Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Didunia ini setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih
dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia
2 orang meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap menit 20 anak
balita meninggal. Dengan kata lain 20.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak
balita meninggal setiap tahun. (university of Indonesia “make every mother and child count” 7
april 2005).
Tingginya angka kesakitan dan kehamilan pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah
yang besar. Dilaporkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berkisar 334/100.000 kelahiran
hidup. (panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal) di Sumbar AKI
116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 9,96/1000 kelahiran hidup. Dan dipadang angka
kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 3,4/1000 kelahiran
Didalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010
disebut kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dengan misi
menurunkan angka kematian maternal dan neonatal melalui pemantauan system kesehatan yang
menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang
kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin kesehatan maternal dan neonatal sebagai
semua kehamilan berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses pertolongan persalianan
yang aman. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstetri
yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan
memadai
Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetric. Komplikasi
obstetric ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Penyebab kematian ibu dan perinatal
umumnya desebabkan oleh sebab langsung seperti pendarahan, eklampsi, infeksi dan sebab tidak
pertolongan persalinan atau rujukan yang dikenal dengan istilah 3T (Terlambat mengenal
komplikasi, Terlambat membuat keputusan, Terlambat merujuk) dan pertolongan persalinan oleh
Seorang bidan baru yang dikatakan profesional jika ia mamapu melakukan tugas kebidanan
sesuai standar dan hasil yang memuaskan. Ia terlatih memberikan perawatan dan nasehat yang
diperlukan bagi seorang wanita selam hamil ,persalianan dan nifas. Untuk melakukan persalinan
normal atas tanggung jawab sendiri dan untuk merawat bayi baru lahir. Setiap saat ia harus
mengenali tanda-tanda bahaya yang menandakan keadaan yang abnormal atau kemungkianan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai tugas dari dosen
mata pelajaran.
2. Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil serta mendapatkan
3. Tujuan khusus
a. Memberi pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil kepada mahasiswa kesehatan khususnya
kebidanan.
b. Memberi pengembangan pendidikan mengenai Anemia pada Ibu Hamil di Bidang Kebidanan.
1.1 Manfaat
a. Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah,
etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah
perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5
g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering dijumpai dalam
kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi
perubahan - perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah
adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja
lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung juga
meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian, ibu membutuhkan tambahan
sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan anemia defisiensi besi,
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat
anemia adalah keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim
di dalam berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim,
syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan
(konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat
bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab
Anema dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi besi, anemia
megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan
anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini
disebabkan kurang masuknya unsur bagi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan
penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada perdarahan.
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh
wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang (Indonesia). WHO melaporkan bahwa
prevalensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkambang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi besi dan
Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir.
Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka akan sangat mudah untuk
terjadinya anemia defisiensi besi, terutama pada kehamilan kembar. Untuk daerah khatulistiwa
seperti Indonesia, zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit.
Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi anemia
Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu hamil dibagi
menjadi:
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007) tablet asam folat
diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan
1. Untuk Anemia defesiensi besi yang berat di tandai dengan ciri-ciri yang khas yaitu mikrisitosis
dan hipokromasia.
2. Untuk Anemia defesiensi besi yang ringan tidak selalu di tandai dengan cirri-ciri khas , banyak
yang bersifat normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas yaitu :
Prognosis:
a. Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak .
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain .
Anemia berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat menyebabkan abortus dan dalam
kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama , perdarahan post partum dan infeksi. Walaupun
bayi yang di lahirkan dari ibu yang menderita anemia defesiensi besi tidak menunjukkan Hb
yang rendah, namun cadangan besinya kurang yang barubeberapa bulan kemudian tampak
ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di beri nasehat untuk makan
lebih banyak protein dan sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena defesiensi asam folat.
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada
replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di
Diagnosis:
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megeloblas atau promegaloblas dalam
Prognosis:
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan dengan
3. Anemia Hipoplastik 8%
Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh penurunan fungsi kerja sumsum
tulang untuk membentuk sel darah merah baru akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat
terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan
Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatanya. Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum
tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid
pada tahap awal. Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, kelemahan.
Pengobatanya: Tergantung pada jenis anemia ini serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah berulang
a. Normal : ≤ 11 gr %
a. Tidak anemia : Hb 11 gr % b)
1. Anemia mikrositik : jhonpenyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb).
2. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
3. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alcohol,
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan pembesaran kelenjar limpa.
Niali ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat
<8 gr/dl. Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%, anemia ringan 9-10
Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan
spektrofotometri merupakan standar. Hanya saja alat ini tersedia di kota. Mengingat di Indonesia
penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih sering dijumpai, maka pemeriksaan khusus
nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus
atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu
juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup
mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis),
gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah. Hemoglobin
memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Selama masa
kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa membuat
hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan membuat
Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah.
Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg) zat
besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat besi
Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi lebih
cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah merah
menjadi menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar
ketinggalan yaitu dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga bisa
timbul karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk
meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah hemoglobin
Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa
kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti akibat
pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit ginjal dan
infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil kekurangan zat besi
Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup,
bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan
darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan seorang
suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang
Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil
merasa lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap
berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin yang
Hampir semua anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi/ kekurangan zat besi.
Adapun etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Amiruddin,dkk tahun 2004
1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami
pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa
usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka
bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin
besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil
maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara
2. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak
kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan
bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
4. Pengetahuan
kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat
mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu
Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus,
TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka akan
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap
individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka
setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan
makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi,
ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau
pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi
anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena
kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap dalam
mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama kehamilan. Ibu hamil
perlu menyadari bahaya anemia dengan cara mengetahui potensi anemia yang dimiliki oleh ibu
hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan
Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih baik bagi ibu hamil
untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat besi. Misalnya meningkatkan konsumsi
makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan persetujuan dokter. Konsumsi
suplemen zat besi ini akan membawa perubahan pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu
minggu dan kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil
perlu menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak terganggu.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat
besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap
tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat
pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal
kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi,
karena akan mengganggu penyarapannya. Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani dengan
tepat, dapat mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat
besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap
dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1
tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah
terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan
kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu
menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di makalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa, penyakit anemia adalah
suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Dan
3.2 Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
khususnya Bidan dan resiko anemia pada ibu hamil dapat berkurang dan dapat di cegah.
DAFTAR ISI
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=13&id=24613
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Syaifudin, Abdul Bari. 2001. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
0 komentar:
Poskan Komentar