You are on page 1of 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN

STANDAR PEMERIKSAAN AKUNTANSI DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK II

1. SRI RAHMAYATI (1801203010012)

2. SUHARTINI (1801203010021)

3. RAHMANIA (1801203010022)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BANDA ACEH - 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,

serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Dan Standar Pemeriksaan Akuntansi di

Indonesia” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap

makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita

mengenai Standar Profesional Akuntansi Publik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami

berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Banda Aceh, 24 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 1

1. Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia ............................ 1

2. Penetapan SAK-ETAP ................................................................................................. 3

3. Perkembangan IFRS Di Indonesia ............................................................................... 5

4. Perkembangan Standar Pemeriksaan Akuntansi Di Indonesia ..................................... 9

5. Kode Etik Profesi Akuntan Publik ............................................................................. 13

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................ 18

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 18

B. Saran ........................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20

ii
PEMBAHASAN

1. SEJARAH PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI

INDONESIA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam

melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua

aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan

orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga

yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi

pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara

di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar

akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk

mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai

sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis

bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang

baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang.

Salah satunya yaitu adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan organisasi

profesi akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia.

Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan yang

terjadi baik tingkat nasional, regional maupun global, khususnya yang mempengaruhi dunia

usaha dan profesi akuntansi sendiri. Perkembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI

pada tahun 1957 hingga kini perkembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus

1
menerus, pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur GAAP

dan GAAS. Kemudian pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

(Komite PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan. Komite PAI telah bertugas selama

empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel

yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama

Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian

pada kongres VIII, tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi

Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi

untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.

SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman pokok untuk menyusun dan

menyajikan laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan adanya standar akuntansi yang baik,

maka laporan keuangan dapat menjadi lebih berguna dan menciptakan transparasi bagi

perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia,

senantiasa berusaha untuk tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam lingkup

nasional, regional, maupun global, khususnya dalam hal yang mempengaruhi dunia usaha dan

profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar

akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.

Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai sebelumnya dalam

pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:

 Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk

KomitePrinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar

akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

 Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973

dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang

akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip

2
akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi

tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut.

 Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini

ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar

Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting

Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia.

Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar

akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi

dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.

 Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995

sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara

berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru.

Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1

Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1

Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta

ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target

ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun

dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS

yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.

2. PENETAPAN SAK-ETAP

Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau

atau The Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah

disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan tandar Akuntansi Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan

3
Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI

menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah

(UKM) (yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di Indonesia) dalam

menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan mereka

juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap

pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan

mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan

kecil dan menengah untuk menerapkannya.

Pada saat diluncurkanya standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara

Seminar Nasional Akuntansi “Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan

oleh Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik

karena exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah),

namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan,

standard ini diberi nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.

Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak

perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam

beberapa hal SAK-ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan

dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat

mata dapat dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan

menyajikan 30 bab.Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka Standar ini dimaksudkan

untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik

yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak

menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi

pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung

dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

4
3. PERKEMBANGAN IFRS DI INDONESIA

a. Definisi IFRS

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk

memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap

kurangnya transparansi informasi keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional

yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi

Internasional (International Accounting Standards/ IAS) disusun oleh empat organisasi utama

dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),

Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal

(IFAC).

Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar

Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar

akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan

standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan

(Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)

Natawidnyana (2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian

dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan

antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee

(IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan

pengembangan standar yang dilakukan.

b. Struktur IFRS

International Financial Reporting Standards mencakup:

1. International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah

tahun 2001.

5
2. International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun

2001.

3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations

Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001.

4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) –

sebelum tahun 2001.

5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement (Kerangka

Kerja persiapan dan Penyajian laporan Keuangan).

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi:

1. Berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang

berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah

transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,

pendapatan dan biaya.

2. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk

menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya

transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal

neraca).

3. pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan

sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan.

4. Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan

untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan

laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai

laporan keuangan.

6
c. Konversi Ke IFRS Di Indonesia

Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia

menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.

Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan

SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati

konvergensi penuh kepada IFRS. Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta

melakukan program konverjensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin

tertinggal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan

penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International Accounting

Standards Board (IASB).

Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional (International

Accounting Standard/ IAS) untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham

di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu

bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang

mahal. Membahas tentang IAS saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi

standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International Accounting Standard

Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic

Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya

harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional,

organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities

Commissions).

7
d. Tujuan IFRS

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan intern perusahaan untuk

periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan tahunan, mengandung informasi

berkualitas tinggi:

1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang

disajikan.

2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.

3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

3.5. Manfaat Dari Adanya Suatu Standard Global:

1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa

hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan

secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.

2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.

3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai

merger dan akuisisi.

4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan

dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.

3.6. Penerapan IFRS di Indonesia

1. Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu di dukung agar

Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah

lama menganut standar ini. “kalau standar itu dibutuhkan dan akan meningkatkan

posisi indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan

pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu

dilakukan” ujarnya.

8
2. Menurut Rudy Suryanto, SE, M.Acc, AKT (dosen program studi akuntansi UMY).

Sebenarnya penerapan IFRS di indonesia telah di mulai secara bertahap sejak tahun

2007, namunakan diterapkan penuh tahun 2012.

Saat standard internasional tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan

ada masalah. Yang menjadi masalah, apabila standard internasional berbeda dengan standard

nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standard nasional (rujukan

pertama). Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring

waktu Standard internasional telah bergerak maju. Dengan pengadopsian IFRS memang

diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup kita memang mengalami perubahan, dan

perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam

mengadopsi IFRS , sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang mungkin menentangnya,

contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih dirasa kurang. Mengapa tidak,

IFRS ini dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris yang berarti kita harus

menerjemahkannya kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang akan menganutnya.

Dengan ini, permasalahannya adalah kita memerlukan banyak waktu untuk menerjemahkan.

Serta anggapan bahwa dengan pengubahan ini menimbulkan biaya yang lumayan

besar, karena inilah pengadopsian IFRS di Indonesia belum berjalan.

4. PERKEMBANGAN STANDAR PEMERIKSAAN AKUNTANSI DI INDONESIA

Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke XV. Diketahui bahwa pada sekitar

awal abad ke XV jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Kelahiran fungsi pengauditan

di mulai oleh negara Inggris. Kemudian Inggris memperkenalkannya di Benua Amerika pada

abad pertengahan XV. Para Auditor di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan

prosedur audit persis seperti yang berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris

pada waktu itu harus tunduk pada undang-undang yang disebut Companies Act.

9
Menurut undang-undang tersebut semua perusahaan publik harus diaudit. Ketika

fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk laporan model Inggris turut diadopsi

pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan yang berlaku di

Inggris. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut

Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai manfaat

pendapat auditor atas laporan keuangan. Perusahaan di Inggris mulai merasakan maanfaat

dari jasa Audit itu sendiri. Namun dikalangan pemegang saham terjadi kesalahpahaman

dengan apa fungsi Audit itu. Profesi Auditor di Amerika berkembang pesat setelah

berakhirnya Perang Dunia I. Sementara itu kesalah pahaman tentang fungsi pendapat auditor

masih terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan

Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh

American Institute of Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American Institute of

Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang

perlunya Auditorsi yanng seragam, tetapi tulisan tersebut sesungguhnya lebih banyak

menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.

Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi

Auditorsi di Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama abad

ke-20. Perkembangan Standar Audit Tahun 1972 Ikatan Akuntan Indonesia berhasil

menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA), yang disahkan di dalam Kongres ke III

Ikatan Akuntan Indonesia. Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang

telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, serta disahkan oleh Pengurus Pusat

Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-

lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal

31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan

Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan

10
interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Indonesia merubah nama Komite Norma

Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun

1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus

1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik

per 1 Januari 2001.

Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan

Standar Auditing (IPSA).

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan

Standar Atestasi (IPSAT).

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi

Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi

Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

Di Indonesia, sebelum terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), standar

auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-

KAP). Setelah terbentuknya IAPI yang secara resmi diterima sebagai anggota asosiasi yang

pertama oleh IAI pada tanggal 4 Juni 2007 serta diakui oleh pemerintah RI sebagai organisasi

profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik,

penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta

menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di

Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 pada tanggal 5 Pebruari

11
2008, selanjutnya standar auditing berupa Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

disusun dan diterbitkan oleh IAPI.

SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.

Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam SPAP terdiri dari:

1. Pernyataan Standar Auditing.

2. Pernyataan Standar Atestasi.

3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review.

4. Pernyataan Jasa Konsultasi.

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu

Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen Akuntan Publik

sejak bulan Mei 2000. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia

selama ini mengacu pada standar auditing dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing

menjadi tiga bagian utama yaitu Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar

Pelaporan. Sedangkan International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar

auditing dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar

Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di ISA sudah

mencerminkan proses pengerjaan auditing.

International Standardson Auditing (ISA) merupakan standar audit terbaru yang telah

diadopsi di Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas Statement of

Membership Obligation and International Federation of Accountants. Per 1 Januari 2013,

Akuntan Publik wajib melakukan audit atas laporan keuangan emiten berdasarkan standar

yang baru ini. Aplikasi ISA diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP).

12
Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai

dengan persetujuan penugasan (agreement of engagement). Kemudian, tahap kedua

melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien, serta

penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi audit. Hal ini

dilakukan dengan memperhatikan access inherent list. Tahap selanjutnya adalah execute the

audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat melaksanakan audit maka akan dilakukan

test of control, substantive and analytical procedure dan other substantive procedure. Tahap

kelima, mulai membentuk opini. Dan tahap terakhir adalah membuat laporan audit. Dari

keenam tahapan pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak jauh berbeda

dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di Indonesia.

Demikian sedikit gambaran International Standar on Auditing (ISA) yang merupakan

standar audit internasional dibandingkan dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

yang merupakan standar audit yang berlaku di Indonesia.

5. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

5.1 Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah Panduan dan aturan bagi seluruh anggota

dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat memenuhi tanggung jawabnya dengan standar

profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertingi, dengan orientasi pada

kepentingan public.

5.2 Tujuan Kode Etik Profesi

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar

profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada

kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang

harus dipenuhi:

13
 Profesionalisme, Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh

pemakai jasa

 Akuntan ,sebagai profesional di bidang akuntansi.

 Kualitas Jasa, Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari

akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

 Kepercayaan, Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat

kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

 Prinsip Etika,

 Aturan Etika, dan

 Interpretasi Aturan Etika.

1) Prinsip Etika

a) Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota

harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua

kegiatan yang dilakukannya.

b) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

c) Integritas

Untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap anggota harus

memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

d) Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

14
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,

kompetensi clan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk

memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa

profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan

teknik yang paling mutakhir.

f) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kiewajiban

profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

g) Perilaku Profesional

Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam reputasi profesi yang

baik clan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

h) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar

teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan

dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip

integritas clan obyektivitas.

2) Aturan Etika

a) Independensi, Integritas, Obyektivitas

 Independensi

15
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan

sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana

diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI.

Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in

fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

 Integritas dan Objectivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan

integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of

interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material

misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)

pertimbangannya kepada pihak lain.

b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

 Standar Umum

- Kompetensi profesional.

- Kecermatan dan keseksamaan profesional.

- Perencanaan dan supervisi.

- Data relevan yang memadai.

- Prinsip Akuntans

c) Tanggung Jawab kepada Klien

d) Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi

e) Tanggungjawab dan Praktik Lain

3) Interprestasi Aturan Etika

Interprestasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan

yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-

16
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa

dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi

dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk

menggantikannya. Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua

standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan

tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh

adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh

adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila

diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus

memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur

bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

17
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai sebelumnya dalam

pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:

 Pada periode 1973-1984, IAI telah membentuk Komite PAI untuk menetapkan

standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip

Akuntansi Indonesia (PAI).

 Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973

dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984).

Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas

prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan

standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut.

 Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun

1995-2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara

berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar

baru.

2. Perkembangan Standar Pemeriksaan Akuntansi di Indonesia:

 NPA

Tahun 1972, IAI menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA), yang disahkan

dalam konggres III IAI.

 SPAP

Tahun 1992, IAI menerbitkan NPA edisi revisi yang memasukkan sup;emen no.1

s/d 12 dan interpretasi no. 1 s/d 2.

18
 ISA

Per 1 Januari 2013, akuntan pulik wajib melakukan audit atas laporan keuangan

emiten berdasarkan International Standards on Auditing (ISA).

B. SARAN

Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang digunakan oleh Akuntan Publik

dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta ( di luar keuangan Negara), Standar ini

merupakan Standar Profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam

pemeriksaan sesuai Standar Profesional yang telah ditetapkan. Maka dari itu dalam

pembelajaran tentang SPAP semoga para mahasiswa akuntansi khususnya, mengerti dalam

laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan

Standar Pemeriksaan agar tidak terjadi indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan

peraturan perundang-undangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://diahbudiasih.blogspot.com/2015/07/tugas-3-sejarah-standar-akuntansi.html.

www.bimbie.com/akuntansi-keuangan-dan-standar-akuntansi-keuangan.htmL.

https://agusnuramin.wordpress.com/2012/10/09/perkembangan-standar-akuntansi-dI-

indonesia/.

http://mengenalekonomi.blogspot.com/2014/10/standar-akuntansi-keuangan-dan.html.

https://dokumen.tips/documents/sejarah-standar-audit-dan-keuangan.html.

20

You might also like