You are on page 1of 11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Korupsi

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya


busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Arti harfiahnya adalah
Kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat di suap, Tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan
curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari
struktur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah
laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah
pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap
sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-
kekuatan formal untuk memperkaya diri sendiri.

Wertheim dalam Lubis, 1970 menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan


melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa
juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa
dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan
kepada keluarganya atau kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan
pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian,
jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat,
pemisahan keuangan pribadi dengan masyarakat.

1
2.2 Bentuk Korupsi

Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan
gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara
sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu
kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima
upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya
kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat
merugikan keuangan negara.
Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa
uang maupun barang.
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa
dana publik atau sumber daya alam tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan
(trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi
informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan.
Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya.

6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.

7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.

2.3 Penyebab Terjadinya Korupsi

Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi, yaitu:


a) Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make up politik,
sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti pemerintahan.

2
b) Penyalahgunaan kekuasaan/wewenanng, takut dianggap bodoh kalau tidak menggunak
an kesempatan.
c) Langkanya lingkungan yang antikorup, sistem dan pedoman antikorupsi hanya
dilakukan sebatas formalitas.
d) Rendahnya pendapatan penyelenggara Negara. Pendapatan yang diperoleh
harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara Negara, mampu mendorong
penyelenggara Negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
e) Kemiskinan, keserakahan, masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena
kesulitanekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi
karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan.
f) Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
g) Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat tertangkap
bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan
hukumannya.
h) Budaya permisif/serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa bila
seringterjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi.
i) Gagalnya pendidikan agama dan etika. Pendapat Franz Magnis Suseno bahwa
agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena
perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Sebenarnya agama bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan
institusi lainnya, sebab agama memiliki relasi atauhubungan emosional dengan
para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang
dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang
sangat buruk.

2.4 Motif yang Mendasari Terjadi Korupsi


Motif, penyebab, atau pendorong seseorang untuk melakukan tindakan korupsi
sebenarnya bervariasi dan beranekaragam. Akan tetapi, secara umum dapat dirumuskan,
bahwa tindakan korupsi dilakukan dengan tujuan mendapat keuntungan pribadi,
keluarga, kelompok, golongannya sendiri. Dengan mendasarkan pada motif keuntungan
pribadi atau golongan ini, dapatlah dipahami jika korupsi terdapat dimana-mana dan

3
terjadi kapan saja karena masalah korupsi selalu terkait dengan motif yang ada pada tiap
insan manusia untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau golongannya.

Cara yang ditempuh menurut norma-norma yang berlaku merupakan usaha yang
bersifat halal dan ridha. Cara korupsi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
tidak mengikuti dan didasari norma-norma yang berlaku, jelas bahwa hal ini tidak halal
dan tidak diridhai. Apabila tindakan atau usaha ini dilakukan dengan penggunaan dan
atau penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau kesempatan kerja dengan
persyaratan seperti dirumuskan dalam pengertian kerja, usaha ini dikategorikan tindakan
korupsi.

Banyak faktor yang mempengaruhi motif untuk melakukan tindakan korupsi yang
menginginkan keuntungan pribadi atau golongan. Menurut komisi IV, terdapat tiga
indikasi yang menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia, yakni :

1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi


2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri, dan
3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.

2.5 Dampak Korupsi


Korupsi berdampak sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
karena telah terjadi kebusukan, ketidakjujuran dan melukai rasa keadilan masyarakat.
Penyimpangan anggaran yang terjadi akibat korupsi telah menurunkan kemampuan
negara untuk memberikan hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat, seperti :
pendidikan, perlindungan lingkungan, penelitian, dan pembangunan. Pada tingkat
mikro, korupsi telah meningkatkan ketidakpastian adanya pelayanan yang baik dari
pemerintah kepada masyarakat.
Dampak korupsi yang lain bisa berupa :
1. Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan religiusitas bangsa.
2. Adanya efek buruk baginperekonomian negara
3. Korupsi memberi kontribusi bagi matinya etos kerja masyarakat.
4. Terjadinya eksploitasi sumberdaya alam oleh segelintir orang.
5. Memiliki dampak sosial dengan merosotnya human capital.

4
Korupsi selalu membawa konsekuensi negatif terhadap proses demokratisasi dan
pembangunan, sebab korupsi telah mendelegetimasi dan mengurangi kepercayaan
publik terhadap proses politik melalui money-politik. Disisi lain, korupsi menyebabkan
berbagai proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah serta tidak sesuai
dengan kebutuhan yang semestinya, sehingga menghambat pembangunan jangka
panjang yang berkelanjutan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Jalani Sidang Perdana, Mantan Wali Kota Batu Tak Banyak Bicara

Sidang 1 :

sidoarjo - Mantan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko menjalani sidang perdanannya dalam
kasus dugaan korupsi. Eddy tidak banyak memberikan komentar saat menjalani sidang
dengan agenda pembacaan dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Surabaya di Juanda, Sidoarjo.

Dalam sidang dakwaan, Eddy didakwa pasal berlapis oleh Jaksa Penuntut Umum dari
Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Bahwa terdakwa dan Edi Setiawan mengetahui dan patut menduga bahwa penerimaan
hadiah dari Filipus Djap tersebut diberikan karena kekuasan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatan terdakwa selaku Wali Kota Batu sebagaimana diatur dalam
Pasal 65 UU Nomor 23/2014 tentang pemerintahan daerah atau menurut pikiran Filipus
Djap pemberian hadiah tersebut ada hubungannya dengan jabatan terdakwa selaku Wali
Kota Batu," kata JPU dari KPK Iskandar Marwanto saat membacakan dakwaan di ruang
sidang Cakra Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya di Juanda, Sidoarjo,
Jumat (2/2/2018).

5
Akibat perbuatan tersebut, JPU mendakwa Eddy Rumpoko dengan Pasal berlapis yakni
Pasal 12 huruf A atau pasal 11 UU Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke 1
juncto pasal 64 ayat 1 KUHP.

Usai pembacaan dakwaan, Ketua Majelis Hakim Unggul Warso menunda sidang dan akan
meneruskannya pada Jumat (9/2/2018) dengam agenda pemeriksaan saksi. Usai sidang,
sambil tersenyum Eddy meminta doa restu dalam menjalani sidang dalam dugaan suap
proyek Pemkot Batu senilai Rp 5,26 miliar.

"Mohon doa restunya teman teman," kata Eddy sambil terus tersenyum meninggalkan
ruang sidang Pengadilan Tipikor Surabaya di Juanda.
Sumber : news.detik.com. berita-jawa-timur. Mantan waikota batu

Menurut sidang 2 :
Merdeka.com - Mantan Wali Kota Batu, Jawa Timur, Edy Rumpoko divonis tiga tahun
penjara dan denda Rp 300 juta subsider tiga bulan penjara dalam kasus suap. Vonis
dibacakan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tipikor Surabaya, Unggul Warso
Mukti dalam persidangan yang berlangsung hari Jumat (27/4).

dijatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama tiga tahun penjara dan denda sebesar
Rp 300 juta rupiah," katanya saat membacakan amar putusan. Dikutip dari Antara.

Menurut Ketua Majelis Hakim Unggul Warso Mukti, terdakwa ER terbukti bersalah
melanggar pasal 11 UU Tipikor sebagaimana dakwaan subsidair jaksa penuntut umum,
sedangkan dakwaan primer dinyatakan tidak terbukti.

6
Selain menjatuhkan hukuman penjara selama tiga tahun dan denda Rp 300 juta, majelis
hakim Pengadilan Tipikor Surabaya juga mencabut hak politik terdakwa selama tiga tahun.

"Mencabut hak dipilih terdakwa selama tiga tahun terhitung setelah terdakwa menjalani
hukuman penjaranya," kata hakim Unggul.

Sebelumnya, jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut terdakwa untuk


menjatuhkan hukuman penjara selama delapan tahun dan denda Rp600 juta subsider enam
bulan kurungan.

Dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya, sebelumnya, Jaksa KPK
Iskandar Marwanto juga menuntut hakim memutuskan mencabut hak Eddy Rumpoko
untuk dipilih menjadi pejabat publik selama lima tahun sejak dihukum.

Ia mengatakan terdakwa terbukti bersalah karena melanggar Pasal 12 huruf a Undang-


Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat
1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Dalam sidang putusan itu, hal yang memberatkan terdakwa tidak mendukung upaya
pemberantasan korupsi, tidak mengakui perbuatannya.

Sedangkan yang meringankan yaitu terdakwa berlaku sopan dan juga memiliki tanggungan
keluarga.

Atas putusan majelis hakim ini, baik jaksa penuntut umum dan juga penasihat hukum
terdakwa menyatakan masih pikir-pikir.

Sementara itu, usai persidangan Edy Rumpoko langsung disambut oleh puluhan
pendukungnya yang berada di luar ruangan persidangan.

"Saya meminta supaya proses belajar anak-anak tetap berlangsung. Putusan ini mungkin
menjadi jalan yang terbaik bagi saya," katanya.

Kasus ini bermula saat ER ditangkap KPK di rumah dinas pertengahan September 2017.
Dia diduga menerima suap berupa mobil merek Toyota New Alphard senilai Rp 1,6 miliar
dari pengusaha Filiphus Djap

7
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Menurut kelompok kami tindak pidana korupsi bagi masyarakat di indonesia sudah tak
asing lagi, bahkan mulai dari golongan bawah hingga golongan pejabat . sedangkan
menurut bentuk korupsi mantan walikota batu ini termasuk penyuapan dan gratifikasi.
Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh
setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas
tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi
bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara. Mantan walikota batu ini
menerima suap proyek pemkot batu senilai Rp 5,26 miliar. Namun pada siding kedua telah
ditetapkan tiga tahun penjara dan denda sebesar Rp 300 juta rupiah, menurut merdeka.com
pak edy tampak santai dan bahagia saat di sorot kamera layaknya orang tidak berdosa,
bahkan sempat tersenyum pada saat akan meninggalkan ruangan. Perlu kitaketahui
damapak korupsi sangatlah besar Korupsi memberi kontribusi bagi matinya etos kerja
masyarakat, terjadinya eksploitasi sumberdaya alam oleh segelintir orang, memiliki

8
dampak sosial dengan merosotnya human capital. Korupsi di indonesia sangat luas maka
dari itu cegahlah korupsi mulai dari yang terkecil, jangan mau menerima suap dalam
kepentingan apapun, berusaha untuk mensyukuri apa yang telah diberi olehNYA. Karena
pada dasar nya oarang yang melakukan tipikor adalah orang yang tidak puas akan hasil
kerja kerasnya, merasa kurang dan kurang. Untuk menghindari tipikor itu sendiri sebaiknya
perkuat iman dan wawasan kita agar dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Tanamkan anti tipikor pada diri anda, anggaplah tipikor adalah tindakan yang tercela yang
dapat merugikan kesejahteraan orang banyak.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara istilah korupsi diartikan sebagai kebusukan, keburukan, tidak bermoral dan
ketidakjujuran. Korupsi merupakan bentuk penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan
untuk mendapatkan kepentingan pribadi dan/ golongan. Korupsi memiliki beberapa bentuk
tindakan diantaranya penyuapan, penipuan dan pencurian sumber daya, pemalakan,
pelanggaran hukum dan lain sebagainya.

Korupsi dipicu oleh adanya kesempatan yang dimiliki individu atau kelompok dalam
melakukannya. Korupsi disebabkan oleh beberapa hal seperti hukum yang kurang tegas
dalam menindak koruptor, jabatan tinggi tetapi keimanan rendah, lingkungan yang korup,

9
rendahnya pendapatan, keserakahan, serta pendidikan moral dan budaya anti korupsi yang
gagal.

Korupsi tentu saja merugikan banyak pihak. Korupsi menyebabkan perekonomian


negara runtuh, nama bangsa tercoreng di mata negara lainnya, moralitas penduduk turun
karena menganggap korupsi adalah hal yang biasa, etos kerja masyarakat menurun, publik
tidak percaya lagi pada pemerintah dan terjadinya eksploitasi sumber daya sebagai bentuk
masyarakat yang mencontoh sikap korup dari para pejabat.

4.2 Saran

Setelah membaca ulasan singkat terkait korupsi ini diharapkan pembaca megerti sikap
yang harus diterapkan yaitu sikap budaya anti korupsi. Untuk menubuhkan sikap ini dapat
dimulai dari diri sendiri dengan cara yang sederhana seperti dengan menaati peraturan-
peraturan yang berlaku, menolak segala perbuatan yang menyimpang dan tidak melakukan
tindak korupsi sekecil apapun seperti membayar upeti untuk memperlancar kepengurusan
SIM.

DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada 22 Oktober 2018 https://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-model-


bentuk-jenis-korupsi.html

Diakses pada 22 Oktober 2018 http://contoh-makalahlengkap.blogspot.com/2015/01/upaya-


pemberantasan-korupsi-di-indonesia.html

Diakses pada 22 Oktober 2018 https://www.scribd.com/document/365200315/Faktor-


Penyebab-Terjadinya-Korupsi-Dan-Upaya-Penanggulangannya

Diakses pada 22 Oktober 2018 https://www.scribd.com/doc/268889109/makalah-korupsi

Diakses pada 22 Oktober 2018 http://eprints.walisongo.ac.id 104211009_Bab2.pdf

10
Diakses pada 23 Oktober 2018 news.detik.com. berita-jawa-timur. Mantan waikota batu

11

You might also like