You are on page 1of 25

BAB II

SELEKSI DAN URAIAN PROSES

II.1 Macam-Macam Proses Pembuatan Sorbitol


Sorbitol dapat dibuat dari berbagai jenis bahan baku, dengan kondisi operasi serta
konversi yang berbeda. Sorbitol dapat diproduksi dengan dua macam cara yaitu:
1. Reduksi elektrolitik
2. Hidrogenasi katalitik.
(Marques, 2016)
II.1.1 Reduksi Elektrolitik
Industri sorbitol pertama kali dibangun pada tahun 1937 dengan menggunakan proses reduksi
elektrolitik. Reduksi elektrolitik terdiri dari 2 tahap. Pertama, formasi atom hidrogen dengan cara
(a) pelepasan langsung ion hidrogen atau (b) interaksi beberapa kation yang terlepas dengan
larutan ; dan kedua, interaksi hidrogen aktif dengan substansi elektroaktif. Pada proses reduksi
elektrolitik, larutan D-glukosa (dekstrosa), air, sodium sulphate (Na2SO4), dan sodium
hyrodroxide (NaOH), dicampur dalam dissolving tank dan diaduk dengan menggunakan agitator.
Sodium sulphate (Na2SO4), yang bersifat netral digunakan agar proses elektrolisis berjalan terus
menerus. Sodium hyrodroxide (NaOH), merupakan larutan elektrolit dengan sifat basa digunakan
agar terjadi proses elektrolisis dan sifat basa dapat meningkatkan yield dari proses elektrolisis.
Sifat basa dibutuhkan karena, bedasarkan eksperimen, jika proses reduksi elektrolisis pada
catholyte bersifat asam, maka prosesnya akan berjalan lambat, bahkan dengan beberapa larutan
gula tertentu, tidak akan berjalan. Setelah itu, campuran tersebut di elektrolisis pada cell. Dalam
proses elektrolis pada cell, digunakan amalgamated lead sebagai katoda, lead sebagai anoda dan
alundum sebagai diaphragm. Katoda berfugsi sebagai tempat terjadinya proses reduksi dari
larutan gula. Amalgamated lead digunakan sebagai katoda karena tidak mahal, mudah didapat
dan efektif untuk melakukan proses reduksi. Lead digunakan sebagai anoda untuk menghindari
oksidasi dari produk reduksi serta bedasarkan eksperimen, sejauh ini anoda dari lead
menghasilkan yield yang paling banyak dibandingkan dengan material yang lain. Bahan alundum
digunakan sebagai diaphragm karena yang sifatnya tahan terhadap kondisi asam dan basa.
Diaphragm dengan sifat low permeability digunakan untuk mencegah larutan gula dan produk
reduksi terdifusi ke bagian anoda dari cell sehingga yield yang dihasilkan dapat lebih banyak.
Diaphgram diposisikan mengelilingi anoda agar produk reduksi elektrolisis tidak berdifusi
menuju anoda. Gambar dibawah merupakan diagram cell secara melintang dengan bagian kotak
yang diarsir merupakan diaphragm yang terbuat dari alundum.

anolyte

catholyte

Gambar 1.1 Diagram cell

Agar proses reduksi elektrolitik berjalan, dibutuhkan supply arus listrik. Listrik di-supply
dari generator eksternal dengan spesifikasi ampere dan volt yang berbeda-beda tergantung dari
spesifikasi cell dan kapasitas produk yang diinginkan. Suhu operasi dijaga pada temperatur 23-
25℃ untuk mendapatkan yield yang optimal. Jika lebih dari suhu tersebut, maka yield akan
turun. Penurunan yield ini diakibatkan oleh sifat destruktif alkali pada produk reduksi elektrolisis
karena peningkatan suhu. Untuk menjaga temperatur dari proses elektrolisis tersebut, temperatur
dari catholyte dijaga dengan cooling water pada double-walled counter current cooling coil yang
bersirkulasi dalam sel. Proses reduksi elektrolisis membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam.
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis adalah:
Reaksi pada katoda amalgam:
2𝑁𝑎𝐻𝑔 + 2𝐻2 O → 2𝑁𝑎𝑂𝐻 + 2𝐻𝑔 + 𝐻2 (1)
Hidrogen yang berada pada katoda amalgam akan mereduksi dekstrosa menjadi sorbitol
Reaksi pada catholyte:
𝐶6 𝐻12 𝑂6 + 𝐻2 → 𝐶6 𝐻14 𝑂6 (2)
Untuk yield yang dihasilkan, berikut hasil perbandingan antara elektrolisis tanpa diaphragm serta
dengan diaphragm.
Tabel 1.1 Efek Diaphragm pada Yield Produk

Pada Tabel. 1, dapat dilihat kenaikan rasio berat gula alkohol/larutan gula yang dihasilkan saat
diaphragm dengan sifat low permeability dipasang lebih tinggi (0.88) dibandingkan dengan
diaphragm yang tidak bersifat low permeability (0.74).
Hasil umum yang didapatkan dengan metode elektrolisis berserta kondisi operasinya
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1.2 Hasil umum gula alkohol menggunakan metode reduksi elektrolisis

Dari proses diatas akan menghasilkan sorbitol dan produk samping manitol yang terbentuk
karena sebagian dekstrosa pada kondisi basa akan berubah menjadi fruktosa dan mannose
sehingga saat direduksi akan menjadi manitol.
Setelah melewati cell, campuran liquid dipompa menuju vacuum kettle untuk meng-
evaporasi air. Setelah air ter-evaporasi, residu yang ada (gula alkohol beserta sodium sulphate)
dalam kettle akan dicampur dengan hot ethyl alcohol untuk melarutkan gula alkohol. Proses ini
memakan waktu 20 hingga 30 menit dengan suhu 70℃. Kemudian sodium sulphate dipisahkan
dengan cone filter. Setelah itu, filtrat (gula alkohol) didinginkan dan menyebabkan mannitol
terseparasi dengan sorbitol dalam bentuk kristal. Mannitol kristal dengan mother liquor
dipurifikasi kembali dengan menggunakan mannitol crystallizers dan centrifugal dryer serta
grinder untuk memotong dan memperhalus produk sehingga menjadi mannitol crystals.
Sedangkan sorbitol solution akan dievaporasi sehingga menjadi bentuk sirup. Setelah itu, sorbitol
akan dihilangkan warnanya dengan menggunakan Darco activated carbon. Sebelum menjadi
produk final, sorbitol solution akan melewati filter press untuk memisahkan Darco activated
carbon agar dapat digunakan kembali. Setelah treatment ini, sorbitol sirup mempunyai 15% air
dan sedikit glukosa serta sodium sulphate, dengan spesifik gravitasi 1.35 dan indeks refraktif
1.48.

Gambar Error! No text of specified style in document.2 Diagram overall proses pembuatan
sorbitol dan mannitol dengan metode reduksi elektrolitik

(Greighton, 1939)
Proses reduksi elektrolisis yang berjalan dalam skala industri memerlukan supply listrik terus
menerus yang berdampak pada biaya operasional yang cukup mahal. Serta, yield yang dihasilkan
kurang memuaskan (umunya 74% yield sorbitol). Karena biaya operasional yang harus
dikeluarkan cukup mahal serta yield yang kurang memuaskan, proses membuat gula alkohol
dengan proses reduksi elektrolisis jarang digunakan..

II.1.2 Hidrogenasi Katalitik


D-Sorbitol dapat dibuat dengan hidrogenasi katalitik dari tiga heksosa yang terjadi secara
alami, yaitu D-glucose, D-fruktosa, dan L-sorbose. D-glukosa paling banyak diolah menjadi D-
sorbitol karena lebih besar ketersediaannya dan biaya lebih murah. Hidrogenasi katalitik D-
glukosa ke D-sorbitol telah banyak diterapkan pada skala industri dengan bantuan katalis Raney
Nickel. Katalis Raney Nickel dibuat dari perpaduan antara nikel dan aluminum.
(Ahmed, 2009)
Pada proses pengolahan D-glukosa menjadi sorbitol, pertama-tama adalah larutan D-
glukosa dilarutkan dalam air hangat sebanyak 50% dari total larutannya. Kemudian larutan
dimasukkan ke dalam weigh-tank mixer, di mana bubuk nikel halus ditambahkan sebagai katalis.
Rasio larutan terhadap katalis adalah 2% nikel dari glukosa yang masuk. Lalu dimasukkan ke
dalam reaktor kontinu pada tekanan 100 hingga 140 atm. Kemudian hidrogen dikompresi
menjadi 175 atm, lalu dimasukkan ke dalam reaktor tabung vertikal dengan larutan tersebut.
Suhu reaksi dapat bervariasi dari 135 hingga 205°C. Katalis yang telah digunakan disaring dalam
leaf filter bertekanan atau rotary vacuum filter. Katalis dipisahkan untuk diolah kembali dan
digunakan kembali. Crude sorbitol dilewatkan melalui dua tahap unit pertukaran ion yang
mengandung resin penukar ion organik. Kemudian dimurnikan dan dijernihkan warna larutannya
dengan karbon aktif yang kemudian disaring. Larutan sorbitol encer yang dimurnikan (sekitar
50%) dimasukkan ke dalam single-effect continuous evaporator, di mana pada sekitar 95°C dan
700 torr vacuum larutan terkonsentrasi. Sorbitol dengan konsentrasi 70% siap untuk dikirim,
(Industrial Chemicals, 1975)
Reaksi yang terjadi pada proses hidrogenasi katalitik adalah sebagai berikut:
CHO CH2OH

(CHOH)4 + H2 (CHOH)4

CH2OH CH2OH
(Dextrose) (Hidrogen) (Sorbitol)
(Industrial Chemicals, 1975)
Berikut ini adalah bagan proses pembuatan sorbitol dari sirup glukosa dengan metode
hidrogenasi katalitik.
Distilled
Hydrogen
water
Activated
Dextrose Carbon
Solution
tank Reaktor Separator
Purifier
Mixer
Catalyst Filter
Spent
Filter
carbon
Catalyst
Reactivation Ion Exchanger
Evaporator
Unit

Sorbitol
Waste

Gambar II.1 Flow Diagram Proses Pembuatan Sorbitol dengan Hidrogenasi Katalitik
(Industrial Chemicals, 1975)

II.2 Seleksi Proses


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan proses adalah pemilihan bahan baku,
konversi reaksi, kuantitas produk (yield), serta kondisi operasi mengenai temperatur dan tekanan
operasi. Dari kriteria-kriteria dan uraian proses pembuatan sorbitol di atas dapat dilihat
keuntungan dan kerugian dari masing-masing proses seperti terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel II.1 Perbandingan Antara Proses Reduksi Elektrolitik dengan Hidrogenasi Katalitik

Proses
Parameter
Reduksi Elektrolitik Hidrogenasi Katalitik
1. Segi Proses
● Bahan baku Sirup Glukosa / Dekstrose Sirup Glukosa / Dekstrose
● Konversi reaksi Lambat, waktu umum yang Cepat, waktu yang dibutuhkan
dibutuhkan yaitu kurang lebih lebih cepat untuk mencapai
2 jam untuk mencapai yield produk yang diinginkan
sorbitol 74%

● Kondisi operasi Sangat bergantung pada faktor


lainnya seperti, temperatur, ph,
arus listrik dan material anoda,
katoda dan diaphragm.
2. Kualitas produk Rendah Tinggi
Yield yang dihasilkan lebih Bila dibandingkan dengan
sedikit dibanding raw material proses reduksi, produk sorbitol
yang di konsumsi. Umumnya yang dihasilkan lebih bagus.
hanya 74% yield sorbitol.
3. Proses yang proven Jarang digunakan di industri Sering digunakan di industri
4. Segi Ekonomi Kurang ekonomis karena harga Harga bahan baku penunjang
elektroda untuk elektrolisis mudah di dapat dan cukup
mahal serta membutuhkan terjangkau
supply listrik terus menerus
untuk elektrolisis.
(Industrial Chemicals, 1975)

Dari data diatas terlihat bahwa dari segi proses, metode reduksi elektrolitik mempunyai waktu
yang lebih lama untuk mengonversi glukosa menjadi sorbitol serta kondisi operasi yang lebih
sensitif daripada metode hidrogenasi katalitik. Dari segi kualitas produk, metode reduksi
elektrolitik hanya mampu mencapai rata-rata 74% yield sorbitol. Dari segi ekonomi, metode
reduksi elektrolitik kurang ekonomis karena biaya peralatan dan biaya operasional supply listrik
yang cukup mahal. Sehingga, metode hidrogenasi katalitik dipilih sebagai proses pembuatan
pabrik sorbitol.
II.3 Potensi dan Spesifikasi Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sorbitol dengan proses hidrogenasi
katalitik, yaitu sirup glukosa, gas hidrogen, karbon aktif, dan katalis Raney Nickel.
II.3.1 Sirup Glukosa
Saat ini, industri makanan dan minuman banyak yang menggunakan sirup glukosa. Hal
ini didasari oleh beberapa kelebihan sirup glukosa dibandingkan sukrosa, diantaranya tidak
mengkristal jika pemasakan pada suhu tinggi. Sirup glukosa saat ini umumnya diproduksi secara
komersial oleh industri-industri bersumber dari pati jagung dan pati singkong. Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang banyak membutuhkan gula sebagai bahan baku untuk berbagai
keperluan industri maupun rumah tangga. Sirup glukosa dapat dipakai sebagai bahan baku, salah
satunya adalah sorbitol.
(Sutanto, 2017)

Gambar II.1 Sirup Glukosa

Pabrik sirup glukosa yang ada di Indonesia, yaitu PT Budi Starch and Sweetener di
Lampung dan PT Sorini Agro Asia Corporation Tbk di Pandaan. Sirup glukosa yang digunakan
untuk membuat pabrik sorbitol dibeli dari PT Budi Starch and Sweetener di Lampung dengan
kapasitas produksi sebesar 291.600 ton/tahun yang di distribusikan ke seluruh Indonesia dengan
komposisi 97% penjualan lokal dan 3% ekspor.
(www.idx.com, 2018)
Spesifikasi sirup glukosa yang yang digunakan sebagai feedstock, yaitu dekstrosa
ekuivalen (DE) minimum 20% dan 40% sulfur dioksida. Berikut ini adalah komposisi yang
terkandung dalam sirup glukosa :
Tabel II.1 Spesifikasi Sirup Glukosa

Komponen Komposisi

Air 47.9%
Dekstrin 0.03%
Glukosa 50%
Maltose 2%
Total 100%

II.3.2 Gas Hidrogen


Gas hidrogen yang digunakan sebagai bahan baku dengan tekanan 175 atm dibeli di PT
Air Liquide Indonesia di Cilegon dengan spesifikasi sebagai berikut :
● Impurity : 99,999%
● H2O : < 3 ppm
● O2 : < 2 ppm
● THC : < 0,5 ppm
● Pressure : 166 bar
● MW : 2,016
● Specific Volume : 191,3 CF/lb (11,9 m3/kg)
● Boiling point : -423 °F (-252,8 °C)
● Gas Density (70°F, 1 atm) : 0,085 kg/m3
(PT Air Liquide Indonesia) Commented [1]: https://industry.airliquide.us/hydrogen

II.3.3 Karbon Aktif


Karbon aktif atau yang biasa disebut dengan arang aktif merupakan senyawa amorph
yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang
diperlukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu (sifat adsorpsi nya selektif), tergantung
pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan.
(Jamilatun, 2014)
Gambar II.2 Karbon Aktif
Menurut Kemenperin, di Indonesia terdapat beberapa produsen karbon aktif yaitu
Tabel II.1 Kapasitas Pabrik Karbon Aktif di Indonesia
Kapasitas
Nama Perusahaan Tempat
(ton/tahun)
PT Indo Karbon Primajaya Serang, Banten 3000
PT Intan Prima Karbon Gresik, Jawa Timur 12000
PT Mentaya Karbindo Kotawaringin Timur,
-
Prima Kalimatan Tengah
PT Surya Mahakam Agung Mojokerto, Jawa Timur -
Bandar Lampung,
PT Tanso Putra Asia -
Lampung

Karbon aktif yang digunakan sebagai bahan baku pabrik sorbitol ini dibeli di PT
Indokarbon Primajaya di Banten dengan spesifikasi sebagai berikut :
● Ukuran : 8 x 30 mesh
● Iodine : 700 – 1100 mg/g
● Hardness : Min 95 %
(PT Inkaprima Jaya) Commented [2]: http://inkacarbon-
indonesia.com/?page_id=24
II.3.4 Katalis Raney Nickel
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi
bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis mampu mengurangi energi yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya reaksi.
(Purnami, 2015)

Gambar II.3 Katalis Raney Nikel


Raney nikel adalah katalis padat yang terdiri dari butiran halus nikel-alumunium alloy
yang terdiri dari 48-52% nikel dan 48-52% alumunium. Raney nikel dikembangkan pada tahun
1924 oleh Murray Raney. Pembuatan katalis raney nikel adalah dengan mencampurkan sejumlah
alumunium dan nikel pada suhu 1200 – 1500 °C, kemudian campuran ini dicampurkan dengan
alkali yang akan melarutkan slumunium. Katalis kemudian di cuci sehingga bebas dari alkali.
Keuntungan penggunaan katalis ini adalah lebih murah dibandingkan katalis platinum, jumlah
substrat yang dapat dihidrogenasi lebih banyak, serta prosesnya yang relatif cepat.
(Vogel, 1989)
Spesifikasi katalis raney nikel, yaitu :
● Nickel Metal : 50 % berat
● Water : <45% berat
● Alumunium : <10,5% berat
● Hidrogen : <1% berat
● Bau : Tidak berbau
● Melting Point : >100 °C
● Specific Gravity : 1,94
● Kelarutan : Tidak larut dalam air, ammonia. Larut dalam asam nitrat dan sedikit
larut dalam hydrochloric acid dan sulfuric acid.
(Material Safety Data Sheet)

II.4 Target Produk


Sorbitol (C6H14O6) merupakan gula alkohol dalam bentuk alkohol polihidroksi (poliol)
dimana hasil reduksi dari glukosa, semua atom oksigen pada gula alkohol terdapat dalam bentuk
kelompok hidroksil. Sorbitol merupakan gula alkohol yang paling banyak digunakan sebagai
pengganti sukrosa di Indonesia. Sebagai pemanis pengganti sukrosa, sorbitol memiliki tingkat
kemanisan lebih rendah jika dibandingkan dengan sukrosa. Tingkat kemanisan sorbitol sebesar
0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g.
(Aini, 2016)
Tabel 2.3 Grade Sorbitol

Konsentrasi Grade

99% Kristal komersial


83-85% sirup Sorbitol Liquid
70% (sirup dalam air) Sorbitol syrup non-crystallizing

(Industrial Chemicals, 1975)

Produk yang dihasilkan adalah sorbitol sirup non-crystallizing dengan kosentrasi 70%.
Produk sorbitol sirup non-crystallizing dihasilkan dari hidrolisis larutan dekstrosa 50%,
sedangkan sorbitol kristal dihasilkan dari hidrolisis larutan dekstrosa dengan kemurnian 97-
100%. Produk sorbitol sirup noncrystallizing rata-rata mengandung solid content 69% (minimal),
sorbitol 50% (minimal) berdasarkan berat kering.

Sifat Fisika Sorbitol :


● Rumus molekul : C6H14O6
● Berat Molekul : 182 gr/mol
● Density : 1,28 g/ml at 25 oC
● Specific gravity : 1.472 (-5 oC)
● Melting point : 93 oC (Metastable form)
: 97.5 oC (Stable form)
● Boiling Point : 98 – 100 oC
● pH : 5,0 – 7,0 at 25 oC
(www.chemicalbook.com)
Sifat Kimia Sorbitol
Sorbitol berbentuk bubuk kristal putih dan tidak berbau dengan rasa manis dan
higroskopis. Sorbitol dapat dilarutkan dalam air (235g / 100g air, 25 ° C), gliserin, dan propilena
glikol; dan sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat, dan fenol dan larutan acetamide
tetapi hampir tidak larut dalam kebanyakan pelarut organik lainnya.
(www.chemicalbook.com)

II.5 Kapasitas Pabrik


Salah satu faktor penting dalam pendirian pabrik sorbitol dari sirup glukosa adalah
kapasitas pabrik. Pabrik Sorbitol ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2023
dengan mengacu data konsumsi, produksi, ekspor dan impor sirup glukosa untuk tahun 2010-
2017. Berikut merupakan datanya :
Tabel II.1 Data Produksi dan Konsumsi Sorbitol
Produksi Konsumsi
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
(Kg/tahun) (Kg/tahun)
2010 260.851.651 - 130.381.923 -
2011 260.851.600 -0,0000 175.063.900 0,3427
2012 276.896.600 0,0615 196.052.400 0,1199
2013 280.765.400 0,0140 211.656.900 0,0796
2014 265.361.500 -0.0549 184.827.300 -0,1268
2015 170.670.400 -0,3568 165.401.800 -0,1051
2016 225.200.000 0,3195 154.176.979 -0,0679
Rata-Rata -0,028 0,04

Tabel II.2 Data Ekspor dan Impor Sorbitol


Impor Ekspor
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
(Kg/tahun) (Kg/tahun)
2010 1.750.065 - 84.181.728 -
2011 3.277.815 0,8730 89.065.496 0,0580
2012 2.054.980 -0,.3731 82.899.200 -0,0692
2013 3.466.476 0,6869 72.574.985 -0,1245
2014 3.014.757 -0,1303 83.548.977 0,1512
2015 1.410.911 -0,5320 69.612.110 -0,1668
2016 3.287.554 1,3301 66.601.933 -0,0432
Rata-Rata 0,3091 -0,0324

Dari data diatas persentase perkembangan sorbitol di indonesia, dapat diprediksi


perkembangan sorbito pada tahun 2023 berdasarkan persamaan :
F = P (1+i)n
Dimana :
F = Nilai pada tahun ke-n
P = Nilai pada tahun awal
n = Selisih tahun n dikurangi tahun awal
i = Rata-rata pertumbuhan
Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat diprediksi kapasitas produksi, konsumsi,
impor dan ekspor dalam kg/tahun pada tahun 2022, yaitu :
Tabel II.3 Prediksi Data Produksi, Konsumsi, Impor, dan Ekspor Pada Tahun 2023
Produksi 221.461.275,57 kg/tahun
Konsumsi 195.544.982,42 kg/tahun
Impor 16.546.052,94 kg/tahun
Ekspor 54.647.632,29 kg/tahun
Dari hasil prediksi perkembangan sorbitol di Indonesia pada tabel diatas, kebutuhan pasar
Indonesia dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Kebutuhan sorbitol (S) = (Ekspor+Konsumsi) – (Produksi+Impor)
= (54.647.632,29 + 195.544.982,42) – (221.461.275,57 + 16.546.052,94)
= 12.185.286,20 Kg/tahun
Dimana, S adalah kebutuhan nasional sorbitol pada tahun 2022. Sehingga untuk menutupi impor
sorbitol dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, maka kapasitas pabrik sorbitol dari sirup
glukosa ini yaitu :
Kapasitas produksi pasar domestik = Jumlah impor + kebutuhan sorbitol
= (16.546.052,94 + 12.185.286,20) kg/tahun
= 28.731.339,14 kg/tahun
= 30.000 Ton/tahun

II.6 Basis Perhitungan


Untuk menentukan perhitungan neraca massa maka dibutuhkan basis perhitungan. Basis
perhitungan pada pabrik sorbitol ini adalah sebagai berikut :
1 tahun = 330 hari kerja
1 hari = 24 jam
Kapasitas pabrik = 30.000 Ton/tahun
Jumlah sorbitol = 30.000 ton/tahun x 1 tahun/ 330 hari x 1 hari/ 24 jam
= 3,7878 ton/jam
II.7 Basis Desain Data
II.7.1 Pemilihan Lokasi Pabrik
Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta
kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena berpengaruh
terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan. Pemilihan lokasi pabrik harus
tepat berdasarkan perhitungan biaya produksi dan distribusi yang minimal serta pertimbangan
sosiologi dan budaya masyarakat di sekitar lokasi pabrik.
(Plant Design and Economics for Chemical Engineers, 2004)
Pada pemilihan lokasi pendirian pabrik ethylene ini, telah dilakukan pertimbangan yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Ketersediaan Bahan Baku
Sumber bahan baku adalah salah satu faktor penting dalam penentuan lokasi pabrik.
Bahan baku pabrik sorbitol ini adalah sirup glukosa, gas hidrogen, karbon aktif, dan katalis raney
nikel. Sirup glukosa didapat dari PT Budi Starch and Sweetener di Lampung yang dapat dikirim
melalui jalur laut. Gas hidrogen didapat dari PT Air Liquide Indonesia di Cilegon melalui jalur
darat. Karbon aktif didapat dari PT Indokarbon Primajaya di Banten melalui jalur darat. Oleh
karena Banten dekat dengan Lampung dan Cilegon, maka pabrik sorbitol dari sirup glukosa
didirikan di Kawasan Modern Cikande Industrial Estate, Kabupaten Serang.

Sirup Glukosa
Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton/tahun)
PT Budi Starch and Sweetener Lampung 291.600
PT Sorini Agro Asia
Pasuruan, Jawa Timur 32.000
Corporation Tbk

Hidrogen
Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas
PT Air Liquide Indonesia Cilegon, Banten

Katalis Raney Nickel.


2. Lokasi Pemasaran
a. Banten
Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial. Selat Sunda merupakan salah
satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan
kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu, Banten
merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera.
Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai
antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat
mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura. Dengan kondisi geografis tersebut, akan
memudahkan untuk mengakses jalur ekspor sorbitol.
(KPU Provinsi Banten, 2012)

Gambar II.4 Peta Lokasi Wilayah Banten


Peluang pemasaran sorbitol sebagai bahan baku di industri cukup bagus karena permintaan
sorbitol semakin meningkat. Dapat dilihat pada Tabel II.4, peningkatan jumlah konsumsi sorbitol
rata-rata sebesar 0,04%.
Tabel II.4 Data Konsumsi Sorbitol di Indonesia
Konsumsi Pertumbuhan
Tahun
(Kg/tahun) (Kg/tahun)
2010 130.381.923 -
2011 175.063.900 0,3427
2012 196.052.400 0,1199
2013 211.656.900 0,0796
2014 184.827.300 -0,1268
2015 165.401.800 -0,1051
2016 154.176.979 -0,0679
Rata-Rata 0,04
(Kementerian Perindustrian, 2016)
Selain kebutuhan dalam negeri yang meningkat, kebutuhan global pun meningkat. Menurut
IMARC Group, permintaan global sorbitol saat ini tumbuh 2% -3% setiap tahun dengan China
sebagai produsen terbesar dunia yang diikuti oleh Amerika Serikat dan Eropa Barat. Untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, di Banten terdapat pelabuhan
internasional yaitu Pelabuhan Merak. Sehingga, produk sorbitol dapat di distribusikan ke seluruh
Indonesia maupun luar negeri seperti ke negara Jepang dan Afrika Selatan. Commented [3]: https://cci-indonesia.com/negara-tujuan-
ekspor-sorbitol/

3. Utilitas dan Fasilitas


Sistem utilitas seperti air, listrik, drainase, dan lain-lain sangat penting untung menunjang
keberlangsungan pabrik.
a. Kabupaten Pasuruan, Banten
Pabrik sorbitol yang akan dibuat ini berada di Kawasan Modern Cikande Industrial Estate,
dengan utilitas yang mumpuni. Air bersih disuplai dari PT Modern Industrial Estate, perusahaan
yang dimiliki oleh PT. Modernland Realty, Tbk dengan kapasitas 1,296,000 m3/bulan.
Sedangkan yang terpakai hanya 259.200 m3/bulan, sehingga masih cukup untuk disuplai ke
pabrik sorbitol. Listrik disuplai dari PT PLN dengan kapasitas >500 MVA dan yang terpakai
hanya 196 MVA, sehingga masih mencukupi untuk disuplai ke pabrik sorbitol. Drainase nya
berupa beton dengan sistem terbuka. Gas alam disuplai dari PT PGN (Persero), Tbk. Serta untuk
telecommunication nya disuplai oleh PT Telkom Indonesia, Tbk dengan kapasitas 5000 SST dan
yang terpakai hanya 4000 SST, sehingga masih cukup untuk disuplai ke pabrik sorbitol. Tersedia
juga fasilitas penunjang lainnya seperti bank, restoran, minimarket, polikilnik, kantor polisi,
housing dan pemadam kebakaran.
(www.modern-cikande.co.id)
b. Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Sampai tahun 2011, luas areal yang sudah dimanfaatkan + 200 ha (36%). Fasilitas yang
tersedia di kawasan industri PIER tersebut cukup lengkap antara lain: bangunan pabrik siap
pakai / siap bangun, telepon 2.000 SST dan listrik 110 MW, yang direncanakan akan
ditingkatkan kapasitasnya menjadi 366 MW. Terdapat pula instalasi pengolahan air limbah,
pemadam kebakaran, keamanan, air bersih, dan tempat penampungan sampah sementara.
(www.sier-pier.com)
4. Transportasi
Tranportasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penentuan lokasi pabrik, yaitu
pengangkutan bahan baku, bahan bakar, bahan pendukung, dan produk yang dihasilkan akan
lebih mudah untuk didistribusikan kepada costumer. Lokasi pabrik harus harus berada didaerah
yang mudah dijangkau oleh kendaraan – kendaraan besar, misalnya dekat dengan badan utama
jalan raya yang menghubungkan kota – kota besar dan pelabuhan sehingga tidak perlu membuat
jalan khusus.
a. Kabupaten Serang, Banten
Kawasan Modern Cikande Industrial Estate (MCIE), Kabupaten Serang mudah dijangkau oleh
transportasi darat, laut, maupun udara. MCIE 68 km dari Jakarta, 75 km dari Pelabuhan Tanjung
Priok, dan 50 km dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. MCIE dapat diakses melalui tol
Jakarta-Merak. Selain itu, di wilayah Banten terdapat pelabuhan internasional yaitu Pelabuhan
Merak yang berjarak 60 km dari MCIE.
(www.modern-cikande.co.id)
b. Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Kawasan Pasuruan Industrial Estate (PIER), Kabupaten Pasuruan mempunyai akses
transportasi darat, laut, maupun udara. PIER hanya berjarak 13.3 km dari Pelabuhan Pasuruan,
59.8 km dari Surabaya, dan 64.1 km dari Bandara Internasional Juanda.

Tabel II.4 Data Perbandingan Fasilitas Transportasi Commented [MA4]: Jalan Tol

Lokasi Pelabuhan Bandara Pusat Kota


Modern Cikande
 Merak (60 km) Soekarno-Hatta DKI Jakarta
Industrial Estate,
 Tanjung Priok (75 km) (50 km) (68 km)
Kabupaten Serang
Kawasan Pasuruan
 Pasuruan (13.3 km) Surabaya
Industrial Estate, Juanda (57 km)
 Tanjung Perak (61 km) (59.8 km)
Kabupaten Pasuruan

5. Sumber Tenaga kerja


Ketersediaan sumber tenaga kerja menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan dalam
merancang suatu pabrik. Lingkungan yang memiliki lebih banyak sumber tenaga kerja yang
memadai tentunya akan lebih ideal untuk dijadikan target pembangunan suatu pabrik, karena
akan lebih mudah mempekerjakan masyarakat sekitar dibandingkan masyarakat dari daerah lain.
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang
bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Tabel II.4 Data Statistik Angkatan Kerja Tahun 2017
Angkatan Jumlah (Juta Tingkat Pengangguran
Kabupaten
Kerja Jiwa) Terbuka (TPT)
Bekerja 546.473
Serang 14.93%
Menganggur 81.628
Bekerja 819.322
Pasuruan 4.97%
Menganggur 40.759
(BPS, 2017)

6. Hukum dan Peraturan


a. Kabupaten Serang, Banten
Menurut Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Serang, Bab III, Bagian Kesatu, Pasal 5, tujuan penataan ruang Kota Serang
adalah untuk mewujudkan Kota Serang sebagai kota pusat pelayanan perdagangan dan jasa,
pendidikan, dan pariwisata religi di Provinsi Banten yang produktif dan berkelanjutan serta
meningkatkan potensi investasi dalam mendukung Kota Serang sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN).
b. Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RT RW) Kabupaten Pasuruan, Bab II, Bagian Pertama, Pasal 3, tujuan
Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah yang mendukung
perkembangan industri, pertanian dan pariwisata serta selaras dengan keberlanjutan lingkungan
hidup dan pemerataan pembangunan.

7. Kondisi Geografis, Iklim dan Kondisi Lapangan


a. Kabupaten Serang, Banten
Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º
1’ 11” – 106º 7’ 12” Bujur Timur. Berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah
Banten adalah 8.651,20 Km2. Banten mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Laut Jawa
● Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
● Sebelah Selatan: Samudra Hindia
● Sebelah Barat : Selat Sunda

Berikut ini adalah kondisi lapangan pada pabrik sorbitol yang akan didirikan di Kota Serang,
Banten:
Pagi (06:01 – Siang (12:01 – Sore (18:01- Malam (00:01 –
Kondisi
12.00) 18.00) 00:00) 06.00)
Kelembaban
69-94% 64-73% 77-94% 95-96%
udara
Temperatur
24-30 oC 28-31 oC 25-28 oC 24-25 oC
udara
Kecepatan
4-7 km/jam 0-7 km/jam 0-7 km/jam 0-7 km/jam
angin
Arah angin Timur Utara-Barat Timur Selatan
(BMKG, 2018)
b. Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Wilayah Kabupaten Pasuruan dengan luas 1.474,015 km2 terletak antara 112º 33’ 55” hingga
113º 05’ 37” Bujur Timur dan antara 7º 32’ 34” hingga 7º 57’ 20” Lintang Selatan. Kabupaten
Pasuruan mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Kota Pasuruan, Selat Madura dan Kabupaten Sidoarjo
● Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo
● Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
● Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu

Berikut ini adalah kondisi lapangan pada pabrik sorbitol yang akan didirikan di Pandaan,
Pasuruan, Jawa Timur.
Siang (12:01 – Sore (18:01- Malam (00:01 – Pagi (06:01 –
Kondisi
18.00) 00:00) 06.00) 12.00)
Kelembaban
38-71% 72-89% 87-92% 56-92%
udara
Temperatur udara 28-34 oC 24-27 oC 23-24 oC 24-31 oC
Kecepatan angin 7-14 km/jam 4-7 km/jam 4-7 km/jam 4-11 km/jam
Arah angin Timur Selatan Barat Utara
(BMKG, 2018)

II.9 Uraian Proses


Proses pembuatan sorbitol pada pabrik ini menggunakan proses hidrogenasi katalitik.
Pembuatan sorbitol dengan hidrogenasi katalitik ini terdiri dari beberapa unit proses yaitu:
1. Preparation Unit
2. Catalytic Hydrogenation Unit
3. Finishing Unit
1. Preparation Unit
Unit ini merupakan tahap persiapan bahan baku sebelum ke proses utama. Pada tahap ini sirup
glukosa dengan kadar 50% disimpan di dalam tangki penampung (F-110). Kemudian sirup
glukosa dipompa (L-112) dan melewati heat exchanger (E-113). Pemanasan awal ini bertujuan
untuk menaikkan suhu sirup glukosa sebelum masuk ke dalam reaktor, dari suhu 30oC menjadi
140o C menggunakan pemanas steam. Selanjutnya sirup glukosa siap diumpankan menuju
reaktor (R-210) menggunakan pompa centrifugal (L-212).
(Dewi, 2014)
2. Catalytic Hydrogenation Unit
Unit ini merupakan unit yang paling menentukan dari keseluruhan proses produksi dimana
terjadi reaksi antara sirup glukosa dengan gas H2 menghasilkan produk utama sorbitol dan
produk samping maltitol. Reaksi ini dinamakan reaksi hidrogenasi katalitik karena dalam proses
yang terjadi di reaktor ini menggunakan gas hidrogen dengan bantuan katalis Raney Nickel.
Reaktor (R-210) dilengkapi dengan alat pengaduk agar katalis Raney Nickel dapat tercampur
secara merata. Katalis yang dibutuhkan 2% dari total glukosa yang masuk. Katalis ditampung di
tangki penampung (F-213) yang kemudian diumpankan ke reaktor (R-210). Kondisi operasi pada
reaktor ini adalah pada temperatur 140oC, tekanan 125 atm, serta waktu tinggal di dalam reaktor
60 menit dengan penambahan H2. Gas H2 dikompresi dengan kompresor (G-214) hingga 175
atm. Kemudian H2 dimasukkan ke dalam reaktor (R-210). Reaksi yang terjadi pada reaktor (R-
210) yaitu:
Raney Nickel
Reaksi I: C6H12O6 + H2 C6H14O6

Dekstrosa Sorbitol

Reaksi II: C12H22O11 + H2  C12H24O11

Maltosa Maltitol

Produk keluar menuju tangki pendingin (F-216) dan didinginkan dengan cooling water hingga
suhunya mencapai 70 oC. Kemudian dipompa oleh L-311 menuju ke filter press (H-310) untuk
memisahkan katalis Raney Nickel dari produk sehingga katalis dapat di gunakan kembali.
(Dewi, 2014)
3. Finishing Unit
Pada unit ini terdapat beberapa proses pemurnian, yaitu:
a) Filtrasi (Penyaringan Katalis Raney Nickel)
Tujuan dari filtrasi adalah untuk memisahkan sorbitol dari padatan berupa katalis Raney
Nickel. Alat yang digunakan untuk memisahkan padatan tersebut adalah filter press. Produk
dari tangki (F-216) dipompa oleh (L-311) menuju filter press (H-310) untuk memisahkan
katalis Raney Nickel sehingga katalis dapat di gunakan kembali. Produk dari tangki
penampung (F-312) dipompa dengan pompa centrifugal (L-312) menuju ke ion exchanger
(H-320). Cake katalis Raney Nickel dari filter press akan diolah untuk dipakai kembali
dengan perlakuan lanjutan. Sedangkan filtrat yang berupa sorbitol dan maltitol masuk ke
dalam ion exchanger dengan menggunakan pompa centrifugal (L-331). Waktu yang
dibutuhkan untuk proses filtrasi ini adalah 3 jam.
(Dewi, 2014)
b) Ion exchanger
Ion exchanger berfungsi untuk memisahkan ion-ion pengotor seperti Al2O3 yang merupakan
bagian dari katalis Raney Nickel. Ion exchanger dilakukan dengan menggunakan anion
exchanger (H-320). Setelah dihilangkan pengotornya, produk dipompa oleh pompa
centrifugal (L-331) menuju tangki karbonasi (M-330) untuk proses adsorbsi oleh karbon
aktif.
(Dewi, 2014)
c) Adsorbsi oleh Karbon Aktif
Tujuan dari adsorbsi oleh karbon ini adalah untuk menyerap warna yang dtimbulkan dari
proses sebelumnya, sehingga diperoleh sorbitol yang lebih jernih. Produk dari anion
exchanger (H-320) dipompa oleh pompa centrifugal (L-331) menuju ke tangki karbonasi
(M-330) dengan penambahan karbon aktif dari tangki penampung karbon aktif (F-332).
Tangki karbonasi dilengkapi dengan alat pengaduk dengan tipe xxx agar proses
pencampuran terjadi secara merata. Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran 125 mesh
dengan massa jenis 0,2 – 0,6 gram/mL. Karbon aktif yang digunakan berupa serbuk agar
menghasilkan proses penyerapan yang baik. Kebutuhan karbon aktif yaitu 10-15 kg/1000 kg
sorbitol. Kondisi operasi pada alat ini yaitu pada tekanan atmosferik dengan suhu 70oC.
Waktu tinggal dalam tangki adsorbsi ini adalah 1 jam.
(Dewi, 2014)
d) Filtrasi (Penyaringan Karbon Aktif)
Tujuan dari filtrasi ini adalah untuk memisahkan produk sorbitol dari padatan berupa karbon
aktif yang terikut pada proses karbonasi. Karena zat yang akan dipisahkan berupa padatan
dengan liquid, maka dalam proses ini menggunakan filter press. Produk dari tangki
karbonasi (M-330) dipompa (L-341) menuju filter press (H-340). Cake karbon aktif dapat
dibuang sebagai limbah, sedangkan filtrat yang berupa sorbitol masuk ke tangki penampung
(F-342). Waktu yang dibutuhkan untuk proses filtrasi ini adalah 3 jam.
(Dewi, 2014)

e) Evaporasi
Larutan sorbitol dari tangki penampung (F-342) dipompa oleh pompa centrifugal (L-351)
menuju ke evaporator double effect yaitu V-350 dan V-360. Evaporator V-350 bertekanan
233,7 mmHg, sedangkan V-360 bertekanan 149,8 mmHg. Suhu masuk evaporator adalah 70
o
C. Evaporator diatur dalam kondisi vakum oleh Barometric Condenser (E-361) dan Jet
Ejector (G-362). Tujuan dari evaporasi tersebut adalah untuk memekatkan produk sorbitol
dari 50% menjadi 70%. Setelah evaporasi, sorbitol di pompa dengan pompa centrifugal (L- Commented [MA5]: Why?

363) dan ditampung pada tangki sorbitol (F-364).


(Dewi, 2014)

You might also like