You are on page 1of 9

Pentingnya Kebijakan Dalam Mendukung Upaya

Peningkatan Cakupan Pemberian ASI (Studi


Kasus di Kabupaten X, Maluku Utara)
Pentingnya Kebijakan Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI
(Studi Kasus di Kabupaten X, Maluku Utara)

Pengantar

Masalah gizi buruk masih merupakan masalah besar di Kabupaten X di Provinsi Maluku Utara.
Pada tahun 2011, di Kabupaten tersebut ditemukan ada 49 balita gizi buruk. Selama Januari-
Juni 2012 sudah ditemukan 30 kasus. Dinas Kesehatan mempunyai program pemulihan gizi
buruk.
Pemberian ASI untuk anak umur 0-2 tahun (baduta), termasuk ASI eksklusif untuk bayi umur 0-6
bulan, merupakan bagian dari standar emas makanan bayi yang dapat meningkatkan status gizi
baduta. Belum diketahui data pasti mengenai cakupan pemberian ASI di Kabupaten X untuk
baduta. Namun dari hasil konseling yang dilakukan oleh para peserta pelatihan penyegaran
materi Pemberian Makan bagi Bayi dan Anak (PMBA) diketahui bahwa belum semua ibu
melakukan perilaku pemberian ASI, termasuk ASI eksklusif. Para peserta pelatihan tersebut
terdiri dari sembilan orang bidan desa, seorang staf bagian pelayanan kesehatan (Yankes) Dinas
Kesehatan Kabupaten X, dan dua orang staf LSM yang peduli anak.
Dari hasil pemicuan yang dilakukan oleh para peserta pelatihan di salah satu desa, diketahui
bahwa iklan susu formula cukup memengaruhi keputusan pemberian makan pada bayi. Hampir
sebagian masyarakat, termasuk kepala desa, meyakini bahwa pemberian susu formula lebih
bagus daripada ASI. Anggapan tersebut muncul karena mereka melihat visualisasi dalam iklan
susu formula yang menampilkan anak yang sehat, ceria, dan pintar. Setelah dilakukan pemicuan
selama hampir dua jam, para peserta pemicuan yang terdiri dari kepala desa beserta beberapa
stafnya, kader posyandu, beberapa ibu baduta dan suaminya mempunyai pemahaman bahwa
ASI yang terbaik untuk anak, bukan susu formula. Bahkan semua peserta pemicuan membuat
rencana aksi masing-masing sesuai kapasitas mereka. Kepala desa dan para kader posyandu
akan mempromosikan pemberian ASI di dalam pertemuan-pertemuan di desa dan di posyandu.
Para ibu baduta akan membagikan informasi kepada ibu-ibu baduta lain di sekitarnya.
Perbaikan gizi ibu hamil, menyusui, dan balita memang menjadi salah satu perhatian
pemerintah Kabupaten X yang dicantumkan ke dalam RPJMD tahun 2011-2015. Terkait dengan
kesehatan, isu strategis yang menjadi fokus pemerintah Kabupaten X adalah belum optimalnya
layanan kesehatan. Semestinya pemberian ASI juga menjadi perhatian khusus pemerintah
Kabupaten X.
Belum adanya pemahaman yang sama mengenai pentingnya pemberian ASI di antara para
pemangku kepentingan (stakeholder), masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya serta
maraknya promosi susu formula oleh distributor dan tenaga kesehatan dapat diperbaiki, antara
lain dengan kebijakan dan penegakan kebijakan yang mendukung pemberian ASI. Hal serupa
sudah diterapkan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pada tahun 2008, Kabupaten Klaten
mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No 7/2008 yang mendukung Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan ASI Eksklusif. Klaten menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang mempunyai
perda tersebut. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Klaten meningkat sejak tahun 2007 sampai
dengan 2010, yaitu berturut-turut sebesar 22,7%, 43,4%, 60,2%, 73,06% (dikutip dari presentasi
Dr. Limawan yang dimuat di laman Direktorat Gizi Kemenkes). Kunci keberhasilan Kabupaten
Klaten adalah adanya komitmen dari tenaga kesehatan dan organisasi profesi, dukungan
eksekutif dan legislatif, adanya penggerak program, dan adanya upaya keberlangsungan
program. Pemberian penghargaan dan sanksi terhadap layanan kesehatan yang mendukung
dan tidak mendukung pemberian ASI juga diatur dengan peraturan Bupati.

Dua Kubu yang Berseberangan


Seperti proses advokasi pada umumnya, dalam proses advokasi pemberian ASI di Kabupaten X
juga dapat diidentifikasi adanya dua kubu seperti yang dapat dilihat berikut ini:

Gambar 1. Komunitas Kebijakan: Program Pemberian ASI (studi kasus di sebuah kabupaten
di Malut). Dua kubu dengan stakeholder masing-masing

Penjelasan mengenai interest para stakeholder dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pendukung versus Penentang Kebijakan Pemberian ASI

Stakeholder Status Penjelasan


Bupati Netral - Belum menyadari manfaat pemberian ASI dan bahaya
pemberian susu formula pada bayi di bawah umur dua tahun
(baduta)
- Dari hasil diskusi informal dengan Bupati, diketahui
bahwa Bupati tidak menentang upaya peningkatan
pemberian ASI namun menganggap urusan lain lebih penting
- Belum menyadari peran bupati dalam peningkatan
cakupan pemberian ASI
Kepala Dinas Pendukung - Selama ini kepala dinas kesehatan mempunyai
Kesehatan perhatian terhadap pentingnya pemberian ASI dan
mempunyai keprihatinan atas maraknya penjualan susu
formula oleh distributor susu formula. Namun karena belum
mengetahui bahwa ada pihak-pihak lain yang juga
mendukung upaya pemberian ASI, kepala dinkes belum
melakukan suatu gerakan yang kuat
- Kepala dinkes dan jajarannya belum mempunyai
pengetahuan yang memadai mengenai program-program
dan peraturan pemerintah (termasuk peraturan dari
Kemenkes) yang dapat dijalankan untuk meningkatkan
kesehatan anak melalui pemberian ASI
DPRD Tingkat II Netral - Belum menyadari manfaat pemberian ASI dan bahaya
pemberian susu formula pada bayi di bawah umur dua tahun
(baduta)
- Belum menyadari peran DPRD dalam peningkatan
cakupan pemberian ASI
Distributor Susu Penentang Mempunyai kepentingan bisnis yang hanya berorientasi pada
Formula perolehan laba (profit oriented)
LSM yang peduli anak Pendukung - Mempunyai pengetahuan, kemampuan dan visi untuk
mendukung terwujudnya kesejahteraan anak, antara lain
melalui program pemberian makan bayi dan anak (PMBA).
Program PMBA adalah sebuah program yang dikembangkan
oleh Kemenkes dan UNICEF untuk mengejar pertumbuhan
kesehatan dan otak bayi di bawah umur 2 tahun (baduta).
- Sedang mengupayakan bantuan donor untuk penerapan
program PMBA
Nakes (bidan, dokter) Pendukung Mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran
Pro Pemberian ASI untuk mendukung pemberian ASI
Nakes (bidan, dokter) Penentang - Ada nakes yang sebenarnya mempunyai pengetahuan
Pro Pemberian susu tentang pentingnya pemberian ASI, namun tidak
formula menerapkannya. Ada beberapa kemungkinannya, misalnya
karena promosi pemberian ASI tidak mempunyai keuntungan
ekonomi kepada diri mereka sedangkan promosi susu
formula bisa mendatangkan keuntungan ekonomi, seperti:
bonus-bonus yang diberikan oleh distributor susu formula
- Ada nakes yang memang belum mempunyai
pengetahuan yang lengkap mengenai pentingnya pemberian
ASI dan bahaya pemberian susu formula.
Yankes (puskesmas, Pendukung - Mempunyai visi untuk mendukung kesehatan ibu dan
rumah sakit, klinik anak
bersalin) Pro - Mempunyai nakes yang mempunyai pengetahuan,
pemberian ASI keterampilan, dan kesadaran untuk mendukung pemberian
ASI
- Menyediakan sarana kesehatan yang mendukung
pemberian ASI, misalnya adanya rawat gabung dan
menyediakan konseling menyusui
Yankes (puskesmas, Penentang - Kemungkinan ada pelayanan kesehatan yang menjalin
rumah sakit, klinik kerja sama dengan distributor susu formula. Kerja sama
bersalin) Pro tersebut dianggap mendatangkan keuntungan ekonomis bagi
pemberian susu mereka.
formula - Adanya anggapan bahwa bila mendukung pemberian
ASI akan memerlukan banyak sumber daya, seperti: waktu
yang lebih lama karena setelah melahirkan bidan
mendampingi Inisiasi Menyusu Dini (IMD), perlu
menyediakan ruang rawat gabung, perlu menyediakan
konseling menyusui
Pengelola ruang Penentang - Belum mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang
publik pentingnya pemberian ASI
- Menganggap bahwa menyediakan ruang publik yang
mendukung pemberian ASI adalah merepotkan dan bukan
merupakan tugas mereka
Manajemen tempat Penentang - Belum mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang
kerja pentingnya pemberian ASI
- Menganggap bahwa mengijinkan karyawannya untuk
memerah ASI dan menyediakan ruang memerah ASI adalah
merepotkan dan bukan merupakan tugas mereka
Retailer/toko penjual Penentang Mempunyai kepentingan bisnis yang hanya berorientasi pada
susu formula perolehan laba (profit oriented)
Dinas terkait lainnya Netral - Kemungkinan besar ada yang sudah mengetahui
(misalnya: PP & PA) manfaat pemberian ASI, terutama Dinas PP & PA, karena
Kemeneg PP & PA, Kemenkes, dan Menakertrans
mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk
mendukung upaya pemberian ASI.
- Belum menyadari peran DPRD dalam peningkatan
cakupan pemberian ASI
Kepala Desa Netral - Ada satu orang kepala desa yang sudah mempunyai
pemahaman mengenai pentingnya pemberian ASI sehingga
dia membuat rencana aksi untuk mensosialisasikannya di
dalam pertemuan-pertemuan desa
- Masih banyak kepala desa yang belum mempunyai
pemahaman mengenai pentingnya pemberian ASI
Tokoh agama Netral Sebagian besar tokoh agama kemungkinan belum
mempunyai pemahaman mengenai pentingnya pemberian
ASI sehingga belum ada upaya untuk mendukungnya.
Kader Posyandu Pendukung - Mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang
pentingnya pemberian ASI
- Belum mempunyai keterampilan yang memadai untuk
menjadi konselor PMBA di masyarakat
Keluarga Netral Sebagian besar belum mempunyai pengetahuan dan
kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI
Ibu baduta & ibu Netral Sebagian besar belum mempunyai pengetahuan, ketrampilan
hamil dan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI

Saat ini kekuatan kelompok penentang memang masih lebih besar daripada kelompok
pendukung. Hal tersebut bisa dilihat dari skor yang ada di Tabel 2.

Tabel 2. Skor dalam Kebijakan Pemberian ASI


No Stakeholder Pendukung Netral Penentang
1 Bupati 1
2 Kepala 4
Dinas Kesehatan
3 DPRD Tingkat II 1
4 Distributor Susu Formula 5
5 LSM yang peduli anak 4
6 Nakes (bidan, dokter) Pro Pemberian ASI 4
7 Nakes (bidan, dokter) Pro Pemberian susu formula 4
8 Yankes Pro Pemberian ASI 4
9 Yankes Pro Pemberian susu formula 4
10 Pengelola ruang public 3
11 Manajemen tempat kerja 3
12 Retailer/toko penjual susu formula 4
13 Dinas terkait lainnya (misalnya: PP & PA) 1
14 Kepala Desa 1
15 Tokoh agama 1
16 Kader Posyandu 3
17 Keluarga 1
18 Ibu baduta & ibu hamil 1
Total 19 7 23
Keterangan: Skor 1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar

Berdasarkan pertimbangan pentingnya (importance) dan pengaruh (influence) dapat dibuat


diagram matriks Importance & Influence seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Matriks ini
mengacu dari tools yang digunakan oleh World Health Organization (WHO) dalam modul Health
Service Planning and Policy Making.
Gambar 2. Matriks Diagram Importance & Influence

Lebih besarnya kekuatan kubu penentang pemberian ASI menunjukkan perlu ada upaya yang
dapat memperkuat kubu pendukung. Masih ada peluang untuk menarik kelompok yang netral
masuk menjadi kubu pendukung. Stakeholder yang bisa menjadi sasaran advokasi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. StakeholderYang Dipandang Bisa Diusulkan Menjadi Sasaran Advokasi Yang


Memperkuat Kubu Pendukung

Stakeholder Penekanan Dalam Advokasi


Bupati Walaupun saat ini belum menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap
upaya peningkatan pemberian ASI, namun ada peluang untuk mendapatkan
dukungan dari Bupati. Salah satu caranya adalah dengan pendekatan melalui
istri Bupati. Bupati diharapkan dapat mendukung adanya peraturan daerah
yang mendukung pemberian ASI.
DPRD Saat ini belum diketahui bagaimana sikap mereka terhadap pemberian ASI.
Dalam pengalaman sebelumnya saat sebuah LSM peduli anak mengadvokasi
DPRD tentang perlunya dukungan stakeholder pada posyandu, DPRD mengaku
baru mengetahui bahwa posyandu merupakan tanggung jawab bersama,
bukan hanya merupakan tanggung jawab Dinkes. Saat itu DPRD bersedia
untuk mengundang pihak-pihak terkait lainnya dalam sesi hearing mengenai
dukungan pada posyandu. Diharapkan hal tersebut juga terjadi dalam
peningkatan upaya pemberian ASI.
Kepala Dinas Seminggu setelah dilakukan diskusi informal antara LSM peduli anak dengan
Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan mengenai pentingnya meningkatkan upaya
jajarannya pemberian ASI, Kadinkes membuat dan mendistribusikan surat edaran kepada
seluruh pelayanan kesehatan. Isi surat tersebut adalah menghimbau semua
yankes untuk mendukung pemberian ASI. Surat ditembuskan kepada
Gubernur dan Dinkes Provinsi Maluku Utara. Dinkes, sebagai stakeholder yang
mempunyai perhatian besar dan mempunyai kompetensi di bidang kesehatan
ibu dan anak perlu didorong supaya dapat melakukan advokasi
kepada stakeholder terkait lainnya untuk menghasilkan Perda Pemberian ASI
dan mengawasi pelaksanaan Perda tersebut.
LSM yang Bisa diperkuat perannya untuk mendampingi pemerintah dan masyarakat
peduli anak dalam penerapan program yang sudah ada, serta mengawal penyusunan
kebijakan yang diperlukan dan penerapannya.
Dinas terkait Bisa menjadi fokus, terutama untuk Dinas PP & PA, supaya dapat berperan
lainnya bersama dengan Dinas Kesehatan.
(misalnya: PP &
PA)
Kepala Desa dan Bisa menjadi fokus penguatan untuk mendukung ibu hamil, ibu baduta, dan
tokoh agama keluarganya supaya dapat memberikan ASI kepada anak mereka.
Keluarga Bisa menjadi sasaran promosi kesehatan tentang pemberian ASI sehingga
keluarga dapat mendukung ibu hamil dan ibu baduta dalam mengupayakan
pemberian ASI.
Ibu baduta dan Bisa menjadi sasaran promosi kesehatan tentang pemberian ASI sehingga bila
ibu hamil mereka berhasil menerapkan dapat menjadi contoh bagi ibu baduta dan ibu
hamil lainnya
Kader Posyandu Bisa menjadi ujung tombak dari program PMBA yang berbasis masyarakat

You might also like