You are on page 1of 124

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

LIMFOMA NON-HODGKIN

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur Utama


Direktur
Standar Pro
sedur Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Merupakan penyakit keganasan primer jaringan limfoid
Riwayat pembesaran kelenjar getah bening/massa tumor di tempat
lain (tulang, intra abdomen, hidung, lambung dsb), riwayat demam
ANAMNESIS
tanpa sebab yang jelas, penurunan berat badan 10% dalam waktu 1
bulan, keringat malam banyak tanpa sebab yang sesuai
PEMERIKSAAN Pembesaran KGB dan massa tumor di tempat lain
FISIK
DIAGNOSIS Limfoma Non Hodgkin
KERJA
Limfoma Hodgkin, Metastasis tumor ke kelenjar getah bening,
DIAGNOSIS
limfadenitis, tuberkulosis, toksoplasmosis, filariasis, tumor padat
BANDING
yang lain
 Pemeriksaan sitologi/ histopatologi kelenjar getah bening
 Laboratorium: darah tepi lengkap, gula darah, fungsi hati,
fungsi ginjal
 Aspirasi sumsum tulang (BMP)
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan CD20 (optional)
PENUNJANG  USG abdomen, Rontgen Thorak
 CT scan abdomen, CT scan thorak (optional)
 Pemeriksaan telinga hidung tenggorokan/THT (optional)
 Gastroskopi (optional)
 Bone Scan atau foto bone survey (optional)
Kemoterapi (Doxorubicin, Vincristin, Siklofosfamid, Prednison,
TERAPI Rituximab, Ifosfamid, Carboplatin, Etoposide)
Radioterapi paliatif
PROGNOSIS Bergantung derajat keganasan, stadium penyakit, bulky mass,
keadaan umum pasien dan ada tidaknya gangguan organ yang
mempengaruhi pengobatan.
 Derajat keganasan rendah: tidak dapat sembuh namun dapat
hidup lama

1
 Derajat keganasan menengah: sebagian dapat disembuhkan
 Derajat keganasan tinggi: Dapat disembuhkan, cepat meninggal
apabila tidak diobati

1. Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma non Hodgkin.in:


Suryono S, Waspadji S, Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundara
H, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
III.Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2001.p.607-21.
2. Non-Hodgkin’s Lymfomen. Hematologie Klapper.8th rued.
KEPUSTAKAAN Leids Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:82-98.
3. Abdulmuthalib. Limfoma non-Hodgkin in: Simandibrata M.
Setiati S, Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, editors.
Pedoman diagnosis dan terapi di bidang ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSCM: 1999.p 113-4

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


LIMFOMA HODGKIN

2
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Standar Pro
sedur Operasional
Kedokteran
dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Merupakan penyakit keganasan primer jaringan limfoid


Riwayat pembesaran kelenjar getah bening/massa tumor di tempat
lain (tulang, intra abdomen, hidung, lambung dsb), riwayat demam
ANAMNESIS
tanpa sebab yang jelas, penurunan berat badan 10% dalam waktu 1
bulan, keringat malam banyak tanpa sebab yang sesuai
Pemeriksaan Fisik Pembesaran KGB dan massa tumor di tempat lain
DIAGNOSIS Limfoma Hodgkin
KERJA
Limfoma Non Hodgkin, Metastasis tumor ke kelenjar getah
DIAGNOSIS
bening, limfadenitis, tuberkulosis, toksoplasmosis, filariasis, tumor
BANDING
padat yang lain
 Pemeriksaan sitologi/ histopatologi kelenjar getah bening
 Laboratorium: Darah tepi lengkap, gula darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, LDH, Elektrolit, Asam urat
 Aspirasi sumsum tulang (BMP)
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan CD20 (optional)
PENUNJANG  USG abdomen, Rontgen Thorak
 CT scan abdomen, CT scan thorak (optional)
 Pemeriksaan telinga hidung tenggorokan/THT (optional)
 Gastroskopi (optional)
 Bone Scan atau foto bone survey (optional)
Kemoterapi (Doxorubicin, Vinblastin, Bleomisin, Dacarbazin,
TERAPI Mechlorethamine, Vincristin, Procarbazine, Prednison)
Radioterapi paliatif
Bergantung derajat keganasan, stadium penyakit, bulky mass,
keadaan umum pasien dan ada tidaknya gangguan organ yang
mempengaruhi pengobatan.
 Derajat keganasan rendah: tidak dapat sembuh namun dapat
Prognosis hidup lama
 Derajat keganasan menengah: sebagian dapat disembuhkan
 Derajat keganasan tinggi: Dapat disembuhkan, cepat meninggal
apabila tidak diobati

3
1. Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma non Hodgkin.in:
Suryono S, Waspadji S, Lesmana L, Alwi I, Setiati S,
Sundara H, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2001.p.607-
21.
2. Non-Hodgkin’s Lymfomen. Hematologie Klapper.8th rued.
Leids Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:82-
KEPUSTAKAAN 98.
3. Abdulmuthalib. Limfoma non-Hodgkin in: Simandibrata
M. Setiati S, Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A,
editors. Pedoman diagnosis dan terapi di bidang ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM: 1999.p
113-4

PELAYANAN MEDIS
TINDAKAN MALARIA

4
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


Direktur
PROSEDUR TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Penyakit infeksi protozoa disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium, ditularkan lewat gigitan nyamuk anopheles.
ANAMNESIS 1. Menggigil
2. Demam
3. Keringat banyak
4. Nyeri kepala
5. Nyeri otot (terutama punggung)
6. Nafsu makan turun, cepat lelah
7. Gejala khas : serangan berulang, paroxysmal dengan
urutan 1,2,3
PEMERIKSAAN o Pucat
FISIK o Splenomegali
o Febris
o Menggigil
o Keringat banyak
PEMERIKSAAN o Pemeriksaan darah terhadap parasit malaria.
PENUNJANG o Pemeriksaan urin terhadap urobilin.
o Pemeriksaan darah lengkap terhadap anemia
hemolitik.
DIAGNOSIS Malaria (tropica/tertiana/quartana)
DIAGNOSIS o Demam tifoid
BANDING o Hepatitis virus akut
o Influenza
o Leptospirosis
o Pielonefritis

TERAPI  Non farmakologis


o Istirahat baring.

 Farmakologi
- Pengobatan tanpa komplikasi
a. Pengobatan malaria falciparum

5
ACT 1 kali/hari selama 3 hari
Primakuin 0,75/kgBB pada hari pertama saja
b. Malaria vivax
ACT 1 kali/hari selama 3 hari
Primakuin 0,25mg/kgbb selama 14 hari
Atau
Artesunat + amodiaquinndan primakuin\
4 tab 4 tab 3 tab
( 3 hari) (14 hari)
- Pengobatan Malaria berat
1. Artesunat intravena
Dosis 2,4mg/kgbb sebanyak 3 kali (jam ke 0,12,24)
dilanjutkan dosis yang sama 24 jam sehari sampai
pasien mampu minum obat, apabila pasien sudah bisa
minum obat, ACT 3 hari dan primakuin sesuai jenis
plasmodium.

2. Artenals
Artesunat intra cutan
Dosis 3,2 mg/kgBB pada hari ke 1 dan dilanjutkan
dengan 1,6 mg/kgbbb satukali sehari sampai pasien
mampu minum obat. Apabila pasien sudah bisa minum
obat ACT 3 hari dan primakuin sesuai jenis plasmodium

3. Artenals lain
Kina drip
- Loading dose 20 mg/kg bb dalam 500 ml D5% ATAU
Nacl 0,9% diberikan selama 4 jam perhari
- 4 jam kedua hanya diberikan cairan D5% atau Nacl
0,9%
- 4 jsm berikutnya diberikan kina dan dosis 10mg/kgbb
dalam larutan 500 ml D5% ATAU Nacl 0,9%
- Diulang sampai pasien sadar dan bisa makan
- Bila sudah bisa makan minum diberi kina tablet oral
dengan dosis 10 mg/kg/bb/kali diberikan setiap 8 jam.
Dosis total kina selama 7 hari di hitung, setiap
pemberian kina perinfus pertama.

6
PELAYANAN MEDIS
DEMAM TIFOID
No. Dokumen No. Revisi Halaman

7
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman S.typhi
dan S.paratyphi.
ANAMNESIS o Demam lebih dari 7 hari
o Nyeri kepala dan nyeri perut
o Obstipasi/diare
o Kesadaran menurun/delirium pada tingkat lanjut.
PEMERIKSANAAN o Demam tipe ‘continue’
FISIK o Relatif bradikardia (jika temp ≥ 390C, nadi ≤ 100
x/menit)
o Hepatomegali, splenomegali
o ‘Abdominal discomfort’
o ‘Typhoid tongue’
o Gejala toxemia pada kasus lanjut/berat (gangguan
kesadaran, kesadaran berkabut).
PEMERIKSAAN o Darah rutin (lekopenia)
PENUNJANG o Kultur darah (minggu I), tinja/urin (minggu II-
III)
o Reaksi widal (kenaikan titer 4 x sebelumnya )
atau tes Widal 0 > 1/320).
 Pemeriksaan tambahan :
o Kultur sum-sum tulang bila kultur darah negatif
(bila diperlukan) rujuk.
o Kultur darah (minggu I),kultur tinja/urin
(minggu II-III)
o Tes Widal :kenaikan titer 4 x sebelumnya atau
Widal 0 > 1/320).
DIAGNOSIS Demam tifoid
DIAGNOSIS o Malaria
BANDING o Hepatitis akut
o Pneumonia
o Leptospirosis
o Pielonefritis

TERAPI  Non farmakologis:

8
o Istirahat baring s/d 7 hari bebas demam
o Diet :
 Tanpa komplikasi : makanan padat
rendah serat.
 Dengan komplikasi: pendarahan usus dan
ileus paralitik penderita dipuasakan sampai tanda
pendarahan berhenti. Makanan per infus.
 Farmakologis:
1. Anti mikroba :
a. Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari oral atau i.v.
diberikan sampai 7 hari bebas demam.
b. Tiamfenikol 4 x 500 mg/hari oral diberikan sampai 7
hari bebas demam ,
c. Derivat fluorokuinolon seperti:
- Ofloxasin 2x400 mg/hari selama 7-10 hari hari,
- Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari- 10
hari,
- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari,
- Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari.
d. Sefalosporin :Seftriakson: 1-2 g/ hari
i.v.atau i.m. selama 10 – 14 hari .
Cara lain: 3-4 gr dalam 100 ml
dekstrose 5 % diberikan selama ½
jam, sekali sehari selama 3-5 hari.
e. Ampisilin atau amoksilin : 50-150 mg /kg BB /hari
selama 2 minggu.
f. Kotrimoksazol (480mg) : 2x2 tablet/ hari selama 2
minggu.
g. Azitromisin 1 g/ hari/oral selama 5 hari atau 1g
/hari pertama diikuti 500mg/hari selama 6 hari.
h. Pada wanita hamil :
- Obat yang dianjurkan ialah
- ampisilin, amoksilin dan seftriakson.
- Tiamfenikol tidak digunakan pada trimester
pertama kehamilan.
- Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester
ke-3 kehamilan .
- Kuinolon dan kotrimoksazol tidak dianjurkan.
Pada keadaan toksik tifoid diberikan:
 Hari I kortison 3 x 100 mg i.m
9
 Hari II kortison 2 x 100 mg i.m
 Hari III kortison 3 x 150 mg i.m
 Hari IV kortison 2 x 150 mg i.m
 Hari V kortison 1 x 150 mg i.m. atau corticosteroid
lain yang setara.
3. Antipretik bila diperlukan, parasetamol 3 x 500mg/ hari.
4. Multivitamin.

PELAYANAN MEDIS
DEMAM BERDARAH DENGUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman

10
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Demam yang disebabkan oleh infeksi virus dengue (termasuk
golongan flaviviridae) dengan manifestasi perdarahan dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti/A. Albopictus
ANAMNESIS a. Demam 2-7 hari, bifasik
b. Nyeri otot, sendi, kepala (sering sekitar mata)
c. mual ,sakit uluhati,
d. Bintik pendarahan pada kulit, epistaxis,
e. perdarahan gusi, hematemesis melena
PEMERIKSANAAN o Test bendungan (Tourniquet) positif
FISIK o Tourniquet positif : Tek.darah diastolik + sistolik dibagi
2, dipertahankan 3-5 menit, jumlah petechiae > 20 di
daerah volar pada daerah Ø 1 inchi
o Pendarahan spontan bawah kulit atau bagian lain tubuh
o Hepatomegali
PEMERIKSAAN o Trombosit < 100.000/ml
PENUNJANG o Hemokonsentrasi, Ht naik > 20%
o Leukopenia
o Serologi /dengue blot positif
o HT turun hingga 20% dari HT awal.
 Pemeriksaan Tambahan :
o Haemoglobin (persiapan tranfusi)
DIAGNOSIS o DHF Derajat I
o DHF Derajat II
o DHF Derajat III
o DHF Derajat IV
DIAGNOSIS o Morbili
BANDING o ITP
o Chikungunya Fever
o Leptospirosis
TERAPI  Non Farmakologis
o Istirahat baring
o Banyak minum 1,5 – 2 liter/hari
o Diet lunak, puasa bila perdarahan saluran cerna.
 Farmakologis

11
b. Terapi cairan : kristaloid (RL), Koloid
c. Transfusi komponen trombosit bila pendarahan masif (Hb ≤
8 gr%)
d. Anti piretik, jika panas
e. Anti biotik bila ada infeksi

Lampiran :

Protokol 1: PENANGANAN TERSANGKA DBD DEWASA


TANPA SYOK.
Protokol 2 : PEMBERIAN CAIRAN PADA TERSANGKA DBD
DEWASA DI RUANG RAWAT INAP:
Protokol 3 :PENATALAKSANAAN DBD DEWASA DENGAN
PENINGKATAN Ht >20%
Protokol 4: PENATALAKSANAAN PERDARAHAN SPONTAN
PADA DBD DEWASA.

LAMPIRAN :

Protokol 1:

PENANGANAN TERSANGKA DBD DEWASA TANPA SYOK.

- Digunakan sebagai petunjuk di Unit Gawat Darurat (UGD) dan untuk


memutuskan untuk dirawat.
- Periksa Hb,Ht,Tr (trombosit).
- Bila Hb,Ht normal dan Trombosit antara 100.000 – 150.000 pasien dapat
dipulangkan .
- Kontrol ke poliklinik dalam 24 jam berikutnya.dan periksa ulang
Hb,HtTr.Kalau trombosit< 100.000, rawat inap.
- Bila Hb,Ht meningkat , trombosit normai atau turun ,rawat inap.

Protokol 2 :

PEMBERIAN CAIRAN PADA TERSANGKA DBD DEWASA DI RUANG RAWAT


INAP:

- Pasien tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa syok,maka


diberikan cairan rumatan per 24 jam:

12
- Volume cairan kristaloid yang diberikan per hari: 1500 + {20 X (BB
dalam kg – 20} . Misal BB. 50 kg : Vol. cairan : 1500 + 20 x( 50 -20)=
1500+ 600= 2100ml/ 24 jam.
- Setelah 24 jam periksa ulang HB,Ht,Tr( trombosit):
- Kalau Hb,Ht, meningkat 10-20 % dan Tr <100.000 berikan cairan seperti
diatas.
- Periksa Hb,Ht, per 12 jam.
- Kalau Hb,Ht, >20% dan Tr < 100.000. maka beri cairan sesuai Protokol
Penatalaksanaan dengan peningkatan Ht >20%(Protokol 3).

PROTOKOL 3 :

PENATALAKSANAAN DBD DEWASA DENGAN PENINGKATAN Ht >20%:

- Beri cairan kristaloid 6-7 ml/kg bb /jam. (Mis .: bb 50 kg, maka diberi 50 x 7
ml/jam = 350 ml /jam).
- A. Pantau pasien 3-4 jam kemudian, kalau membaik ( Ht turun, frekwensi nadi
menurun , TD stabil, produksi urin meningkat) maka berikan cairan 5
ml/kgbb/jam.
- Pantau 2 jam kemudian ,kalau tetap baik ,kurangi cairan infus , menjadi 3
ml /kb/jam.
- Pantau 24-48 jam kemudian kalau tetap membaik pemberian cairan dapat
dihentikan.

- B. Kalau setelah pemberian berikan cairan 6-7 ml/kgbb/jam,keadaan tidak


membaik setelah 3-4 jam maka berikan cairan 10 ml/kgbb/jam (mis. 500
ml/jam).
- Pantau 2 jam kemudian . kalau perbaikan beri cairan 5ml/kgbb/jam (mis:250
ml/jam).
- Pantau 2 jam , kalau tetap tidak membaik berikan cairan 15 ml/kgbb/jam (mis.
750 ml/jam).Bila tetap tidak membaik / makin memburuk , maka diatasi sesuai
PROTOKOL TATA LAKSANA SINDROMA SYOK DENGUE.
- Tetapi bila membaik ,syok teratasi, maka diberikan cairan seperti awal ( point
A ).

PROTOKOL 4 :
PENATALAKSANAAN SINDROMA SYOK DENGUE SSD) ORANG DEWASA.

13
- Penggantian cairan yang hilang segera dilakukan.Periksa segera darah perifer
lengkap, hemostasis , analisa gas darah , kadar natrium, kalium darah dan
ureum ,creatinin darah.
- A.Pada fase awal guyur cairan kristaloid 10-20 ml /kgbb. (misal : 500-1000
ml).
- Lihat 15-30 menit kemudian. Bila syok teratasi ( TD sistolik 100 mmHg atau
lebih, tekanan nadi 20 mmHg atau lebih , frekwensi nadi kurang dari 100 x /
menit dan volume cukup ,akral hangat ,kulit tidak pucat , diuresis ½ -1ml/kg
bb /jam ),maka cairan dikurangi menjadi 7ml /kgbb/jam.
- Pantau dalam 1-2 jam kalau stabil ,berikan cairan 5 ml /kgbb/jam.
- Pantau dalam 1- 2 jam kalau stabil berikan cairan 3 ml/ kgbb/jam.
- Bila daLam 24 jam – 48 jam setelah syok teratasi ,tanda vital baik,diuresis
baik
- ( 2ml/kgbb/jam) maka pemberian cairan distop.
- Awasi tanda-tanda vital untuk menjaga kemungkinan syok berulang terutama
setelah 48 jam timbulnya syok, karena cairan kristaloid yang diberikan hanya
sekitar 20 % saja yang bertahan di intravascular.

- B.Bila pada fase awal pemberian cairan syok belum teratasi maka tiingkatkan
pemberian cairan kristaloid ditingkatkan menjadi 20-30ml /kg bb(mis.;1000 –
1500 ml) dan evaluasi 20-30 menit kemudian.
- Bila syok belum teratasi perhatikan nilai hematokrit.
- Bila meningkat maka perembesan plasma masih berlangsung.Maka pemberian
cairan koloid jadi pilihan. Berikan 10-20 ml/kbb (tetasan cepat) lalu evaluasi
setelah 10 – 30 menit.Bila belum teratasi pasang kateter vena sentral dan
pemberian cairan kolod ditingkatkan maksimal 30 ml/kg bb (misal:1- 1 ½
liter per hari ). Sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O).
- Bila keadaan tetap belum teratasi maka dilakukan pemeriksaan dan koreksi
terhadap
- angguan asam basa , elektrolit, hipoglikemia ,aneimia, KID ( Koagulasi
Intravaskular Disseminata ).
- Bila target tekanan vena sentral telah tercapai tetapi syok belum teratasi maka
dapat diberikan obat inotropik/ vasopressor.

- Bila hematokrit menurun maka berarti terjadi perdarahan (‘internal bleeding’)


maka diberikan transfusi darah segar 10 ml /kgbb dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.

PROTOKOL 4: PENATALAKSANAAN PERDARAHAN SPONTAN PADA DBD


DEWASA.

14
- Perdarahan spontan dan massif :Perdarahan hidung dan tak terkendali
walaupun telah diberikan tampon hidung ,perdarahan saluran cerna
(hematemesis,melena dan hematokezia), Perdarahan saluran kencing
/hematuria, perdarhan otak, atau perdarahan tersembunyi, dengan jumlah
perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgbb/jam.
- Pada keadaan seperti ini jujmlah dan kecepatan cairan sama dengan DBD
tanpa syok.
- Periksa TD,nadi,pernafasan an jumlah urin dilakukan sesering mungkin.
- Periksa hemostasis dan plakukan pemeriksaan HB,Ht,Tr tiap 4-6 jam.
- Berikan heparin apbila terdapat KID.
- Transfusi komponen darah sesuai indikasi.
- FFP diberikan apabila diapatkan defisiensi faktor pembekuan ( PT dan APTT
memanjang).
- PRC diberikan apabila Hb kurang dari 10 g%.
- Transfusi Tr hanya diberikan bila terdapat perdarahan dan jumlah trombosit <
100.000/mm3 disertai atau tanpa KID. –

PELAYANAN MEDIS
GASTROENTERITIS AKUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

15
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Adalah suatu keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja
lebih banyak dari biasa. Pada umumnya diambil batasan air tinja
lebih dari 200 gram atau 200 cc dalam 24 jam.
Defenisi lain menggunakan kriteria frekuensi yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 x per hari, dan berlagsung kurang dari 2 minggu.
ANAMNESIS - Berak-berak, yaitu berak berbentuk cair lebih 3 kali
dalam sehari, berlangsung kurang dari 2 minggu. Biasa
disertai darah dan lendir.
- Mulas
- Mual
- Muntah
- Dengan atau tanpa panas
- Pusing, keringat dingin
PEMERIKSANAAN o Tanda-tanda dehidrasi, seperti mata cekung, turgor kulit
FISIK yang menurun
o Bising usus meningkat
o Perut kembung dengan bising usus yang menurut
o Tanda-tanda syok, tekanan darah turun, nadi cepat
o Tanda-tanda asidosis
PEMERIKSAAN o Laboratorium
PENUNJANG  Darah lengkap : Hb meningkat, Ht meningkat,
lekositosis
 Analisa dan kultur tinja dapat ditemukan bakteri
atau parasit
 Elektrolit : dapat ditemukan penurunan Na, K
 Ureum, Kreatinin dapat meningkat
 Berat jenis plasma dapat meningkat
 Analisa gas darah, asidosis metabolik
DIAGNOSIS o GE Akut dengan dehidrasi ringan
o GE Akut dengan dehidrasi sedang
o GE Akut dengan dehidrasi berat
DIAGNOSIS
GE ec non infeksi
BANDING
TERAPI  Non farmakologis

16
Istirahat, tirah baring, makanan lunak, banyak minum
(oralit)

 Farmakologis
o Pada dehidrasi ringan, rehidrasi diberikan per oral dengan
banyak minum (oralit)
o Pada dehidrasi sedang-berat, rehidrasi dilakukan secara
parentral, dengan cairan RL. Prinsipnya jumlah cairan
yang diberikan sama dengan jumlah cairan yang keluar
dari badan. Kehilangan cairan dapat dihitung dengan
metode Daldiyono.
o Antibiotik :
 Shigellosis :
 Cotrimoxazol 2 x 2 tablet atau
 Klatrimozin 2 x 1 tablet atau
 Ampicillin 4 x 1 gr/hari
 Salmonellosis:
 kloramfenikol 4 x 500 mg
 Kolera Eltor :
 Tetrasiklin 3-4 x 500 mg atau
 Ampicillin 4 x 500 mg
 Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg

NB: metode Daldiyono:


Menentukan nilai untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan:
----------------------------------------------------------------
gejala nilai
----------------------------------------------------------------
1. muntah ………………………………………………….1
2. apatis …………………………………………… …..1
3 somnolen,soporous ……………………….…….……2
4. tekanan darah sistollik < 90 mmHg. …………1
5. tekanan darah diastolic < 60 mmHg ………….1
6.nadi 120 x / menit. …..................................1
7.frekwensi pernafasan >30 x / menit..............1
8. turgor menurun ........................................ 1
9.ekstremitas dingin ……….……….…………………..1
10.washer woman’ s hand ………………….…………1
11.vox cholerica …………………………………………1

17
12 .facies cholerica ……………………………………1
13. sianosis ……………………………………………1
14. umur antara 50- 60 thn ……………………… - 1
15. umur >60 thn ………………………………………- 2.
16. underweight ………………………………………..-1

Pemberian cairan dan elektrolit sebanyak:


‘ nilai ‘
----------- x Berat badan x 0,1 x 1 liter ,diberikan
15
dalam waktu 2 jam .
Pada 2 jam berikutnya diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar melalui muntah dan b.a.b. Dan seterusnya tiap 2 jam
dihitung cairan yang keluar.

PELAYANAN MEDIS
LEPTOSPIROSIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

18
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Adalah suatu penyakit Zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme leptospira tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya.
ANAMNESIS
 Demam

 Sakit kepala

 Nyeri otot

 Menggigil

 Gejala abdominal, mual, muntah, mencret


PEMERIKSAAN
 Ikterik
FISIK
 Bradikardi

 Nyeri tekan otot (muscular tendernes)

 Kadang-kadang Hepatomegali/ spelenomegali

 Ciliar injection
PEMERIKSAAN A. Laboratorium darah :
PENUNJANG
 Leukositosis

 Hitung jenis neutropil meninggi

 LED meninggi

 Kadang Anemia

B. laboratorium urine :

 albumin uria

C. Bakteriologi

 Biakan/ kultur leptospira

D. Serologis

 Spesifik dot ELISA

DIAGNOSIS Leptospirosis
DIAGNOSIS
 Influenza
BANDING

19
 Meningitis aseptic viral

 Riketsiosis

 Semua penyakit dengan ikterik (hepatisis,


yellow fever)

 Pneumonia Atipik

 Demam berdarah dengue


TERAPI
 Anti mikrobial

 Penisilin-a 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-


7 hari

 Streptomisin 1x1gr

 Tetrasikilin 4 x 500 mg

 Kloramfenicol 4 x 500mg

 Eritromisin 3 x 500mg

 Siprofloxasin 2 x 500 mg

 Anti piretik (bila panas)/ analgetik

 Anti emetik (bila mual, muntah)

PELAYANAN MEDIS
DISPEPSIA FUNGSIONAL

20
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Kumpulan gejala (sindrom) yang bersifat episodik atau menetap yang
selalu menyertakan komponen nyeri atau ketidak nyamanan abdomen
yang berpusat di perut bagian atas.

ANAMNESIS 1) Rasa nyeri atau tidak nyaman yang menetap atau


berulang yang terpusat abdomen bagian atas paling
tidak selama 12 minggu pada 12 bulan terakir.
2) Tidak terbukti adanya penyakit organik (walaupun
dengan endoskopi, laboratorium dasar, pemeriksaan
penunjang lain ) yang dapat menjelaskan gejala.
3) Tidak terbukti membaik dengan defekasi atau dengan
perubahan bentuk feses atau perubahan frekuensi
defekasi.
PEMERIKASAAN Umumnya tidak dijumpai gejala/tanda-tanda yang spesifik,
FISIK kecuali mungkin ada nyeri tekan diulu hati dan meteorismus.
PEMERIKSAAN Kalau ada alarm symptoms seperti ;
PENUNJANG o penurunan berat badan,
o anemia, melena ,
o muntah yang prominen, merupakan petunjuk
kemungkinan ada kelainan organik atau biokimiawi
sehingga perlu pemeriksaan penunjang diagnostik
seperti endoskopi dan laboratorium.

 EKG.
 Gula darah ,fungsi tiroid, fungsi pancreas, dll.
 Serologi : IgG Helicobacter pylori
 Esofagogastroduodenoskopi (rujuk).
Foto esofago-gastro-duodenum dengan kontras barium
(rujuk).
TERAPI  Cara:regimen `triple`:
1. PPI ,a.l. omeprazole 20 mg 2x 1 a.c,
2. amoxyllin 1000mg 2x1 d.c,(atau metronidazol 500
mg 2x1 d.c) dan
3. klarithromisin 500mg 2x1 d.c. ( tetrasilklin

21
500mg 2x1) selama 7-14 hari.
 Kalau gagal regimen `quadruple`,mis.:
1. PPI 1-2 x hari,
2. bismuth subsalycylate/citrate 4 x 2tab/hari d.c
3. metronidazol 3x 500mg d.c /hari (amoxyllin
2x1000mg / hari) dan
4. tetrasiklin 4x 500 mg d.c./hari.

PELAYANAN MEDIS
HAEMATEMESIS – MELENA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

22
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Suatu kelainan pendarahan saluran cerna bagian atas proksimal dari
ligamentum teres hepatis.

ANAMNESIS  Muntah berwarna merah segar atau coklat/ hitam seperti


kopi dan buang air besar ( b.a.b.) berwarna hitam seperti
aspal, coklat atau merah.
 Bisa disertai nyeri didaerah epigastrium.
 Riwayat penyakit hati menahun.
 Riwayat minum obat-obatan atau jamu atau alkohol.
PEMERIKASAAN  Biasanya tidak ditemukan tanda-tanda yang spesifik.
FISIK  Kadang nyeri tekan didaerah epigastrium.
 Tanda-tanda penyakit hati menahun seperti ‘spider
nevi’, eritema palmaris, asites,anemia.
PEMERIKSAAN  Darah lengkap, golongan darah ,urin lengkap, kalau
PENUNJANG perlu pemeriksaan hemostasis.
 Fa’al hati,SGOT, SGPT, Albumin, Globulin.
 Ureum, kreatinin.
 USG abdomen.
 Esofagogastroduodenoskopi (rujuk).
 Foto OMD ( rujuk).
DIAGNOSIS Perdarahan saluran cerna bagian atas
DIAGNOSIS  Pecahnya varises esofagus
BANDING  Gastritis erosif
 Tukak lambung dan atau duodenum
 ‘Stress ulcer bleeding’
 Penyakit sistemik : uremia
 Kelainan pembekuan darah
 Keganasan
 Sindroma Mallory – Weiss.
 Demam berdarah
TERAPI o Istirahat total diatas tempat tidur.
o Resusitasi: Perhatikan hemodinamik . Anamnesis
perdarahan > 1000 ml ,diduga terjadi perdarahan masif,
tekanan darah <100 mmHg, nadi >100 x/ menit, dengan
tanda –tanda presyok,segera pasang infus cairan

23
kristaloid (Ringer’s Laktat, Ringer’s asetat, NaCl 0,9% ,
dekstrose 5% ) kalau perlu cairan koloid (seperti
expafusin ,dextran ), sementara menunggu transfusi
darah (‘whole blood atau packed red cell’ ). Pada renjatan
hipovolemik berat, jumlah cairan infus pengganti
(‘replacement’) bisa 2-3 x jumlah darah yang
diperkirakan hilang.
o Usahakan Hb diatas 10 gr %.
o Pasang pipa nasogastrik (NGT), kumbah lambung
dengan air es sampai cairan lambung tampak jernih.
Sekali masuk cairan sekitar 200 ml. Bisa diulang 1-2 jam
kemudian bila masih ada perdarahan.
o Kalau perdarahan sedang berlangsung dan trombosit
<50.000 /ml ,maka diberikan transfusi trombosit.
o Puasa 1 x 24 jam jika masih berdarah . Jika perdarahan
berhenti , bisa dimulai dengan diet cair , selanjutnya
secara bertahap beralih ke makanan padat.
o Kalau diduga penyebabnya oleh karena pecah varises
esofagus :
 Hemostatik: injeksi vit.K untukmemperbaiki
defisiensi protrombin .Dan kalau ada dugaan
peningkatan fibrinolisis dapat diberikan asam
traneksamat.
 Antasida cair setiap 2,4,6 jam via NGT.

 Sterilisasi usus: tab.neomisin 4 x 1 gram, atau


kaps.kanamisin 4x500 mg. Laktulosa cair 4x 30
ml.
 Kalau masih berdarah: injeksi somatostatin (mis.
Stilamin) , 1 ampul, 250 mcg, i.v.bolus ,
dilanjutkan infus 50-100 mcg / jam selama 12-24
jam atau sampai perdarahan berhenti.
 Atau kalau R/Somastatin –UCB 1 vial ,
250mcg , i.v. bolus ,tidak kurang dari 1 menit.
Dan segera dilanjutkan dengan infus 3,5
mcg/kgbb/jam selama mimimal 48 jam ,
maksimal 5 hari.
 Atau oktreotide (mis. Sandostatin ampul , 100
mcg) i.v. bolus dilanjutkan infus 25-50 mcg /
jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan

24
berhent (MIMS : 5 hari).
 Kalau perdarahan masif berlangsung terus, maka
kalau tersedia, dipasang slang Sengstaken –
Blakemore ( ‘SB tube’). Bilas lambung dengan
air es melalui SB tube..Bila perdarahan berhenti
maka balon dapat dikempiskan .Baru boleh
dilepaskan setelah pengempisan balon esofagus
24 jam tidak tejadi perdaarahan lagi.
 Untuk jangka panjang guna mencegah
perdarahan berulang dilakukan ligasi varises atau
skleroterapi endoskopik. (Dirujuk ke rumah sakit
yang fasilitasnya tersedia).
 Pembedahan darurat : sedapat mungkin
dihindari .Pilihan terbaik semi darurat atau elektif
yaitu setelah perdarahan diatasi untuk sementara
waktu,hemodinamik stabil.(Rujuk ke bagian
bedah). (Seyogianya spesialis bedah dilibatkan
dari awal.)
o Kalau perdarahan karena tukak peptik atau gastritis
erosif:
 Injeksi dengan inhibitor pompa proton misalnya:
I.v. bolus omeprazol 80 mg dilanjutkan dengan 2x
40 mg i.v. bolus sampai 5 hari atau sampai
perdarahan berhenti.
 Antagonis reseptor H2 untuk tujuan penyembuhan
lesi mukosa. Untuk mencegah perdarahan ulang
kurang bermanfaat.Injeksi simetidin 3x200mg I.V
atau ranitidin 2 x 150 mg I.V.

PELAYANAN MEDIS
SIROSIS HEPATIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

25
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Penyakit hati menahun yang ditandai dengan proses peradangan ,
nekrosis sel hati,usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat
diffus dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus
hati.
ANAMNESIS  Perut membesar.
 Penurunan kesadaran
PEMERIKASAAN  ‘Spider naevi’ di dada ,muka ,leher.
FISIK  ginekomastia
 Keadaan gizi kurang baik
 Timbul vena kolateral : pelebaran vena di toraks depan
bawah ,abdomen bawah, vena di sekitar umbilicus
(caput medusae ).
 Alopesia didaerah dada, axilla,pubis.
 Hepatomegali pada tingkat awal.
 Splenomegali .
 Ascites biasanya pada tingkat lanjut
 Ada atau tidak ada ikterik
 Palmar eythema.
 Edema tungkai :pretibial dan dorsum pedis.
 ‘clubbing finger’
 sirosis yang lanjut: bau nafas agak amis (‘foetor
hepatic`, tremor yang khas jari tangan (‘ flapping
tremor’).
PEMERIKSAAN  Ratio albumin/globulin terbalik
PENUNJANG  Bilirubin total ,direk dan indirek
 SGOT ,SGPT, choline esterase (CHE),alkalin
fosfatase, gamma GT,Na,K,Cl.
 Serologi penanda virus hepatitis B dan C
 USG abdomen.
 Biopsi hati : untuk melihat etiologi dan aktifitas sirosis.
 Endoskopi : untuk melihat varises esofagus dan gaster.
 Pungsi abdomen: pada ascites per magna atau untuk analisa
cairan ascites bila ada dugaan peritonitis bakteri spontan
atau diduga ada keganasan.

26
DIAGNOSIS Hepatitis kronik aktif.
BANDING
DIAGNOSIS Sirosis Hepatis
TERAPI - Diet hati :tergantung kondisi pasien
- Diuretik :spironolakton dimulai dengan dosis 25-100mg / hari
ditingkatkan tiap 3 hari jika responnya kurang baik.
Respon yang baik :
 B.B berkurang ± ½ kg/hari yang tanpa edema perifer.
 B.B berkurang ± 1 kg/hari dengan edema perifer.
Jika respons kurang baik, dapat diberikan furosemid
1 tablet / hari.
Dosis maksimal 400mg untuk spironolakton / hari dan
160 mg furosemid /hari.
- Roborantia
- Anti virus untuk sirosis yang disebabkan virus hepatitis.
- Tindakan:
 Pungsi cairan ascites, jika ascites per magna menimbulkan
sesak dan tidak bisa makan.
 Pungsi cairan ascites dengan perbandingan tiap
pengeluaran cairan ascites 1.000cc diberikan infus albumin
6-8 gr.
 Ligasi varises esofagus/ skleroterapi varises esofagus.
(Rujuk)
Jika ada hematemesis-melena: lihat prosedur tetap hematemesis-
melena .

PELAYANAN MEDIS
HEMATOKHEZIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

27
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Buang air besar darah segar berwarna merah yang berasal dari
saluran cerna bagian bawah (SCBB).

ANAMNESIS - Buang air besar berwarna merah muda segar sampai merah tua
dapat akut atau kronik.
- Pada perdarahan kronik per anal feses bisa berwarna
biasa,hanya dapat diketahui dengan tes benzidin .
- Demam bila penyebabnya infeksi usus.
- Keadaan umum dapat sakit ringan sampai berat bila
penyebabnya sistemik seperti demam tifoid  kesadaran dapat
terganggu.
- Dapat disertai diare sampai dehidrasi hingga terjadi syok
hipovolemik.
- Nyeri perut diatas umbilicus seperti kejang/kolik atau perut
kanan bawah yang hilang timbul dapat akut atau kronik. berat
badan dapat menurun .
PEMERIKASAAN - Dapat non spesifik
FISIK - Dapat teraba massa daerah abdomen
- Dapat nyeri tekan didaerah sigmoid/colon desenden
PEMERIKSAAN  Laboratorium :
PENUNJANG o DPL (HB, HT, Thrombocit/tiap 6 jam,jika perlu
analisis gas darah,eletrolit darah)
o Pemeriksaan hemostasis lengkap.
o pemerikasaan etiologi : widal, serologi amuba,
o feses lengkap, urin lengkap
o kultur feses :salmonella,shigella
 Kolonoskopi,jejunoskopi dan biopsi: rujuk.
 Foto abdomen 3 posisi untuk melihat adanya perforasi
usus..
 Kolon in loop kontras ganda , foto usus halus ganda
kontras, endoskopi,USG abdomen , CT Scan abdomen /
MRI (rujuk).
 Foto dada (untuk melihat metastasis tumor ganas usus)
 EKG : bila ada sumbatan koroner, memperkuat
diagnostik colitis iskemik walaupun dapat ditemukan

28
pada semua penyakit usus
DIAGNOSIS Hematochezia
DIAGNOSIS 1. Hemorrhoid
BANDING 2. Infeksi usus : Colitis amuba, Demam tifoid , TBC usus ,
Kuman lain (campylobacter jejunum, shigellosis,
skistososmiasis).
3. Penyakit usus inflamatorik (IBD): Colitis ulceratif,
Penyakit Crohn.
4. Divertikulosis kolon dan atau usus halus.
5. Kolitis iskemik
6. Kolitis radiasi.
7. Tumor di colon.
TERAPI  Non Farmokologis :
- Penyuluhan dan penerangan mengenai penyakit/
pengobatan pada pasien dan keluarganya.
- Tirah baring
- Puasa (mengistirahatkan usus), pasien mendapat nutrisi
parentral total sampai pendarahan berhenti, sesudah itu
baru mendapat diet bubur saring  bubur kasar  nasi
tim  nasi biasa.

 Farmakologis :
- Infus cairan kristaloid untuk mencegah /mengatasi
syok.
- Transfusi darah PRC/W.B sampai Hb . 10 gr % .
- Medikamen, Pengobatan infeksi :
a. demam typhoid  lihat protap tifoid.
b. Amuba : Metronidazole/tinidazol 4x500mg.
c. TBC usus : OAT  lihat pengobatanTB.
d. Kampilobacter : eritomisin 2 x 500mghari.
e. Kolitis infeksi lain tergantung jeniskuman.
f. kolitis Inflamatorik (IBD) :
 Sulfa salazin 2-4 gr/hari atau
 5 ASA 1-2 gr/hari,
 kortikosteroid (prednisone) 20-40
mg/hari .
 Kolitis iskemik : vasodilator
 Bila ada kelaianan hemostasis, diatasi sesuai dengan
kelainannya.
1. Fibrinolysis primer: asam traneksamat
2. Defisiensi factor pembekuan darah : FFP atau faktor

29
tertentu atau vitamin K
3. K.I.D. : heparin sesuai protokol diawali 5000unit,s.c.

 Prosedur bedah : dilakukan bila pasien masuk dalam


keadaan gawat darurat seperti pada standart prosedur
hematemesis-melena yaitu :
 Gawat I : jika dalam 8 jam pertama diperlukan
transfusi 2 liter
 Gawat II : jika dalam 24 jam diperlukan transfusi > 2
liter
 Gawat III : jika pendarahan belum juga berhenti dalam
waktu 3x24 jam sejak pasien dirawat.

PELAYANAN MEDIS
HEPATITIS VIRUS AKUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

30
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Infeksi sistemik yang terutama mengenai hepar disebabkan oleh virus
hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan.
ANAMNESIS Demam tidak begitu tinggi , mual, muntah, anorexia, lemah,
sakit otot, kadang-kadang sakit sendi,kadang nyeri didaerah
perut kanan atas.
PEMERIKASAAN Sclera ikterik, Buang air kecil (b.a.k.) berwarna seperti air teh,
FISIK Hepatomegali dan atau splenomegali ,nyeri tekan perut kanan
atas
PEMERIKSAAN  Laboratorium :
PENUNJANG o SGOT/SGPT meningkat 3-10 x nilai normal
o IgM anti HAV untuk virus hepatitis A
o HbsAg, anti HbsAg, Igm anti Hbc untuk virus
hepatitis B.
o Anti HCV untuk virus hepatitis C
o HDAg untuk virus hepatitis D dan anti HEV untuk
virus hepatitis virus E
o USG hati.

 Biopsi hati, jika fa’al hati tidak kembali normal setelah 6


bulan (rujuk.)
DIAGNOSIS Hepatits Virus Akut
DIAGNOSIS  Virus Hepatitis A, B, C, D, E.
BANDING  Drug induced hepatitis
 Hepatitis alkoholik
 Leptospirosis
 Typhoid hepatitis
 Malaria.
TERAPI - Suportif, Tirah baring/ istirahat yang cukup,
- Diet seimbang.
- Medikamentosa
- Tidak ada, hanya diberikan roborantia seperti obat hepato
protector.

31
PELAYANAN MEDIS
PANKREATITIS AUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


TETAP Direktur
DIAGNOSA DAN
THERAPI

dr. M. Iqbal, Sp. A

32
PENGERTIAN Adalah suatu reaksi peradangan pankreas yang akut.
ANAMNESIS  Perut sakit / nyeri tiba-tiba. Terus menerus dan makin sakit.
 Terutama didaerah epigastrium,dapat menjalar ke kiri/kanan
atau punggung / perut bawah.Bisa beberapa hari .
 Kadang mual dan muntah.
 Pada keadaan berat gelisah, kadang-kadang disertai
gangguan kesadaran, kolaps vaskular, syok.
 Demam sub febris, febris, kalau panas tinggi kemungkinan
kolangitis, kolesistitis suatu abses pankreas.
 Ikterik / subikterik.
PEMERIKSAAN  Nyeri tekan epigastrium, tanda peritonitis local atau umum.
FISIK  Bising usus berkurang atau hilang /ileus paralitik,
meteorismus.
 gangguan hemodinamik, syok, takikardia,
 bising usus yang menurun atau menghilang (ileus paralitik).
 Bisa disertai ikterik.
PEMERIKSAAN  Laboratorium :
PENUNJANG o Darah perifer lengkap (leukositosis),
o amylase (serum-urine) meningkat ≥ 2x normal)
o gula darah (dapat meningkat),
o kalsium serum (menurun),
o LDH serum (meningkat untuk prognosis),
o fungsi ginjal (ureum , kreatinin, untuk prognosis),
o SGOT/SGPT (meningkat untuk prognosis),
o analisis gas darah dan elektrolit darah (hipo kalemia)
o Pemeriksaan etiologi : IgM sitomegalovirus, kultur
gall, tes Widal, serologis leptospira, dll.
o Klasifikasi berat/prognosis pankreatitis : kriteria
Ranson.
 Radiologi :
o Foto abdomen 3 posisi untuk melihat ileus
paralitik/obstruksi atau perforasi
o USG pancreas/abdomen atas : pembengkakan
setempat / difus,eko parenkim berkurang, pseudokista
didalam diluar pancreas, abses atau nekrosis.
o Foto dada : melihat kelainan paru (komplikasi
pankreatitis :efusi pleura).
o CT-Scan abdomen atas (rujuk).

Diagnosis ditegakkan apabila;

33
1. Kenaikan amilase serum atau urin ataupun lipase serum
sama atau lebih 3 x nilai normal tertinggi.
2. Hasil penemuan dengan USG.
3. Penemuan operasi yang sesuai dengan pankreatitis.
DIAGNOSIS Pankreatitis akut
DIAGNOSIS  Perforasi ulcus peptikum
BANDING  Kolik batu empedu:,
 Kolesistitis akut degna kolangitis,
 Infark mesenterial
 Aneurisma aorta yang pecah
 Kehamilan ektopik yang pecah
 Obstruksi usus dengan strangulasi
 Appendisitis akut
 Nefrolitiasis kanan akut
 Infark miokard akut inferior
 Vaskulitris pada SLE.
TERAPI Fase akut :
 Non farmakologis
1. Penyuluhan dan penerangan.
2. Tirah baring.
3. Puasa, pasang infus untuk nutrisi parenteral total sampai
amilase dan lipase serum normal / mendekati normal
dan pada selang nasogastrik tidak keluar cairan empedu
 Farmakologis :
1. Analgetik yang kuat (mis .petidin) dan sedatif untuk
mengurangi rasa nyeri (hindari obat spasmodik, opiate-
> spasma sfingter Oddi).
2. Infus cairan sedikitnya 2-3 liter /24 jam untuk
mengatasi syok dan pengawasan cairan kelainan
elektrolit, rata-rata diperlukan 3-6 liter tiap hari, disertai
elektrolit terutama kalium dan kalsium, serta gula
darah.
3. Pasang “nasogastric tube”untuk mengeluarkan cairan
lambung /duodenum pada kasus berat. menghambat
reaksi pancreas (mengurangi sekresi sekretin)
4. Sulfas atropine 0,5mg, atau propatheline bromide 30mg
parentral tiap 8-12 jam, pemberian cukup 2-3 hari.
5. Jika ada infeksi : peniclillin G 600.000 unit 2 x sehari,
streptomicyn 0,5gr, ampicillin 3 x 1 gr, cephalosporin
6. Jika pasien mampu dapat diberikan penghambat
enzyme-enzym pankreas seperti somatostatin
34
250ug/jam per drip I.V atau octriotide sub cutan 3x1
ampul 0,1mg /hari, pemberian selama 3-5 hari

Sesudah serangan akut:


 Ditujukan untuk mencegah serangan berulang, dengan
menanggulangi penyakit dasarnya.
 Pasien diberikan diet rendah lemak, dengan porsi makan
sedikit tapi sering,untuk mengurangi sekresi pancreas.
 Anti kolinergik, analgetik dan sedatif untuk mengurangi
rasa sakit bila timbul.
 Menghindari alkohol, makan banyak dan kegemukan.
 Tindakan : kalau perlu bedah (laparatomi untuk drainase
dan lavage abdomen)

F. Penyulit :
 Lokal :
Pseudokista pancreas, abses pancreas, peradangan
hemorhagik, nekrosis organ sekitar, pembentukan fistel,
ulkus duodenum, ikterik obstruktif, ascites
 Sistemik :
- Sepsis
- kelainan paru akut: eksudat, atelektasis, pneumonia,
- Kardiovaskuler: perubahan ST-T aspesifik pada EKG
- Tromboflebitis, K.I.D., syok.
- Susunan saraf pusat : psikosis, emboli lemak.
- Steatonekrosis : bercak lemak pada omentum dan
peritoneum , nekrosis lemak pada jaringan sub kutan,
mediastinum, pleura, SSP, ecrosis tulang.
- Perubahan gastro-intestinal :nekrosis dinding
duodenum, colon, perdarahan pancreas melalui duktus
pankreatikus
- Thrombosis v. porta dengan perdarahan varises,
perdarahan intra peritoneal, nekrosis arteri didalam dan
sekitar pancreas.
- Ginjal : trombosis arteri atau vena renalis, gagal ginjal
akut.
- Metabolik :hiperglikemi, ketoasidosis, koma,
hipokalsemia , hiperlipidemia.

35
PELAYANAN MEDIS
HIPERTENSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Tekanan darah yang sama atau melebihi 140mmHg sistolik dan atau
sama atau melebihi 90 mmHg diastolik padaseseorang yang tidak
sedang makan obat anti hipertensi.
36
ANAMNESIS Klasifikasi berdasarkan :

I.) JNC 7 ( Joint National Committee on Prevention


Detection,Evaluation and Treatment of high blood pressure,
2003):

Katagori SBP mmHg BDP mmHg


(sistol) (diastol)
Normal < 120 160
Pre hipertensi 120-139 < 80
Hypertension, Stad .1 140-159 80-89
Hypertension, Stad. 2 90-99
≥ 100

Hipertensi jika :
 TD Sistol ≥ 140 mmHg
 TD Diastol ≥ 90 mmHg
Karena banyak faktor dapat mempengaruhi tekanan darah maka
unutk diagnosis hipertensi perlu pengukuran tekanan darah
beberapa kali, dapat pula ada beberapa kunjungan (setidak-
tidaknya 3 kali). Spigmomanometer air raksa cukup memadai,
namun harus kerja baik, harus ditera sedikitnya 6 bulan sekali.

II). WHO/ISH :
Seperti diatas :
Ada stadium 3: >180/110 mmHg.
Isolated hypertension : TD Sistolik: sama atau >140 mmHg
dengan TD diastolik normal.
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan Dasar.
FISIK Pengukuran darah yang sesuai standar, tidak hanya sekali,
perlu lebih dari satu kali kunjungan atau beberapa kali
kunjungan ( setidak-tidaknya 3x pemeriksaan)
Syarat standar pengukuran tekanan darah :
1. Diukur setelah pasien duduk dan istirahat setidak-tidaknya
5 menit diruangan yang tenang, dan 30 menit setelah
minum kopi atau rokok.
2. Cuff standar yaitu dengan balon 12-13 cm lebar dan
panjang 35 cm, orang gemuk atau anak perlu alat yang
sesuai dan dipasang setinggi jantung

37
3. Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik fase
V
4. Pengukuran kedua harus ke-2 sisi lengan
untukmenghindari kelainan pembuluh darah perifer
(penyakit Takayasu)
5. harus juga diukur tekanan darah sewaktu berdiri pada
manula, pasien DM atau keadaan sering hipotensi
ortostatik.
 Pemeriksaan mencari faktor resiko hipertensi.
Faktor risiko penting untuk menentukan risiko hipertensi dan
sertifikasi terhadap kejadian komplikasi kardiovaskuler, yaitu
1. Risiko untuk stratifikasi :
a. Derajat hipertensi
b. Wanita > 65 tahun
c. Perokok
d. Kolesterol total >200 mg% (6,5mmol/L)
e. Diabetes mellitus
f. Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler dini
(wanita<65 tahun, pria < 55 tahun).

2. Risiko lain yang mempengaruhi prognosis;


a. Kolesterol HDL rendah
b. Kolesterol LDL meningkat
c. Mikroalbuminuria pada diabetes
d. Toleransi glokusa terganggu
e. Obesitas (body mass index ≥ 30 kg /m2)
f. Tidak berolahraga (sedentary life style)
g. Fibrinogen meningkat
h. Kelompok resiko tinggi tertentu : sosio ekonomi, ras,
geografik

3. Kerusakan organ sasaran:


Hipertrofi ventrikel kiri
a. Proteinuria (> 30mg/24 jam) / kreatinin > 1,2-2,0mg%
b. Penyempitan arteria retina
c. Tanda aterosklerosis pada a. karotis, a. iliaka, aorta.
4. Tanda klinis kelainan penyakit kardiovaskuler:
 Serebrovaskuler :
 Stroke iskemik.
 Pendarahan serebral.

38
 TIA.
 Penyakit jantung :
 Infark mikard.
 Angina fectoris.
 Gagal jantung kongestif.
 Retinopati hipertensi lanjut
 Pendarahan atau eksudat
 Edema papil
 Penyakit ginjal :
Nefropati diabetik
GGK (kreatinin > 2mg%)
PEMERIKSAAN  Laboratorium :
PENUNJANG o Darah rutin
o Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein,
gula.
o Kimia darah: K, ureum ,kreatinin, gula darah puasa dan
2jam post prandial, total kolesterol (HDL dan LDL),
trigliserida, asam urat.
 EKG
 Radiologi :
o Foto dada
o USG pembuluh darah besar
o USG ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
o BNO/IVP
o Pemeriksaan tambahan : Ekokardiografi bila diduga
KOS (Kerusakan Organ Sasaran), seperti adanya LVH.
DIAGNOSIS  Hipertensi essensial stage I
 Hipertensi essensial stageII
DIAGNOSIS  Tekanan darah yang meninggi sesaat tetapi bukan hipertensi
BANDING seperti hipertensi ‘white coat ‘ ,
 akibat rasa nyeri,
 peningkatan tekanan intraserebral,
 ensefalitis
 akibat obat kokain,
 kehamilan dan sebagainya
TERAPI 1) Nonfarmakologis: memodifikasi gaya hidup,a.l.
 Diet rendah garam
 Olah raga/ kegiatan jasmani yang teratur.
 Menghentikan rokok
 Mengurangi berat badan yang lebih.

39
2) Farmakologis, sesuai JNC-7:
 Tanpa indikasi yang memaksa.
 Dengan indikasi memaksa (compelling indications) seperti:
o DM,
o gagal jantung ,
o penyakit ginjal kronik,
o pasca infark miokard,
o penyakit pembulluh darah perifer,
o risiko tinggi penyakit jantung koroner.

Stratifikasi hipertensi harus dilakukan terlebih dahulu sebagai dasar


penatalaksaan hipertensi, karena pengelompokan hipertensi tersebut
dapat meramalkan risiko serta komplikasi hipertensi. Mulai terapi,
kapan observasi dulu, kapan harus segera dengan obat anti hipertensi
ditentukan oleh strafikasi tersebut.

Tekanan darah
Faktor resiko lain & Stage 1 Stage 2
penyakit penyerta TDS 140-159 atau TDS 160 atau
TDD 90-99 TDD 100
I. Tanpa faktor Risiko ringan Risiko sedang
risiko / tinggi
II. Faktor risiko 1-2 Risiko sedang Risiko tinggi
III. Ada 3 atau lebih Risiko tinggi Risiko tinggi
risiko DM atau
KOS
IV. Ada kelainan Risiko sangat tinggi Risiko sangat
klinik terkait tinggi

 Target terapi : menurunkan tekanan darah menjadi normal (<dari


140/90 mmHg) atau mendekati normal, dan pada keadaan khusus
yaitu diabetes dan penyakit ginjal kronis <130/80mmHg.
 Tujuan : Mengurangi risiko morbiditas akibat komplikasi
kardiovaskuler.
 Faktor risiko yang ada pada pasien juga harus diobati seperti
hiperlipidemia, diabetes.

 Strategi terapi hipertensi :


1. Stratifikasi pasien sesuai tekanan darah dan faktor risiko
yang menyertai.

40
2. Risiko ringan : mulai terapi non-farmakologi ( modifikasi
gaya hidup ) dan monitor tekanan darah serta faktor risiko
selama 1-3 bulan, bila TD ≥ 150/95 mmHg segera mulai obat
hipertensi (OAH).
3. Risiko sedang: mulai terapi non farmakologi atau modifikasi
gaya hidup dan monitor tekanan darah serta faktor risiko
selama 1-3 bulan, bila TD ≥ 140/90 mmHg mulai OAH.
4. Risiko tinggi: modifikasi gaya hidup dan terapi dengan
OAH.

 Terapi dengan OAH sesuai rekomendasi WHO/ISH dengan


melihat kondisi lokal / pasien berdasarkan :
1. Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum
optimal.
2. Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik daripada satu
obat dosis tinggi.
3. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim, atau ada efek
samping, ganti dengan OAH yang lain.
4. Pilih yang kerja 24 jam, sehingga sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan pasien.
5. Pasien dengan DM dan Infusiensi ginjal terapi mulai lebih
dini yaitu pada tekanan darah pre hipertensi.
 Pemilihan OAH
Dasar pemilihan OAH :
1. Tersedianya jenis OAH ditempat pasien.
2. Penyakit penyerta atau faktor risiko kardiovaskuler yang ada
pada pasien.
3. Adanya tanda klinis kerusakan organ sasaran, penyakit
kardiovaskuler, penyakit ginjal, dan DM.
4. Adanya penyakit lain yang membatasi atau sinergistik
dengan OAH yang akan digunakan .
5. Adanya variasi respon OAH golongan lain.
6. Adanya interaksi dengan obat lain yang sedang digunakan
pasien.
7. Efek OAH terhadap risiko kadiovaskular.
8. Kombinasi OAH. Bila satu OAH tidak bisa menurunkan
tekanan darah sesuai target, tekanan darah masih dalam
batas hipertensi, terkendali dengan satu obat tetapi efek
samping bermakna, maka perlu kombinasi.
Kombinasi yang efektif ialah :

41
1. Diuretik (dalam hal ini hidrokhlorotiazid/ HCT) dengan beta
blocker
2. Diuretik dengan ACEI atau antagonis AII.
3. ACEI dengan antagonis kalsium.
4. Antagonis kalsium (dihidropiridin) dengan beta blocker
5. Beta blocker dengan alfa blocker .
NB.:
1. Kombinasi harus golongan atau kelas berbeda, pilih yang
punya efek aditif, dan jangan mempunyai mekanisme
kerja yang sama, atau efek samping yang sama.
2. Jika memakai obat gabungan 2 atau lebih sebaiknya salah
satu adalah diuretik (HCT).

Golongan Indikasi Indikasi Kontra Kontra


OAH lain Indikasi Indikasi lain
Diuretik. - -Diabetes Gout -
Gagaljantung -Gagal Dislipidemia
-manula jantung, - laki-laki
-hipertensi -hamil seksual aktif.
sis- -diabetes
tolik
Beta- -Asma dan
Bloker - PPOM -Dislipidemia
(penyakit - Atlit dan
-Angina pec- paru orang yang
toris obstruktif
- post infark menahun) aktifolahraga.
miokard -heart block: -PPOK.
- takiaritmia AV block
(grade 2 atau
3),
[[ PPOK?
ACEI -Hamil
- ARF / CRF
-Gagal hiperkalemia
jantung -stenosis a.
-disfungsi renalis
LV, - bilateral
Antagonis -post infark Intoleran-
kalsium miokard, si glu- Heart block: -Gagal
-nefropati kosa, AV block jantung
42
diabetik, -dislipid- grade 2 atau kongestif
-Angina emia 3 dengan (diltiazem
pectoris, vera pamil atau
- manula, atau verapamil),
- hipertensi diltiazem. -Hipotensi
Alfa- sistolik. Gagal ortostatik.
blocker jantung
-Hipertensi, -Hamil
-hipertrofi -stenosis
prostat. a.renalis
-GGL bilateral,
Antagonis Jantung -
AII Batuk pada hiperkalemia
pe- -Hamil
makaian -
ACEI. hiperkalemia
-stenosis a.
renalis
bilateral

PELAYANAN MEDIS
KRISIS HIPERTENSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN  Hipertensi krisis adalah hipertensi yang tekanan darah sangat
meningkat dan dengan tekanan darah diastolik lebih dari 120
mmHg.
 Hipertensi ini memerlukan penurunan tekanan darah segera-
meskipun tidak perlu menjadi normal untuk mencegah atau
membatasi terjadinya kerusakan organ sasaran.
ANAMNESIS 1.Hipertensi emergensi (darurat) :

43
Hipertensi dengan tekanan darah diastolic > 120 mmHg yang
memerlukan penurunan tekanan darah segera (menit sampai 1
jam) ditandai adanya salah satu atau lebih kelainan seperti
dibawah ini :
 Perdarahan intracranial
 Ensefalopati
 Angina pectoris tidak stabil (unstable)
 Infark miokard
 Gagal jantung kiri dengan edema paru
 Dissecting aneurysma aortae
 Eklampsia
 Krisis pada feokromositoma
 Gagal ginjal atau insufisiensi ginjal akut
 Hematuria

2.Hipertensi urgensi (gawat) :


Hipertensi dengan tekanan darah diastolik > 120 mmHg yang
memerlukan penurunan tekanan darah tidak amat segera, target
tekanan darah dapat dicapai dalam beberapa jam. Misalnya
hipertensi dengan salah satu gejala :
 Hipertensi berat (stage 2 JNC VII)
 Adanya edema papil
 Komplikasi organ sasaran yang progesif
 Hipertensi perioperasi
 Hipertensi karena nyeri atau ‘stress’

3.Accelerated hypertension :
Hipertensi berat, tekanan darah diastolik > 140 mmHg disertai
kelainan mata (retinopati) berupa edema papil atau perdarahan
atau eksudasi.
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan dasar :
FISIK  Pemeriksaan mulai dari anamnesis dan pengukuran
tekanan darah beberapa kali sesuai standar. P
 Pengukuran tekanan darah untuk menghindari darah
tinggi yang bukan krisis hipertensi.
 Pemeriksaan lain adalah mencari faktor penyebab/
pencetus hipertensi seperti ‘bruit’, tumor abdomen
(kista),tanda kelainan organ sasaran.
 Pemeriksaan Penunjang :

44
o Laboratorium :
 Darah perifer lengkap
 Urinalisis
 Kimia darah : urem, kreatinin dan elektrolit darah.
o Pemeriksaan EKG.
o Funduskopi: untuk melihat perdarahan dan edema papil.
o Radiologi :
 Foto dada.
 USG abdomen.
o Memantau tanda atau gejala kelainan neurology,
retinopati, gagal jantung, diseksi orta.
DIAGNOSIS Hipertensi krisis
DIAGNOSIS  Akibat hipoksia
BANDING  Kandung kemih penuh (distended)
 Rasa nyeri
 Tumor otak
 EpilepsI.
 Ensefalitis
 Anksietas akut dengan sindrom heperventilasi
 Uremia dengan overloaded.
TERAPI  Target terapi hipertensi emergensi :
Adalah penurunan mean Arterial Blood Pressure
(MABP/tekanan darah rata-rata) tidak lebih 25 % dalam
beberapa menit sampai 2 jam dan kemudian menjadi 160/100
dalam 2-6 jam.Perlu tekanan darah diukur setiap 15-30
menit. Penurunan terlalu cepat dapat menyebabkan iskemia :
renal, iskemia serebral, atau jantung.
 Target hipertensi urgensi :
Adalah penurunan sama seperti hipertensi emergensi tetapi
dalam waktu 24-48 jam. Setelah target tercapai harus diikuti
program terapi hipertensi jangka panjang. Anti hipertensi
yang dipilih dapat peroral atau parenteral sesuai fasilitas
yang tersedia.
Obat peroral : semua obat anti hipertensi yang bekerja cepat
seperti loop diuretic, penghambat beta, penghambat ACE,
antagonis alfa, antagonis kalsium. Sediaan parenteral:lebih
disukai karena monitor dan pemberian obat dapat lebih diatur
sesuai derajat tekanan darah.
Sedang efek samping peroral/sublingual sukar diprediksi.
Namun, bila dengan parenteral tekanan darah masih lebih dari

45
180/120 mmHg maka dapat ditambahkan OAH oral diatas dan
kalau perlu obat yang masa kerjanya panjang.

Terapi Nonparenteral Akut di Indonesia.


Obat Jalur Onset Efek Lama Dosis
maks. kerja
Klonidin Oral 30-60 1-2 jam 8-16 75-150ug
menit jam diulang
/jam

Kaptopril Oral 15 menit 1-2 jam 4-6 12,5-25mg


jam diulang /
½jam.

Propranolol Oral 15-30 1-2 jam 10-40 mg


menit 3-6 diulang /
jam 1/2 jam.

Nifedipin Oral 5-15 15-30 4-6 diulang/15’


mnt mnt jam

Terapi Parenteral Akut (jika tersedia).

Obat Jalur onset Efek Lama Dosis


maks kerja
Klonidin Iv 1-5 2-4 12-24 6 amp/250 ml
150ug. menit jam jam D5.
Mikrodrip.
Diltiazem iv
1-5 5-
menit 15ug/kgbb/’lalu
1-5 ug/kgbb/’

NB:
- Dosis ini dapat bervariasi sesuai referensi dokter
- iv berarti intravena,
- Hipotensi dapat terjadi pada semua obat

46
PELAYANAN MEDIS
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


TETAP Direktur
DIAGNOSA DAN
THERAPI

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Adalah suatu sindrom akut yang paling berat yang timbul akibat
defisiensi insulin absolut maupun relatif yang khas ditandai dengan
adanya hiperglikemia,dehidrasi,ketosis dan asidosis metabolik
dengan berbagai variasi anion gap.
ANAMNESIS  Lemas,sesak
 Riwayat DM ada atau tidak.
 Riwayat putus insulin atau putus obat.
 Terutama didaerah epigastrium,dapat menjalar ke kiri/kanan
atau punggung / perut bawah.Bisa beberapa hari .
 Kadang mual dan muntah.
 Pada keadaan berat gelisah, kadang-kadang disertai
gangguan kesadaran, kolaps vaskular, syok.
PEMERIKSAAN  Dehidrasi: lidah /kulit kering

47
FISIK  Pernafasan Kussmaul,nafas bau aseton.
 Febris kalau faktor presipitasi adalah infeksi: pneumonia,
ulkus ,dll.
 Penurunan kesadaran:gelisah,apatis,sopor, koma.
 Bising usus berkurang atau hilang /ileus paralitik,
meteorismus.
 gangguan hemodinamik, syok, takikardia.
PEMERIKSAAN  Laboratorium :
PENUNJANG - Darah perifer lengkap (leukositosis),
- gula darah dapat meningkat,
- fungsi ginjal (ureum , kreatinin, untuk prognosis),
- SGOT/SGPT , CK,CKMB,kalau perlu.
- analisis gas darah dan elektrolit darah (hipo kalemia)
 Radiologi: foto thorax PA.
 EKG.(‘acute MCI’,hiper/hipokalemia)
Diagnosis ditegakkan apabila;
Kadar gula darah tinggi,PH darah <7,3,keton darah positif
DIAGNOSIS Ketoasidosis diabetikum.
DIAGNOSIS  Asidosis Metabolik sebab lain
BANDING  Ketosis alkoholik
TERAPI  Non farmakologis:
1. Penyuluhan dan penerangan.
2. Tirah baring.
3. diet DM
 Farmakologis :
- Rehidrasi (sebaiknya pasang cvp) Infus cairan NaCl
0,9% atau NaCl 0,45%, bisa mencapai 10 liter.
- Insulin regular : dosis ‘loading’ 10-20 unit i.v., dan
lanjutkan dengan drip insulin 5-12 unit/jam . Cek kgd
/jam.
- kalau kgd mencapai 250 mg % atau kurang tetesan
insulin dikurangi menjadi 1- 4 unit /jam dan ke dalam
infusan ditambahkan glucose ( mis. Insulin dalam D5).
- Kalau kgd < 70 mg% drip insulin dapat dihentikan
sementara , control kgd / 30 menit .Kalau tetap < 70 mg
% infus dengan D10, lalu periksa kgd /30 menit lagi
sampai kgd 100 mg%.Lalu drip insulin lagi 1 u /jam.
- ( insulin dapat juga diberikan secara i.m. dengan
suntikan berulang setelah diawali bolus tsb.)
- ( Absorpsi insulin oleh saluran infus dapat dikurangi
dengan lebih dahulu membilas slang infus dengan 100-

48
150 ml cairan larutan insulin).
- Buat lembaran (‘flow sheet’)untuk monitor kadar gula
darah berkala,pH ,elektrolit darah, tanda vital, balans
cairan.
- Koreksi kalium sesuai kebutuhan. Kebutuhan kalium
sehari bisa mencapai 200- 300 meq/pasien.
- koreksi asam dengan Na- bikarbonas apabila pH< 7,2 .
- Koreksi faktor presipitasi .Kalau ada infeksi berikan
antibiotik yang sesuai.
- Kalau pasien sadar dan bisa makan sendiri maka insulin
diberikan sesuai kebutuhan.

PELAYANAN MEDIS
LEPTOSPIROSIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


TETAP Direktur
DIAGNOSA DAN
THERAPI

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme
leptospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.
ANAMNESIS o Deman
o Sakit kepala
o Nyeri otot
o Menggigil
o Gejala abdominal, mual, muntah,
mencret
PEMERIKSANAAN A. Ikterik
FISIK B. Bradikardia
C. Nyeri tekan otot (muscular tenderness)
D. Kadang-kadang Hepatomegali/Spelenomegali
E. ‘Ciliary injection’
PEMERIKSAAN o Laboratorium darah :
PENUNJANG  Leukositosis
 Hitung jenis neutropil meninggi

49
 LED meninggi
 Kadang Anemia
b. Laboratorium urine :
 Albumin uria
o Bakteriologi
 Biakan/kultur leptospira
o Serologis
 Spesifik dot ELISA
DIAGNOSIS Leptospirosis
DIAGNOSIS o Influenza
BANDING o Meningitis aseptik viral
o Riketsiosis
o Semua penyakit dengan ikterik (hepatitis,
yellow fever)
o Pneumonia Atipik
o Demam berdarah dengue
o Malaria
TERAPI  Anti Mikrobial
 Penisilin-a 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7
hari
 Streptomisin 1 x 1 gr
 Tetrasiklin 4 x 500 mg
 Kloramfenicol 4 x 500 mg
 Eritromisin 3 x 500 mg
 Ciprofloxasin 2 x 500 mg
 Anti piretik (bila panas) / Analgetik
 Anti emetic (bila mual, muntah)

50
PELAYANAN MEDIS
HAEMATEMESIS – MELENA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


PROSEDUR Direktur
TETAP
DIAGNOSA DAN
THERAPI
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Suatu kelainan perdarahan saluran cerna bagian atas proksimal
ligamentum treiz dan hepatis.
ANAMNESIS  Muntah berwarna hitam seperti kopi, coklat atau
merah atau buang air besar berwarna hitam seperti aspal,
ter, coklat atau emrah.
 Bisa disertai nyeri di daerah epigastrium.
PEMERIKSAAN  Biasanya tidak ditemukan tanda-tanda yang spesifik.
FISIK  Kadang-kadang nyeri tekan didaerah epigastrium.
PEMERIKSAAN  DL, UL, jumlah trombosit
PENUNJANG  Fa’al hati/ SGOT, SGPT, Albumin, Globulin
 Ureum, Kreatini, CT, BT.
 Endoskopi
 USG Hati
 OMD Foto
DIAGNOSIS Perdarahan saluran cerna bagian atas e.c
DIAGNOSIS  Pecahnya Varises esophagus
BANDING  Gastritis erosive

51
 Tukak lambung dan duodenum
 Stress ulcer pheding
 Penyakit systemik : Uremia
 Kelainan pembekuan darah
TERAPI - Puasa 1x 24 jam jika masih berdarah.
- Jika perdarahan berhenti, bisa dimulai dengan diet cair H1/ l1,
selanjutnya secara bertahap diet beralih ke makanan padat.
- Resusitasi dengan infus cairan kristaloid (Ringer Laktat, NaCl
0.9% atau Dextrose 5% dan Transfusi darah (whole blod atau
packed Red cell).
- Usahakan Hb sekitar 9 gr%.
- Pemasangan Nasogastric tube, kemudian lakukan lavage
lambung dengan air es sampai jernih, cairan dimasukkan
ditunggu 5 menit, keluarkan lagi, diulang- ulang sampai
cairan lambung warna jernih. Tindakan ini bisa diulang 1 -2
jam kemudian jika masih ada perdarahan ( sekali masuk ± 250
cc)
- Antasida cair/ sucralfat cair 15 – 30 ml, setelah cairan
lambung jernih.
- Injeksi simetidine 4 x 200 mg I.V atau Ranitidine 2 x 150 mg
I.V. atau injeksi Pantoprazol 1x30 mg. I.V atau Omeprazol 1 x
40 mg/hari I.V.
- Injeksi vitamin k 10 – 40 mg / hari jika ada tanda-tanda
Sirosis Hati.
- Injeksi Transemic Acid, jika ada peningkatan aktifitas
fibrinolisin.
- Sterilisasi usus dengan laktulosa oral serta clisma tinggi jika
ada tanda-tanda Sirosis Hati, ditambahkan Neomycin/
Kanamisin 4 x 500 mg/ oral.
- Diberikan injeksi Somatostatin (stimalin) 250 mg bolus I.V,
diteruskan dengan Drip Somatostatin (stimalin) 3.000 mg
dalam Dextrose 5% NaCl 0,9% dalam waktu 12-24 jam.
- Tindakan khusus :
 Dilakukan jika penyebab perdarahan dapat dipastikan
atau diduga secara klinik.
 Jika penyebabnya varises esophagus bleeding
dilakukan tindakan ligasi varises/sklero terapi varises.
 Operatif
 Konsul bedah, jika perdarahan masif.

52
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA APLASTIK

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Standar Prosedur
Operasional
Kedokteran dr. M. Iqbal, Sp. A

Anemia akibat aplasia sumsum tulang dimana jaringan


PENGERTIAN
hemopoiesis diganti oleh jaringan lemak.
 Riwayat paparan terhadap zat toksik (obat, lingkungan kerja,
hobi), menderita infeksi virus 6 bulan terakhir (hepatitis,
parvovirus). Pernah mendapat transfusi darah.
 Gejala anemia: rasa lemas/lemah, pucat, pusing,sesak
ANAMNESIS nafas/gagal jantung, berkunang-kunang.
 Tanda-tanda infeksi: sering demam
 Akibat trombositopenia: perdarahan (menstruasi lama,
epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan dibawah kulit,
hematuria, buang air campur darah, muntah darah)
PEMERIKSAAN Konjungtiva pucat, takikardi, tanda perdarahan
FISIK
DIAGNOSIS Anemia Aplastik
KERJA
Mielofibrosis, anemia hemolitik, anemia defisiensi besi, anemia
DIAGNOSIS
karena penyakit kronik, anemia karena penyakit keganasan
BANDING
sumsum tulang, hipersplenisme, leukemia akut
PEMERIKSAAN Laboratorium: darah tepi lengkap, serologi virus (hepatitis marker)
PENUNJANG Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
TERAPI Terapi penunjang:

53
 Transfusi komponen darah (PRC dan atau TC) sesuai
indikasi
 Bila disertai infeksi sekunder/ sepsis: antibiotik
 Terapi Imunosupresif:
- Prednison 1-2 mg/KgBB/hari.
- Metilprednisolone oral 0,8 mg/kgBB/hari, bila perlu
didahului pulse terapi (Metilprednisolone IV 3 hari
dilanjutkan tapering off dilanjtkan oral)
 Immunosupresif alternatif : azatriopin,cyclosporin,
cyclofosfamid, ATG (anti thymocyte globulin) 15
mg/KgBB/hari intravena selama 5 hari
 Androgen
 Metenololasetat
 Granulocyte Coloni Stimullating Factor
 Eltrombophag
 Splenektomi
 Transplantasi sumsum tulang bila ditemukan HLA yang
cocok
 Dubia: tergantung tingkat hipoplasinya
PROGNOSIS  Pada umumnya pasien meninggal karena infeksi, perdarahan
dan komplikasi transfusi darah
 Remisi komplit: granulosit >1000/µl, trombosit >100.000, Hb
normal
 Remisi Parsial: granulosit >500/µl, tidak membutuhkan
INDIKATOR
transfusi darah merah dan trombosit.
MEDIS
 Remisi Minimal: granulosit >500µl, membutuhkan transfusi
darah merah dan trombosit
 Tidak berespon: anemia aplastik berat menetap
1. Salonder H. Anemia aplastic. Dalam: Suyono S, Waspadji S,
Lesmana L, Alwi l, Setiati S, Sundara H, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2001:501-8
2. Aplastiche Anemie. Hematologie Klapper 8th ed. Leids
KEPUSTAKAAN Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:12-16
3. Widjanarko A. Anemia Aplastik. In: Simadibrata M, Setiati S,
Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman
diagnosis dan terapi di bidang ilmu penyakit dalam Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.RSCM:1999.p.102-3

54
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SINDROM LISIS TUMOR

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Suatu kegawatan onkologi yang ditandai dengan adanya
hiperurisemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, asidosis laktat dan
hipokalsemia yang disebabkan oleh pengrusakan sejumlah besar
sel neoplasma yang sedang berproliferasi secara cepat.
ANAMNESIS Mual muntah, letargi, edema, overload cairan, CHF, aritmia, kejang
Riwayat mendapat kemoterapi dalam 1-5 hari terakhir, jenis tumor
yang diderita (limfoma burkitt, leukimia limfoblastik akut, limfoma
non hodgkin, Leukemia limfositik kronik, Leukemia Mielositik
Akut, Multiple Myeloma, Plasmasitoma
PEMERIKSAAN Tidak khas, sesuai dengan kelainan yang terjadi (misalnya
FISIK pernafasan kusmaul pada asidosis laktat, oliguria/anuria bila terjadi
gagal ginjal, aritmia ventrikel dan hiperkalemia)
DIAGNOSIS Sindroma Lisis Tumor
KERJA
DIAGNOSIS Gagal ginjal akut karena penyebab lain
BANDING
PEMERIKSAAN DPL, ureum, kreatinin, LDH, K, F,Ca, Asam urat,AGD, urinalisis
PENUNJANG
TERAPI  Bila Oliguuria atau anuria : furosemid 2-4 mg/kgBB
 Mencegah dan mendeteksi faktor risiko lebih penting
 Hidrasi adekuat 2000-3000 ml/m2/hari selama 2 hari
 Mempertahankan PH urin >7 dengan pemberian Na bikarbonat
 Allopurinol 300 mg/m2/hari dibagi 3 dosis
 Monitor fungsi ginjal, elektrolit, AGD dan asam urat.
 Bila secara konservatif tidak berhasil dan ditemukan tanda-
tanda sebagai berikut (K>6 meq/l, asam urat >10 mg/dl,
kreatinin >10 mg/dl, F>10 mg/dl atau semakin meningkat,

55
hipokalsemia simtomatik) maka dilakukan hemodialisa.

56
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
IDIOPHATIC THROMBOCYTOPENIA PURPURA
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Merupakan suatu kelainan didapat yang berupa gangguan autoimun
yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya
penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel
akibat adanya autoantibodi terhadap trombosit yang biasanya
berasal dari immunoglobulin G.
ANAMNESIS  Riwayat obat-obatan (heparin, alkohol, sulfonamides,
kuinidin/kuinin, aspirin) dan bahan kimia.
 Gejala sistemik: pusing, demam, penurunan berat badan
 Riwayat perdarahan (lokasi, banyaknya, lamanya) risiko infeksi
HIV, status kehamilan, riwayat transfusi, riwayat pada keluarga
(trombositopenia, gejala perdarahan dan kelainan autoimun).
 Penyakit penyerta yang dapat meningkatkan risiko perdarahan
(kelainan gastrointestinal, sistem saraf pusat dan urologi).
 Kebiasaan/hobi: aktivitas yang traumatik
PEMERIKSAAN  Perdarahan (lokasi dan beratnya)
FISIK  Jarang ditemukan organomegali, tidak ditemukan jaundice atau
stigmata penyakit hati kronik.
 Tanda infeksi (bakterimia/infeksi HIV)
 Tanda penyakit autoimun (artritis, goiter, nefritis, vaskulitis)
DIAGNOSIS ITP
KERJA
DIAGNOSIS  Berkurangnya produksi trombosit/aplasia megakariosit baik
BANDING yang kongenital atau didapat.
 Gangguan distribusi trombosit (hipersplenisme, hipotermia)
 Peningkatan penghancuran trombosit (ITP sekunder, drug
induced, kehamilan dll)
 Pseudotrombositopenia akibat EDTA terlalu banyak pada
spesimen darah tepi.
PEMERIKSAAN  Darah tepi
PENUNJANG  Laboratorium kimia rutin dan enzim hati
 Pemeriksaan serologi virus (dengue, CMV,EBV,HIV, rubella)

57
 Pemeriksaan ACA, Coomb’s test, C3, C4, ANA, anti dsDNA
 Pemeriksaan immunoelektroforesis protein
 Pemeriksaan hemostasis normal bila tidak ada komplikasi,
kecuali masa perdarahan yang memanjang
 Pemeriksaan pungsi sumsum tulang.
TERAPI  Terapi supportif:
 Membatasi aktivitas yang berisiko trauma
 Menghindari obat-obat yang mengganggu fungsi
trombosit
 Transfusi PRC sesuai kebutuhan
 Transfusi trombosit bila:
Perdarahan masif
Adanya ancaman perdarahan otak/SSP
Persiapan untuk operasi besar
 Perawatan RS untuk pasien dengan:
 Perdarahan berat yang mengancam jiwa
 Trombosit <20.000/µl dengan perdarahan mukosa
bermakna
 Trombosit >50.000/µl asimptomatik/dengan purpura
minimal→ tidak diterapi.
 Trombosit <30.000/µl dengan/tanpa gejala 30.000-
50.000/µl dengan perdarahan bermakna, kadar trombosit
berapa saja dengan perdarahan yang mengancam
jiwa→diterapi.
 Steroid
(~prednison 1-2 mg/kgBB/hari) dipertahankan 3-4 minggu
lalu tapp down, maksimal selama 6 bulan. Prednison tidak
boleh diberikan dalam jumlah tinggi lebih dari 4 minggu
pada pasien tidak respon.
 Splenektomi
Indikasi:
 Gagal remisi dengan terapi steroid dalam 6 bulan
observasi
 Memerlukan dosis maintenance steroid yang tinggi.
 Adanya kontraindikasi/intoleransi terhadap steroid
 Pilihan terapi yang lain
 Obat-obatan imunosupresan (siklofosfamid, azatrioprin,
vinkristin)
 Preparat androgen (denazol)
 Exchange plasmapharesis pada pasien dengan keadaan
sakit berat
58
 Hormonal anovulatoir
PROGNOSIS ITP akut : ad bonam
ITP kronik : dubia ad malam
KEPUSTAKAAN 1. Idiopatische trombocytopenische purpura. Hematologie Klapper
8th ed. Leids Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni
1999:113-7
2. Djoerban Z. Immune trombocytopenic purpura. In: Simadibrata
M, Setiati S, Alwi l. Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, editors.
Pedoman diagnosis dan terapi di bidan ilmu penyakit dalam.
Jakarta:Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSCM:1999.p.104-8

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


TROMBOSIS VENA DALAM

59
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena terutama pada
vena tungkai bawah.
ANAMNESIS Nyeri lokal, bengkak, perubahan warna dan fungsi berkurang pada
anggota tubuh yang terkena.
PEMERIKSAAN Edema, eritem, peningkatan suhu lokal tempat yang terkena,
FISIK pembuluh darah vena teraba, Homan’s sign (+).
DIAGNOSIS Trombosis vena dalam
KERJA
DIAGNOSIS Sindrom pasca flebitis, varises, gagal jantung, trauma, refluks vena,
BANDING selulitis, limfangitis, abses inguinal, keganasan dengan sumbatan
kelenjar limfe atau vena, gout, dermatitis kontak, eritema nodosum,
kehamilan, flebitis superfisial, paralisis.
PEMERIKSAAN Radiologi: venografi/flebografi, USG vena-B mode atau colour
PENUNJANG doppler
Laboratorium: D Dimer,aPTT
TERAPI Non Farmakologis
 Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena untuk melancarkan
aliran darah vena.
 Kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi mikrovaskular
 Latihan lingkup gerak sendi (range of motion) seperti gerakan
fleksi-ekstensi, menggenggam dll. Tindakan ini akan
meningkatkan aliran darah di vena-vena yang masih terbuka
(patent).
 Pemakaian kaus kaki elastik (elastic stocking), alat ini dapat
meningkatkan aliran darah vena.

Farmakologis
1. Antikoagulan
Heparin (unfractioned)
 Bolus intravena 100 IU/Kg dilanjutkan drip mulai
1000IU/jam
 Target aPTT 1,5-2,5 x kontrol bila:
o aPTT <35 , ↑ heparin 400 IU
o aPTT 35-45, ↑ heparin 200 IU
o aPTT 46-70, pertahankan

60
o aPTT 71-90, ↓ heparin 200 IU
o aPTT >90, stop heparin 6 jam
 cek PT/aPTT tiap 6 jam

LMWH (low molecular weight heparin)


 Nadroparin 0,1 ml/kg/12 jam
 Enoksaparin 1 mg/Kg/12 jam
 Tidak perlu pemantauan
Warfarin
 Warfarin dapat dimulai segera sesudah pemberian heparin
dengan dosis hari I adalah 6-10 mg malam hari, hari II
diturunkan.
 INR diperiksa setelah 4-5 hari kemudian dengan target 2-3.
Bila target INR tercapai heparin dapat dihentikan 24 jam
berikutnya
 Lama pemberian tergantung ada tidaknya faktor risiko
o Bila tidak ada faktor risiko dapat distop dalam 3-6
bulan.
o Bila ada faktor risiko dapat diberikan lebih lama
atau bahkan seumur hidup
 Cara penyesuaian dosis INR
o INR 1,1 - 1,4
Hari I → naikkan 10-20% dari total dosis mingguan
Mingguan → naikkan 10-20% dari total dosis
mingguan kembali 1 minggu
o INR 1,5 - 1,9
Hari I → naikkan 5-10% dari total dosis mingguan
Mingguan → naikkan 5-10% dari total dosis
mingguan kembali 2 minggu.
o INR 2,0 - 3,0
Tidak ada perubahan
Kembali 1 minggu
o INR 3,1 - 3,9
Hari I → kurangi 5-10% dari dosis total mingguan
Mingguan → kurangi 10-20% dari dosis total
mingguan
Kembali 2 minggu
o INR 4,0 - 5,0
Hari I → tidak dapat obat
Mingguan → kurangi 10-20% dari dosis total

61
mingguan
Kembali 1 minggu
o INR >5,0
Stop warfarin, pantau sampai INR 3,0
Mulai dengan dosis kurang 20-50%
Kembali tiap hari
2. Alternatif
 Dabigatran
 Apixaban
 Rivaroxaban
KEPUSTAKAAN 1. Supandiman I. Trombosis dalam: Suyono S, Waspadji S,
Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundaru H, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2001:588-91
2. Tambunan, KL. Terapi antikoagulan pada trombosis vena
dalam. Dalam: Setiati S, Bawazier LA. Atmakusuma D, Kasjmir
YI, Syam AF, Gustaviani R. Current treatment in internal
medicine 2000. PIP IPD FKUI Jakarta 2000: 19-22
3. Atmakusuma D. Perbedaan trombosis vena dalam dan
trombosis arteri akut dalam hal diagnosis dan tatalksana.
Dalam: Prodjosudjadi W, Setiati S, Alwi I. Pertemuan Ilmiah
Nasional PB PAPDI 2003, therapeutic update and workshop in
internal medicine. PIP IPD FKUI Jakarta 2003:193-205.
4. Tambunan KL. Peran terapi medicamentosa pada DVT kronik.
Dalam:Simadibrata M, Alwi I, Kasjmir YI, Bawazier LA, Syam
AF, Mansjoer A. Penyakit kronik dan degeneratif
penatalaksanaan dalam praktek sehari-hari. PIP IPD FKUI
Jakarta 2003: 9-13.

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


LEUKEMIA AKUT
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

62
dr. M. Iqbal, Sp. A
PENGERTIAN Leukimia akut merupakan penyakit proliferasi neoplastik yang
sangat cepat dan progresif sehingga susunan sumsum tulang normal
digantikan oleh sel primitif dan sel induk darah (sel blas dan atau
satu tingkat diatasnya)
ANAMNESIS  Gejala anemia: rasa lemas/lemah, pucat, pusing, sesak
nafas/gagal jantung, berkunang-kunang
 Tanda infeksi: sering demam
 Akibat trombositopenia: perdarahan (menstruasi lama,
epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan dibawah kulit,
hematuria,buang air besar campur darah, muntah darah)
PEMERIKSAAN Pucat, demam, pembesaran KGB superfisial, organomegali,
FISIK ptekie/purpura/ekimosis
DIAGNOSIS Leukimia akut
KERJA
DIAGNOSIS Sindrom mielodisplasia (MDS), reaksi leukemoid, leukimia kronis.
BANDING
PEMERIKSAAN  Laboratorium: darah tepi lengkap (termasuk retikulosit dan
PENUNJANG hitung jenis), LDH, asam urat, fungsi ginjal, fungsi hati, serologi
virus (hepatitis, HSV, EBV, CMV)
 Sitologi aspirasi sumsum tulang, sitogenetik.
TERAPI Perawatan di ruang rawat isolasi semi steril:
 Leukoferesis untuk mencegah leukostasis jika leukosit >
100.000/µl dikombinasi metilprednisolon 5 mg/Kg/hari

Leukemia Mieloblastik Akut


Kemoterapi induksi:
- Daunorubicin 45 mg/m2/ hari selama 3 hari
- Sitosin arabinosa (sitosar 100mg/m2/hari selama 7 hari
Rawatan selanjutnya untuk follow lup untuk leukopeni post
kemoterapi induksi selama 3 minggu.
Follow up : Hb,Leukosit, trombosit hari 3,5,7,14
Fase Konsolidasi
- Sitosisn arabinosa (sitosar 100mg/m2/hari selama 5 hari
- Daunorubicin 45 mg/m2/ hari selama 2 hari
Fase Maintenance
- Sitosisn arabinosa (sitosar 100mg/m2/hari selama 5 hari
- Daunorubicin 45 mg/m2/ hari selama 1 hari
Satu siklus diulang setiap bulan selama 1 tahun

63
Leukemia limfositik Akut
Fase I induksi ( 4 minggu)
Obat Dosis hari
2
Cyclofosfamid 1200mg/m IV 1
Daunorubicin 45 mg/m2 1,2,3
Vincristin 2mg IV 1,8,15,22
Prednison 60mg/m2 PO 1-21
Rawatan selanjutnya untuk follow lup untuk leukopeni post
kemoterapi induksi selama 3 minggu.
Follow up : Hb,Leukosit, trombosit hari 3,5,7,14

KEPUSTAKAAN 1. Acute Leukemie Algemeen. Hematologie Klapper. 8th ed. Leid


Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999:20-1
2. Abdul Muthalib. Leukimia akut.in: Simadibrata M, Setiati S,
Alwi I,Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman
diagnosis dan terapi di bidan ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI RSCM: 1999.p.110-3
3. George ansstas, Leucemias, Haemotology and oncology
Subspesialis consult

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


KOAGULASI INTRAVASKULAR DISEMINATA
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Koagulasi intravaskular diseminata adalah yang aktivasi sistem
koagulasi dan fibrinolisis secara berlebihan dan terjadi pada waktu yang
bersamaan.

64
ANAMNESIS  Gejala-gejala umum seperti demam, hipotensi, asidosis, hipoksia,
proteinuria.
 Tanda-tanda perdarahan (ptekie, purpura, ekimosis, hematoma,
hematemesis melena, hematuria, epistaksis)
PEMERIKSAAN  ptekie, purpura, ekimosis, hematoma
FISIK
DIAGNOSIS KERJA  Koagulasi intravaskular diseminata
DIAGNOSIS Fibrinolisis primer, penyakit hati berat, psudo KID
BANDING
PEMERIKSAAN  Darah tepi: trombositopenia atau normal, burr cell (+)
PENUNJANG  Pemeriksaan hemostasis pada KID
 Trombosit, aPTT, PT, fibrinogen, D-dimer
 Jika terdapat perdarahan follow up Trombosit, aPTT, PT, fibrinogen,
D-dimer perhari
TERAPI  Suportif
o Memperbaiki dan menstabilkan hemodinamik
o Memperbaiki dan menstabilkan tekanan darah
o Membebaskan jalan nafas
o Memperbaiki dan menstabilkan keseimbangan asam basa.
o Memperbaiki dan menstabilkan keseimbangan elektrolit
 Mengobati penyakit primer
 Menghambat proses patologis
o Antikoagulan
1. Low molekuler weight heparin (LMNH), Fondaparinux,
Enoxaparin
2. Heparin intravena: bolus heparin 5000 unit lanjut drip
heparin 10.000 unit dalam 50 cc D5% mulai 5 cc /jam,
evaluasi aPTT tiap 6 jam dengan target 1,5-2,5 x kontrol
Nilai aPTT Dosis heparin
<35 detik Naikkan 2 cc/jam
35-45 detik Naikkan 1cc/jam
46-70 detik Dosis tetap
71-90 detik Turunkan 1 cc/jam
>90 detik Stop heparin 6 jam

o Transfusi sesuai komponen darah sesuai indikasi (PRC, TC, FFP,


kriopresipitat)
KEPUSTAKAAN 1. Tambunan KL. Koagulasi intravascular diseminata.Dalam: Suyono
S, Waspadji S, Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundara H, dkk. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI: 2001:555-64
2. Tambunan KL. Diagnosis dan Penatalaksanaan koagulasi
intravaskular diseminta. In: Suberkti I. Lydia A, Rumende CM, Syam

65
AF, Mansjoer A, Suprohita. Penatalaksanaan kegawat daruratan di
bidang ilmu penyakit dalam. PIP IPD FKUI Jakarta 2001: 25-31.

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


TROMBOSITOSIS PRIMER/ESENSIAL

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Trombositosis adalah bila jumlah trombosit lebih dari jumlah
normal setinggi 450.000/µl.
Trombositosis primer adalah kelainan klonal dari sistem sel
multipotensial hemopoietik.
ANAMNESIS  Sakit seperti terbakar pada telapak tangan dan kaki serta
berdenyut, cenderung timbul kembali disebabkan panas,
pergerakan jasmani dan hilang bila kaki ditinggikan
(eritromialgia).
66
 Gejala-gejala iskemia serebrovaskular kadang tidak spesifik
seperti sakit kepala, pusing, defisit neurologi fokal, serangan
iskemia sepintas, kejang atau oklusi arteri retina.
 Pada wanita hamil ditemukan riwayat abortus berulang,
pertumbuhan fetus terhambat.
PEMERIKSAAN Splenomegali (40%), tanda perdarahan atau trombosis sesuai lokasi
FISIK yang terkena.
DIAGNOSIS Trombositosis primer
KERJA
DIAGNOSIS Trombositosis reaktif, trombositosis sekunder
BANDING
PEMERIKSAAN Pemeriksaan laboratorium: darah perifer lengkap, morfologi
PENUNJANG trombosit, laju endap darah, masa perdarahan, faktor VIII/von
willebrand, tes agregasi trombosit dengan epinefrin.
TERAPI Tujuan pengobatan untuk menurunkan jumlah trombosit dan
menurunkan fungsi trombosit.
 Untuk menurunkan trombosit:
- Hydroxyurea (hydrea): 15 mg/Kg BB/hari
- Anagrelide (agrylin): 4 kali 1,5-2,5 mg/hari, mulai dosis
rendah dan dinaikkan secara bertahap tiap minggu
- Thromboreduction
- Interferon alfa: 3 juta IU, tiga kali seminggu
- Fosforous-32
 Untuk menurunkan fungsi trombosit
- Aspirin
- Tiklopidin
- Klopidogrel
PROGNOSIS Ad vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Ad sanasionam : malam
KEPUSTAKAAN 1. Tambunan KL. Trombositosis dan trombositosis esensial. In:
Atmakusuma A, Uyainah A, Irawan C, Suhendro. Current
diagnosis and treatment in internal medicine 2003. PIP IPD
FKUI Jakarta 2003:94-9
2. Essentiele trombocytemie. Hematologie Klapper. 8th ed. Leids
Universitair Medisch Centrum Leiden. Juni 1999: 50-1

67
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SINDROM VENA KAVA SUPERIOR
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A


PENGERTIAN Kumpulan gejala yang disebabkan obstruksi vena kava superior
oleh sebuah tumor mediastinum.
ANAMNESIS Keluhan sakit kepala, muntah, gangguan penglihatan, sinkop, suara
serak, sesak napas, disfagia dan sakit punggung.
PEMERIKSAAN Distensi tubuh sebelah atas, edema muka, leher, lengan dan dada
FISIK atas, sianosis.
DIAGNOSIS Tumor mediastinum: tumor ganas, teratoma, limfoma malignum
BANDING Tumor paru
PEMERIKSAAN Foto thoraks, CT scan thorak
PENUNJANG
TERAPI  Radioterapi pada kasus darurat dapat meringankan gejala pada
70% kasus, dosis harian dimulai dengan dosis tinggi (400 cGy)
untuk mendapatkan pengecilan massa tumor yang dibutuhkan.
 Pada limfoma malignum atau kanker paru jenis SCLC,
kemoterapi akan sama efektifnya dengan radioterapi.
 Terapi diuretik dan kortikosteroid
PROGNOSIS  Ad vitam: dubia ad malam
 Ad fungsionam: malam
 Ad sanasionam: malam
KEPUSTAKAAN 1. Djoerban Z. Kedaruratan onkologi. Dalam: Waspadji S, Gani

68
RA, Setiati S, Alwi I. Bunga rampai ilmu penyakit dalam. Balai
Penerbit FKUI Jakarta 1996: 97-110.
2. Kaiser LR, Putnam JB. The Mediastinum: overview, anatomy
and diagnostic approach in: Fishman AP, Elias JA, Fishman JA,
Grippi MA, Kaiser LR, Senior MR. Fishman’s manual of
pulmonary disease and disorders. 3rd ed. McGraw-Hill USA
2002: 521-34

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


TERAPI SUPORTIF PADA PENYAKIT KANKER

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Terapi suportif pada pasien kanker merupakan hal yang amat
penting, sehingga tidak jarang lebih penting daripada pengobatan
pembedahan, radiasi maupun kemoterapi karena pengobatan
suportif ini justru sering berkaitan dengan usaha untuk mengatasi
masalah-masalah yang dapat mengancam jiwa. Pengobatan
suportif ini tidak hanya dibutuhkan pada pasien kanker yang
menjalani pengobatan kuratif tetapi juga pada pengobatan
paliatif.
Pengobatan suportif ini meliputi:
1. Masalah nutrisi dan gangguan saluran cerna
2. Penanganan nyeri
3. Penanganan infeksi
4. Masalah efek samping sitostatika terutama efek mielosupresi
ANAMNESIS  Masalah nutrisi: Penurunan berat badan yang cepat
 Penanganan nyeri:
 waktu timbul nyeri, lokasinya, intensitasnya dan faktor
yang menambah atau mengurangi nyeri
 Jenis nyeri, viseral, somatik atau neuropatik
 Tingkatan nyeri dengan VAS (visual analog scale)
 Masalah efek samping sitostatika: mual, muntah
PEMERIKSAAN  Masalah nutrisi:
FISIK Pemeriksaan Antropometri

69
 Masalah efek samping sitostatika:
Luas permukaan tubuh, tingkat kemampuan berperan, mencari
sumber infeksi.

PEMERIKSAAN 1. Masalah nutrisi:


o Antropometri: tebal lemak kulit, indeks masa tubuh dan
PENUNJANG
masa otot.
o Laboratorium: hitung limfosit, albumin dan pre albumin
darah, urea nitrogen urin, feritin darah.
2. Penanganan nyeri.
Pemeriksaan radiologi: foto, USG, bone scan, CT scan, MRI
untuk mengetahui jenis nyeri dan lokasinya.
3. Penanganan infeksi
o Labarotaorium darah perifer lengkap dengan hitung jenis,
kultur darah, kultur urin, kultur sputum, swab tenggorok
untuk mencari fokus infeksi, pemeriksaan terhadap koloni
jamur.
o Foto thoraks.
4. Masalah efek samping sitostatika.
o Pemeriksaan laboratorium DPL dengan hitung jenis, fungsi
ginjal, urinalisa, asam urat darah, fungsi hati, kultur pada
tempat-tempat tertentsu secara berkala.
o Pemeriksaan radiologi
o Pemeriksaan ekokardiografi
TERAPI A. Masalah nutrisi
1. Indikasi terapi
a. Bila pasien tidak mampu mengkonsumsi 1000 kalori per
hari
b. Bila terdapat penurunan berat badan >10% BB sebelum
sakit
c. Kadar albumin serum <3,5 gr/dl
d. Terdapat tanda-tanda penurunan daya tahan tubuh
2. Perhitungan kebutuhan kalori
Rumus perhitungan kalori=
Kalori basal+aktivitas sehari-hari+keadaan hiperkatabolik
Kalori basal laki-laki:27-30 kalori/KgBB ideal/hari
Kalori basal perempuan: 23-26 kalori/KgBB ideal/hari
Perhitungan kebutuhan protein=
Protein yang dibutuhkan adalah 0,6-0,8/KgBB ideal/hari
Untuk mengganti kehilangan nitrogen tubuh diperlukan
tambahan 0,5g/KgBB ideal/hari
3. Cara pemberian:
a. Enteral melalui saluran cerna, peroral, lewat selang
nasogastrik, jejunostomi, gastrostomi
b. Parenteral diberikan bila melalui enteral tidak bisa atau
pasien tidak mau dilakukan gastrostomi/jejunostomi.

70
Nutrisi sebaiknya melalui vena sentral karena dapat
diberikan cairan dengan osmolallitas tinggi dan dalam
waktu lama (6 bulan-1 tahun). Hati-hati terhadap bahaya
infeksi dan trombosis.
B. Penanganan nyeri
Pengobatan medikamentosa/farmakologi:
 Pada nyeri ringan pengobatan dimulai dengan asetaminofen
atau OAINS. Kemudian dievaluasi dalam 24-72 jam. Bila
masih nyeri ditambahkan amitriptilin 3x25 mg atau opioid
ringan kodein sampai dengan 6x30 mg/hari.
 Pada nyeri sedang pengobatan dimulai dengan opioid
ringan kemudian dievaluasi dalam 24 jam, bila masih nyeri
obat diganti dengan opioid kuat, biasanya dipakai morfin.
Pemberian morfin intravena dimulai dengan,disus dititrasi
sampai pasien bebas nyeri.
 Pada nyeri berat pengobatan morfin intravena sejak awal
dan dievaluasi sampai hitungan jam sampai nyeri terkendali
baik. Setelah didapat dosis optimal maka pemberian morfin
intravena diganti dengan morfin oral masa kerja pendek 4-6
jam dengan perbandingan 1:3 artinya jika dosis injeksi 20
mg/24 jam maka dosis oral sebanyak 3x20 mg/24 jam (60
mg), diberikan 6x10 mg atau 4x15 mg/hari. Bila setelah
nyeri terkendali dengan baik maka diganti morfin oral kerja
lama dengan dosis 2x30 mg/hari. Bila nyeri belum
terkendali, morfin dinaikkan dosisnya menjadi dua kali
lipat dan dievaluasi lebih lanjut serta berpedoman pada
VAS.
 Obat-obat adjuvan diberikan sesuai pengkajian, bila
penyebab neuropatik maka selain obat-obat tersebut
ditambahkan GABA (gabapentin), bila nyeri somatik akibat
metastasis tulang sedikit dapat ditambahkan OAINS dan
bifosfonat.
Pengobatan Non medikamentosa:
1. Pengangan psikiatris
2. Operasi bedah saraf
3. Blok anastesi
4. Rehabilitasi medik
C. Penanganan Infeksi
1. Infeksi oleh bakteri gram negatif
2. Infeksi oleh bakteri gram positif. Staphylococcus
epidermidis sering resisten pada berbagai macam
antibiotika, diberikan vankomisin dan teikoplanin.
3. Infeksi jamur. Pemberian amfoterisin B dianjurkan pada
pasien neutropenia dengan demam berkepanjangan setelah

71
pemberian antibiotika spektum luas untuk beberapa hari
tanpa adanya bakteremia
4. Infeksi virus dapat terjadi pada pasien neutropenia tanpa
imunosupresi, sehingga beberapa pusat menganjurkan
pemberian asiklovir sejak awal pada pasien yang
diperkirakan akan mengalami netropenia berat untuk waktu
yang lama.
D. Masalah Efek Samping Sitostatika
1. Penekanan sumsum tulang
a. Pemilihan dan penjadwalan obat sitostatika yang tepat
b. Pencegahan infeksi pada pasien neutropenia berupa
dekontaminasi saluran cerna, kulit dan rambut bila akan
mendapatkan kemoterapi agresif
c. Pengobatan infeksi, bila hasil kultur belum ada,
diberikan pengobatan empiris yang dapat menjangkau
gram positif dan negatif, anti jamur dan bila perlu anti
virus.
d. G-SF saat ini dapat diberikan pada keadaan
granulositopenia, terutama yang mendapat kemoterapi
agresif.
2. Mual dan muntah
Meliputi fenotiazin, haloperidol, metoklopropamid,
antagonis serotonin, ondansetron, granisetron dan
tropisetron. Kortikosteroid, benzodiazepin, nabilon,
antihistamin dan kombinasi obat-obat antiemetik diatas.
Dianjurkan kombinasi tersebut meliputi deksametason
diikuti antagonis serotonin atau difenhidramin dan
metoklopramid.
3. Toksisitas jantung
Pasien dengan risiko tinggi (EF<50%) harus menjalani
ekokardiografi setiap satu atau dua siklus pengobatan,
sedangkan pada yang tidak berisiko tinggi ekokardiografi
diulang setelah dosis kumulatif 350-400 mg/m2 . Hal yang
paling penting pada pemantauan adalah dosis kumulatif
(epirubisin 950 mg/m2, daunorubisin 750 mg/m2, mitomisin
160 mg/m2 dan doksorubisin 550 mg/m2)
4. Toksisitas ginjal
Kerusakan ginjal dapat dicegah dengan hidrasi adekuat,
alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat dan diuretik.
5. Ekstrvasasi
Obat-obat kemoterapi yang bersifat vesikan dapat dicegah
dengan memastikan jalan infus intravena lancar dan setelah
kemoterapi diberikan cairan infus tetap diberikan.

72
6. Sindroma lisis tumor
Untuk mencegah hal ini, mulai 48 jam sebelum kemoterapi
sampai dengan 3-5 hari setelahnya diberikan hidrasi
intravena 3000/m2, alopurinol 500 mg/m2 per oral, bila
kadar asam urat >7 mg/dl diberikan alkalinisasi urin dengan
natrium bikarbonat dengan mempertahankan PH urin diatas
7.
PROGNOSIS  Ad vitam: malam
 Ad fungsionam: malam
 Ad sanasionam: malam
KEPUSTAKAAN 1. Harsal A. Tatalaksana kanker. Dalam: Setiati S. Alwi I,
Kasjmir YI, Bawazier LA, Lydia A, Syam AF, dkk. Current
Diagnosis and Treatment Internal Medicine 2002. PIP IPD
FKUI Jakarta 2002:15-20.
2. Sutandyo N, Harryanto A. Peran nutrisi pada keganasan.
Dalam: Setiati S, Soewondo P, Pitoyo CW, Syam AF, Mansjoer
A. Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Perkembangan Mutakhir
IPD. PIP IPD FKUI Jakarta 2003:130-3
3. Reksodiputro AH, Sutandyo N, Nafrialdi, Yunihastuti E.
Beberapa aspek pengobatan suportif pada pasien kanker.
Dalam: Alwi I, Setiati S, Sudoyo AW, Bawazier IA, Kasjmir
YI, Mansjoer A. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam. PIP IPD FKUI Jakarta 2001:123-38.

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


TERAPI SISTEMIK PADA PASIEN SOLID TUMOR

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

73
dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Adalah pemberian kemoterapi/terapi target pada pasien kanker:


1. Ca payudara
2. Ca ginekologi
3. Ca paru
4. Ca nasofaring
5. ]Ca kolorektal
6. Osteosarkoma
7. Tumor jaringan lunak
8. Ca tiroid
9. Ca urogenital
10. Ca kulit
11. Ca kepala leher
ANAMNESIS Sesuai dengan National Comprehensive Cancer Network (NCCN)/
European Society for Medical Oncology (ESMO)/ Perhimpunan
Hematologi Ongkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia
(PERHOMPEDIN)
PEMERIKSAAN Patologi Anatomi
PENUNJANG
TERAPI Regimen sesuai dengan National Comprehensive Cancer Network
(NCCN)/ European Society for Medical Oncology (ESMO)/
Perhimpunan Hematologi Ongkologi Medik Penyakit Dalam
Indonesia (PERHOMPEDIN)
EDUKASI Kemoterapi lengkap
PROGNOSIS Sesuai grading dan staging
KEPUSTAKAAN NCCN
ESMO

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


HEMOFILIA
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan


faktor pembekuan darah.Terbagi atas hemofilia A ((kekurangan
faktor VIII) dan Hemofilia B ((kekurangan faktor IX)
ANAMNESIS - Perdarahan sendi dan otot/jaringan lunak
- Perdarahan memanjang setelan trauma atau pembedahan
PEMERIKSAAN - Disabilitas kronik karena hemartrosis yang memicu
FISIK artropati dan perdarahan intramuskular

74
TERAPI - Pemberian faktor VIII (hemofilia A)
dosis Bolus : target faktor VIII x BB (kg) x 0,5
sampai perdarahan berhenti dan aPTT < 2x normal
- Recombinant faktor VIIa diberikan pada pasien
hemofilia A dan B inhibitor faktor VIII dan IX
- Pemberian faktor IX ( hemofilia B)
Dosis Bolus : Target faktor IX x BB (kg) x 1 sampai
perdarahan berhenti dan aPTT < 2x normal

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


THALASSEMIA
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Thalassemia adalah suatu kelainan genetik yang sangat beraneka


ragam yang ditandai oleh penurunan sintesis rantai alfa atau beta
dari globin. Terdapat 2 tipe utama yaitu thalassemia alfa : dimana
terjadi penurunan sintesis rantai alfa dan thalassemia beta : dimana
terjadi penurunan sintesis rantai beta.
ANAMNESIS - Gambaran klinis anemia
- Asal etnis, riwayat keluarga
KRITERIA Evaluasi laboratorium Thalassemia beta
DIAGNOSIS - Darah tepi terdiri atas : anemia berat, Hb dapat 3-9 g/dl.
Apusan darah tepi eritrosit hipokromik mikrositer, sel

75
target,normoblast polikromasia, dan retikulositosis.
- Sumsum tulang : hiperplasia eritroid dan cadangan besi
meningkat.
- Red cell survival memendek
- Tes fragilitas osmotik : eritrosit lebih tahan terhadap
larutan salin hipotonik.
- Elektroforesis hemoglobin terdiri atas : Hb F meningkat,
Hb A bisa ada bisa tidak ada, Hb A2 bervariasi.
- Analisis globin chain synthesis
Evaluasi laboratorium Thalassemia alfa
- Anemeia ringan sampai sedang, bersifat hipokromik
mikrositer, basophylic stippling, dan retikulositosis
- Hb H meningkat
- Elektroforesis hemoglobi menunjukkan 80-90% Hb
Barts, tidak dijumpai Hb A atau Hb F.
PEMERIKSAAN - Thalassemia face, gangguan pertumbuhan (kerdil),
FISIK pigmentasi kulit, hepatosplenomegali

TERAPI - Pemberian tranfusi teratur


- Pemberian iron,pemberian chelator besi, bila feritin >
1000 ng/ml diantaranya Desferrioxamine, Deferasirox,
Deferiprone.
- Splenektomi
- Terapi defenitif dengan transplantasi sumsum tulang

76
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TERAPI KELASI BESI
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Terapi kelasi besi adalah mencapai kadar besi dalam tubuh dalam
nilai aman.
ANAMNESIS - Riwayat hemofilia, penyakit kronik dengan kadar feritin
> 1000 ng/ ml
KRITERIA - Kadar feritin > 1000 ng/ ml
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
FISIK
TERAPI - Pemberian chelator besi, bila feritin > 1000 ng/ml
diantaranya Desferrioxamine, Deferasirox, Deferiprone.
PROGNOSIS Bonam

77
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIS

No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Merupakan leukemia kronik dengan gejala yang timbul perlahan-


lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk mieloid.
ANAMNESIS - Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah,
anoreksia, berkeringat malam, demam
- Gejala gout, gangguan penglihatan dan priapismus
- Kadang asimtomatik
PEMERIKSAAN - Splenomegali hampir selalu ada, sering progresif
FISIK - Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan
PEMERIKSAAN Evaluasi laboratorium :
PENUNJANG 1. Darah tepi
- Leukositosis berat 20.000 – 50.000 pada permulaan
kemunkinan biasanya lebih dari 100.000/mm3
- Apusan darah tepi : menunjukkan spektrum lengkap seri
granulosit mulai dari mieloblast sampai netrofil dengan
komponen paling menonjol ialah segmen netrofil dan
mielosit. Metamielosit, promielosit dan mieloblast juga
dijumpai. Sel blast kurang dari 5%.
- Anemia bersifat normokromik normositer
- Trombosit bervariasi
- Fosfatase alkali netrofil selalu rendah
2. Sumsum tulang

78
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.
Gambarannya mirip dengan apusan darah tepi.
Menunjukkan spektrum lengkap seri mieloid, dengan
komponen paling banyak netrofil dan mielosit. Sel blast
kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal
atau meningkat.
3. Sitogenetik : dijumpai adanya Philadelfia chromosome
4. Pemeriksaan PCR : chimeric protein bcr – abl
TERAPI - Busulphan (myleran) dosis 0,1-0,2 mg/kgBB/hari
- Hydroxiurea dosis mulai 500 mg sampai 2000 mg
- Interferon alfa
- Imatinib mesylate (glyvec) dosis 400 mg/hari
- Transplantasi sumsum tulang

79
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit/ Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional Revisi
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Anemis hemolitik yang timbul karena terbetuknya autoantibodi


terhadap eritrosit sendiri sehingga menimbulkan destruksi eritrosit.
ANAMNESIS Anemia yang menonjol adalah anemia, demam, ikterus.
PEMERIKSAAN 1. Tanda anemia hemolitik didapat (gejala klinik, anemia
FISIK normokrom normositer, hemolisis ekstravaskkuler,
kompensasi sum-sum tulang-lihat pada topik peneriksaan
laboratorium).
2. Splenomegali
PEMERIKSAAN Tes antiglobulin direk (Coombs) positif. Hanya sebagian kecil
PENUNJANG penderita menunjukan hasil negatif. Jika gambaran klinik menjurus
ke arah AHA tipe panas, tetapi tes Coombs negatif maka terapi ex
Juvantivus dengan obat imunosupresif dengan pengawasan ketat
dapat dipertimbangkan.
TERAPI - Obati penyakit dasar
- Kortikosteroid dosis
- Splenektomi
- Obat imunosupresif : azathioprim atau siklofosfamid
- Tranfusi dipertimbangkan hanya jika terdapat anemia
berat yang mengancam fungsi jantung
- Dalam keadaan gawat dapat dipertimbangkan pemberian
hyperimmune globulin

80
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIK
No.Dokumen No.Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh


Direktur
Operasional
Kedokteran

dr. M. Iqbal, Sp. A

PENGERTIAN Anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang khas
ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya
hipoferemia sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi
yang dihubungkan untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi
sumsum tulang masih cukup.
ANAMNESIS Gejala tidak khas karena lebih banyak didominasi oleh gejala
penyakit dasar.
PEMERIKSAAN Dijumpai anemia ringan sampai sedang pada setting penyakit dasar
FISIK yang sesuai
PEMERIKSAAN 1. Anemia hipokromik mikrositer ringan atau normakromik
PENUNJANG normositer.
2. Besi serum menurun disertai dengan TIBC menurun dengan
cadangan besi sumsum tulang masih positif.
3. Dengan menyingkirkan adanya gagal ginjal kronik,
penyakit hati kronik dan hipotiroid.
TERAPI Pengobatan penyakit dasar

CLINICAL PATHWAY KANKER ICD 10 : C 50


PAYUDARA METASTASE NAMA PASIEN :

81
Ecpected Length of Stay : 10 hari NO MR :

JENIS HARI 1 HARI 2-3 HARI 10


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis status KEMOTERAPI PASCA
Penilaian menopause, kormobit, SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal riwayat pengobatan TARGET METASTATIC SITOSTATIK DAN
sebelumnya dan BREAST CANCER TERAPI TARGET
responya. (MBC)/KANKER METASTATIC
PAYUDARA METASTASE BREAST CANCER
 Pemeriksaan tinggi
 Anamnesis ulang (MBC)/PAYUDAR
badan, berat badan, luas
A METASTASIS
permukaan badan (LPB)  Pemeriksaan fisik
 Anamnesis
ulang
 Status performans :
 Pemeriksaan
ECOG 0-2; 3-4  Pemeriksaan lokal
fisisk
ulang
 Pemeriksaan lokal : fisik
 Pemeriksaan
payudara dan KGB  Penilaian ulang hasil-
lokal
hasil pemeriksaan
penunjang

 Persetujuan medis

 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah

82
/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL

 HbSAg, anti HCV total,


anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 HgsAg

 Ca 15-3

 Alkali fosfatase

 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi dan


staging patologi
Lihat jumlah
PREMEDIKASI
- Data imunohistokimia leukosit pasca
- Ondancentron 8 mg
(IHK) panel payudara: kemoterapi, bila
IV ;I amp @ 8 mg
Treatment/ ER-/PR-HER2- menurun<1000/Ul
medikasi - Dexamethasone 10 mg pertimbangkan
- Data staging klinik
IV 2 amp @ 5 mg pemberian G-CSF
- CXR /MRI+/- (tergantung regimen
kemoterapi)
- CXR/CT- scan thoraks;
- Ranitidine 1 ampl IV
- USG/CT/MRI abdomen:
@ 50mg
- CT/MRI brain (jika
- Difenhidramin 1 amp
ditemukan gejala dan
@ 10 mg
tanda neurologi);

- bone scan
KEMOTERAPI

83
- PET-CT scan (jika SITOSTATIKA +/- TERAPI
fasilitas tersedia) TARGET-> Triple negative:
ER/PR-/HER2-
PREMEDIKASI
a. Antharacycline based:
- Ondansentron 8 mg IV: I
ampul @8 mg 1. Regimen FAC

- Dexametason 10 mg IV:2 - Fluorouracil 500


ampul @ 5 mg mg/m2 IV hari ke1
(tergantung regiment
- Doxorubicin 50 mg/m2
kemoterapi)
IV hari ke1
- Ranitidin 1 ampul IV
- Cyclophosphamide 500
@ 50 mg
mg/m2 IV hari 1
- Diphenhidramin 1 ampul
- Diberikan 6 siklus
@ 10 mg
dengan interval 3
KEMOTERAPI minggu
SITOSTATIKA+/- TERAPI
2. Regimen AC
TARGET ->Triplenegative :
ER-/ PR-/HER2- - Doxorubicin 60 mg/m2
a. Anthracycline based: IV hari 1

1) Regimen FAC - Cyclophosphamide 600


mg/m2 hari 1
- Fluorouracil 500 mg/m2
IV (hari 1) - Sebanyak 4 siklus
dengan interval 3
- Doxorubisin 50 mg/m2
minggu
IV (hari 1)
b. Taxane based
- Cyclophosphamide
500 mg/m2 IV (hari 1) 1). Docetaxel 60-100 mg/m2
IV hari ke 1 diulang setiap 3
- diberikan 6 siklus dengan
minggu x 4-6 siklus
interval 3 minggu
2). Paclitaxel 80 mg/m2
2) Regimen AC weekly

- Doxorubicin 60 mg/m2
c. Non antharacycline Non
IV (hari 1)
Taxane
- Cyclophosphamide 600 1). CMF
mg/m2 (hari 1) - Cyclophosphamide 600
mg/m2 IV hari ke1
- Sebanyak 4 siklus

84
dengan interval 3 minggu - MTX 40 mg/m2 IV
hari ke 1
b. Texana based:
- 5-FU 600mg/m2 IV
1. Docetaxel 60-100
hari ke 1
mg/m2 IV (hari ke 1)
diulang setiap 3 minggu - Diulang setiap 3
4-6 siklus minggu x 6 siklus

2. Paclitaxel 80 mg/m2 2). Cisplatin 30 mg/m2 hari ke


weekly 1 dan 8 atau carboplatin AUC5
X(GFR+25) + Gemcitabine
750 mg/m2 hari ke1 dan ke 8
c. Non anthracycline Non
tiap 3 minggu x 6 siklus
Taxane
3). Vinorelbine 30 mg/m2 hari
1. CMF ke1 dan ke 8 tiap 3 minggu x 6
siklus
- Cyclophosphamide 600
4). Capecitabine 2500 mg/m2
mg/m2 IV hari ke 1
ghari ke 1-14 tiap 3 minggu x
- MTX 40 mg/m2 IV hari 6 siklus.
ke 1
HER-2 +
- 5 –FU 600mg/m2 IV hari
1. TCH: Paclitaxel 175
1
mg/m2 IV hari 1 +
- Diulang tiap 3 minggu x Carboplatin AUAC 6
6 siklus IV hari 1+
Trastuzumab 8 mg/kg
2. Cisplatin 30 mg/m2
IV selanjutnya siklus
hari ke 1 dan ke 8 atau
berikutnya 6 mg/kg IV
carboplatine AUC5
hari 1 tiap 3 mgg x 6
X(GFR+25) +
siklus. catatan
Gemcitabine 750
premedikasi paclitaxel
mg/m2 hari ke1 dan ke
adalah dexamethasone
8 tiap 3 minggu x 6
20 mg IV + ranitidine
siklus
50 mg IV
3. Vinorelbine 30 mg/m1 +diphenhidramine 50
hari ke 1 dan ke 8 tiap 3 mg IV
minggu x 6 siklus
2. Docetaxel 80-100
4. Capecitabine 2500 mg/m2 IV hari ke 1
mg/m2 hari 1-14 tiap 3 +Trastuzumab 8 mg/kg
minggu x 6 siklus IV selanjutnya siklus

85
HER-2 + berikutnya 6 mg/kg IV
1. TCH: Paclitaxel 175 hari ke 1 tiap 3 minggu
mg/m2 IV hari ke1 + x 6 siklus. Catatan
Carboplatin AUC 6 IV dexamethasone 4 mg
hari ke 1 +Trastuzumab 8 2x1 selama 3 hari
mg/kg IV selanjutnya dimulai sehari sebelum
siklus berikutnya 6 kemoterapi docetaxel.
mg/kg IV hari ke 1 tiap 3
3. Vinorelbine 30 mg/m2
mngg x 6 siklus. catatan:
hari ke 1 dan ke 8
premedikasi paclitaxel
+Trastuzumab 8 mg/kg
adalah dexamethasone 20
IV selanjutnya siklus
mg IV +ranitidine 50 mg
berikutnya 6 mg/kg IV
IV +diphenhidramin 50
hari ke 1 tiap 3 minggu
mg IV.
x 6 siklus. Catatan
2. Docetaxel 80-100 mg/m2 vinorelbedianjurkan
IV hari ke 1 + menggunakan port a
Trastuzumab 8 mg/kg IV cath.
selanjutnya siklus
4. Capecitebine 1000-
berikutnya 6 mg/kg IV
1250 mg/m2 2x1
hari ke 1 tiap 3 minggu x
peroral hari ke 1 sd ke
6 siklus. (catatan :
14 +Trastuzumab 8
dexamethasone 4 mg 2x1
mg/kg IV selanjutnya
selama 3 hari dimulai
siklus berikitnya 6
sehari sebelum
mg/kg IV hari ke 1 tiap
kemoterapi docetaxel)
3 minggu x 6 siklus.
3. Vinorelbine 30 mg/m2
Hormonal +; ER+/PR+
hari ke 1 dan ke 8
1). Premenopausal:
+trastuzumab 8 mg/kg IV
- Tamoxifen 20 mg
selanjutnya siklus
1x1/hari+/- Goserelin
berikiutnya 6 mg/kg IV
3.6 mg SC 1x1/bulan
hari ke1 tiap 3 minggu x
diberikan selama 5
6 siklus. (catatan
tahun.
vinorelbine dianjurkan
menggunakan port a 2). Postmenopausal:
cath) - Letrozol 2.5 mg
1x1/hari atau
4. Capecitabine 1000-1250
mg/m2 2x1 peroral hari - Anastrozol 1 mg
ke 1 sd ke 14 + 1x1/atau
trastuzumab 8 mg/kg IV

86
selanjutnya siklus - Exemestan 25 mg
berikutnya 6 mg/kg IV 1x1hari atau
hari ke 1 tiap 3 minggu x
- Tamoxifen 20 mg
6 siklus.
- Diberikan selama 5
tahun

Pemberian kemoterapi sesuai


Hormonal + : ER +/RP + dengan protokol
1. Premenopausal : PASCA KEMOTERAPI
- Metoklopamid/Ondans
- Tamoxifen 20 mg
entron +/-
1x1/hari +/- Goserelin
dexamethasone peroral
3.6 mg SC 1x1/ bulan
selama 5 hari
deberikan selama 5 tahun

2. Postmenopausal :

- Letrozol 2.5 mg 1x1/hari


atau

- Anastrozol 1 mg 1x1/hari
atau

- Exemestan 25 mg
1x1/hariatau

- Tamoxifen 20 mg

- diberikan selama 5 tahun

pemberian kemoterapi sesuai


dengan protokol
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca
samping kemoterapi
kemoterapi.
- Menjelaskan Contoh

87
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.

- Tidak
ditemukan

88
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap selama 2 - Rawat Jalan


perawatan hari

- Kontrol 1 minggu
kemudian

CLINICAL PATHWAY KANKER ICD 10 : C 50


PAYUDARA NAMA PASIEN :
AJUVAN/NEOAJUVAN NO MR :
Ecpected Length of Stay : 10 hari

JENIS HARI 1 HARI 2-3 HARI 10


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis status KEMOTERAPI PASCA

89
Penilaian menopause, kormobit, SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal riwayat pengobatan TARGET KANKER SITOSTATIK DAN
sebelumnya dan PAYUDARA TERAPI TARGET
responya. AJUVAN/NEOAJUVAN KANKER
 Anamnesis ulang PAYUDARA
 Pemeriksaan tinggi
AJUVAN/NEOAJU
badan, berat badan, luas  Pemeriksaan fisik
VAN
permukaan badan (LPB) ulang
 Anamnesis
 Status performans :  Pemeriksaan lokal
 Pemeriksaan
ECOG 0-2; 3-4 ulang
fisisk
 Pemeriksaan lokal : fisik  Penilaian ulang hasil-
 Pemeriksaan
payudara dan KGB hasil pemeriksaan
lokal
penunjang

 Persetujuan medis

 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 HbSAg, anti HCV total,
lengkap/DPL
anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

90
 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 HgsAg

 Ca 15-3

 Alkali fosfatase

 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi dan


staging patologi

- Data imunohistokimia PREMEDIKASI


(IHK) panel payudara: - Ondancentron 8 mg Lihat jumlah
ER-/PR-HER2- IV ;I amp @ 8 mg leukosit pasca
Treatment/ kemoterapi, bila
- Data staging klinik - Dexamethasone 10 mg
medikasi menurun<1500/Ul
IV 2 amp @ 5 mg
- CXR /MRI+/- pertimbangkan
(tergantung regimen
pemberian G-CSF
- CXR/CT- scan thoraks; kemoterapi)

- USG/CT/MRI abdomen: - Ranitidine 1 ampl IV


@ 50mg
- CT/MRI brain (jika
ditemukan gejala dan - Difenhidramin 1 amp
tanda neurologi); @ 10 mg

- bone scan KEMOTERAPI


SITOSTATIKA +/- TERAPI
- PET-CT scan (jika
TARGET-> -
fasilitas tersedia)
KOMBINASI
PREMEDIKASI KEMOTERAPI YANG
- Ondansentron 8 mg IV: I TIDAK MENGANDUNG
ampul @8 mg TRASTUZUMAB
TC
- Dexametason 10 mg IV:2
91
ampul @ 5 mg - Docetaxel 75 mg/m2
(tergantung regiment IV hari ke 1+
kemoterapi) siklofosmide 600
mg/m2 IV hari ke
- Ranitidin 1 ampul IV
1diulang setiap 3
@ 50 mg
minggu 4x siklus.
- Diphenhidramin 1 ampul
AC dilanjutkan Docetaxel
@ 10 mg
- Doxorubicin 60 mg/m2
KEMOTERAPI IV hari ke 1 +
SITOSTATIKA+/- TERAPI siklofospamide
TARGET -> 600mg/m2 IV hari ke 1
KOMBINASI KEMOTERAPI tiap 3 minggu x 4
YANG TIDAK siklus dilanjutkan
MENGANDUNG
- Docetaxel 100mg/m2
TRASTUZUMAB
IV hari ke 1 siulang
TC
setiap 3 minggu x 4
- Docetaxel 75 mg/m2 IV
siklus
hari ke 1+ siklofosmide
600 mg/m2 IV hari ke AC
1diulang setiap 3 minggu - Doxorubin 69 mg/m2
4x siklus. IV hari ke 1+
siklofosfamid 600
AC dilanjutkan Docetaxel
mg/m2 IV hari ke 1
- Doxorubicin 60 mg/m2
tiap 3 minggu x 4
IV hari ke 1 +
siklus.
siklofospamide
600mg/m2 IV hari ke 1 FAC
tiap 3 minggu x 4 siklus - 5-FU 500 mg/m2 IV
dilanjutkan hari ke 1 + doxorubicin
60 mg/m2 IV hari ke
- Docetaxel 100mg/m2 IV
1+ siklofosfamid 600
hari ke 1 siulang setiap 3
mg.m2 IV hari ke 1 tiap
minggu x 4 siklus
3 minggu x 6 siklus.
AC
CMF
- Doxorubin 69 mg/m2 IV
- Cyclophospamide
hari ke 1+ siklofosfamid
600mg/m2 IV hari ke
600 mg/m2 IV hari ke 1
1+ siklofospamid
tiap 3 minggu x 4 siklus.
600mg/m2 IV hari ke 1
FAC diulang tiap 3 minggu x
- 5-FU 500 mg/m2 IV hari

92
ke 1 + doxorubicin 60 6 siklus
mg/m2 IV hari ke 1+
KOMBINASI
siklofosfamid 600 mg.m2
KEMOTERAPI YANG
IV hari ke 1 tiap 3
MENGANDUNG
minggu x 6 siklus.
TRASTUZUMAB
CMF 1). TCH : Docetaxel 75 mg/m2
- Cyclophospamide IV hari ke 1 + Carboplatin
600mg/m2 IV hari ke 1+ AUC 6 IV hari ke 1 tiap 3
siklofospamid 600mg/m2 minggu x 6 siklus +
IV hari ke 1 diulang tiap Trastuzumab 4 mg/kh IV
3 minggu x 6 siklus selanjutnya siklus berikutnya 2
mg/kg IV hari ke 1 tiap
KOMBINASI KEMOTERAPI
minggu selama 17 minggu
YANG MENGANDUNG
dilanjutkan 6 mg/kg tiap 3
TRASTUZUMAB
minggu untuk melengkapi
1). TCH : Docetaxel 75 mg/m2
selama 1 tahun. Catatan :
IV hari ke 1 + Carboplatin AUC
dexamethasone 4 mg 2x1
6 IV hari ke 1 tiap 3 minggu x 6
selama 3 hari dimulai sehari
siklus + Trastuzumab 4 mg/kh
sebelum kemoterapi docetaxel
IV selanjutnya siklus berikutnya
dan monitoring kardiak pada
2 mg/kg IV hari ke 1 tiap
wal, bulan ke 3, ke 6, dan ke 9.
minggu selama 17 minggu
2). AC dilanjutkan Paclitaxel +
dilanjutkan 6 mg/kg tiap 3
TRrastuzumab: Doxorubicin
minggu untuk melengkapi
60 mg/m2 IV harike 1 +
selama 1 tahun. Catatan :
siklofosfamid 600mg/m2 IV
dexamethasone 4 mg 2x1 selama
hari ke 1 tiap 3 minggu x 4
3 hari dimulai sehari sebelum
siklus dilanjutkan Paclitaxel 80
kemoterapi docetaxel dan
mg/m2 weekly x 12 +
monitoring kardiak pada wal,
Trastuzumab 4 mg/kg IV
bulan ke 3, ke 6, dan ke 9.
dilanjutkan setiap 2 mg/kg IV
2). AC dilanjutkan Paclitaxel +
sampai 1 tahun. Catatan
TRrastuzumab: Doxorubicin 60
premedikasi paclitaxel adalah
mg/m2 IV harike 1 +
dexamethasone 20 mg IV +
siklofosfamid 600mg/m2 IV hari
ranitidin 50 mg IV +
ke 1 tiap 3 minggu x 4 siklus
difenhidramin 10 mg IV dan
dilanjutkan Paclitaxel 80 mg/m2
monitoring kardiak pada awal,
weekly x 12 + Trastuzumab 4
bulan ke 3, ke6, k3 9.
mg/kg IV dilanjutkan setiap 2
Hormonal + : ER +/RP +
mg/kg IV sampai 1 tahun.
5. Premenopausal :
Catatan premedikasi paclitaxel

93
adalah dexamethasone 20 mg IV - Tamoxifen 20 mg
+ ranitidin 50 mg IV + 1x1/hari +/- Goserelin
difenhidramin 10 mg IV dan 3.6 mg SC 1x1/ bulan
monitoring kardiak pada awal, deberikan selama 5
bulan ke 3, ke6, k3 9. tahun

6. Postmenopausal :

- Letrozol 2.5 mg
1x1/hari atau
Hormonal + : ER +/RP +
- Anastrozol 1 mg
3. Premenopausal :
1x1/hari atau
- Tamoxifen 20 mg
- Exemestan 25 mg
1x1/hari +/- Goserelin
1x1/hariatau
3.6 mg SC 1x1/ bulan
deberikan selama 5 tahun - Tamoxifen 20 mg

4. Postmenopausal : - diberikan selama 5


tahun
- Letrozol 2.5 mg 1x1/hari
atau pemberian kemoterapi sesuai
dengan protokol
- Anastrozol 1 mg 1x1/hari
PASCA KEMOTERAPI:
atau
- Metoklopramid/
- Exemestan 25 mg Ondanstron +/-
1x1/hariatau dexamethasone peroral
selama 5 hari
- Tamoxifen 20 mg

- diberikan selama 5 tahun

pemberian kemoterapi sesuai


dengan protokol
PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca

94
samping kemoterapi kemoterapi.
Contoh
- Menjelaskan
demam dan
pengendalian pencegahan
diare
dan penyembuhan efek
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu

95
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap selama 2 - Rawat Jalan


perawatan hari

- Kontrol 1 mnggu
kemudn

CLINICAL PATHWAY KANKER ICD 10 : C11


NASOFORING (KNF) METASTASIS NAMA PASIEN :
Ecpected Length of Stay : 17 hari NO MR :

JENIS HARI 1 HARI 2-9 HARI 17


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis gannguan KEMOTERAPI PASCA
Penilaian hidung,telinga, dan SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal nervus kranialis. TARGET KNF METASTSIS SITOSTATIK DAN
 Anamnesis ulang TERAPI TARGET
 Pemeriksaan fisik KGB
KNF METASTSIS
 Pemeriksaan fisik

96
 Pemeriksaan tinggi ulang  Anamnesis
badan, berat badan, luas
 Pemeriksaan lokal  Pemeriksaan
permukaan badan (LPB)
ulang fisisk
 Status performans :
 Penilaian ulang hasil-  Pemeriksaan
ECOG 0-2; 3-4
hasil pemeriksaan lokal
 Pemeriksaan lokal : penunjang
KGB, wldeyer’s ring,
 Persetujuan medis
hati, dan limpa
 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 HbSAg, anti HCV total,
lengkap/DPL
anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 HgsAg

 Alkali fosfatase

97
 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi WHO


tipe 1 (keratinizing
squamous carsinoma),2
(differentiated
carsinoma),
3(undifferentiated
PREMEDIKASI Lihat jumlah
carsinoma)
- Ondancentron 8 mg leukosit pasca
Treatment/ - Data imunohistokimia IV ;I amp @ 8 mg kemoterapi, bila
medikasi (IHK) panel payudara: menurun<1000/Ul
- Dexamethasone 10 mg
ER-/PR-HER2- pertimbangkan
IV 2 amp @ 5 mg
pemberian G-CSF
- Data staging klinik (tergantung regimen
kemoterapi)
- CXR /MRI+/-
- Ranitidine 1 ampl IV
- CXR/CT- scan thoraks;
@ 50mg

- USG/CT/MRI abdomen: - Difenhidramin 1 amp

- CT/MRI brain (jika @ 10 mg

ditemukan gejala dan KEMOTERAPI


tanda neurologi); SITOSTATIKA +/- TERAPI

- bone scan TARGET-> -


Regimen diberikan sesuai
- PET-CT scan (jika pilihan
fasilitas tersedia) - Cisplatin 100mg/m2
hari ke 1 + 5 FU 1000

PREMEDIKASI mg/m2 hari ke 1


sampai ke 5
- Ondansentron 8 mg IV: I
ampul @8 mg - Cisplatin 75 mg/m2
hari ke1 + Docetaxel
- Dexametason 10 mg IV:2
75 mg/m2 hari ke 1 + 5
ampul @ 5 mg
FU 1000 mg/m2 hari

98
(tergantung regiment ke 1 sd ke 4
kemoterapi)
- Cisplatin 75 mg/m2
- Ranitidin 1 ampul IV hari ke1 +docetaxel 75
@ 50 mg mg/m2 hari ke 1

- Diphenhidramin 1 ampul - Cisplatin 75 mg/m2


@ 10 mg hari ke1 + paclitaxel
175 mg/m2 hari ke 1
KEMOTERAPI
SITOSTATIKA+/- TERAPI - Cisplatin 70 mg/m2
TARGET -> hari ke1 +Gembisitbine
Regimen diberikan sesuai 1000 mg/m2 hari ke
pilihan : 1,8,15
- Cisplatin 100mg/m2 hari
 Catatan :
ke 1 + 5 FU 1000 mg/m2
apabilanfungsi ginjal
hari ke 1 sampai ke 5
tidak memenuhi
- Cisplatin 75 mg/m2 hari persyaratan cisplatin
ke1 + Docetaxel 75 boleh diganti dengan
mg/m2 hari ke 1 + 5 FU carboplatin AUC 5-
1000 mg/m2 hari ke 1 sd 6X(25+GFR)
ke 4
 Kemoterapi diulang
- Cisplatin 75 mg/m2 hari setiap 3 minggu x 6
ke1 +docetaxel 75 siklus
mg/m2 hari ke 1
 Pemberian kemoterapi
- Cisplatin 75 mg/m2 hari sesuai protokol.
ke1 + paclitaxel 175
PASCA KEMOTERAPI:
mg/m2 hari ke 1
- Metoklopramid/
- Cisplatin 70 mg/m2 hari Ondanstron +/-
ke1 +Gembisitbine 1000 dexamethasone peroral
mg/m2 hari ke 1,8,15 selama 5 hari

 Catatan : apabilanfungsi
ginjal tidak memenuhi
persyaratan cisplatin
boleh diganti dengan
carboplatin AUC 5-
6X(25+GFR)

 Kemoterapi diulang
setiap 3 minggu x 6
99
siklus

 Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.

PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca
samping kemoterapi
kemoterapi.
- Menjelaskan Contoh
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus

100
berikutnya berikutnnya.

- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap selama 7 - Rawat Jalan


perawatan hari

- Kontrol 1 minggu
kemudian

101
CLINICAL PATHWAY KANKER ICD 10 : C11
NASOFORING (KNF) NON NAMA PASIEN :
METASTASIS : AJUVAN/NEOAJUVAN NO MR :
Ecpected Length of Stay : 17 hari

JENIS HARI 1 HARI 2-9 HARI 17


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis gannguan KEMOTERAPI PASCA
Penilaian hidung,telinga, dan SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal nervus kranialis. TARGET KNF NON SITOSTATIK DAN
METASTASIS : TERAPI TARGET
 Pemeriksaan fisik KGB
AJUVAN/NEOAJUVAN KNF NON
 Pemeriksaan tinggi  Anamnesis ulang METASTASIS :
badan, berat badan, luas AJUVAN/NEOAJU
 Pemeriksaan fisik
permukaan badan (LPB) VAN
ulang
 Status performans :
 Pemeriksaan lokal

102
ECOG 0-2; 3-4 ulang  Anamnesis

 Pemeriksaan lokal :  Penilaian ulang hasil-  Pemeriksaan


KGB, wldeyer’s ring, hasil pemeriksaan fisisk
hati, dan limpa penunjang
 Pemeriksaan
 Persetujuan medis lokal

 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 HbSAg, anti HCV total,
lengkap/DPL
anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 HgsAg

 Alkali fosfatase

 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

103
 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi WHO


tipe 1 (keratinizing
squamous carsinoma),2
(differentiated
carsinoma),
3(undifferentiated PREMEDIKASI
carsinoma) - Ondancentron 8 mg Lihat jumlah
IV ;I amp @ 8 mg leukosit pasca
- Data imunohistokimia
kemoterapi, bila
(IHK) panel payudara: - Dexamethasone 10 mg
Treatment/ menurun<1000/Ul
ER-/PR-HER2- IV 2 amp @ 5 mg
medikasi pertimbangkan
(tergantung regimen
- Data staging klinik pemberian G-CSF
kemoterapi)
- CXR /MRI+/-
- Ranitidine 1 ampl IV

- CXR/CT- scan thoraks; @ 50mg

- USG/CT/MRI abdomen: - Difenhidramin 1 amp


@ 10 mg
- CT/MRI brain (jika
ditemukan gejala dan KEMOTERAPI

tanda neurologi); SITOSTATIKA +/- TERAPI


TARGET-> -
- bone scan Regimen diberikan sesuai
pilihan
- PET-CT scan (jika
fasilitas tersedia) - Cisplatin 40 mg/m2
weekly atau carboplatin
AUC2 X (GFR +25)
PREMEDIKASI bersama sama dengan
- Ondansentron 8 mg IV: I radioterapi dilanjutkan
ampul @8 mg atau didahului
kemoterapi
- Dexametason 10 mg IV:2
ajuvan/neoajuvan
ampul @ 5 mg
(tergantung regiment - Cisplatin 100mg/m2
kemoterapi) hari ke 1 +5 FU 1000
mg/m2 hari ke 2 sd ke
- Ranitidin 1 ampul IV

104
@ 50 mg 5

- Diphenhidramin 1 ampul - Ciplatin 75 mg/m2 hari


@ 10 mg ke 1+ docetaxel 75
mg/m2 hari ke 1 +5 FU
KEMOTERAPI
1000 mg/m2 hari ke1
SITOSTATIKA+/- TERAPI
sd ke 4
TARGET ->
Regimen diberikan sesuai - Cisplatin 75 mg/m2
pilihan : hari ke 1 + docetaxel
- Cisplatin 40 mg/m2 75 mg/m2 hari ke 1
weekly atau carboplatin
- Ciplatin 75 mg/m2 hari
AUC2 X (GFR +25)
ke 1 + paclitaxel 175
bersama sama dengan
mg/m2 hari ke 1
radioterapi dilanjutkan
atau didahului  Catatan :
kemoterapi apabilanfungsi ginjal
ajuvan/neoajuvan tidak memenuhi
persyaratan cisplatin
- Cisplatin 100mg/m2 hari
boleh diganti dengan
ke 1 +5 FU 1000 mg/m2
carboplatin AUC 5-
hari ke 2 sd ke 5
6X(25+GFR)
- Ciplatin 75 mg/m2 hari
 Kemoterapi diulang
ke 1+ docetaxel 75
setiap 3 minggu x 6
mg/m2 hari ke 1 +5 FU
siklus
1000 mg/m2 hari ke1 sd
ke 4  Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.
- Cisplatin 75 mg/m2 hari
ke 1 + docetaxel 75 PASCA KEMOTERAPI:
mg/m2 hari ke 1 - Metoklopramid/
Ondanstron +/-
- Ciplatin 75 mg/m2 hari
dexamethasone peroral
ke 1 + paclitaxel 175
selama 5 hari
mg/m2 hari ke 1

 Catatan : apabilanfungsi
ginjal tidak memenuhi
persyaratan cisplatin
boleh diganti dengan
carboplatin AUC 5-
6X(25+GFR)

105
 Kemoterapi diulang
setiap 3 minggu x 6
siklus

 Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.

PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca
samping kemoterapi
kemoterapi.
- Menjelaskan Contoh
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi

106
akan menjalani siklus
kemoterapi siklus berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap selama 7 - Rawat Jalan


perawatan hari

- Kontrol 1 minggu
kemudian

107
CLINICAL PATHWAY NON-SMALL ICD 10 : C34
CELL LUNG CANCER (NSCLC) NAMA PASIEN :
AJUVAN/NEOAJUVAN/PRIMER NO MR :
(METASTASE)
Ecpected Length of Stay : 10 hari

JENIS HARI 1 HARI 2-3 HARI 10


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis gannguan KEMOTERAPI PASCA
Penilaian hidung,telinga, dan SITOSTATIK DAN TERAPI KEMOTERAPI
Awal nervus kranialis. TARGET NON-SMALL SITOSTATIK DAN
CELL LUNG CANCER TERAPI TARGET
 Pemeriksaan fisik KGB
(NSCLC) NON-SMALL
 Pemeriksaan tinggi AJUVAN/NEOAJUVAN/PRI CELL LUNG
badan, berat badan, luas MER (METASTASE) CANCER
permukaan badan (LPB) (NSCLC)
 Anamnesis ulang AJUVAN/NEOAJU
 Status performans :
VAN/PRIMER
ECOG 0-2; 3-4  Pemeriksaan fisik
(METASTASE)
ulang
 Pemeriksaan lokal :
 Pemeriksaan lokal

108
Paru,efusi pleura, KGB ulang  Anamnesis

 Penilaian ulang hasil-  Pemeriksaan


hasil pemeriksaan fisisk
penunjang
 Pemeriksaan
 Persetujuan medis lokal

 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 HbSAg, anti HCV total,
lengkap/DPL
anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 HgsAg

 Alkali fosfatase

 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

109
 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi

- Data EGFR mutation

- Data ALK PREMEDIKASI


- Ondancentron 8 mg
- Data staging klinik
IV ;I amp @ 8 mg

- CXR /MRI+/- Lihat jumlah


- Dexamethasone 10 mg
leukosit pasca
- CXR/CT- scan thoraks; IV 2 amp @ 5 mg
kemoterapi, bila
(tergantung regimen
Treatment/ menurun<1000/Ul
- USG/CT/MRI abdomen: kemoterapi)
medikasi pertimbangkan
- CT/MRI brain (jika - Ranitidine 1 ampl IV pemberian G-CSF
ditemukan gejala dan @ 50mg
tanda neurologi);
- Difenhidramin 1 amp
- bone scan @ 10 mg

- PET-CT scan (jika KEMOTERAPI


fasilitas tersedia) SITOSTATIKA +/- TERAPI
TARGET-> -
PREMEDIKASI
Regimen diberikan sesuai
- Ondansentron 8 mg IV: I
pilihan :
ampul @8 mg
- Cisplatin 80 mg/m2
- Dexametason 10 mg IV:2 hari ke 1 +e 25-30
ampul @ 5 mg mg/m2 d1+8 vinorelbin
(tergantung regiment every 21 d for 4-6
kemoterapi) cycles. Catatan
vinorelbine
- Ranitidin 1 ampul IV
menggunakan port a
@ 50 mg
cath
- Diphenhidramin 1 ampul
- Cisplatin 75 mg/m2 +
@ 10 mg
docetaxel 75 mg/m2
KEMOTERAPI every 21d x 4-6 cycles.
SITOSTATIKA+/- TERAPI Catatan:
TARGET -> dexamethasone 4 mg
Regimen diberikan sesuai 2x1 sehari sebelum

110
pilihan : kemoterapi, saat hari
- Cisplatin 80 mg/m2 hari kemoterapi, dan sehari
ke 1 +e 25-30 mg/m2 sesudah kemoterapi.
d1+8 vinorelbin every 21
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
d for 4-6 cycles. Catatan
+ gemcitabine 1000
vinorelbine
mg/m2 d1 + 8 + 15
menggunakan port a cath
every 28d x 4-6 cycles
- Cisplatin 75 mg/m2 +
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
docetaxel 75 mg/m2
+ gemcitabine 1250
every 21d x 4-6 cycles.
mg/m2 d1 + 8 +/-
Catatan: dexamethasone
Bevacizumab 7.5
4 mg 2x1 sehari sebelum
mg/kgbb every 21d x
kemoterapi, saat hari
4-6 cycles. Catatan:
kemoterapi, dan sehari
Bevacizumab
sesudah kemoterapi.
digunakan hanya pada
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 + NSCLC metastatis dan
gemcitabine 1000 mg/m2 harus memenuhi
d1 + 8 + 15 every 28d x persyaratan/indikasi.
4-6 cycles
- Cisplatin 80 mg/m2 d1
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 + + Paclitaxel 175 mg/m2
gemcitabine 1250 mg/m2 d1 every 21d x 4-6
d1 + 8 +/- Bevacizumab cycles. Catatan:
7.5 mg/kgbb every 21d x premedikasi paclitaxel
4-6 cycles. Catatan: adalah dexamethasone
Bevacizumab digunakan 20 mg IV diberikan 30
hanya pada NSCLC menit kemoterapi
metastatis dan harus disertai ranitidine 1
memenuhi amp @ 50 mg IV dan
persyaratan/indikasi. difenhidramine 1 amp
@ 10 mg IV
- Cisplatin 80 mg/m2 d1 +
Paclitaxel 175 mg/m2 d1 - Carboplatin AUC6 +
every 21d x 4-6 cycles. paclitaxel 200 mg/m2
Catatan: premedikasi +/- Bevacizumab 7.5
paclitaxel adalah mg/kgbb every 21d x
dexamethasone 20 mg IV 4-6 cycles. Catatan:
diberikan 30 menit Bevacizumab
kemoterapi disertai digunakan hanya pada
ranitidine 1 amp @ 50 NSCLC metasis dan

111
mg IV dan harus memenuhi
difenhidramine 1 amp @ persyaratan/indikasi.
10 mg IV
- Cisplatin 75 mg/m2 +
- Carboplatin AUC6 + pemetrexed 500 mg/m2
paclitaxel 200 mg/m2 +/- every 21d x 4-6 cycles.
Bevacizumab 7.5
- Gefitinib 250 mg 1x1
mg/kgbb every 21d x 4-6
atau Erlotinib 150 mg
cycles. Catatan:
1x1 sampai dengan
Bevacizumab digunakan
progressive disease
hanya pada NSCLC
(jika EGFR mutation +)
metasis dan harus
memenuhi - Crizontinib 250 mg 2x1
persyaratan/indikasi. sampai dengan
progressive disease
- Cisplatin 75 mg/m2 +
(jika anaplastic
pemetrexed 500 mg/m2
lymphoma Kinase/
every 21d x 4-6 cycles.
ALK +)
- Gefitinib 250 mg 1x1
 Pemberian kemoterapi
atau Erlotinib 150 mg
sesuai protokol.
1x1 sampai dengan
progressive disease (jika PASCA KEMOTERAPI:
EGFR mutation +) - Metoklopramid/
Ondanstron +/-
- Crizontinib 250 mg 2x1
dexamethasone peroral
sampai dengan
selama 5 hari
progressive disease (jika
anaplastic lymphoma
Kinase/ ALK +)

 Pemberian kemoterapi
sesuai protokol.

PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari.

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping

112
- Menjelaskan efek sesudah kemoterapi (lambat) obat
samping kemoterapi pasca
kemoterapi.
- Menjelaskan
Contoh
pengendalian pencegahan
demam dan
dan penyembuhan efek
diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal
kemoterapi
kemoterapu siklus
siklus
berikutnya
berikutnya
- Tidak ditemukan atau sesuai
dapat dikendalikannya kondisi
efek samping pasien atau
kemoterapi dirumah penjelasan
tentang
- Kondisi pasien dalam
jadwal
keadaan baik ketika
kemoterapi
akan menjalani
siklus
kemoterapi siklus
berikutnnya.
berikutnya
- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu

113
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap - Rawat Jalan


perawatan
- Kontrol 1 minggu
kemudian

114
CLINICAL PATHWAY ICD 10 : C40-41
OSTEOSARKOMA NAMA PASIEN :
Ecpected Length of Stay : 12 hari NO MR :

JENIS HARI 1 HARI 2-5 HARI 12


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis gannguan KEMOTERAPI  Anamnesis
Penilaian hidung,telinga, dan SITOSTATIK DAN TERAPI
 Pemeriksaan
Awal nervus kranialis. TARGET
fisisk
OSTEOSARKOMA
 Pemeriksaan fisik KGB
AJUVAN/NEOAJUVAN  Pemeriksaan
 Pemeriksaan tinggi METASTASIS lokal
badan, berat badan, luas  Anamnesis ulang
permukaan badan
 Pemeriksaan fisik
(LPB),tulang dan paru
ulang
 Status performans :
 Pemeriksaan lokal
ECOG 0-2; 3-4
ulang

Investigation  Data histopatologi  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 Data staging klinik
lengkap/DPL
- CXR /MRI+/-

- CXR/CT- scan thoraks;

- USG/CT/MRI abdomen:

- CT/MRI brain (jika


ditemukan gejala dan

115
tanda neurologi);  Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
- bone scan
dengan standar
 DPL prosedur opersional
(SPO)
 HbSAg, anti HCV total,
anti HIV  Pemasangan akses
intravena
 LFT lengkap
 Pemberian premedikasi
 Renal function (CCT)
 Pembeian kemoterapi
 Gula darah sewaktu
Treatment/  Pematuan efek samping
medikasi  Asam urat  Sesuai
obat kemoterapi selama
pemberian dengan resep
 LDH
obat
 HgsAg  Penanganan efek
kemoterapi
sasamping yang
siklus
 Alkali fosfatase ditimbulkan
berikutnya,
 Pemeriksaan obat di rumah temuan
laboratorium kehamilan  Metoclopramide/ondan klinik dan
pada wanita usia subur centron/+/- laboratorium

 dexamethasone
EKG, Ekokardiogram  Lihat jumlah

 Obat nyeri jika ada leukosit


PREMEDIKASI
nyeri pasca
- Ondansentron 8 mg IV: I
kemoterapi,
ampul @8 mg
bila menurun
- Dexametason 10 mg IV:2
<1500/Ul
ampul @ 5 mg
pertimbangka
(tergantung regiment
n pemberian
kemoterapi)
G-CSF
- Ranitidin 1 ampul IV
@ 50 mg

- Diphenhidramin 1 ampul
@ 10 mg

KEMOTERAPI
SITOSTATIKA+/- TERAPI
TARGET ->
Regimen diberikan sesuai

116
pilihan :
- Cisplatin 100 mg/m2 IV
hari ke 1 + doxorubicin
25 mg/m2 IV hari ke 1 sd
ke 3

- Gemcitabine 675-900
mg/m2 IV hri ke1 dan ke
8 + docetaxel 100 mg/m2
hari ke 8 (catatan
dexamethasone 4 mg 2x1
sehari sebelum,hari saat
dan sehari setelah
kemoterapi docetaxel)

- Obat nyeri jika ada nyeri

PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca
samping kemoterapi
kemoterapi.
- Menjelaskan Contoh
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk
penjadwalan
- Penjadwalan jadwal

117
kemoterapu siklus kemoterapi
berikutnya siklus
berikutnya
- Tidak ditemukan atau
sesuai
dapat dikendalikannya
kondisi
efek samping
pasien atau
kemoterapi dirumah
penjelasan
- Kondisi pasien dalam tentang
keadaan baik ketika jadwal
akan menjalani kemoterapi
kemoterapi siklus siklus
berikutnya berikutnnya.

- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap selama 7 - Rawat Jalan


perawatan hari

- Kontrol 1 minggu

118
kemudian

CLINICAL PATHW AY ICD 10 : C49


SOFT TISSUE SARKOMA NAMA PASIEN :
AJUVAN/NEOAJUVAN PRIMER NO MR :
(METASTSE)
Ecpected Length of Stay : 10 hari

JENIS HARI 1 HARI 2-3 HARI 10


AKIFITAS/ TANGGAL…… TANGGAL……. TANGGAL……
TINDAKAN
Assessment/  Anamnesis gannguan KEMOTERAPI PASCA
Penilaian hidung,telinga, dan SITOSTATIK SOFT KEMOTERAPI
Awal nervus kranialis. TISSUE SARKOMA SITOSTATIK
AJUVAN/NEOAJUVAN SOFT TISSUE
 Pemeriksaan fisik
PRIMER (METASTASE) SARKOMA
 Pemeriksaan tinggi Anamnesis ulang AJUVAN/NEOAJU
badan, berat badan, luas  Pemeriksaan fisik VAN PRIMER
permukaan badan (LPB) ulang (METASTASE)
 Anamnesis
 Status performans :  Pemeriksaan lokal
ECOG 0-2; 3-4 ulang  Pemeriksaan
fisisk
 Pemeriksaan lokal : hati,  Penilaian ulang hasil-
dan paru hasil pemeriksaan  Pemeriksaan
penunjang lokal

 Persetujuan medis

 Pencampuran obat
kemoterapi sesuai
dengan standar
prosedur
opersional(SPO)

 Pemberian premedikasi

119
sesuai protokol

 Pemberian kemoterapi :
sesuai protokol

 Pemantaun efek
samping obat
kemoterapi selama
pemberian

 Penanganan efek
samping yang timbul

Investigation  DPL  Pemeriksaan darah  Pemeriksaan


/Pemeriksaan perifer lengkap/DPL darah perifer
 HbSAg, anti HCV total,
lengkap/DPL
anti HIV

 LFT lengkap

 Renal function (CCT)

 Gula darah sewaktu

 Asam urat

 LDH

 HgsAg

 Alkali fosfatase

 Pemeriksaan
laboratorium kehamilan
pada wanita usia subur

 EKG, Ekokardiogram

 Evaluasi data hasil


pemeriksaan pra terapi
yang sudah dikerjakan :

- Data histopatologi WHO


tipe 1 (keratinizing
squamous carsinoma),2
(differentiated
carsinoma), Lihat jumlah
3(undifferentiated leukosit pasca

120
Treatment/ carsinoma) PREMEDIKASI kemoterapi, bila
medikasi - Ondancentron 8 mg menurun<1000/Ul
- Data imunohistokimia
IV ;I amp @ 8 mg pertimbangkan
(IHK) panel payudara:
pemberian G-CSF
ER-/PR-HER2- - Dexamethasone 10 mg
IV 2 amp @ 5 mg
- Data staging klinik
(tergantung regimen
- CXR /MRI+/- kemoterapi)

- CXR/CT- scan thoraks; - Ranitidine 1 ampl IV


@ 50mg
- USG/CT/MRI abdomen:
- Difenhidramin 1 amp
- CT/MRI brain (jika
@ 10 mg
ditemukan gejala dan
tanda neurologi); KEMOTERAPI
SITOSTATIKA +/- TERAPI
- bone scan
TARGET-> -

- PET-CT scan (jika Regimen diberikan sesuai

fasilitas tersedia) pilihan


- Doxorubicin 50
mg/m2IV hari ke 1 +
PREMEDIKASI
ifosfamide 5000
- Ondansentron 8 mg IV: I
mg/m2 hari ke 1 IV
ampul @8 mg
hari ke 1 + mesna 5000

- Dexametason 10 mg IV:2 mg/m2 IV hari ke 1

ampul @ 5 mg
- Gemcitabine 675-900
(tergantung regiment
mg/m2 IV hari ke 1 dan
kemoterapi)
ke 8 + docetaxel 100

- Ranitidin 1 ampul IV mg/m2 IV hari ke 8

@ 50 mg (catatan :
dexamethasone 4 mg
- Diphenhidramin 1 ampul
2x1 sehari sebelum,
@ 10 mg harinsaat dan sehari

KEMOTERAPI setelah kemoterapi

SITOSTATIKA+/- TERAPI docetaxel)

TARGET ->
- Pemebrian kemoterapi
Regimen diberikan sesuai
sesuai dengan protokol
pilihan :
- Doxorubicin 50 PASCA KEMOTERAPI:

mg/m2IV hari ke 1 + - Metoklopramid/


Ondanstron +/-
121
ifosfamide 5000 mg/m2 dexamethasone peroral
hari ke 1 IV hari ke 1 + selama 5 hari
mesna 5000 mg/m2 IV
hari ke 1

- Gemcitabine 675-900
mg/m2 IV hari ke 1 dan
ke 8 + docetaxel 100
mg/m2 IV hari ke 8
(catatan : dexamethasone
4 mg 2x1 sehari sebelum,
harinsaat dan sehari
setelah kemoterapi
docetaxel)

- Pemebrian kemoterapi
sesuai dengan protokol

PASCA KEMOTERAPI:
- Metoklopramid/
Ondanstron +/-
dexamethasone peroral
selama 5 hari

Diet Diet biasa Diet biasa Diet biasa


Penyuluhan - Menjelaskan manfaat - Pemantauan efek - Pemantauan
kemoterapi samping selama dan efek samping
sesudah kemoterapi (lambat) obat
- Menjelaskan efek
pasca
samping kemoterapi
kemoterapi.
- Menjelaskan Contoh
pengendalian pencegahan demam dan
dan penyembuhan efek diare
samping kemoterapi.

- Menjelaskan jadwal
pemberian kemoterapi.

Rujuk/
Konsultasi
Outcome - Penjadwalan kemoterapi - Pemantuan efek - Nasehat
siklus yang akan sampingdan cara untuk kontrol
berlangsung dan mengatasinya dan kembali
berikutnya tindak lanjut dirumah untuk

122
- Penjadwalan jadwal penjadwalan
kemoterapu siklus kemoterapi
berikutnya siklus
berikutnya
- Tidak ditemukan atau
sesuai
dapat dikendalikannya
kondisi
efek samping
pasien atau
kemoterapi dirumah
penjelasan
- Kondisi pasien dalam tentang
keadaan baik ketika jadwal
akan menjalani kemoterapi
kemoterapi siklus siklus
berikutnya berikutnnya.

- Pemeriksaan
darah perifer
lengkap/DPL
2 minggu
pasca
kemoterapi.
Bila leukosit
turun, kontrol
kepoliklinik.
Bila normal
>=4000/ul
tidak perlu
kontrol.

- Tidak
ditemukan
efek samping
pada pasien
atau efek
samping
yang timbul
bisa
dikontrol

Rencana - Rawat jalan - Rawat inap - Rawat Jalan


perawatan
- Kontrol 1 minggu

123
kemudian

124

You might also like