Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
NIM : 20140340090
Disusun Oleh:
NIM :20140340090
29 September 2017
Mengetahui,
Instruktur Skill Lab Kedokteran Gigi Keluarga
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III .................................................................................................................................... 16
METODE SURVEI ................................................................................................................. 16
A. Metode .......................................................................................................................... 16
B. Waktu dan Tempat ........................................................................................................ 16
C. Subyek Penelitian.......................................................................................................... 16
D. Alat dan Bahan .............................................................................................................. 16
E. Analisa Data .................................................................................................................. 16
BAB IV .................................................................................................................................... 17
HASIL SURVEI ...................................................................................................................... 17
BAB V ..................................................................................................................................... 18
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
iv
DAFTAR TABEL
v
SURVEI PHBS DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 39 tahun 2016 tentang
pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga
menjelaskan bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan mengacu kepada pola
manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan serta
pemantauan dan penilaian.Paragraf 1 kebijakan pemerintah mengenai PHBS (Depkes,
Permenkes, UU).
14
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3)
Menimbang balita setiap bulan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban
sehat, (6) Memberantas jentik nyamuk, (7) Memberantas jentik nyamuk, (8) Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, (10) makan
buah dan sayur (Nurhajati, 2015).
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga, (Depkes RI, 2011)
yaitu :
4) Usia lanjut
5) Pengasuh anak
B. Sasaran Survei
Sasaran survei dalam kegiatan komuda ini adalah masyarakat Dusun Karang
RT/RW 21/05 Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
C. Tujuan Survei
Tujuan dilakukannya survei Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) rumah tangga
dalam kegiatan ini antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk mengetahui cara melakukan survei PHBS pada tatanan rumah tangga
14
b. Untuk mengetahui PHBS masyarakat Dusun Karang RT 21/ RW 05 Kelurahan
Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui pengetahuan kesehatan gigi dan mulut masyarakat Dusun
Karang RT 21/ RW 05 Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta.
2. Bagi Individu dan Keluarga
a. Kepala keluarga dan anggota keluarga mempunyai pengetahuan, keinginan dan
kemampuan yang baik untuk memelihara serta meningkatkan pola PHBS.
b. Keluarga dan anggota keluarga dapat ikut serta dan berperan aktif dalam kegiatan
menjaga kesehatan di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
c. Keluarga dan anggota keluarga dapat berperan aktif dalam meningkatkan promosi
kesehatan.
3. Bagi Puskesmas
a. Untuk melakukan program PHBS pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun
Karang RT 21/ RW 05, Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta.
b. Untuk menyusun suatu solusi mengatasi masalah yang ada di Dusun Karang RT
21/ RW 05, Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
14
BAB II
METODE SURVEI
B. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada survei ini adalah dengan menggunakan metode random
sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sampel yang dipilih adalah
keluarga yang tinggal di wilayah Dusun Karang RT/RW 21/05 Kelurahan Prenggan
Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta. Dipilih 2 keluarga secara acak untuk dijadikan
sampel kemudian setiap keluarga dipilih satu orang anggota untuk dijadikan wakil dari
keluarga tersebut.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada survei ini adalah dengan cara melakukan wawancara
kepada kepala keluarga atau salah satu anggota yang bisa mewakili keluarga. Selanjutnya
dilakukan pengisian kuesioner survei perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan kuesioner
mengenai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
D. Pelaksanaan Survei
Survei PHBS ini dilaksanakan dengan cara mengunjungi rumah warga satu
persatu dan menjelaskan mengenai maksud dan tujuan dari survei. Apabila warga sudah
bersedia dilakukan penelitian, salah satu perwakilan anggota keluarga diwawancarai
untuk pengisian kuesioner survei perilaku hidup bersih dan sehat serta kuesioner tentang
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Survei dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20
September 2017 pukul 08.00 WIB sampai selesai.
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perilaku keluarga :
2. Kesehatan lingkungan :
e. Kepadatan penduduk
Tabel I. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin
0-5 thn - - - - - -
6-15 thn - - - - - -
16-45 thn - - 2 40% 2 40%
46-60 thn 1 20% 1 20% 2 40%
>60 thn 1 20% - 1 20%
Total 2 40% 3 60% 5 100%
14
Keterangan tabel :
Proporsi responden kategori usia 16-45 dan kategori usia 46-60 memiliki
presentase yang terbesar yaitu masing-masing 40%. Dalam 2 kartu keluarga tersebut terdapat 1
laki-laki berusia 47 tahun dengan status kepala keluarga, 1 perempuan berusia 44 tahun dengan
status istri, 1 perempuan berusia 22 tahun dengan status anak, 1 laki-laki berusia 61 tahun
sebagai kepala rumah tangga, dan 1 perempuan berusia 56 sebagai istri. Jumlah keseluruhan
anggota keluarga yang terdaftar dalam 2 KK tersebut adalah 5 orang (100%).
Keterangan tabel :
Dalam 2 kartu keluarga tersebut terdapat 4 orang yang berprofesi sebagai
wiraswasta. Proporsi responden yang memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta
memiliki presentase terbesar yaitu 85%. 1 orang belum bekerja ( Status adalah anak).
14
6. Sarjana dan sederajat
- -
7. Belum bersekolah - -
Keterangan tabel :
Proporsi pendidikan terakhir responden yang tertinggi adalah SD dan SMP
dengan masing-masing presentase 40%. Presentase terkecil ada pada pendidikan
terakhir SMA dengan persentase 20%.
14
Tabel IIV. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga
No Indikator Ya % Tidak %
PERILAKU KELUARGA
1 Kebiasaan tidak merokok - - 2 100%
2 Kebiasaan sarapan pagi sebelum aktivitas 1 50% 1 50%
3 Keikutsertaan program asuransi kesehatan 2 100% - -
4 Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun 2 100% - -
5 Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur 2 100% - -
Jumlah 7 350% 3 150%
KESEHATAN LINGKUNGAN
1 Penduduk menggunakan jamban sehat 2 100% - -
2 Penduduk menggunakan sarana air bersih 2 100% - -
3 Terdapat tempat pembuangan sampah - 2 100%
4 Terdapat SPAL (Saluran Pembuangan Air 2 100% - -
Limbah)
Keterangan tabel :
Dari tabel rekapitulasi indikator PHBS didapatkan data bahwa
perilaku keluarga dalam menerapkan PHBS adalah baik. Hal tersebut
dapat terlihat dari 50% responden telah terbiasa sarapan pagi, 100%
responden memiliki keikutsertaan dalam program asuransi kesehatan,
100% responden telah terbiasa mencuci tangan dengan sabun, 100%
responden telah terbiasa menyikat gigi sebelum tidur. Sedangkan
kesehatan lingkungan juga baik yakni 100% respnden menggunakan
jamban sehat, sarana air bersih, terdapat SPAL dan memiliki luas
lantai rumah yang sesuai dengan jumlah penghuni.
14
Tabel V. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gigi dan Mulut
Kondisi
No. Jenis Masalah Ya Tidak Tidak Tahu
% % %
1. Pernah sakit gigi setahun terakhir 1 50% 1 50% - -
Pernah mendapatkan perawatan gigi 1 50% 1 50% - -
2. setahun terakhir
Melakukan perawatan gigi di 1 50% 1 50% - -
3. puskesmas, dokter gigi, mantra gigi
14
4. Tiga kali - - - - 1 50% - -
Keterangan tabel : Dalam 2 kartu keluarga tersebut terdapat 1 orang
berusia 44 tahun yang melakukan sikat gigi dengan frekuensi 2x dalam
sehari dan 1 orang berusia 56 tahun yang melakukan sikat gigi dengan
frekuensi 3x dalam sehari.
Kondisi
Tidak
No Jenis Masalah Ya Tidak
Tahu
% % %
1. Percaya gigi bisa dipertahankan sampai tua 2 100% - - - -
2. Percaya pencabutan gigi menyebabkan 1 50% 1 50% - -
kebutaan
Tingkat ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Pengetahuan
Rendah (0-4) - - - - 1 50 - - 1 50
Sedang (5-8) - - 1 50 - - - - 1 50
Tinggi (>9) - - - - - - - - - -
Keterangan tabel : Dalam 2 kartu keluarga tersebut terdapat 1
responden dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
14
rendah dan 1 responden dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan
gigi dan mulut sedang.
14
BAB IV
PRIORITAS MASALAH PHBS DAN JALAN KELUAR
Tabel VIII. Prioritas Masalah PHBS
I T R IxTxR
No Daftar masalah P S RI DU SB PB PC
Kurangnya
kesadaran keluarga 864
1 3 2 3 2 3 1 2 2 2
untuk sarapan di
pagi hari
Banyaknya keluarga
2 yang memiliki 4 4 4 3 4 1 2 3 4 18.432
kebiasaan merokok
Keluarga tidak
memiliki tempat
3 pembuangan 3 2 2 2 4 2 3 4 2 4.608
sampah yang
memenuhi syarat
Keterangan tabel : dari tabel diatas diketahui bahwa masalah yang paling besar
di Kelurahan Prenggan dusun Karang adalah kebiasaan merokok.
Tabel IX. Prioritas Jalan keluar PHBS
14
diikuti dengan sesi
tanya jawab
- mengadakan sosialisasi
ke sekolah-sekolah
khususnya SD, SMP
dan SMA tentang
bahaya rokok dan kuis
tanya jawab berhadiah
- Menggunakan media
video interaktif,
menunjukkan apa saja
efek samping dari
merokok yang akan
timbul di gigi atau
rongga mulut
14
Tabel X. Alternatif Jalan Keluar PHBS
Keterangan tabel : Jadi prioritas jalan keluar masalah yang efektif dan efisien
adalah
dokter gigi melakukan upaya penyuluhan baik kepada kader, atau ke masyarakat
langsung, penyuluhan menggunakan media. Menginformasikan efek buruk yang
terjadi pada perokok pasif dan tentang akibat dari merokok sebagai perokok aktif,
diikuti dengan sesi tanya jawab.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
C. Saran
Dari hasil survey masyarakat di wilayah Dusun Karang RT 21/
RW 05 Kelurahan Prenggan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) masih sangat dibutuhkan upaya promotif dan preventif yang
inovatif mengenai cara melakukan PHBS dan penyuluhan mengenai
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang dapat diadakan oleh fasilitas
14
kesehatan setempat seperti puskesmas, dokter, dan dokter gigi. Agar
terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatnya kesehatan
gigi dan mulut di masyarakat.
14
SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
PENGUKURAN KARIES GIGI DENGAN INDEKS DMF-T
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan faktor risiko dan fokal infeksi
penyakit sistemik. Hampir seluruh masyarakat dunia menderita penyakit
gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2011). Masalah kesehatan gigi dan mulut
dapat terjadi jika seseorang kurang menjaga kesehatan dan kurangnya
kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut, oleh karena itu menjaga
kesehatan gigi dan mulut sangat perlu dan merupakan suatu pencegahan
terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling manjur
(Tambuwun dkk, 2014 cit. Subarja, 2012). Penyakit pada gigi timbul
akibat gigi tidak dirawat dengan baik. Salah satu penyakit pada gigi yang
paling sering terjadi adalah karies gigi (Putri, Herijulianti dan Nurjannah,
2011).
14
mikroorganisme terhadap karbohidrat. Reaksi ini ditandai dengan
dekalsifikasi komponen inorganik dilanjutkan disintegrasi substansi
organik yang berasal dari gigi (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
14
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor resiko penyebab karies dipengaruhi oleh morfologi gigi, susunan gigi di
dalam rongga mulut, struktur gigi, frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, derajat
keasaman saliva, frekuensi paparan makanan yang dapat menyebabkan karies gigi
(Tarigan, 2012). Karies ditandai oleh adanya demineralisasi mineral email dan dentin,
diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organiknya. Ketika makin mendekati pulpa, karies
menimbulkan perubahan-perubahan dalam bentuk dentin reaksioner dan pulpitis,
mungkin disertai rasa nyeri dan dapat berakibat terjadinya invasi bakteri dan kematian
pulpa. Jaringan pulpa yang mati terinfeksi ini selanjutnya akan menyebabkan perubahan
di jaringan periapeks (Sunarjo dkk, 2016 cit. Pickard, 2002).
Karies dapat terjadi dikarenakan adanya interaksi dari 4 faktor yang saling
berkesinambungan yaitu host atau gigi, substrat, mikroorganisme dan waktu (Fejerskov
dan Kidd, 2008). Host atau gigi merupakan salah satu faktor penyebab karies, struktur
gigi yang paling rentan terhadap karies adalah permukaan oklusal terutama selama fase
erupsi, permukaan ke daerah kontak serviks, sepanjang margin gingiva, pit, groove,
fissures (Fejerskov dan Kidd, 2008). Tingkat keasaman atau pH yang merupakan
karakteristik saliva memiliki peranan yang kuat terhadap terjadinya karies (Dahlan dkk,
2009). Mikroorganisme Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kuman yang
kariogenik karena membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd dan
Bechal, 2012). Karbohidrat menyediakan substrat sebagai pembuatan asam bagi bakteri
dan sintesa polisakarida ekstra sel. Bahan makanan yang mengandung gula akan
14
menurunkan pH plak secara signifikan dan kemudian menyebabkan demineralisasi email
(Kidd dan Bechal, 2012).
Pengukuran status karies bisa dilakukan dengan beberapa index seperti DMFT,
DMFS ataupun ICDAS (chesnutt, 2016).
a. Indeks DMF-T
Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada
seseorang atau sekelompok orang. Pengukuran menggunakan DMFT yaitu
mengukur decayed, missing, dan filling sebagai hasil dari pengukuran dari karies
dental. Indeks DMFT merupakan indeks yang paling sering di gunakan
(Chesnutt, 2016)
14
b. Indeks def-t.
Pengukuran menggunakan def-t yaitu indeks gigi sulung yang di temukan oleh
grubbel pada tahun 1994 untuk mengukur pengalaman karies gigi pada gigi
desidui, d untuk decayed pada gigi desidui, e untuk exctracted , dan f untuk
filling (Hiremath, 2011).
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu
sampai sekarang (Herijulianti dkk, 2001).
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan
menjadi lima kategori, yaitu :
1. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 – 1,0.
2. Kemudian, tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2 – 2,6.
3. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7 – 4,4.
4. Dan tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5 – 6,5.
5. Serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6
(Indirawati dan Magdarina, 2013).
14
BAB III
METODE SURVEI
A. Metode
Metode yang digunakan adalah metode analitik observasional. Metode analitik
observasional adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung secara
cermat di lapangan.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada komuda ini adalah masyarakat Dusun Karang RT 21/ RW
05, Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
E. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam survey ini adalah dengan cara menghitung
nilai DMF-T masing-masing sampel kemudian disimpulkan sesuai dengan kategori
yang telah ditetapkan. Kemudian, jumlah nilai DMF-T seluruh sampel dirata-rata lalu
disimpulkan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan.
14
BAB IV
HASIL SURVEI
Berdasarkan survey DMF-T yang telah dilakukan, diperoleh 2 orang sampel dari 2
keluarga yang berbeda. Hasil dari survey tersebut adalah sebagai berikut :
Jumlah
No. Nama Usia JK D/d M/e F/f (DMF-t/
def-t) Ket
Keterangan tabel:
Angka DMF-T dari kedua sampel menunjukkan nilai yang sangat tinggi yaitu
15.5. Nilai tersebut berada di atas batas yang ditentukan oleh WHO yaitu > 6.6
Keterangan tabel:
Tabel data penilaian Caries Risk Assessment yang dilakukan kepada sampel
menunjukkan kategori resiko tinggi (high) dengan presentase sebesar 100%.
14
BAB V
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
14
C. Penentuan Prioritas Jalan Keluar Kesehatan Gigi dan Mulut
Keterangan Program:
14
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah Dusun Karang RT 21/ RW 05 Kelurahan Prenggan, Kecamatan
Kotagede, Kota Yogyakarta pada hari Rabu tanggal 20 September 2017 dapat
disimpulkan bahwa responden memiliki nilai rata-rata DMF-T yang sangat tinggi
yaitu 15.5 (lebih dari 6.6). Hal ini dapat diakibatkan karena masih kurangnya
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi mulut dan masih kurangnya kesadaran
untuk rutin berkunjung ke dokter gigi walaupun tanpa ada keluhan. Pada penilaian
Caries Risk Assessment (CRA), ditemukan bahwa responden memiliki tingkat resiko
terkena karies yang tinggi (high) sehingga diperlukan usaha untuk mencegah
perkembangan karies.
B. SARAN
Dari hasil survei kedua responden dari kedua keluarga yang berbeda masih
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut, dan
kurangnya kesadaran dari diri sendiri sehingga menyebabkan tingginya risiko karies
dan tingginya angka DMF-T, maka dari itu dibutuhkan usaha lebih dari pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, dapat
dilakukan usaha promotif dan preventif. Upaya promotive yang dapat dilakukan
seperti penyuluhan baik kepada kader atau ke masyarakat langsung, penggunaan
media visual seperti poster . Sedangkan upaya preventif yang dapat dilakukan adalah
penggunaan pasta gigi berfluor, pengaplikasian TAF dan Fissure Sealent. Dari hal
tersebut dapat diadakan pembagian pasta gigi berfluor, pemeriksaan gigi gratis dan
pengaplikasian TAF dan Fissure Sealent pada anak secara gratis untuk menekan
angka karies sejak dini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hermawati G, Hidayanti L, Korneliani K,.(2012) Dampak konsumsi makanan kariogenik
terhadap keparahan karies gigi pada anak pra sekolah. [serial online] Available from
URL: http://journal.unsil.ac.id/
Indirawati TN, Magdarina DA. (2013). Penilaian indeks DMF-T anak usia 12 tahun
oleh dokter gigi dan bukan dokter gigi di kabupaten Ketapang propinsi Kalimantan Barat.
Media Litbangkes: (23)42
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Depkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Nurhajati, N.(2015). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa
Samir Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan,3(1).
Fejerskov, O. dan Kidd, E. (2008). Dental caries: the disease and its clinical
management second edition. Penerbit: Markono Print Media Pte Ltd, Singapore.
Chesnutt, I. G. (2016). Dental Public Health at a Glance. Penerbit: Aptara Inc, New
Delhi: 13.
Dahlan, Z., Widyastuti, T., dan Insanuddin, I. (2009). Hubungan antara Ukuran
Karakteristik Saliva dan Kejadian Karies pada Anak Usia Sekolah Dasar Sasaran Program
UKGS Binaan Jurusan Kesehatan Gigi. Journal Riset Kesehatan. 2(2): 115-120.
Tauifiq, M., Nyorong, M., dan Riskiyani, S. (2013). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Masyarakat di Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea Kota
Pintauli, S. & Hamada, T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat, Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU press.
World Health Organization. (2013). Oral Health Surveys: Basic Methods Fifth Edition.
France: World Health Organization
14
LAMPIRAN
14