hiperplasia eritroid dan cadangan besi
meningkat.
- Red cell survival memendek
- Tes fragilitas osmotik : eritrosit lebih tahan terhadap
larutan salin hipotonik.
- Elektroforesis hemoglobin terdiri atas : Hb F meningkat,
Hb A bisa ada bisa tidak ada, Hb A2 bervariasi.
- Analisis globin chain synthesis
Evaluasi laboratorium Thalassemia alfa
- Anemeia ringan sampai sedang, bersifat hipokromik
mikrositer, basophylic stippling, dan retikulositosis
- Hb H meningkat
- Elektroforesis hemoglobi menunjukkan 80-90% Hb
Barts, tidak dijumpai Hb A atau Hb F.
PEMERIKSAAN - Thalassemia face, gangguan pertumbuhan (kerdil),
FISIK pigmentasi kulit, hepatosplenomegali
76
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TERAPI KELASI BESI
No.Dokumen No.Revisi Halaman
PENGERTIAN Terapi kelasi besi adalah mencapai kadar besi dalam tubuh dalam
nilai aman.
ANAMNESIS - Riwayat hemofilia, penyakit kronik dengan kadar feritin
> 1000 ng/ ml
KRITERIA - Kadar feritin > 1000 ng/ ml
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
FISIK
TERAPI - Pemberian chelator besi, bila feritin > 1000 ng/ml
diantaranya Desferrioxamine, Deferasirox, Deferiprone.
PROGNOSIS Bonam
77
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIS
78
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.
Gambarannya mirip dengan apusan darah tepi.
Menunjukkan spektrum lengkap seri mieloid, dengan
komponen paling banyak netrofil dan mielosit. Sel blast
kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal
atau meningkat.
3. Sitogenetik : dijumpai adanya Philadelfia chromosome
4. Pemeriksaan PCR : chimeric protein bcr – abl
TERAPI - Busulphan (myleran) dosis 0,1-0,2 mg/kgBB/hari
- Hydroxiurea dosis mulai 500 mg sampai 2000 mg
- Interferon alfa
- Imatinib mesylate (glyvec) dosis 400 mg/hari
- Transplantasi sumsum tulang
79
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
No.Dokumen No.Revisi Halaman
80
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIK
No.Dokumen No.Revisi Halaman
PENGERTIAN Anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang khas
ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya
hipoferemia sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi
yang dihubungkan untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi
sumsum tulang masih cukup.
ANAMNESIS Gejala tidak khas karena lebih banyak didominasi oleh gejala
penyakit dasar.
PEMERIKSAAN Dijumpai anemia ringan sampai sedang pada setting penyakit dasar
FISIK yang sesuai
PEMERIKSAAN 1. Anemia hipokromik mikrositer ringan atau normakromik
PENUNJANG normositer.
2. Besi serum menurun disertai dengan TIBC menurun dengan
cadangan besi sumsum tulang masih positif.
3. Dengan menyingkirkan adanya gagal ginjal kronik,
penyakit hati kronik dan hipotiroid.
TERAPI Pengobatan penyakit dasar
81
Ecpected Length of Stay : 10 hari NO MR :
Persetujuan medis
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
82
/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL
LFT lengkap
Asam urat
HgsAg
Ca 15-3
Alkali fosfatase
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
EKG, Ekokardiogram
- bone scan
KEMOTERAPI
83
- PET-CT scan (jika SITOSTATIKA +/- TERAPI
fasilitas tersedia) TARGET-> Triple negative:
ER/PR-/HER2-
PREMEDIKASI
a. Antharacycline based:
- Ondansentron 8 mg IV: I
ampul @8 mg 1. Regimen FAC
- Doxorubicin 60 mg/m2
c. Non antharacycline Non
IV (hari 1)
Taxane
- Cyclophosphamide 600 1). CMF
mg/m2 (hari 1) - Cyclophosphamide 600
mg/m2 IV hari ke1
- Sebanyak 4 siklus
84
dengan interval 3 minggu - MTX 40 mg/m2 IV
hari ke 1
b. Texana based:
- 5-FU 600mg/m2 IV
1. Docetaxel 60-100
hari ke 1
mg/m2 IV (hari ke 1)
diulang setiap 3 minggu - Diulang setiap 3
4-6 siklus minggu x 6 siklus
85
HER-2 + berikutnya 6 mg/kg IV
1. TCH: Paclitaxel 175 hari ke 1 tiap 3 minggu
mg/m2 IV hari ke1 + x 6 siklus. Catatan
Carboplatin AUC 6 IV dexamethasone 4 mg
hari ke 1 +Trastuzumab 8 2x1 selama 3 hari
mg/kg IV selanjutnya dimulai sehari sebelum
siklus berikutnya 6 kemoterapi docetaxel.
mg/kg IV hari ke 1 tiap 3
3. Vinorelbine 30 mg/m2
mngg x 6 siklus. catatan:
hari ke 1 dan ke 8
premedikasi paclitaxel
+Trastuzumab 8 mg/kg
adalah dexamethasone 20
IV selanjutnya siklus
mg IV +ranitidine 50 mg
berikutnya 6 mg/kg IV
IV +diphenhidramin 50
hari ke 1 tiap 3 minggu
mg IV.
x 6 siklus. Catatan
2. Docetaxel 80-100 mg/m2 vinorelbedianjurkan
IV hari ke 1 + menggunakan port a
Trastuzumab 8 mg/kg IV cath.
selanjutnya siklus
4. Capecitebine 1000-
berikutnya 6 mg/kg IV
1250 mg/m2 2x1
hari ke 1 tiap 3 minggu x
peroral hari ke 1 sd ke
6 siklus. (catatan :
14 +Trastuzumab 8
dexamethasone 4 mg 2x1
mg/kg IV selanjutnya
selama 3 hari dimulai
siklus berikitnya 6
sehari sebelum
mg/kg IV hari ke 1 tiap
kemoterapi docetaxel)
3 minggu x 6 siklus.
3. Vinorelbine 30 mg/m2
Hormonal +; ER+/PR+
hari ke 1 dan ke 8
1). Premenopausal:
+trastuzumab 8 mg/kg IV
- Tamoxifen 20 mg
selanjutnya siklus
1x1/hari+/- Goserelin
berikiutnya 6 mg/kg IV
3.6 mg SC 1x1/bulan
hari ke1 tiap 3 minggu x
diberikan selama 5
6 siklus. (catatan
tahun.
vinorelbine dianjurkan
menggunakan port a 2). Postmenopausal:
cath) - Letrozol 2.5 mg
1x1/hari atau
4. Capecitabine 1000-1250
mg/m2 2x1 peroral hari - Anastrozol 1 mg
ke 1 sd ke 14 + 1x1/atau
trastuzumab 8 mg/kg IV
86
selanjutnya siklus - Exemestan 25 mg
berikutnya 6 mg/kg IV 1x1hari atau
hari ke 1 tiap 3 minggu x
- Tamoxifen 20 mg
6 siklus.
- Diberikan selama 5
tahun
2. Postmenopausal :
- Anastrozol 1 mg 1x1/hari
atau
- Exemestan 25 mg
1x1/hariatau
- Tamoxifen 20 mg
87
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.
- Tidak
ditemukan
88
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
- Kontrol 1 minggu
kemudian
89
Penilaian menopause, kormobit, SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal riwayat pengobatan TARGET KANKER SITOSTATIK DAN
sebelumnya dan PAYUDARA TERAPI TARGET
responya. AJUVAN/NEOAJUVAN KANKER
Anamnesis ulang PAYUDARA
Pemeriksaan tinggi
AJUVAN/NEOAJU
badan, berat badan, luas Pemeriksaan fisik
VAN
permukaan badan (LPB) ulang
Anamnesis
Status performans : Pemeriksaan lokal
Pemeriksaan
ECOG 0-2; 3-4 ulang
fisisk
Pemeriksaan lokal : fisik Penilaian ulang hasil-
Pemeriksaan
payudara dan KGB hasil pemeriksaan
lokal
penunjang
Persetujuan medis
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
LFT lengkap
90
Gula darah sewaktu
Asam urat
HgsAg
Ca 15-3
Alkali fosfatase
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
EKG, Ekokardiogram
92
ke 1 + doxorubicin 60 6 siklus
mg/m2 IV hari ke 1+
KOMBINASI
siklofosfamid 600 mg.m2
KEMOTERAPI YANG
IV hari ke 1 tiap 3
MENGANDUNG
minggu x 6 siklus.
TRASTUZUMAB
CMF 1). TCH : Docetaxel 75 mg/m2
- Cyclophospamide IV hari ke 1 + Carboplatin
600mg/m2 IV hari ke 1+ AUC 6 IV hari ke 1 tiap 3
siklofospamid 600mg/m2 minggu x 6 siklus +
IV hari ke 1 diulang tiap Trastuzumab 4 mg/kh IV
3 minggu x 6 siklus selanjutnya siklus berikutnya 2
mg/kg IV hari ke 1 tiap
KOMBINASI KEMOTERAPI
minggu selama 17 minggu
YANG MENGANDUNG
dilanjutkan 6 mg/kg tiap 3
TRASTUZUMAB
minggu untuk melengkapi
1). TCH : Docetaxel 75 mg/m2
selama 1 tahun. Catatan :
IV hari ke 1 + Carboplatin AUC
dexamethasone 4 mg 2x1
6 IV hari ke 1 tiap 3 minggu x 6
selama 3 hari dimulai sehari
siklus + Trastuzumab 4 mg/kh
sebelum kemoterapi docetaxel
IV selanjutnya siklus berikutnya
dan monitoring kardiak pada
2 mg/kg IV hari ke 1 tiap
wal, bulan ke 3, ke 6, dan ke 9.
minggu selama 17 minggu
2). AC dilanjutkan Paclitaxel +
dilanjutkan 6 mg/kg tiap 3
TRrastuzumab: Doxorubicin
minggu untuk melengkapi
60 mg/m2 IV harike 1 +
selama 1 tahun. Catatan :
siklofosfamid 600mg/m2 IV
dexamethasone 4 mg 2x1 selama
hari ke 1 tiap 3 minggu x 4
3 hari dimulai sehari sebelum
siklus dilanjutkan Paclitaxel 80
kemoterapi docetaxel dan
mg/m2 weekly x 12 +
monitoring kardiak pada wal,
Trastuzumab 4 mg/kg IV
bulan ke 3, ke 6, dan ke 9.
dilanjutkan setiap 2 mg/kg IV
2). AC dilanjutkan Paclitaxel +
sampai 1 tahun. Catatan
TRrastuzumab: Doxorubicin 60
premedikasi paclitaxel adalah
mg/m2 IV harike 1 +
dexamethasone 20 mg IV +
siklofosfamid 600mg/m2 IV hari
ranitidin 50 mg IV +
ke 1 tiap 3 minggu x 4 siklus
difenhidramin 10 mg IV dan
dilanjutkan Paclitaxel 80 mg/m2
monitoring kardiak pada awal,
weekly x 12 + Trastuzumab 4
bulan ke 3, ke6, k3 9.
mg/kg IV dilanjutkan setiap 2
Hormonal + : ER +/RP +
mg/kg IV sampai 1 tahun.
5. Premenopausal :
Catatan premedikasi paclitaxel
93
adalah dexamethasone 20 mg IV - Tamoxifen 20 mg
+ ranitidin 50 mg IV + 1x1/hari +/- Goserelin
difenhidramin 10 mg IV dan 3.6 mg SC 1x1/ bulan
monitoring kardiak pada awal, deberikan selama 5
bulan ke 3, ke6, k3 9. tahun
6. Postmenopausal :
- Letrozol 2.5 mg
1x1/hari atau
Hormonal + : ER +/RP +
- Anastrozol 1 mg
3. Premenopausal :
1x1/hari atau
- Tamoxifen 20 mg
- Exemestan 25 mg
1x1/hari +/- Goserelin
1x1/hariatau
3.6 mg SC 1x1/ bulan
deberikan selama 5 tahun - Tamoxifen 20 mg
94
samping kemoterapi kemoterapi.
Contoh
- Menjelaskan
demam dan
pengendalian pencegahan
diare
dan penyembuhan efek
samping kemoterapi.
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
95
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
- Kontrol 1 mnggu
kemudn
96
Pemeriksaan tinggi ulang Anamnesis
badan, berat badan, luas
Pemeriksaan lokal Pemeriksaan
permukaan badan (LPB)
ulang fisisk
Status performans :
Penilaian ulang hasil- Pemeriksaan
ECOG 0-2; 3-4
hasil pemeriksaan lokal
Pemeriksaan lokal : penunjang
KGB, wldeyer’s ring,
Persetujuan medis
hati, dan limpa
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
LFT lengkap
Asam urat
HgsAg
Alkali fosfatase
97
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
EKG, Ekokardiogram
98
(tergantung regiment ke 1 sd ke 4
kemoterapi)
- Cisplatin 75 mg/m2
- Ranitidin 1 ampul IV hari ke1 +docetaxel 75
@ 50 mg mg/m2 hari ke 1
Catatan : apabilanfungsi
ginjal tidak memenuhi
persyaratan cisplatin
boleh diganti dengan
carboplatin AUC 5-
6X(25+GFR)
Kemoterapi diulang
setiap 3 minggu x 6
99
siklus
Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
100
berikutnya berikutnnya.
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
- Kontrol 1 minggu
kemudian
101
CLINICAL PATHWAY KANKER ICD 10 : C11
NASOFORING (KNF) NON NAMA PASIEN :
METASTASIS : AJUVAN/NEOAJUVAN NO MR :
Ecpected Length of Stay : 17 hari
102
ECOG 0-2; 3-4 ulang Anamnesis
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
LFT lengkap
Asam urat
HgsAg
Alkali fosfatase
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
103
EKG, Ekokardiogram
104
@ 50 mg 5
Catatan : apabilanfungsi
ginjal tidak memenuhi
persyaratan cisplatin
boleh diganti dengan
carboplatin AUC 5-
6X(25+GFR)
105
Kemoterapi diulang
setiap 3 minggu x 6
siklus
Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
106
akan menjalani siklus
kemoterapi siklus berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
- Kontrol 1 minggu
kemudian
107
CLINICAL PATHWAY NON-SMALL ICD 10 : C34
CELL LUNG CANCER (NSCLC) NAMA PASIEN :
AJUVAN/NEOAJUVAN/PRIMER NO MR :
(METASTASE)
Ecpected Length of Stay : 10 hari
108
Paru,efusi pleura, KGB ulang Anamnesis
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
LFT lengkap
Asam urat
HgsAg
Alkali fosfatase
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
109
EKG, Ekokardiogram
- Data histopatologi
110
pilihan : kemoterapi, saat hari
- Cisplatin 80 mg/m2 hari kemoterapi, dan sehari
ke 1 +e 25-30 mg/m2 sesudah kemoterapi.
d1+8 vinorelbin every 21
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
d for 4-6 cycles. Catatan
+ gemcitabine 1000
vinorelbine
mg/m2 d1 + 8 + 15
menggunakan port a cath
every 28d x 4-6 cycles
- Cisplatin 75 mg/m2 +
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
docetaxel 75 mg/m2
+ gemcitabine 1250
every 21d x 4-6 cycles.
mg/m2 d1 + 8 +/-
Catatan: dexamethasone
Bevacizumab 7.5
4 mg 2x1 sehari sebelum
mg/kgbb every 21d x
kemoterapi, saat hari
4-6 cycles. Catatan:
kemoterapi, dan sehari
Bevacizumab
sesudah kemoterapi.
digunakan hanya pada
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 + NSCLC metastatis dan
gemcitabine 1000 mg/m2 harus memenuhi
d1 + 8 + 15 every 28d x persyaratan/indikasi.
4-6 cycles
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 + + Paclitaxel 175 mg/m2
gemcitabine 1250 mg/m2 d1 every 21d x 4-6
d1 + 8 +/- Bevacizumab cycles. Catatan:
7.5 mg/kgbb every 21d x premedikasi paclitaxel
4-6 cycles. Catatan: adalah dexamethasone
Bevacizumab digunakan 20 mg IV diberikan 30
hanya pada NSCLC menit kemoterapi
metastatis dan harus disertai ranitidine 1
memenuhi amp @ 50 mg IV dan
persyaratan/indikasi. difenhidramine 1 amp
@ 10 mg IV
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 +
Paclitaxel 175 mg/m2 d1 - Carboplatin AUC6 +
every 21d x 4-6 cycles. paclitaxel 200 mg/m2
Catatan: premedikasi +/- Bevacizumab 7.5
paclitaxel adalah mg/kgbb every 21d x
dexamethasone 20 mg IV 4-6 cycles. Catatan:
diberikan 30 menit Bevacizumab
kemoterapi disertai digunakan hanya pada
ranitidine 1 amp @ 50 NSCLC metasis dan
111
mg IV dan harus memenuhi
difenhidramine 1 amp @ persyaratan/indikasi.
10 mg IV
- Cisplatin 75 mg/m2 +
- Carboplatin AUC6 + pemetrexed 500 mg/m2
paclitaxel 200 mg/m2 +/- every 21d x 4-6 cycles.
Bevacizumab 7.5
- Gefitinib 250 mg 1x1
mg/kgbb every 21d x 4-6
atau Erlotinib 150 mg
cycles. Catatan:
1x1 sampai dengan
Bevacizumab digunakan
progressive disease
hanya pada NSCLC
(jika EGFR mutation +)
metasis dan harus
memenuhi - Crizontinib 250 mg 2x1
persyaratan/indikasi. sampai dengan
progressive disease
- Cisplatin 75 mg/m2 +
(jika anaplastic
pemetrexed 500 mg/m2
lymphoma Kinase/
every 21d x 4-6 cycles.
ALK +)
- Gefitinib 250 mg 1x1
Pemberian kemoterapi
atau Erlotinib 150 mg
sesuai protokol.
1x1 sampai dengan
progressive disease (jika PASCA KEMOTERAPI:
EGFR mutation +) - Metoklopramid/
Ondanstron +/-
- Crizontinib 250 mg 2x1
dexamethasone peroral
sampai dengan
selama 5 hari
progressive disease (jika
anaplastic lymphoma
Kinase/ ALK +)
Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari.
112
- Menjelaskan efek sesudah kemoterapi (lambat) obat
samping kemoterapi pasca
kemoterapi.
- Menjelaskan
Contoh
pengendalian pencegahan
demam dan
dan penyembuhan efek
diare
samping kemoterapi.
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
113
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
114
CLINICAL PATHWAY ICD 10 : C40-41
OSTEOSARKOMA NAMA PASIEN :
Ecpected Length of Stay : 12 hari NO MR :
- USG/CT/MRI abdomen:
115
tanda neurologi); Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
- bone scan
dengan standar
DPL prosedur opersional
(SPO)
HbSAg, anti HCV total,
anti HIV Pemasangan akses
intravena
LFT lengkap
Pemberian premedikasi
Renal function (CCT)
Pembeian kemoterapi
Gula darah sewaktu
Treatment/ Pematuan efek samping
medikasi Asam urat Sesuai
obat kemoterapi selama
pemberian dengan resep
LDH
obat
HgsAg Penanganan efek
kemoterapi
sasamping yang
siklus
Alkali fosfatase ditimbulkan
berikutnya,
Pemeriksaan obat di rumah temuan
laboratorium kehamilan Metoclopramide/ondan klinik dan
pada wanita usia subur centron/+/- laboratorium
dexamethasone
EKG, Ekokardiogram Lihat jumlah
- Diphenhidramin 1 ampul
@ 10 mg
KEMOTERAPI
SITOSTATIKA+/- TERAPI
TARGET ->
Regimen diberikan sesuai
116
pilihan :
- Cisplatin 100 mg/m2 IV
hari ke 1 + doxorubicin
25 mg/m2 IV hari ke 1 sd
ke 3
- Gemcitabine 675-900
mg/m2 IV hri ke1 dan ke
8 + docetaxel 100 mg/m2
hari ke 8 (catatan
dexamethasone 4 mg 2x1
sehari sebelum,hari saat
dan sehari setelah
kemoterapi docetaxel)
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
117
kemoterapu siklus kemoterapi
berikutnya siklus
berikutnya
- Tidak ditemukan atau
sesuai
dapat dikendalikannya
kondisi
efek samping
pasien atau
kemoterapi dirumah
penjelasan
- Kondisi pasien dalam tentang
keadaan baik ketika jadwal
akan menjalani kemoterapi
kemoterapi siklus siklus
berikutnya berikutnnya.
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
- Kontrol 1 minggu
118
kemudian
Persetujuan medis
Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)
Pemberian premedikasi
119
sesuai protokol
Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol
Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian
Penanganan efek
samping yang timbul
LFT lengkap
Asam urat
LDH
HgsAg
Alkali fosfatase
Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur
EKG, Ekokardiogram
120
Treatment/ carsinoma) PREMEDIKASI kemoterapi, bila
medikasi - Ondancentron 8 mg menurun<1000/Ul
- Data imunohistokimia
IV ;I amp @ 8 mg pertimbangkan
(IHK) panel payudara:
pemberian G-CSF
ER-/PR-HER2- - Dexamethasone 10 mg
IV 2 amp @ 5 mg
- Data staging klinik
(tergantung regimen
- CXR /MRI+/- kemoterapi)
ampul @ 5 mg
- Gemcitabine 675-900
(tergantung regiment
mg/m2 IV hari ke 1 dan
kemoterapi)
ke 8 + docetaxel 100
@ 50 mg (catatan :
dexamethasone 4 mg
- Diphenhidramin 1 ampul
2x1 sehari sebelum,
@ 10 mg harinsaat dan sehari
TARGET ->
- Pemebrian kemoterapi
Regimen diberikan sesuai
sesuai dengan protokol
pilihan :
- Doxorubicin 50 PASCA KEMOTERAPI:
- Gemcitabine 675-900
mg/m2 IV hari ke 1 dan
ke 8 + docetaxel 100
mg/m2 IV hari ke 8
(catatan : dexamethasone
4 mg 2x1 sehari sebelum,
harinsaat dan sehari
setelah kemoterapi
docetaxel)
- Pemebrian kemoterapi
sesuai dengan protokol
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari
- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.
Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
122
- Penjadwalan jadwal penjadwalan
kemoterapu siklus kemoterapi
berikutnya siklus
berikutnya
- Tidak ditemukan atau
sesuai
dapat dikendalikannya
kondisi
efek samping
pasien atau
kemoterapi dirumah
penjelasan
- Kondisi pasien dalam tentang
keadaan baik ketika jadwal
akan menjalani kemoterapi
kemoterapi siklus siklus
berikutnya berikutnnya.
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.
- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol
123
kemudian
124