You are on page 1of 7

Perbandingan Penyembuhan Luka Insisi Menggunakan Pisau Bedah dan

Pisau Elektrokauter Dinilai dengan Vancouver scar score pada Operasi


Luka Bersih

1
Diadon Mitaart, 2Mendy Hatibie, 3Djarot Noersasongko

1
Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
KSM Ilmu Bedah Divisi Bedah Plastik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
2
KSM Ilmu Bedah Divisi Bedah Ortopedi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: donmitaart@gmail.com

Abstract: Skin incision is usually performed by using a scalpel. It is assumed that


electrocautery knife, a more recent alternative, can increase the risk of infection, impair
healing, and result in poor cosmetic scar. This study was aimed to compare the healing process
of incision wounds performed by using sclapels and electrocautery knives assessed with
Vancouver Scar Score (VSS) at three months after operation. This was an experimental study.
Subjects were 17 male patients, aged 18-55 years old, with elective operation (categorized as
clean wound operation) from March through June 2016 at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital
Manado. Each incision was performed with a scalpel first (Group A) and continued with an
electrocautery knife (Group B). After 3 months of operation, the wound scars were assessed
with VSS. The Wilcoxon signed ranks test showed no significant difference between the VSS
of the two groups (P > 0.05). Conclusion: There was no difference in wound healing of
incised wounds performed by using scalpels and by using electrocautery knives.
Keywords: VSS, electrocautery, wound healing, scar

Abstrak: Insisi kulit biasanya dilakukan dengan menggunakan pisau bedah. Peralatan
elektrokauter merupakan alternatif baru yang dianggap meningkatkan risiko infeksi,
memperlambat penyembuhan, dengan hasil secara kosmetik yang buruk. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan proses penyembuhan dari luka insisi menggunakan pisau
bedah dan pisau elektrokauter yang dinilai dengan Vancouver Scar Score (VSS) pada operasi
dengan luka bersih. Jenis penelitian ialah eksperimental. Penelitian dilakukan selama periode
Maret 2016 s/d Juni 2016 pada 17 orang pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 18-55 tahun
yang memerlukan operasi elektif di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan dikategorikan
operasi dengan luka bersih. Setiap insisi selalu dilakukan terlebih dahulu dengan pisau bedah
(kelompok A) dan sisanya dilakukan dengan pisau elektrokauter (kelompok B), kemudian luka
dinilai dengan VSS setelah 3 bulan kemudian. Hasil uji Wilcoxon signed ranks terhadap hasil
VSS saat 3 bulan setelah operasi memperlihatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
hasil perlakuan A dan B (P > 0,05). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan dalam penyembuhan
dari kedua bagian luka insisi yang menggunakan pisau bedah dan pisau elektrokauter pada
operasi dengan luka bersih.
Kata kunci: VSS, elektrokauter, penyembuhan luka, jaringan parut

Jaringan parut (skar) terbentuk setelah bahkan keloid. Bekas luka sering
prosedur bedah dan berbagai jenis trauma, memerlukan perawatan selama berbulan-
terutama luka bakar. Beberapa bekas luka bulan atau bahkan beberapa tahun.1
sembuh dengan cepat, sementara yang lain Jaringan parut dapat menyebabkan
berkembang menjadi skar hipertrofik atau berbagai masalah, antara lain masalah

191
192 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 3, November 2017, hlm. 191-197

kosmetik, psikologis, dan masalah untuk insisi kulit. Hal ini disebabkan karena
fungsional. Jaringan parut biasanya laporan penelitian sebelumnya yang
dibedakan dari kulit normal dari segi menunjukkan bahwa elektrokauter
perbedaan warna, peningkatan ketebalan, menyebabkan pertumbuhan jaringan yang
luas permukaan yang tidak rata, dan buruk yang bisa berujung pada infeksi
kualitas fungsional yang jelek, disebabkan jaringan, keterlambatan penyembuhan, dan
oleh hilangnya kelenturan dan kontraksi. pertumbuhan jaringan parut yang buruk.
Gambaran jaringan parut secara klinis Walaupun laporan hasil penelitian tersebut
relevan dan berhubungan dengan kualitas kurang menjanjikan, penelitian mengenai
dan penilaian jaringan parut. Untuk evaluasi pengaruh elektrokauter terhadap luka
hasil uji klinis, baik pengukuran subjektif seperti durasi operasi dan perdarahan juga
maupun objektif dari jaringan parut sangat termasuk infeksi pada luka operasi masih
diperlukan.1 cukup diminati.6 Beberapa penelitian telah
Penilaian jaringan parut diperlukan dilakukan untuk membandingkan hasil
dalam praktek klinis di pusat-pusat yang insisi yang dilakukan dengan menggunakan
mengobati korban luka bakar dan pasien pisau bedah dan peralatan elektrokauter
lain dengan bekas luka yang bermasalah. serta menilai hasil dari penyembuhan luka,
Untuk saat ini metode yang diketahui untuk keefektifan, kurangnya perdarahan yang
menilai jaringan parut masih jarang. Dalam dihasilkan, dan kepuasan pasien pasca
studi ilmiah tentang jaringan parut, operasi. Laporan berbagai hasil penelitian
penilaian skoring Vancouver Scar Score tersebut memperlihatkan penggunaan
(VSS) yang paling umum digunakan. peralatan elektrokauter sama amannya
Meskipun pernah dilaporkan bahwa dengan pisau bedah dalam hal
penilaian subjektif tidak terlalu dapat penyembuhan luka insisi dengan beberapa
diandalkan namun VSS telah menjadi baku keuntungan tambahan antara lain
emas untuk menilai jaringan parut.2 berkurangnya kehilangan darah dan nyeri
Penggunaan dan pengetahuan pasca operasi.7-10
mengenai prosedur bedah listrik sangat
penting dalam bidang bedah kulit. Bedah METODE PENELITIAN
listrik merupakan suatu teknik bedah yang Jenis penelitian ini ialah ekperimental.
menggunakan transmisi listrik untuk Penelitian dilakukan selama periode Maret
memotong jaringan, menghancurkan 2016 s/d Juni 2016 terhadap pasien yang
jaringan, dan mengkauterisasi pembuluh datang dan memerlukan operasi elektif di
darah. Panjang gelombang arus listrik yang RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
bervariasi dapat menyebabkan efek biologis kategori operasi dengan luka bersih,
yang berbeda pada jaringan. Bedah listrik berjenis kelamin laki-laki, dan berusia 18-
dalam bidang dermatologi mencakup 55 tahun.
beberapa modalitas terapi, yaitu elektro- Tahapan perlakuan yang diberikan
fulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, ialah sebagai berikut: Pada lokasi operasi
elektroseksi, elektrokauterisasi, dan elektro- diberi tanda insisi (marker), setengahnya
lisis.3,4 Elektrokauterisasi sendiri bukan diinsisi dengan pisau bedah (sebelah
merupakan modalitas bedah listrik murni proksimal/lateral) dan setengahnya lagi
karena tidak ada aliran listrik yang melalui diinsisi dengan pisau elektrokauter (sebelah
tubuh pasien.5 distal/medial). Setelah dilakukan tindakan
Bedah elektrokauter telah berkembang asepsis dan antisepsis, dibuat insisi kulit
pesat, dan digunakan untuk pemisahan dengan menggunakan pisau bedah
jaringan serta hemostasis. Bedah elektro- mengikuti marker sampai pada lapisan
kauter merupakan metode yang praktis, lemak subkutan. Insisi kulit diteruskan
awalnya diperkenalkan pada abad ke-20 menggunakan pisau elektrokauter sampai
namun ternyata dokter bedah masih agak lapisan subkutis, sebelumnya telah diatur
segan menggunakannya bila tujuannya pure cut mode dan angka 20 watt pada
Mitaart, Hatibie, Noersasongko: Perbandingan penyembuhan luka insisi ... 193

mesin kauter. Insisi dilakukan dengan yang dilakukan operasi dengan kategori
kecepatan 3-5 cm per detik dengan sekali operasi luka bersih di RSUP Prof. Dr. R. D.
insisi mengikuti marker. Luka dijahit Kandou Manado. Penelitian ini dilakukan
dengan jahitan interuptus menggunakan pada 17 luka operasi. Sebanyak 14 luka
benang monofilamen non-absorable ukuran didapatkan dari operasi Divisi Ortopedi dan
2-0 untuk ekstremitas dan 3-0 untuk 3 luka dari operasi Divisi Digestif (Tabel 2
trunkus. Setelah luka ditutup, dilakukan dan 3). Insisi awal selalu dimulai dengan
pendokumentasian. Perawatan luka dilaku- pisau bedah sepanjang ½ dari panjang insisi
kan seperti biasanya dan luka dinilai dengan luka dan kemudian sisanya diperpanjang
VSS saat 3 bulan setelah operasi. dengan menggunakan pisau elektrokauter
Hasil penilaian VSS pada luka insisi yang sebelumnya sudah diatur ke pure cut
dengan pisau bedah dimasukkan dalam mode dan angka 20 watt pada mesin kauter.
kelompok A sedangkan yang dengan pisau Selanjutnya luka mendapat perlakuan
elektrokauter dimasukkan dalam kelompok perawatan luka yang sama, dan dikontrol
B. Penilaian pada bekas luka memakai setelah 3 bulan kemudian, dan dinilai
standar baku yaitu VSS, terdiri dari: dengan menggunakan VSS.
konsistensi (0-5 poin), ketebalan (0-3 poin), Tabel 2 memperlihatkan hasil penilaian
vaskularisasi (0-3 poin), dan pigmentasi (0- luka dengan VSS pada kelompok A (insisi
3 poin) (Tabel 1).2 dengan pisau bedah) sedangkan Tabel 3
Analisis data dilakukan secara deskriptif memperlihatkan hasil penilaian dengan
dan analisis perbandingan kedua perlakuan VSS pada kelompok B (insisi dengan pisau
menggunakan uji Wilcoxon signed ranks. elektrokauter).

Tabel 1. Vancouver Scar Score2 Analisis data


Hasil uji kenormalan data menunjuk-
Karakteristik skar Skor
kan bahwa data konsistensi dan ketebalan
Vaskularisasi Normal 0
pada perlakuan A dan B tidak menyebar
Merah muda 1
normal (P < 0,05) sehingga perbedaan
Merah 2
kedua perlakuan diuji dengan Wilcoxon
Ungu 3 signed ranks yang menunjukkan tidak
Pigmentasi Normal 0 terdapat perbedaan bermakna dalam
Hipopigmentasi 1 konsistensi (P > 0,05) dan ketebalan antara
Campuran 2 perlakuan A dan B (P > 0,05).
Hiperpigmentasi 3 Hasil uji kenormalan data menunjuk-
Konsistensi Normal 0 kan data vaskularisasi dan pigmentasi
Lentur 1 perlakuan A dan B tidak menyebar normal
Lunak 2 (P < 0,05) sehingga perbedaan kedua
Keras 3 perlakuan diuji dengan Wilcoxon signed
Padat 4 ranks yang menyatakan tidak terdapat
Kontraktur 5 perbedaan dalam vaskularisasi (P < 0,05)
Ketinggian/ Datar 0 dan pigmentasi antara perlakuan A dan B
ketebalan (P > 0,05).
<2 mm 1 Hasil uji kenormalan data menunjuk-
2-5 mm 2 kan data hasil perlakuan A dan B tidak
>5 mm 3 menyebar normal (P < 0,05) maka
Total skor 14 perbedaan kedua perlakuan diuji dengan
Wilcoxon signed ranks yang menunjukkan
HASIL PENELITIAN tidak terdapat perbedaan bermakna antara
Subyek penelitian diperoleh dari pasien hasil perlakuan A dan B (P > 0,05).
194 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 3, November 2017, hlm. 191-197

Tabel 1. Hasil penilaian dengan VSS pada kelompok A (insisi dengan pisau bedah)
Sampel Usia Regio Jenis operasi I II III IV Hasil
luka
Luka 1 28 SIAS K Nail femur 1 2 0 1 4
Luka 2 28 Femoral K Nail femur 1 1 1 1 4
Luka 3 28 Femoral K Nail femur 1 2 0 0 3
Luka 4 45 Patela ORIF 0 1 2 0 3
Luka 5 45 Femoral ORIF 0 1 1 1 3
Luka 6 18 Humerus ORIF 1 0 2 0 3
Luka 7 35 Femoral ORIF 1 2 1 0 4
Luka 8 38 Vertebra Laminectomy 0 1 1 1 3
Luka 9 50 Ingunal Herniotomy 1 1 0 0 2
Luka 10 43 Antebrachi ORIF 1 2 1 1 5
Luka 11 43 Antebrachi ORIF 0 1 0 2 3
Luka 12 42 Vertebra Laminectomy 0 1 0 1 2
Luka 13 55 Inguinal Herniotomy 1 0 1 1 3
Luka 14 40 Femoral ORIF 1 1 0 1 3
Luka 15 40 Femoral ORIF 0 1 1 1 3
Luka 16 18 Clavicula ORIF 1 0 1 0 2
Luka 17 43 Mid line abdomen Cholecystectomy 5 2 3 2 12

Tabel 2. Hasil penilaian dengan VSS pada kelompok B (insisi dengan pisau elektrokauter)
Sampel Usia Regio Jenis operasi I II III IV Hasil
luka
Luka 1 28 SIAS K Nail femur 1 2 0 1 4
Luka 2 28 Femoral K Nail femur 1 1 1 1 4
Luka 3 28 Femoral K Nail femur 1 2 0 0 3
Luka 4 45 Patela ORIF 0 1 2 0 3
Luka 5 45 Femoral ORIF 0 1 1 1 3
Luka 6 18 Humerus ORIF 1 0 2 0 3
Luka 7 35 Femoral ORIF 1 2 1 0 4
Luka 8 38 Vertebra Laminectomy 0 1 1 1 3
Luka 9 50 Ingunal Herniotomy 1 1 0 0 2
Luka 10 43 Antebrachi ORIF 1 2 1 1 5
Luka 11 43 Antebrachi ORIF 0 1 0 2 3
Luka 12 42 Vertebra Laminectomy 0 1 0 1 2
Luka 13 55 Inguinal Herniotomy 1 0 1 1 3
Luka 14 40 Femoral ORIF 1 1 0 1 3
Luka 15 40 Femoral ORIF 0 1 1 1 3
Luka 16 18 Clavicula ORIF 1 0 1 0 2
Luka 17 43 Mid line abdomen Cholecystectomy 5 2 3 2 12
Keterangan: I, Konsistensi (0 - 5); II, Ketebalan (0 - 3); III: Vaskularisasi (0 - 3); IV: Pigmentasi (0 - 3)

BAHASAN terjadi melalui tiga fase yaitu: 1) fase


Respon fisiologik pada luka ialah inflamasi; 2) fase proliferasi; dan 3) fase
proses penyembuhan luka. Pemahaman remodeling.11 Penyembuhan luka sering
terhadap proses penyembuhan luka secara berakhir dengan meninggalkan jaringan
normal merupakan hal penting dalam parut. Walaupun jaringan parut terdiri dari
pemahaman patofisiologi jaringan parut protein yang sama (kolagen) dengan
atau keloid. Penyembuhan luka merupakan jaringan yang digantikannya, namun
proses sangat kompleks dan secara normal komposisi serat proteinnya yang berbeda,
Mitaart, Hatibie, Noersasongko: Perbandingan penyembuhan luka insisi ... 195

yaitu bukannya membentuk anyaman acak menjadi lebih obyektif.16 Vancouver scar
dari serat kolagen seperti yang ditemukan score (VSS) pertama kali dijabarkan oleh
pada jaringan normal melainkan Sulivan pada tahun 1990 dan dimodifikasi
membentuk anyaman satu arah pada oleh Baryza pada tahun 1995. Skala ini
jaringan parut. Barisan kolagen dari menilai 4 variabel yaitu vaskularisasi,
jaringan parut ini mempunyai kualitas ketinggian/ketebalan, konsistensi dan
16-18
fungsional yang lebih buruk dari pada pigmentasi dengan rincian sebgai
kolagen yang teranyam acak. Contohnya, berikut: konsistensi (0-5 poin), ketebalan
jaringan parut pada kulit lebih kurang tahan (0-3 poin), vaskularisasi (0-3 poin), dan
terhadap radiasi ultraviolet, lagipula pigmentasi (0-3 poin).2
kelenjar keringat serta folikel rambutnya Penelitian ini dilakukan pada 17 luka
tidak tumbuh lagi bersama dengan jaringan operasi dengan jenis operasi yang
parut.12,13 dikategorikan operasi dengan luka bersih.
Jaringan parut adalah suatu area Insisi awal ½ dari panjang insisi luka
jaringan fibrosis yang menggantikan kulit dilakukan dengan pisau bedah dan sisanya
normal setelah cedera yang bertujuan untuk diperpanjang dengan pisau elektrokauter.
memperbaiki luka pada kulit maupun pada Jaringan parut yang terbentuk dinilai
organ lain dari tubuh. Dengan demikian, dengan menggunakan VSS saat 3 bulan
proses pembentukan jaringan parut setelah operasi.
merupakan bagian dari proses penyem- Pada penelitian ini, hasil uji perbedaan
buhan yang alami. Dengan pengecualian kedua perlakuan dengan uji Wilcoxon
dari lesi yang sangat kecil, setiap luka signed ranks menunjukkan tidak terdapat
(setelah trauma, penyakit, atau tindakan perbedaan bermakna antara hasil VSS
bedah) menghasilkan hasil jaringan parut kelompok A dan B (P > 0,05). Hasil
yang berbeda derajat.12,13 penelitian ini sejalan dengan beberapa
Jaringan parut yang terbentuk dapat penelitian sebelumnya baik yang berdasar-
dibedakan atas skar hipertrofik dan keloid. kan jenis operasi,19 kejadian infeksi,20 dan
Skar hipertrofik merupakan tipe jaringan keamanannya.6 Hal ini sesuai dengan teori
parut yang terbatas pada defek awal dan yang menerangkan tentang cara kerja
cenderung menghilang seiring waktu elektrokauter yaitu ujung elektrokauter
sedangkan keloid ialah perluasan skar yang menghasilkan panas yang menyebabkan
melewati batas luka awal.14,15 Konsep ini terjadi hemostasis dan perubahan dari
menyatakan pula bahwa suatu skar dapat protein yang menghasilkan koagulasi
berawal sebagai skar hipertrofi, kemudian jaringan. Elektrokauter menghasilkan panas
menjadi keloid bila melewati batas luka.15 sebagai hasil induksi dari sumber listriknya,
Beberapa modalitas telah dirancang yang dihantarkan melalui konduksi dari
untuk mengukur bekas luka dengan tujuan instrumen langsung ke jaringan. Pengaturan
menentukan respon terhadap pengobatan amplitudo harus cukup tinggi untuk
dan untuk mengevaluasi hasil. Penilaian menghasilkan koagulasi, namun tidak
jaringan parut bisa dilakukan secara terlalu tinggi sehingga tidak menyebabkan
obyektif atau subyektif. Penilaian obyektif cedera luka bakar pada jaringan di luar
memberikan pengukuran kuantitas jaringan lapang operasi.21 Prosedur bedah listrik
parut, sedangkan penilaian subyektif menggunakan arus listrik bolak-balik yang
tergantung pengamat. Penilaian kuantitatif akan meningkatkan suhu intrasel dengan
jaringan parut membutuhkan perangkat tujuan untuk menghasilkan evaporasi,
untuk mengukur fisik sedangkan penilaian dehidrasi jaringan, dan koagulasi protein.
subyektif dilakukan secara kualitatif oleh Efek yang dihasilkan ini berfungsi untuk
pasien atau dokter. Penilaian semi- memotong jaringan, koagulasi jaringan,
kuantitatif untuk menilai jaringan parut menghentikan perdarahan (hemostasis), dan
telah dikembangkan dengan menggunakan menghancurkan jaringan seperti jaringan
skala untuk membuat penilaian subyektif tumor.22
196 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 3, November 2017, hlm. 191-197

SIMPULAN incisions in tension-free inguinal


Berdasarkan hasil penelitian ini dapat hernioplasty. Am Surg. 2005;71(4):326-
disimpulkan bahwa tidak terdapat 9.
perbedaan dalam penyembuhan dari kedua 8. Byrne FJ, Kearns SR, Mulhall KJ, McCAbe
bagian luka insisi yang menggunakan pisau JP, Kaar K, Gilmore M, et al.
Diathermy versus scalpel incisions for
bedah dan pisau elektrokauter pada operasi
hemiarthroplasty for hip fracture: A
dengan luka bersih. Dengan kata lain, insisi randomized prospective trial. Eur J
menggunakan pisau bedah dan pisau Orthop Surg Traumatol. 2007;17(5):
elektrokauter menghasilkan bekas luka 445-8.
operasi yang sama kualitasnya dinilai 9. Shamim M. Diathermy vs. scalpel skin
dengan Vancouver Scar Score. incisions in general surgery: double-
blind, randomized, clinical trial. World
DAFTAR PUSTAKA J Surg. 2009;33(8):1594-9.
10. Chalya PL, Mchembe MD, Mabula JB,
1. Verhaegen PDHM, van der Wal MBA,
Gilyoma JM. Diathermy versus scalpel
Middelkoop E, van Zuijlen PPM.
incision in elective midline laparotomy:
Objective scar assessment tools: A
clinimetric appraisal. Plast Reconstr a prospective randomized controlled
Surg. 2011;127(4):1561-70. clinical study. East Cent Afr J Surg.
2. Kaartinen I. Assessment of skin scars in 2013;18(1):71-3.
clinical practice and scientific studies. 11. Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T,
Departement of Plastic Surgery, Ruzicka T, Jeschke MG. Hypertrophic
Musculoskeletal Surgery and scarring and keloids: Pathomechanisms
Rehabilitation. University of Tampere. and current and emerging treatment
Finland: Coronet Books, 2011. strategies. Mol Med. 2011;17(1-2):113-
3. Vujevich JJ, Goldberg LH. Cryosurgery and 25.
electrosurgery. In: Goldsmith LA, Katz 12. Sherratt JA, Maini PK. Mathematical
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, modelling of scar tissue formation.
Wollf K, editors. Fitzpatrick’s Posstdoctoral research assisstant.
Dermatology in General Medicine (8th Engineering and Physical Sciences
ed). New York: McGraw Hill, 2012; p. research Council. Jun 1996-May 1999.
2972-6. Edinburgh: Departement of
4. Soon SL, Washington CV. Electrosurgery, Mathematics, Heriot-Watt University.
electrocoagulation, electrofulguration, 13. Kraft J, Lynde C. Giving burns the first,
electrodessication, electrosection, second and third degree-classification
electrocautery. In: Robinson JK, Hanke of burns. 2012. Available from:
CW, Siegel DM, Fratila A, editors. www.skincareguide.ca
Surgery of the Skin: Procedural 14. Burrows NP, Lovell CR. Keloid and
Dermatology (2nd ed). Philadelphia: hypertrophic scars. In: Burns T,
Elsevier, 2010; p. 137-51. Breathach S, Cox N, Griffiths C,
5. Sbano E, Sbano P. Electrosurgery. In: editors. Rook’s Textbook of
Rusciani L, Robins P, editors. Textbook Dermatology (7th ed). USA: Blackwell
of Dermatologic Surgery. Italy: Piccin Publishing, 2004; p.54-6.
Nuova Libraria, 2008; p. 505-17. 15. Edriss AS. Management of keloid and
6. Shah KRP, Khanal GP, Chaudhary P, Rijal hypertrophic scars. Ann Burns Fire
R, Maharjan R, Paneru Sr, Pokharel Disasters. 2005;18(4):1-14.
B. Safety and efficacy of electrocautery 16. Fearmonti R, Bond J, Erdmann D,
in comparison to scalpel in forearm skin Levinson HA. Review of scar scales
incision during fixation of fracture of and scar measuring devices. Eplasty.
forearm bone with plate and screws. 2010;10:354-63.
International Journal of Chemical and 17. Bayat A, McGrouther DA, Ferguson MW.
Biomedical Science. 2015;1(2):52-5. Skin scarring. BMJ. 2003;326:88-92.
7. Chrysos E, Athanasakis E, Antonakakis S, 18. Brusselaers N, Pirayesh A, Hoeksema H,
Xynos E, Zoras O. A prospective study Verbelen J, Blot S, Monstrey S. Burn
comparing diathermy and scalpel scar assessment: a systematic review of
Mitaart, Hatibie, Noersasongko: Perbandingan penyembuhan luka insisi ... 197

different scar scales. J Surgical Res. 21. Townsend C, Beauchamp RD, Evers BM,
2010;164:e115-e123. Mattox K. Principles of preoperative
19. Kearns SR, Connolly EJ, McNally S, and operative surgery Sabiston
McNamara Da, Deasy J. Randomized Textbook of Surgery (19th ed). eBook
clinical trial of diathermy versus scalpel ISBN 9781455738083. Elsevier, 2012.
incision in elective midline laparotomy. 22. Munro MG. Fundamentals of Electrosurgery
Br J Surg. 2001;88(1):41-4. part I: Principle of radiofrequency
20. Groot G, Chappell EW. Electrocautery used energy for surgery. 2012. The SAGES
to create incisions does not increase Manual on the Fundamental Use of
wound infection rates. Am J Surg. Surgical Energy (FUSE) 2012; p. 15-
1994;167(6):601-3. 59.

You might also like