You are on page 1of 149

KARAKTERISASI IKAN GABUS (Ophicephalus striatus) BAKAR DALAM

BAMBU DENGAN PEMBUNGKUS DAUN YANG BERBEDA

SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh:
LENY INDRIANI
NIM. 115080313111005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
2

KARAKTERISASI IKAN GABUS (Ophicephalus striatus) BAKAR DALAM


BAMBU DENGAN PEMBUNGKUS DAUN YANG BERBEDA

SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:
LENY INDRIANI
NIM. 115080313111005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
iii

KARAKTERISASI IKAN GABUS (Ophicephalus striatus) BAKAR DALAM


BAMBU DENGAN PEMBUNGKUS DAUN YANG BERBEDA

Oleh :
LENY INDRIANI
NIM. 105080313111005

telah dipertahankan di depan penguji


pada tanggal 15 Januari 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SK Dekan No. :
Tanggal :

Menyetujui,
Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I

(Dr. Ir. Bambang Budi Sasmito, MS) (Dr. Ir. Eddy Suprayitno, MS)
NIP. 19570119 198601 1 001 NIP. 19591005 198503 1 004
Tanggal : Tanggal :

Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Titik Dwi Sulistiyati, MP) (Dr.Ir. Hardoko, MS)


NIP.19581231 198601 2 002 NIP. 19620108 198802 1 001
Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,
Ketua Jurusan MSP

(Dr.Ir.Arning Wilujeng Ekawati, MS)


NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :
iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Januari 2016

Mahasiswa

Leny Indriani
v

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul
Karakterisasi Ikan Gabus (Ophicephalus striatus) Bakar Dalam Bambu Dengan
Pembungkus Daun Yang Berbeda. Laporan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang. Dalam penyusunan laporan skripsi ini tidak lepas
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih dan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan yang kelancaran dan nikmat
kesehatan sehingga saya bisa dengan semangat menyelesaikan penelitian,
proposal, dan laporan skripsi.
2. Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno., MS dan Dr. Ir. Hardoko., MS selaku dosen
pembimbing. Terimakasih atas segala arahan dan bimbingannya.
3. Kedua orang tua saya yaitu bapak Boimin danibuSumini. Jarak dan
kesibukan kalian tidak menghalangi untuk selalu memberikan semangat dan
doa kepada anakmu.
4. Untuk Cumbana, Lily, Hendrian dan Septi yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi serta selalu ada dalam suka dan duka selama 4
tahun ini.
5. Teman-teman Ikan Gabus Bakar Bambu (Asep, Aisyah dan Qpow).
6. Keluarga besar THP 2011 yang selalu berbagi suka dan duka.
Laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan
saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap laporan skripsi ini bermanfaat
dan dapat memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Malang, Januari 2016

Penulis
vi

RINGKASAN

LENY INDRIANI. Skripsi tentang Karakterisasi Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus)


Bakar Dalam Bambu Dengan Pembungkus Daun Yang Berbeda dibawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, MS dan Dr. Ir. Hardoko, MS

Ikan gabus merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar dan mudah
dibudidayakan. Ikan gabus masih mudah ditemukan di perairan umum seperti
danau, rawa dan sungai di Indonesia. Selama ini ikan gabus masih jarang
dikembangkan menjadi produk olahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi,
padahal ikan gabus menyimpan potensi besar berupa tingginya kandungan
protein albumin, bahkan lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis ikan lainnya.
ikan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya
tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca-operasi dan
mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar. Salah satu alternatif
untuk meningkatkan kualitas ikan gabus adalah diversifikasi produk menjadi ikan
gabus bakar beralbumin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi ikan gabus
bakar dalam bambu yang dibungkus dengan berbagai jenis daun yang terbaik.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan
Laboratorium Nutrisi dan Biokimia Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan;
Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Juli sampai Agustus 2015.

Penelitian ini terbagi menjadi satu tahap penelitian yaitu menentukan jenis
daun terbaik dan lama waktu pembakaran yang optimum dalam pembuatan ikan
gabus bakar dalam bambu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode eksperimen. Dalam penelitian ini ada 2 faktor yang digunakan, faktor
pertama yaitu jenis daun (A) dan faktor keduan yaitu lama waktu pembakaran
(B). Parameter yang diamati terbagi menjadi karakteristik fisik meliputi rendemen;
parameter kimia meliputi kadar albumin, kadar air, kadar protein, kadar lemak,
dan kadar abu; parameter organoleptik meliputi skoring dan hedonik terhadap
rasa gurih, aroma daun yang digunakan, tekstur dan penerimaan keseluruhan
berdasarkan metode De Garmo. Produk ikan gabus bakar dalam bambu terpilih
dilakukan pengujian GC-MS untuk mengetahu senyawa aroma yang masuk
dalam ikan gabus bakar.

Dari hasil pengujian senyawa aromatik menggunakan GCMS terdapat


beberapa senyawa yang dapat teridentifikasi, misalnya senyawa aromatik yang
terkandung didalam daun pisang diantaranya 4-vinylphenol, 4-vinyl-2-methoxy-
phenol, phenol, n-hexadecanoid acid dan phytol. Senyawa aromatik pada daun
jati yaitu 4-vinyl-2-methoxy-phenol, Phenol, Phenanthrene, Neophytadiene dan
Heptadecanoid acid. Senyawa aromatik pada daun mengkudu yaitu Carbonic
acid, 2-Methoxy-4-vinylphenol, Cytidine,Phenol,.alpha.-D-Galactopyranoside,
Pentadecanoic acid,Hexadecanoic acid dan Phytol. Senyawa aromatik pada
bambu tali yaitu 4-vinylphenol, benzofuran, Trans-diethyl-ester, Cyclohexadien
,Tetrahydroxy cyclopentadienone, Hexadecanoid acid, methyl ester dan 1,2-
Benzenedicarboxylic acid. Sedangkan senyawa aromatik yang teridentifikasi
pada ikan gabus bakar dalam bambu yaitu Phytol, Phenol, Benzoic Acid, 3-
pyridinecarboxamide ,Butan-2-one, 4-(3-hidroxy-2-methoxyphenyl), Glycine, N-
(aminoiminomethyl)-N-methyl dan Pyrrolo.
vii

Ikan gabus bakar terpilih pada perlakuan penggunaan pembungkus daun


pisang dengan lama waktu pembakaran 30 menit kadar albumin 2,54 %, kadar
air 64,41%,kadar protein 24,83%, kadar lemak 4,10 %, kadar abu 3,57%. Nilai
organoleptik hedonik yang meliputi rasa 6,31, aroma 5,74 dan tekstur 5,38
sedangkan organoleptik skoring yang meliputi rasa 5,86, aroma 4,87 dan tekstur
4,93. Karakterisasi organoleptik baik rasa gurih, aroma daun dan tekstur secara
keseluruhan cukup disukai oleh panelis. Sehingga daun pisang dapat digunakan
sebagai pembungkus makanan yang mempunyai aroma khas.
viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi yang

berjudul “Karakterisasi Ikan Gabus (Ophicephalus striatus) Bakar dalam Bambu

dengan Pembungkus daun yang Berbeda”. Dalam tulisan ini, dapat dilihat pokok-

pokok bahasan yang meliputi ikan gabus, albumin, daun pisang, daun jati, daun

mengkudu, bambu tali, ikan bakar dan kandungan gizi seperti albumin, protein,

air, abu, dan senyawa aromatik.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang

dimiliki oleh penulis, walapun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih

teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, Januari 2016

Penulis
ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... ivv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v
RINGKASAN ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
1.4 Hipotesa ................................................................................................... 4
1.5 Kegunaan ................................................................................................. 5
1.6 Waktu dan Tempat ................................................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6


2.1. Ikan Gabus (Ophicephalus striatus).......................................................... 6
2.2. Ikan Bakar ................................................................................................ 8
2.3. Jenis Daun ............................................................................................... 9
2.3.1 Daun Pisang ...................................................................................... 9
2.3.2 Daun Mengkudu ................................................................................ 9
2.3.3 Daun Jati ......................................................................................... 10
2.4. Bambu Tali ............................................................................................. 11
2.5. Bumbu-Bumbu ....................................................................................... 12
2.5.1 Bawang Merah ................................................................................ 12
2.5.2 Bawang Putih .................................................................................. 12
2.5.3 Garam ............................................................................................. 13
2.5.4 Sereh .............................................................................................. 14
2.5.5 Kemiri .............................................................................................. 14
2.5.6 Lengkuas ......................................................................................... 15
2.5.7 Jahe .............................................................................................. 15
2.5.8 Kunyit .............................................................................................. 16
2.5.9 Santan ............................................................................................. 17
2.5.10 Daun Salam..................................................................................... 17

3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 19


3.1 Materi Penelitian..................................................................................... 19
3.1.1 Bahan Penelitian ............................................................................. 19
3.1.2 Alat Penelitian ................................................................................. 19
3.1.2.1 Alat Untuk Pembuatan Ikan Bakar ................................................... 20
x

3.1.2.2 Alat Untuk Analisa Proksimat........................................................... 20


3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 20
3.2.1 Variabel ........................................................................................... 21
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 21
3.4 Analisa Data ........................................................................................... 24
3.5 Parameter Uji ......................................................................................... 26
3.6 Prosedur Analisa Parameter................................................................... 27
3.6.1 Analisa Kadar Albumin .................................................................... 27
3.6.2 Analisa Kadar Air ............................................................................. 27
3.6.3 Analisa Kadar Protein ...................................................................... 28
3.6.4 Analisa Kadar Lemak....................................................................... 29
3.6.5 AnalisaKadar Abu ............................................................................ 29
3.6.6 Analisa GC-MS ................................................................................ 30
3.6.7 Uji Organoleptik Skoring dan Hedonik ............................................. 31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 33


4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 33
4.1.1 Karakteristik Bahan Baku ................................................................ 33
4.1.2 Rendemen Ikan Gabus Bakar ......................................................... 34
4.2 Karakteristik Kimia Ikan Gabus Bakar .................................................... 36
4.2.1 Kadar Albumin ................................................................................ 36
4.2.2 Kadar Air ......................................................................................... 38
4.2.3 Kadar Protein .................................................................................. 40
4.2.4 KAdar Lemak .................................................................................. 42
4.2.5 Kadar Abu ....................................................................................... 44
4.3 Karakteristik Organoleptik ...................................................................... 46
4.3.1 Skoring Rasa .................................................................................. 46
4.3.2 Skoring Aroma ................................................................................ 47
4.3.3 Skoring Tekstur ............................................................................... 49
4.3.4 Hedonik Rasa ................................................................................. 50
4.3.5 Hedonik Aroma ............................................................................... 52
3.3.6 Hedonik Tekstur .............................................................................. 53
4.4 Penentuan Ikan Gabus Bakar Terbaik .................................................... 54
4.5 Analisa GCMS Pada Daun Pisang, Daun Jati dan Daun Mengkudu ....... 55
4.6 AnalisaGCMS pada Bambu Tali ............................................................. 58
4.7 AnalisaGCMS pada Ikan Gabus Bakar Dalam Bambu .......................... 59

5. PENUTUP ..................................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 62
5.2 Saran ..................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64


LAMPIRAN........................................................................................................ 69
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) ............................................................... 7


2. Diagram Alir Persiapan Bumbu dan Santan ................................................... 23
3. Diagram alir Pembuatan Ikan Gabus Bakar ................................................... 24
4. Grafik Rendemen Ikan Gabus Bakar ............................................................. 35
5. Grafik Kadar Albumin Ikan Gabus Bakar........................................................ 37
6. Grafik Kadar Air Ikan Gabus Bakar ................................................................ 39
7. Grafik Kadar Protein Ikan Gabus Bakar ......................................................... 41
8. Grafik Kadar Lemak Ikan Gabus Bakar .......................................................... 42
9. Grafik Kadar Abu Ikan Gabus Bakar .............................................................. 44
10. Grafik Skoring Rasa Gurih Ikan Gabus Bakar .............................................. 46
11. Grafik Skoring Aroma Daun Ikan Gabus Bakar ............................................ 48
12. Grafik Skoring tekstur Ikan Gabus Bakar ..................................................... 49
13. Grafik Hedonik Rasa Ikan Gabus Bakar....................................................... 51
14. Grafik Hedonik Aroma Ikan Gabus Bakar .................................................... 52
15. Grafik Hedonik Tekstur Ikan Gabus Bakar ................................................... 54
16. Kromatogram Senyawa Aromatik Daun Pisang ........................................... 55
17. Kromatogram Senyawa Aromatik Daun Jati ................................................. 56
18. Kromatogram Senyawa Aromatik Daun Mengkudu ...................................... 57
19. Kromatogram Senyawa Aromatik Bambu Tali .............................................. 58
20. Kromatogram Senyawa Aromatik Ikan Gabus Bakar ................................... 60
xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Gizi Ikan Gabus dalam 100 g Daging ............................................. 8


2. Kandungan Gizi Umbi Bawang dalam 100 g .................................................. 12
3. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kemiri ............................................................... 15
4. Nilai Gizi Santan ............................................................................................ 17
5. Formulasi Pembuatan Ikan Gabus Bakar....................................................... 22
6. Ukuran Bambu Tali ........................................................................................ 22
7. Model Rancangan Percobaan Penelitian ....................................................... 26
8. Analisa Kimia Ikan Gabus Segar ................................................................... 34
9. Komposisi Gizi Ikan Gabus Bakar Terpilih ..................................................... 55
10. Senyawa Kimia pada Daun Pisang menggunakan GCMS ........................... 56
11. Senyawa Kimia pada Daun Jati menggunakan GCMS ................................ 56
12. Senyawa Kimia pada Daun Mengkudu menggunakan GCMS ..................... 57
13. Senyawa Kimia pada Bambu Tali menggunakan GCMS ............................. 59
14. Senyawa Kimia Ikan Gabus Bakar dalam Bambu Terbaik menggunakan
GCMS................................................................................................................ 60
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Uji Organoleptik Dengan Uji Skoring................................ 69


2. Lembar Uji Organoleptik Dengan Uji Hedonik ............................... 70
3. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Rendemen Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 71
4. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Albumin Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 73
5. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Air Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 75
6. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Protein Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 77
7. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Lemak Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 79
8. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Abu Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 81
9. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Skoring Rasa Ikan
Gabus Bakar ................................................................................ 83
10. Hasil Analisa Keragaman Dan Uji Tukey Skoring Aroma
Ikan Gabus Bakar ......................................................................... 85
11. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Skoring Tekstur
Ikan Gabus Bakar ......................................................................... 87
12. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Rasa
Ikan Gabus Bakar......................................................................... 89
13. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Aroma
Ikan Gabus Bakar ......................................................................... 91
14. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Tekstur
Ikan Gabus Bakar ......................................................................... 93
15. Penentuan Perlakuan Terbaik denganMetode De Garmo............. 95
16. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Daun Pisang ............................. 97
17. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Daun Jati .................................. 104
18. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Daun Mengkudu ....................... 112
19. Hasil Analisa Senyawa AromatikBambu Tali ................................ 122
20. Analisa GCMS pada ikan gabus bakar dalam bambu terbaik ....... 126
21. Dokumentasi Pembuatan Ikan Gabus Bakar dalam Bambu ......... 134
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gabus merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar dan mudah

dibudidayakan. Ikan gabus masih mudah ditemukan di perairan umum seperti

danau, rawa dan sungai di Indonesia. Selama ini ikan gabus masih jarang

dikembangkan menjadi produk olahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi,

padahal ikan gabus menyimpan potensi besar berupa tingginya kandungan

protein albumin, bahkan lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis ikan lainnya

(Sanjaya, 2011). Menurut Suprayitno (2003), albumin ikan gabus didapatkan

sebesar 62,24 g/kg, sementara albumin telur hanya 9,34 g/kg. Menurut Ulandari

et al., (2011), ikan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar

albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca-

operasi dan mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar. Ditambahkan

oleh Murray et al. (1993), albumin merupakan protein utama dalam plasma darah

yaitu sebesar 40% sampai 60% sisanya terdapat pada rongga luar sel.

Ikan bakar merupakan makanan yang pengolahannya dengan cara

dibakar atau dipanggang. Ikan bakar ini menghasilkan aroma yang tajam dan

memeiliki teksturdaging yang kasargurih dan gurih. Biasanya ikan yang

digunakan berupa ikan gurame, ikan patin, ikan nila dan ikan mas. Namun

dipenelitian ini menggunakan ikan gabus, karena kelebihan dari ikan gabus ini

mengandung protein tinggi terutama albumin. Menurut (Suprayitno, 2008)

kualitas albumin dipengaruhi oleh kandungan asam amino esensial dan asam

amino non esensial pada ikan gabus. Semakin tinggi protein maka kualitas

albumin semakin baik.

Secara umum pengolahan ikan bakar di Indonesia sangatlah mudah,

maka dari itu perlu adanya modifikasi proses pengolahan ikan bakar agar dapat
2

diterima masyakarat dan mempunyai manfaat bagi masyarakat. Salah satunya

dengan menambah bahan untuk mendukung proses pembakaran ikan, misalnya

menggunakan perbedaan pembungkus daun yang berbeda. Diketahui bahwa

daun mempunyai senyawa yang dapat menghasilkan aroma. Daun yang

digunakan ini antara lain daun pisang, daun jati, daun mengkudu, dan daun

jambu. Hubungan daun dengan kandungan gizi adalah bahwa daun dapat

meningkatkan jumlah gizi di ikan, karena setiap daun memiliki kandungan nutrisi

yang berbeda-beda, sedangkan hubungan perbedaan pembungkus daun

dengan organoleptik adalah bahwa beberapa perbedaan pembungkus daun

memiliki senyawa aroma yang berbeda, sehingga dapat mempengaruhi flavor

ikan bakar. Dalam penelitian ini untuk mengukur senyawa pembentuk aroma di

ikan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan GC-MS.

Daun pisang menurut Mastuti dan Handayani (2014), merupakan salah

satu bahan pemberi flavor pada makanan. Flavor pada daun pisang diberikan

saat daun pisang tersebut digunakan sebagai pembungkus produk pangan

olahan saat memasak. Daun mengkudu merupakan perbedaan pembungkus

daun yang biasanya digunakan sebagai pembungkus botok. Daun mengkudu ini

memiliki berbagai senyawa misalnya senyawa tanin. Daun jati merupakan salah

satu perbedaan pembungkus daun yang digunakan untuk membungkus

makanan di daerah Jawa Tengah. Daun ini memberikan senyawa aroma khas

pada sebuah makanan. Kandungan daun jati ini bersifat antrakuinon.

Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayuyang banyak tumbuh

di hutan sekunder dan hutan terbuka,walaupun ada diantaranya yang tumbuh di

hutan primair.Bambu juga merupakan salah satu tanaman ekonomiIndonesia

yang banyak tumbuh di kebun masyarakat dan di desa. Tumbuhan ini banyak

dimanfaatkan olehmasyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan


3

secaraintensif, namun tumbuhan ini belum menjadi tumbuhanyang dapat

meningkatkan nilai devisa negara (Widjaja, 2005).

Karakterisasi ikan bakar dapat dilihat berdasarkan kandungan gizi dan

organoleptiknya. Kandungan gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh

untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.Pada umumnya,

kandungan gizi terbagi dalam lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak,

protein, vitamin dan mineral (Budiyanto, 2010).

Organoleptik merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan indera

manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor produk

pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali dengan

penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Oleh karena pada

akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang

menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka

dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan

untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan

tanggal kadaluwarsa makanan. Dalam penelitian ini organoleptik yang diukur

antara lain aroma, tekstur dan rasa.

Ikan gabus bakar diharapkan dapat menjadi sumber makanan yang kaya

akan nutrisi, bukan hanya lemak, vitamin dan mineral saja, namun juga kaya

akan protein dan albumin. Ikan gabus bakar juga diharapkan dapat digemari oleh

masyarakat dari segala usia sebagai lauk pauk dan dapat menjadi sumber nutrisi

yang lengkap yang menyehatkan dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

seperti halnya fungsi dari albumin sendiri, serta dapat diterima secara

organoleptik.
4

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

- Bagaimana karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu yang dibungkus

dengan daun pisang, daun jati dan daun mengkudu?

- Bagaimana karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu dengan lama waktu

pembakaran 30, 60 dan 90 menit?

- Bagaimana interaksi antara pembungkus daun pisang, daun jati dan daun

mengkudu dengan lama waktu pembakaran 30, 60 dan 90 menit?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

 Mengetahui karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu yang dibungkus

dengan berbagai perbedaan pembungkus daun yang terbaik.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

- Untuk menentukan karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu yang

dibungkus dengan daun pisang, daun jati dan daun mengkudu.

- Untuk menentukan karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu dengan

lama waktu pembakaran 30, 60 dan 90 menit.

- Untuk menentukan interaksi terbaik antara pembungkus daun pisang, daun

jati dan daun mengkudu dengan lama waktu pembakaran 30, 60 dan 90

menit.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

- Penggunaan pembungkus daun pisang, daun jati dan daun mengkudu

berpengaruh terhadap karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu.

- Penggunaan lama waktu pembakaran 30, 60 dan 90 menit berpengaruh

terhadap karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu.


5

- Interaksi antara pembungkus daun pisang, daun jati dan daun mengkudu

berpengaruh terhadap lama waktu pembakaran 30, 60 dan 90 menit.

1.5 Kegunaan

Kegunaan penelitian adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang pemanfaatan berbagai perbedaan pembungkus daununtuk

meningkatkan cita rasa pada ikan gabus bakar danalbumin dari ikan gabus untuk

memperkaya mutu ikan bakar gabus, khususnya kadar albuminnya.

1.6 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016

di Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan dan Laboratorium Nutrisi dan

Biokimia Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,

Malang.
6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan ikan karnivora yang suka memakan hewan lain

yang lebih kecil, seperti cacing, udang, ketam, plankton dan udang renik

(Djuhanda, 1981). Jenis-jenis ikan keluarga Ophiocephalus adalah ikan gabus,

tomang, kerandang, yang hampir ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.

Ikan gabus adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki

kandungan protein yang tinggi dan kualitas asam amino yang lengkap.

Kalimantan Tengah memiliki beberapa jenis ikan gabus dominan yang selama ini

belum secara ekstensif diketahui yaitu Channa striata, C. micropelthes dan C.

pleuropthalmus. Ketiga spesies ini potensial dapat menyembuhkan luka pada

proses penyembuhan karena biaya rendah dan pemanfaatan yang mudah

(Firlianty et al. 2014).

Ikan gabusadalah sejenisikanbuasyang hidup diair tawar. Ikan ini dikenal

dengan banyak nama di berbagai daerah:aruan,haruan(Malaysia,

Banjarmasin),kocolan(Betawi),bogo(Sunda),bayong,bogo,

licingan(Banyumas),kutuk(Jawa) dan lain-lain. Dalambahasa Inggrisjuga disebut

dengan berbagai nama seperticommon snakehead,snakehead murrel,chevron

snakehead,striped snakehead dan jugaaruan (Syariffauzi, 2009). Gambar ikan

gabus dapat dilihat pada Gambar 1.


7

Gambar 1. Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus)

Ikan gabus (Haruan) merupakan ikan darat yang cukup besar, dapat

tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Ikan gabus berkepala besar agak gepeng

mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas

kepala. Tubuh bulat memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung

memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala

hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah

tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal yang

agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar,

dengan gigi-gigi besar dan tajam (Syariffauzi, 2008).

Klasifikasi ikan gabus berdasarkan Saanin (1986) adalah sebagai berikut.

Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthyci
Famili : Ophiocephalidae
Genus : Ophiocephalus
Spesies : Ophiocephalus striatus

Menurut Suprayitno (2003), protein ikan gabus segar mencapai 25,1%,

sedangkan 6,224 % dari protein tersebut berupa albumin. Jumlah ini sangat

tinggi dibanding sumber protein hewani lainnya. Albumin merupakan jenis protein

terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen dan bersinergi

dengan mineral Zn yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan sel maupun

pembentukan jaringan sel baru seperti akibat luka dan penyembuhan luka akibat

operasi. Komposisi gizi ikan gabus per 100 g daging dapat dilihat pada Tabel1.
8

Tabel 1. Komposisi gizi ikan gabus dalam 100 g daging


Komposisi Jumlah
Air (g%) 69
Energi (kal) 74
Protein (g%) 25,2
Lemak (g%) 1,7
Karbohidrat (g%) 0
Ca (mg%) 62
P (mg%) 176
Fe (mg%) 0,9
Vitamin A (SI) 150
Vitamin B (mg%) 0,04
Vitamin C (ng%) 0
Sumber: Sediaoetama (2010).

2.2 Ikan Bakar

Ikan bakar merupakan olahan dari seafood.Seafood adalah salah satu

hidangan yang memiliki banyak peminat.Hal itu bisa dilihat dari banyak

bermunculannya warung tenda dan rumah makan yang menyajikan aneka

seafood.Umumnya, salah satu menu yang menjadi andalan di rumah-rumah

makan adalah ikan bakar.Walau variasinya terbatas. Ikan segar yang diberi

bumbu rempah-rempah dan dibakar ini rasanya sulit untuk ditolak lidah.

Ditambah lagi, negeri kita kaya akan hasil laut sehingga banyak sekali menu ikan

bakar (Erwin, 2010).

Ikan bakar merupakan salah satu oalahan tradisional yang ada di

jepang.Tetapi ikan bakar di jepang umumnya ikan dibakar berbentuk sate. Sate

ikan merupakan salah satu olahan ikan yang tusuk menggunakan batang kayu

yang dibakar. Ikan yang akan dibakar sebelumnya diberi rosemary, lavender dan

sedikit gula kemudian dibakar di atas bara api (Budiyanto, 2010).

Ikan bakar adalah ikan yang dimasak diatas api. Biasanya menggunakan

bara api yang terbuat dari arang agar menghasilkan aroma yang lebih gurih. Ikan

bakar ini mempunyai aroma yang khas dan bertekstur kasar. Jenis ikan bakar
9

yang biasanya digunakan biasanya jenis ikan yang tidak mudah hancur ketika

dibakar, misalnya ikan patin, ikan nila, dan ikan gurame.

2.3 Jenis Daun

2.3.1 Daun Pisang

Daun pisang digunakan untuk pembungkus makanan dan pemberi flavor

dalam pengolahan bahan pangan. Menurut Mastuti dan Handayani (2014), daun

pisang merupakan salah satu bahan pemberi flavor pada makanan. Flavor pada

daun pisang diberikan saat daun pisang tersebut digunakan sebagai

pembungkus produk pangan olahan saat memasak. Selain itu, flavor daun

pisang mengandung asam galat yang merupakan tipe dari katekin. Katekin

termasuk dalam golongan polifenol dan merupakan salah satu senyawa

penghasil aroma.

Daun pisang merupakan bagian tanaman pisang yang penggunaannya

masih terbatas sebagai bahan pembungkus saja. Selain itu tidak atau kurang

bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah diperoleh dan cukup produksinya

atau persediaannya, mempunyai kandungan zat-zat makanan yang tidak

bertentangan dengan penerimaan fisiologis unggas dan layak dari segi ekonomis

(Liwe et al., 2014).

2.3.2 Daun Mengkudu(Morinda citrifolia)

Daun mengkudu (Morinda citrifolia) menurut Yuliawaty dan Susanto

(2015), mengandung protein, provitamin A, serta mineral (fosfor, kalsium, zat

besi, dan selenium). Selain itu daun mengkudu mengandung senyawa kimia

seperti antrakuinon, alkaloid, saponin, flavanoid, dan terpenoid yang berperan

sebagai antibakteri. Tanaman mengkudu merupakan satu dari sekian banyak


10

tanaman yang digunakan sifat fungsionalitasnya dalam menjaga kesehatan

manusia serta sebagai obat untuk mengatasi berbagai penyakit.

Mengkudu merupakantanaman jenis tropis yang terdistribusi di

AsiaTenggara, Pasifik, Amerika Selatan, dan AmerikaTengah. Tanaman ini dapat

dimanfaatkan daribuah, daun, biji, dan bunganya. Secara empirisdaun mengkudu

dipergunakan sebagai kompresuntuk menyembuhkan bagian kulit yang

luka,sendi yang terkilir, dan juga untuk mengurangirasa nyeri. Di beberapa

daerah, infusa daunnyadikonsumsi sebagai minuman untuk pengobatandemam

secara umum, pengobatan malaria, dansebagai analgesik. Bahan aktif yang

terdapatpada daunnya yaitu saponin, triterpen, tanin,alkaloid, glikosida iridoid,

dan flavonoid. Efekutama senyawa kimia dalam daun mengkuduyang

berhubungan dengan proses penyembuhanluka antara lain saponin sebagai

antibakteri, taninsebagai hemostatik serta astringensia, alkaloidberguna sebagai

analgetik, dan senyawa glikosidairidoid sebagai antiinflamasi, sedangkan

flavonoid sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Sabirin et al., 2013).

2.3.3 Daun Jati (Tectona grandis)

Daun jati dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus,

termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa

lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah

Jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa

Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe.

Klasifikasi ilmiah jati menurut Novitasari (2010) adalah sebagai berikut :

Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Lamiales
Famili :Verbenaceae
Genus :Tectona
Spesies : Tectona grandis
11

Kegunaan daun jati belum banyak terungkap,namun secara tradisional oleh

masyarakat daerah Jawa Tengah dan Yogyakartadigunakan sebagai

pembungkus tempe ataupun nasi dan bahan obat tradisional. Daunjati muda juga

digunakan sebagai pewarna makanan alami pada makanan khasYogyakarta

yaitu gudeg. Penggunaan pewarna makanan dari pigmen alami pada

bahanpangan dapat meningkatkan kualitas dan nilai gizi bahan pangan tersebut.

Daun jati muda memiliki kandungan beberapa senyawa pigmen terutama

antosianin. Senyawa antosianin ini memberikan warna merah, ungu, hingga

merah gelap. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki

kemampuan sebagai antioksidan (Ariviani 2010). Pemanfaatan daun jati sebagai

sumber pewarna dapat meningkatkan nilai ekonomis dan nilai guna daun

tersebut. Pemanfaatan kandungan senyawa antosianin pada daun jati akan

menghasilkan pewarna alami yang aman bagi kesehatan maupun lingkungan.

2.4 Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz.)

Bambu tali (Gigantochloaapus) termasuk jenis bambu dengan rumpun

simpodial, rapat, dan tegak.Masyarakat pedesaan, khususnya di pulau Jawa dan

Bali, telah menanam bambu tali. Hal ini terbukti dari banyaknya pemberian nama

daerah untuk bamboo tali seperti pring tali, pring apus (Jawa), awi tali (Sunda),

tiing tali (Bali), dan pereng tale (Madura) (Widjaja, 2001).

Bambu tali termasuk jenis bambu dengan rumpun simpodial, rapatdan

tegak. Bambu tali biasanya ditanam di pinggiran sungai, batas desadan lereng

perbukitan dari dataran rendah hingga dataran tinggi (±1.300 m dpl). Tujuan

utama penanaman bambu tali adalah pengambilan batangnya yang untuk

berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan konstruksi bangunan (rumah dan

jembatan), peralatan rumah tangga, kerajinan mebel, atap rumah,dan alat musik
12

tradisional (angklung). Selain itu bambu tali ini dapat digunakan sebagai wadah

ikan yang akan dibakar dan juga nasi lempeng (Sujarwo et al., 2010).

2.5 Bumbu-Bumbu

2.5.1 Bawang Merah(Alium cepa L.)

Bawang merah termasuk jenis tanaman Hortikultura, satu keluarga

dengan liliai atau dalam bahasa latin Liliaceae, yang berumbi lapis, berakar

serabut, serta mempunyai bentuk daun silindris. Bawang merah ini merupakan

tanaman semusim dimana dapat dipanen hasilnya 1-3 kali dari umur 3 minggu

sampai 6 bulan saja atau lebih sedikit. Tanaman ini tingginya hanya mencapai 15

sampai 60 cm dan biasanya tumbuh di daerah yang tidak terlalu banyak hujan

dengan tanah yang gembur serta subur (Sugiharto, 2006).

Umbi bawang merah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.

Kandungan gizi dalam 100 g umbi bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi umbi bawang dalam 100 g


Kandungan Jumlah
Kalori (kal) 39
Protein (g) 1,5
Hidrat –arang (g) 0,3
Lemak (g) 0,2
Kalsium (mg) 36
Fosfor (mg) 40
Besi (mg) 0,8
Vitamin B (mg) 0,03
Vitamin C (g) 2
Air (g) 88
Sumber: Santoso (2008)

2.5.2 Bawang Putih (Allium sativum L.)

Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan tumbuhan tegak dengan

tinggi 30-60 cm dan mempunyai akar serabut. Pada pangkalnya terdapat umbi

yang biasa disebut dengan suing. Terdapat jenis bawang putih yang
13

menghasilkan bunga dan ada juga jenis yang tidak. Bunga bawang putih kecil-

kecil dan warnanya merah jambu. Bawang putih biasa ditanam di daerah beriklim

dingin (Sugeng, 2006).

Bawang putih mengandung zat antioksidan dan anitmikroba yang cukup

besar.Kandungan senyawa phenolic dalam bawang putih merupakan inhibitor

yang kuat terhadap oksidasi lemak.Allisin merupakan senyawa kimia yang

terkandung dalam bawang putih yang mempunyai sifat bakterisidal. Senyawa ini

menghambat pertumbuhan bakteri Stapyllococus aureus pada konsentrasi

ekstrak bawang putih sebesar 2% dan inaktif pada konsentrasi sebesar 5% (Sari

et al., 2013).

2.5.3 Garam (NaCl)

Garam dapur (NaCl) merupakan bahan tambahan yang hampir selalu

digunakan dalam pembuatan suatu masakan. Rasa asin yang ditimbulkan garam

dapat berfungsi sebagai penegas rasa lainnya. Garam dapat berfungsi sebagai

pengawet karena berbaga mikroorganisme pembusuk khususnya yang bersifat

proteolitik sangat peka terhadap kadar garam meskipun rendah (<6%). Ukuran

penggunaan gula dan garam harus memperhatikan selera konsumen (Desrosier,

1977).

Komponen (zat) yang biasanya tercampur dalam garam murni adalah

MgCl2 (magnesium chloride), CaCl2 (calsium chloride), MgSo4 (magnesium

sulfat), CaSo4 (calsium sulfat), lumpur. Jika garam yang mengandung Mg dan Ca

akan menghambat proses penetrasi garam ke dalam daging. Akibatnya, daging

ikan berwarna putih, keras, rapuh, dan rasanya pahit. Jika mengandung

komponen Fe, dan Cu dapat mengakibatkan ikan asin berwarna coklat kotor atau

kuning (Djarijah, 1995).


14

2.5.4 Sereh

Sereh merupakan tanaman rumput-rumputan yang sejak lama

dibudidayakan di Indonesia. Sereh memiliki batang kaku yang keluar dari akar

yang berimpang pendek. Daunnya berbentuk pita dan jarang sekali berbunga.

Flavor sereh biasanya didpatkan dari batang yang dengan akarnya. Sereh

mengandung minyak atsiri (0,3-0,4%) yaitu citral (70%), citronellal,

metilheptenon, n-decylaldehid dan linalool. Sereh juga mengandung vitamin A,

kalsium, besi, kalium, magnesium, fosfor dan mangan. Sereh umumnya

dimanfaatkan pada makanan yang berbahan dasar serelia atau berdaging.

Flavor sereh tidak dominan dalam makanan, tetapi akan diperkuat dengan

beberapa jenis rempah lain seperti bawang putih, lengkuas, kunyit, jahe dan

merica (Putri dan Febrianto, 2006).

2.5.5 Kemiri(Aleurites moluccana)

Kemiri merupakan tanaman yang banyaktumbuh di Sumatera Utara

maupun di daerah lainnyadi Indonesia. Dari buahnya dapat diperoleh

minyakkemiri yang kaya akan kandungan asam lemak takjenuh yaitu C18:1,

C18:2 dan C18:3 sebagai trigliserida.Mengingat asam lemak ini cukup potensial

untukdioksidasi menjadi senyawa poliol maka dalampenelitian ini dilakukan

epoksidasi terhadap ikatan πdari asam lemak minyak kemiri tersebut

baiksebagai trigliserida maupun metil ester asam lemakdengan menggunakan

oksidator peroksida untukmenghasilkan epoksi sebagai zat antara pembentukan

poliol (Ginting et al., 2008).

Sifat fisik dan kimia minyak kemiri dapat dilihat pada Tabel 3.
15

Tabel 3. Sifat fisik dan kimia minyak kemiri


Karakterisasi Nilai
Blangan Penyabunan 188-20
Bilangan Asam 6,3-8
Bilangan Iod 136-167
o
Indeks Bias pada 25 C 1,473-1,479
Bobot jenis pada 15oC 0,924-0,929
Sumber: Ketaren (1986)

2.5.6 Lengkuas (Alpina galanga)

Lengkuas merupakan salah satu jenis dari suku Zingiberaceae. Lengkuas

merupakan tanaman yang tumbuh tegap, tingginya sampai 2 meter atau lebih.

Batangnya tertutup oleh pelepah-pelepah daun. Bunga tumbuh pada bagian

ujung tanaman, warnanya putih dan berjumlah banyak. Rimpangnya berwarna

putih dan berbau harum. Tanaman ini tumbuh di daerah dataran rendah sampai

pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (Sugeng, 2006).

Lengkuas mengandung minyak atsiri yang dapat diekstrak dengan cara

destilasi ataupun pelarut organik. Selain itu, lengkuas juga mengandung tannin,

pati, klorida, sulfat, fosfat, dan mangan dalam abunya. Rimpang lengkuas sering

digunakan untuk mengatasi gangguan lambung seperti kolik dan untuk

mengeluarkan angin dari perut, menambah nafsu makan, menetralkan

keracunan makanan, menghilangkan rasa sakit, melancarkan buang air kecil,

dan mengatasi gangguan ginjal (Putri dan Febrianto, 2006).

2.5.7 Jahe(Zingiber officinale)

Jahe adalah salah satu yang digunakan sebagai bahan mentah dalam

pembuatan obat modern maupun obat-obatan tradisional. Kandungan senyawa

metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama dari golongan flavonoid,

fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan

tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat mengham


16

bat pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia, diantaranya

bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, jamur

Neurospora sp,Rhizopus sp.dan Penicillium sp (Sari et al., 2013).

Jahe mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai

rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional,

kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit

gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan

infeksi. Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang

dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe

sunti atau jahe merah (Hernani dan Winarti, 2007).

2.5.8 Kunyit(Curcuma domestica V.)

Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung kurkuminoid,

yang terdiri atas senyawa kurkumin dan turunannya yang meliputi

desmetoksikurkumindan bisdesme-toksikurkumin. Kurkuminoidmerupakan bahan

aktif dalam rimpang kunyit yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas,

yang salah satunya antihepatotoksik. Kunyit telah dikenal dan dimanfaatkan oleh

masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun di pedesaan terutama dalam

rumah tangga karena berbagai macam kegunaannya. Bagian dari kunyit yang

terutama dimanfaatkan adalah rimpangnya yaitu banyak dimanfaatkan untuk

keperluan ramuan obat tradisional, bahan pewarna tekstil, bumbu penyedap

masakan, rempah-rempah, dan bahan kosmetik (Hartono et al., 2005).

Kunyit merupakan tanaman berbatang basah dan mempunyai tinggi

sampai 1 meter.Menurut Hardjono et al., (2004), Tanaman ini dapat tumbuh di

berbagai tempat. Kunyit termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)


17

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica V

2.5.9 Santan

Pemberian santan dalam pembuatan abon dapat mempengaruhi rasa

makanan, karena adanya emulsi protein dan lemak yang menimbulkan rasa

gurih. Santan merupakan emulsi lemak dalam air yang diperoleh dari daging

kelapa segar. Kepekatan santan tergantung pada ketuaan kelapa dan jumlah air

yang ditambahkan (Ulianty, 2002).

Penggunaan santan dalam pembuatan ikan bakar bukan merupakan

keharusan, tetapi sebaiknya digunakan untuk menambah cita rasa ikan bakar

yang dihasilkan. Nilai gizi santan cukup tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai gizi santan


Komponen Nilai (%)
Protein 4,20
Lemak 34,30
Karbohidrat 5,60
Air 54,90
Sumber: Somaatmadja dan Mardjuki (1974)

2.5.10 Daun salam(Syzygium polyanthum)

Daun salam biasa digunakan sebagai penyedap masakan. Tanaman ini

dapat ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan. Tanaman ini memiliki

daun tunggal dengan helaian daun yang lonjong atau elips. Bila daun

dihancurkan akan berbau harum karena mengandung komponen aromatik.

Kandungan senyawa kimiawi pada daun salam adalah minyak atsiri (0,05%),
18

tannin, dan pectin. Minyak atsirinya mengandung sitral dan eugenol, tannin serta

flavonoid (Putri dan Febrianto, 2006).


19

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua bagian yaitu

bahan untuk pembuatan ikan bakar dan analisa sampel. Bahan-bahan untuk

pembuatan ikan bakar terdiri dari dua bagian yaitu bahan baku dan bahan

tambahan. Bahan baku yaitu ikan gabus yang didapat dari Pasar Besar di Kota

Malang dengan spesifikasi ikan masih segar dan mempunyai bau khas ikan,

sedangkan daun pisang, daun jati dan daun mengkudu didapat dari perkarangan

rumah dengan spesifikasi daun yang masih muda. Fungsi daun adalah untuk

membungkus ikan yang akan dibakar dan untuk menambah citarasa ikan bakar.

Selain itu bambu yang digunakan adalah jenis bambu tali yang didapat dari kios

bambu di daerah Sukarno Hatta dengan spesifikasi bambu yang masih muda

dan berdiameter 6cm dengan panjang bambu 50 cm. Fungsi bambu adalah

untuk wadah ikan yang akan dibakar. Sedangkan bahan tambahan yang

digunakan antara lain bawang merah, bawang putih, garam, sereh, daun salam,

lengkuas, kunyit, jahe, santan, kemiri, dan arang. Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan untuk analisa antara lain aquades, kertas label, kertas saring.

Sedangkan,bahan kimia yang digunakan dalam analisa proksimat adalah H2SO4

pekat, tablet kjeldahl, aquades, indikator pp, NaOH pekat, H3BO3, indikator MO,

H2SO4. Bahan yang digunakan untuk analisa albumin yaitu buffer succinate,

brom cresol green, Bij 53, dan aquadest.

3.1.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu alat

untuk pembuatan ikan bakar dan analisa sampel.


20

3.1.2.1 Alat Untuk Pembuatan Ikan Bakar

Alat untuk pembuatan ikan bakar antara lain bambu, pisau, nampan,

sendok, baskom, thermometer, piring, mangkok, blender dan timbangan digital.

3.1.2.2 Alat Untuk Analisia Proksimat

Alat untuk analisa albumin dan proksimat yang digunakan antara lain

automatic analyzer, botol film, oven, desikator, satu set alat Goldfisch,

spektrofotometer, muffle, satu set alat Kjeldahl.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.

Dalam penelitian ini ada 2 faktor yang digunakan, faktor pertama yaitu perbedaan

pembungkus daun (A) dan lama waktu (B). Tujuan penelitian ini untuk

menentukan perbedaan pembungkus daun (A) terbaik yang digunakan dalam

membungkus ikan gabus bakar dalam bambu. Sedangkan tujuan kedua dalam

penelitian ini adalah untuk menentukan lama waktu (B) terbaik dalam pembuatan

ikan gabus bakar dalam bambu. Menurut Nazir (2005) penelitian eksperimental

adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap

objek penelitian. Penelitian eksperimen merupakan observasi di bawah kondisi

buatan (artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh

peneliti.Namun, bukan berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat digunakan

dalam penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan. penelitian eksperimen

merupakan bentuk khusus investigasi yang digunakan untuk menentukan

variabel-variabel apa saja dan bagaimana bentuk hubungan antara satu dengan

yang lainnya. Menurut konsep klasik, eksperimen merupakan penelitian untuk

menentukan pengaruh variabel perlakuan (independent variable) terhadap

variabel dampak (dependent variable). Penelitian ini digunakan untuk


21

memperoleh karakterisasi ikan bakarterbaikyang dibungkus dengan perbedaan

pembungkus daun yang berbeda dalam pembuatan ikan gabus bakar dengan

mempertimbangkan karakterisasi kimia (kadar air, protein, abu, lemak dan

albumin) dan organoleptik (rasa, aroma dan tekstur).

3.2.1 Variabel

Variabel bebas dari penelitian ini adalah perbedaan pembungkus daun

yang berbeda dan lama pemanasan. Sedangkan variabel terikat pada penelitian

ini adalah obyektif (kadar albumin dan kadar lemak, air, protein serta abu) dan

subyektif (organoleptik scoring dan hedonik, yaitu rasa, tekstur dan aroma).

Menurut Koentjaraningrat (1983) variabel ialah faktor yang mengandung lebih

dari satu nilai dalam dalam metode statistik. Variabel terdiri dari variabel bebas

dan terikat. Variabel bebas ialah faktor yang menyebabkan suatu pengaruh

sedangkan variabel terikat ialah faktor yang diakibatkan oleh pengaruh tersebut.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini, terdapat dua prosedur percobaan meliputi proses

persiapan bumbu dan santan serta proses pembuatan ikan bakar. Penelitian

dimulai dengan pembuatan ikan bakar dengan pembungkus perbedaan

pembungkus daun yang berbeda. Selain itu dipenelitian ini menggunakan lama

waktu pemanasan yang berbeda untuk mengetahui tingkat kematangan ikan

yang terbaik. Kemudian dilakukan uji proksimat, uji kadar albumin, dan

organoleptik untuk mengetahui karakterisasi ikan bakar yang terbaik.Formulasi

pembuatan ikan gabus bakar pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5

sedangkan ukuran bambu tali yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.
22

Tabel 5. Formulasi pembuatan ikan gabus bakar


No Komposisi Jumlah Jumlah (%)
(g)
1. Ikan gabus 200 40
2. Bawang merah 90 18
3. Bawang putih 70 14
4. Garam 50 10
5. Lengkuas 10 2
6. Jahe 10 2
7. Kunyit 15 4
8. Kemiri 5 1
9. Santan 50 10
Total 500 100
Sumber: Erwin (2010)

Tabel 6. Ukuran Bambu Tali


No Jenis Ukuran Bambu Ukuran
1 Diameter (cm) 8
2 Jari-jari (cm) 4
3 Tebal (mm) 15
4 Panjang ruas ( cm) 55
Sumber: Penelitian Asep (2015)

Pada penelitian ini, terdapat dua prosedur percobaan meliputi proses

persiapan bumbu dan santan serta proses pembuatan ikan bakar.

a. Persiapan bumbu

Persiapan bumbudilakukan dengan cara sebagai berikut, pertama kelapa

tua dibersihkan kulitnya dan diparut dengan menggunakan parutan. Kemudian

ditambahkan air dan diperas hingga didapatkan santan kental. Bumbu-bumbu

yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, garam, kunyit, jahe, sereh

dan lengkuas dihaluskan dengan blender. Selanjutnya bumbu halus, gula merah

dicampur menjadi satu dengan santan. Prosedur pembuatan bumbu pada

penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 2.


23

Bumbu-bumbu :
Kelapa 500 g Bawang merah 18%, Bawang putih
14%, Kemiri 1%, Garam 10%,
Lengkuas 2 %, Kunyit 4%, Jahe
2%
Diparut

Dihaluskan dengan blender


Diperas
Air 100 ml

Santan kental
(50 ml)

Campuran bumbu dan


santan

Gambar 2. Diagram AlirPersiapan Bumbu dan Santan

Proses pembuatan ikan bakar dilakukan dengan cara sebagai berikut,

pertama disiapkan daun pisang (A1), daun jati (A2) dan daun mengkudu ( A3)

untuk membungkus ikan gabus. Setelah itu ikan gabus yang sudah dibersihkan

dimaasukkan ke dalam baskom yang berisi campuran bumbu halus dan santan.

Setelah 30 menit ikan gabus diangkat lalu dibungkus dengan menggunakan

perbedaan pembungkus daun yang berbeda. Setelah dibungkus daun, kemudian

ikan gabus dimasukkan ke dalam bambu untuk proses pembakaran. Sebelumnya

disiapkan tempat pembakarannya dahulu dengan cara menyalakan arang

sebagai sumber panas. Setelah bara apinya siap, kemudian ikan bakar dalam

bambu tadi ditaruh diatas bara api dengan posisi tidur. Lama proses pemanasan

yang digunakan selama 30 menit (B1), 60 menit (B2) dan 90 menit (B3). Setelah

itu dilakukan uji proksimat (kadar protein, air, lemak dan abu), analisa albumin,

organoleptik scoring dan hedonik (aroma, rasa dan tekstur), serta analisa GC-MS

untuk mengetahui senyawa aromatik yang terkandung dalam ikan bakar terbaik.

Diaram alir proses pembuatan ikan bakar dapat dilihat pada Gambar 3.
24

Ikan gabus segar

Ditimbang

Campuran bumbu
dan santan Penyiangan (dibuang sisik dan
isi perut)

Ditimbang

Pencampuran bumbu dan


santan dengan ikan gabus

Disiapkan Ditambahkan gula


perbedaan Pembungkusan ikan merah, sereh 1
pembungkus daun gabus tangkai dan daun
yang berbeda salam
A1 = daun pisang
A2 = daun jati
A3 = daun
mengkudu Dimasukkan kedalam
bambu
Persiapan tempat Perlakuan
pembakaran serta pemanasan: 30, 60
pembuatan bara Dilakukan proses dan 90 menit
api pembakaran ikan

Analisa proksimat
Uji Organoleptik: (kadar air, kadar
 Uji scoring Ikan gabus bakar protein, kadar lemak,
 Ujihedonik kadar abu,), kadar
albumin

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Ikan Gabus Bakar

3.4 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ialah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) 2 faktorial. Perlakuan percobaan pada penelitian ini meliputi

perlakuan pembungkusan berbagai perbedaan pembungkus daun (A) dan lama

waktu pemanasan (B). Suatu percobaan disebut percobaan faktorial bila


25

perlakuannya terdiri dari kombinasi lengkap antar level (antar taraf) dari dua

faktor atau lebih dan masing-masing faktor terdiri dari dua taraf atau lebih. Pada

faktor pembungkusan berbagai perbedaan pembungkus daun (A) terbagi menjadi

tiga taraf yaitu daun pisang (A1), daun jati (A2), daun mengkudu (A3). Pada

faktor lama waktu pemanasan (B) terbagi menjadi tiga taraf yaitu 30 menit (B1),

60 menit (B2) dan 90 menit (B3). Interaksi kedua faktor percobaan dilakukan

dengan tiga kali ulangan Hal tersebut sesuai dengan persamaan :

(n-1) (r-1) ≥ 15

Dimana n = perlakuan

r = ulangan

sehingga banyaknya ulangan dapat dihitung sebagai berikut:

(9-1) (r-1) ≥ 15

8r – 8 ≥ 15

8r ≥ 23

r ≥ 2,8 (3 kali ulangan)

Metode pengujian data yang digunakan adalah analisa keragaman

(ANOVA) dimana jika terdapat pengaruh yang nyata atau sangat nyata maka

akan dilanjutkan uji lanjut Tukey dengan aplikasi software SPSS 16. Model

statistika yang digunakan dalam penelitian tahap pertama sebagai berikut:

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke-I, faktor B taraf ke-j, pada

ulangan ke –k

µ = Rataan umum

Ai = Pengaruh faktor A pada taraf ke-i

Bj = Pengaruh faktor B pada taraf ke-j

(AB)ij = Interaksi antara A dan B pada faktor A taraf ke-I, faktor B taraf ke-j
26

εijk = Galat percobaan untuk faktor A taraf ke-I, faktor ke B taraf ke-j pada

ulangan ke-k

Tabel 7. Model rancangan percobaan penelitian


Perlakuan Perlakuan Ulangan Rata-
A B Kombinasi 1 2 3 rata
B1 A1B1 A1B1.1 A1B1.2 A1B1.3
A1 B2 A1B2 A1B2.1 A1B2.2 A1B2.3
B3 A1B3 A1B3.1 A1B3.2 A1B3.3
B1 A2B1 A2B1.1 A2B1.2 A2B1.3
A2 B2 A2B2 A2B2.1 A2B2.2 A2B2.3
B3 A2B3 A2B3.1 A2B3.2 A2B3.3
B1 A3B1 A3B1.1 A3B1.2 A3B1.3
A3 B2 A3B2 A3B2.1 A3B2.2 A3B2.3
B3 A3B3 A3B3.1 A3B3.2 A3B3.3

Desain rancangan percobaan pada penelitian tahap pertama adalah

A1B1 = daun pisang, lama pemanasan 30 menit

A1B2 = daun pisang, lama pemanasan 60 menit

A1B3 = daun pisang, lama pemanasan 90 menit

A2B1 = daun jati, lama pemanasan 30 menit

A2B2 = daun jati, lama pemanasan 60 menit

A2B3 = daun jati, lama pemanasan 90 menit

A3B1 =daun mengkudu, lama pemanasan 30 menit

A3B2 = daun mengkudu, lama pemanasan 60 menit

A3B3 = daun mengkudu, lama pemanasan 90 menit

3.5 Parameter Uji

Parameter uji yang digunakan pada penelitian inti pembuatan ikan bakar

dalam bambu adalah kadar albumin, kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan

kadar abu, dan analisa GC-MS.Sedangkan uji organoleptik dengan uji skoring

dan hedonic yang terdiri dari warna, rasa, aroma dan tekstur (Soekarto,1985)

yang dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.


27

3.6 Prosedur Analisa Parameter

3.6.1 Analisa Kadar Albumin (Metode Brom Cresol Green)

Analisa kadar albumin menurut Rusli et al., (2006) sebagai berikut:

pertama disiapkan 2 ml sampel ditambah dengan 8 ml reagen biuret, kemudian

dikocok. Lalu dipanaskan pada suhu 370C selama 10 menit. Kemudian dinginkan

kemudian ukur dengan spektronik 20 dengan anjang gelombang 550 nm dan

catat absorbansinya. Kemudian dihitung dengan rumus:

absorbansi sampel
ppm =
0,0000526 A

ppm x 25
%= x 100%
g sampel x106

Pembuatan rreagen Biuret:

1. 0,1500 g CuSO4.5H2O + 25 ml aquades

2. 0,6000 g Na K-tartat + 25 ml aquades

Reagen 1 dan 2 dicampur ditambah dengan 30 ml NaOH 10%, aduk ekmudian

encerkan menjadi 100 ml larutan. Kocok sampai homogen.

3.6.2 Analisa Kadar Air

Kadar air menurut Sudarmadji et al., (1984), metode yang digunakan

dalam penentuan kadar air adalah cara pemanasan. Prinsip metode ini adalah

sampel dipanaskan pada suhu (100-105)°C sampai diperoleh berat yang

konstan. Pada suhu ini semua air bebas (yang tidak terikat pada zat lain) dapat

dengan mudah diuapkan, tetapi tidak demikian halnya dengan air terikat. Sampel

dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang yang telah

diketahui beratnya.Kemudian sampel dikeringkan didalam oven dengan suhu 105


o
C selam 3-5 jam tergantung bahannya. Selanjutnya dimasukkan di dalam

desikator dan ditimbang. Dipanaskan lagi di dalam oven selama 30 menit,


28

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan diulangi sampai berat

konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Pengurangan

berat merupakan banyaknya air dalam bahan.

(A + B) − C
% Wb = x 100%
B

Keterangan :

Wb = Kadar air basah

A = Berat botol timbang

B = Berat sampel

C = Berat botol timbang dan sampel sesudah dioven

3.6.3 Analisa Kadar Protein

Kadar protein menurut Sudarmadji et al., (1984), pengukuran kadar

protein total dilakukan dengan cara makro kjeldahl yang dimodifikasi. Dihaluskan

bahan dan ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl.

Kemudian ditambahkan 7,5 gram K2S2O4 dan 0,35 gram HgO dan akhirnya

ditambahkan 15 ml H2SO4 pekat. Dipanaskan semua bahan pada labu kjeldahl

dalam ruang asam sampai berhenti berasap. Teruskan pemanasan sampai api

besar dan mendidih dan cairan menjadi jernih. Teruskan pemanasan tambahan

lebih kurang 1 jam. Ditunggu bahan sampai dingin.

Kemudian ditambahkan 100 ml aquades dalam labu kjeldahl yang

didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, juga ditambahkan 15 ml

larutan K2S 4% (dalam air).Selanjutnya ditambahkan secara perlahan-lahan

larutan NaOH 50% sebanayk 50 ml yang sudah didinginkan dalam almari es.

Dipanaskan labu kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur,

kemudian dipanaskan dengan cepat sampai mendidih.


29

Distilat kemudian tampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi 50 ml

larutan standar HCl (0,1 N) dan 5 tetes indicator metal merah. Lakukan distilasi

sampai distilat mencapai 75 ml. dititrasi distilasi dengan NaOH 0,1 N sampai

warna kuning. Dilakukan pembuatan larutan blanko dengan cara yang samap

tetapi sampelnya diganti dengan aquades. Kemudian dihitung %N dan % protein

dengan rumus :

(ml NaOH blanko − ml NaOH contoh)


%N= x 100 x 14,008
gram contoh x 1000

% Protein = % N x faktor

3.6.4 Analisa Kadar Lemak

Kadar lemak menurut Sudarmadji et al., (1984), pengukuran kadar lemak

total dilakukan dengan metode Goldfisch. Bahan dihaluskan dan ditimbang

sebanyak 5 gram.Kemudian dimasukkan dalam kertas saring dan dimasukkan

dalam thimble, yaitu pembungkus bahan yang terbuat alumina yang porous.

Dipasang bahan dan timble pada sample tube, yaitu gelas penyangga yang

bagian wadahnya terbuka, tepat dibawah kondensor alat distilasi Goldfisch.

Dimasukkan petroleum-ether (maksimal 75 ml) dalam gelas piala khusus yang

diketahui beratnya. Dilakukan ekstraksi selama 3-4 jam. Ektrak lemak

dikeringkan dalam oven dan ditimbang berat minyak dalam bahan.

(berat awal sampel + berat kertas saring) − berat akhir


% Kadar lemak = x 100%
berat awal sampel

3.6.5 Analisa Kadar Abu

Kadar abu menurut Sudarmadji et al., (1984), pengukuran kadar abu total

dilakukan dengan metode drying ash. Sampel sebanyak 2-10 gram ditimbang

pada krus porselin yang kering dan sudah diketahui bobotnya. Lalu diarangkan
30

di atas nyala pembakaran dan diabukan dalam muffle pada suhu 550º C hingga

pengabuan sempurna. Setelah itu didinginkan dalam deksikator dan ditimbang

hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan

membandingkan berat abu dan berat sampel dikali 100%.

berat akhir − berat kurs porselin


% Kadar abu = x 100%
berat sampel (g)

3.6.6 Analisa GC-MS

Analisa GC-MS adalah metode yang mengkombinasikan kromatografi

gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda

dalam analisa sampel. MenurutKitsonet al(2002), hal pertama yang dilakukan

dalam analisa GC-MS adalah preparasi sampel. Adapun preparasinya sebagai

berikut: pertama sampel yang telah dihaluskan ditimbang 50 g. Kemudian sampel

dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambah aquades 200 ml, kemudian

dilakukan destilasi hingga aquades habis. Lalu komponen pembentuk citarasa

yang larut dalam uap air hasil destilasi ditampung dalamerlenmeyer.Hasil

destilasi ditambahkan dietileter dengan volume yang sama dengan volume uap

air yang diperoleh. Selanjutnya digojok selama 10 menit sehingga komponen

pembentuk aroma larut ke dalam dietileter. Kemudian uap air dipisahkan dari

komponen pembentuk aroma yang larut dalam dietileter. Lalu, dietileter diuapkan

dengan menggunakan gas N2 hingga tinggal 3 ml dan dimasukkan ke dalam

wadah sampel yang tertutup rapat.

Sampel yang digunakan sebanyak 1 μl, kemudian diinjeksikan dalam GC-

MS dengan kondisi sebagai berikut: karakterisasi GC-MS yang digunakan adalah

merk Shimadzu dengan tipe QP2010S, suhu injektor 280 oC, injektormode split,

waktu pengambilan sampel 1 menit, suhu kolom 40 – 270 oC dengan pengaturan

suhu awal 40 oC ditahan selama 5 menit, dan waktu 10 menit untuk mencapai
31

suhu 270 oC (23oC/menit) ditahan selama 60 menit, sehingga total waktu prog 88

menit, suhu detektor 280 oC, suhu interval 250 oC, gas pembawa He, tekanan

utama 500-900, Flow control mode pressure, tekanan 10,9 Kpa, total flow 58,8

ml/m, aliran kolom 0,55 ml/m, percepatan linier 26,0 cm/dt, aliran pembersihan

3.0 ml/m, split ratio 99,8, jenis kolom Rtx-5MS, panjang kolom 30.00 m,

ketebalan 0.25 µm, diameter 0,25 mm, dan jenis pengion EI (Electron Impact) 70

eV.

Cara kerja GC-MS, pertama GCMS dinyalakan dan diatur seluruh

komponen yang terkait hingga sampel sebanyak 1 μl siap diinjeksikan dan siap

running. Kemudian tampilan analisa diatur. Kemudian data sampel diisikan atau

ditekan sample login pada monitor sambil menunggu GC dan MS pada monitor

pada kondisi Ready. Lalu tombol start pada monitor ditekan, sehinggaautomatic

injector membersihkan syringe sesuai setting, kemudian sampel sebanyak 1 μl

diinjeksikan ke dalamautoinjectortipe AOC-20i shimadzu. Selama setting waktu

awal atau bila grafik sudah menunjukkan agak datar analisa GC dapat dihentikan

dengan menekan tombol stop pada monitor. Puncak grafik diidentifikasi pada tiap

waktu retensi dari puncak awal sampai puncak akhir dan dicocokkan dengan

references pada prog GCMS tekan similary search. Hasil identifikasi akan

menunjukkan komponen yang paling mirip dari beberapa komponen dari bobot

molekul serta tinggi intens peaknya dan yang teratas adalah yang paling

mendekati. Kemudian GC-MS dimatikan.

3.6.7 Uji Organoleptik Skoring dan Hedonik

Uji organoleptik yang akan dilakukan pada produk ikan gabus bakar

dengan pembungkus berbagai perbedaan pembungkus daun yang berbeda

meliputi rasa, aroma dan tekstur. Uji organoleptik yang dilakukan berdasarkan uji

penerimaan skoring dan hedonik dengan 15 panelis agak terlatih (Mahasiswa).


32

Pada uji skoring, panelis diminta untuk mengevaluasi semua sampel dengan

memberikan tanda pada hasil pengujian yang dipilih sedangkan pada uji hedonik

panelis memberikan penilaian angka sesuai dengan skala hedonik yang

disediakan berdasarkan tingkat kesukaan. Uji penerimaan menyangkut penilaian

seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang

menyenangi. Pada uji penerimaan, panelis mengemukakan tanggapan pribadi

yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau

tidaknya terhadap sifat sensorik atau kualitas yang dinilai (Soekarto, 1985).
33

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan pembungkus

daun terbaik yang digunakan sebagai pembungkus makanan dan untuk

mengetahui lama waktu pembakaran terbaik dalam pembuatan ikan gabus bakar

dalam bambu. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan analisa kimia pada bahan

baku yaitu ikan gabus segar. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui

karakterisasi kimia dari bahan baku sehingga dapat diketahui peningkatan

kualitas produk dari awal sebelum diproses sampai terbentuk produk yang sudah

jaadi.

4.1.1 Karakterisasi Bahan Baku

Ikan gabus merupakan salah satu olahan ikan yang memiliki nilai gizi

yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk mempercepat

penyembuhan luka.Fungsi utama albumin lainnya adalah menyediakan 80%

pengaruh osmotik plasma. Hal ini disebkan albumin merupakan protein plasma

yang jika dihitung atas dasar berat mempunyai jumlah yang paling besar dan

albumin memiliki berat molekul rendah dibanding fraksi protein plasma lainnya

menginformasikan bahwa preparat albumin digunakan dalam terapi diantaranya

hipoalbuminemia, luka bakar, penyakit hati, penyakit ginjal, saluran pencernaan

dan infeksi (Murray et al., 2003). Analisa kimia dari ikan gabus segar dapat dilihat

pada Tabel 8.
34

Tabel. 8. Analisa kimia ikan gabus segar


No. Parameter Kimia Jumlah
1 Albumin (%) 5,97
2 Protein(%) 17,30
3 Air (%) 47,46
4 Lemak (%) 1,75
5 Abu (%) 1,87
Sumber : Laboratorium Perekayasaan Hail Perikanan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya (2015)

4.1.2 Rendemen Ikan Gabus Bakar

Rendemen merupakan persentase berat ikan gabus bakar yang

dihasilkan dibandingkan dengan berat ikan gabus segar. Tujuan perhitungan

rendemen yaitu untuk mengetahui persentase berat akhir ikan gabus bakar

dalam bambu yang dihasilkan. Rendemen produk ikan gabus bakar merupakan

salah satu karakterisasi fisika yang mempengaruhi penerimaan di tingkat

konsumen.

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan

pembungkus daun, perlakuan lama waktu pembakaran dan interaksi antara

perlakuan perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran

berpengaruh nyata terhadap rendemen ikan gabus bakar p<0,05,. Hasil uji lanjut

Tukey rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3 dangrafikpada Gambar 4.


35

84.00

(81,26±0,91)ab

(81,20±0,50)ab

(82,42±0,52)bc
(82,69±0,36)bc
(82,11±0,47)b
(81,31±0,60)ab

(82,94±0,41)bc
(81,80±0,06)b
83.00

(79,14±0,02)a
82.00

Rendemen (%)
81.00
80.00
79.00
78.00
77.00
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 4. Grafikrendemen ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05

Berdasakan Gambar 4, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan

penggunaan perbedaan pembungkus daun berbeda dan lama waktu

pembakaran berbeda mengalami peningkatan. Peningkatan nilai rendemen ini

diduga karena pengaruh waktu pemanasan yang terlalu lama menyebabkan

rendemen daging ikan meningkat karena sebagian air yang terkandung dalam

ikan bakar menguap.

Menurut Sari dan Kusnadi (2015), apabila kandungan air dalam suatu

produk rendah maka rendemennya akan meningkat. Bahan pengisi yang

digunakan pada proses pengolahan berfungsi untuk memperbesar volume dan

meningkatkan total padatan sehingga rendemen semakin besar. Selain itu

peningkatan nilai rendemen ini dikarenakan adanya bahan tambahan dalam

pembuatan ikan gabus bakar.

Nilai rendemen merupakan parameter yang sangat penting untuk

mengetahui nilai ekonomis dari suatu produk. Jika bahan pangan semakin tinggi

rendemennya maka semakin tinggi nilai ekonominya dan sebaliknya jika semakin
36

rendah rendemennya, maka nilai ekonomi dari produknya berkurang (Hanafi,

1999).

4.2 Karakterisasi Kimia Ikan Gabus Bakar

4.2.1 Kadar Albumin

Albumin merupakan jenis polipeptida protein terbanyak didalam plasma

yang mencapai kadar 60%. Manfaatnya antara lain untuk pembentukan jaringan

sel baru. Di dalam ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk mempercepat

pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misal karena operasi atau

pembedahan, mempertahankan tekanan osmotik plasma dan pemenuhan gizi

seseorang (Suprayitno, 2003).

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan

perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran berpengaruh nyata

terhadap kadar albumin ikan gabus bakar (p<0,05) sedangkan interaksi antara

perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran tidak berpengaruh

nyata terhadap kadar albumin ikan gabus bakar (p>0,05). Hasil uji lanjut Tukey

kadar albumin dapat dilihat pada Lampiran 4 dan grafik dapat dilihat pada

Gambar 5.
37

0.80

(0,45±0,08)ab

(0,46±0,14)ab

(0,44±0,28)ab
(0,32±0,06)ab
(0,58±0,21)b
(0,69±0,14)bc
(0,54±0,17)b

(0,37±0,16)ab
0.70

(0,27±0,09)a
0.60

Kadar Albumin
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 5. Grafik kadar albumin ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05

Berdasakan Gambar 5, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan

pembungkus berbagai perbedaan pembungkus daun dengan lama waktu

pembakaran yang berbeda nilai kadar albumin mengalami penurunan, hal ini

disebabkan oleh karena semakin lama proses pembakaran maka kadar albumin

semakin turun karena terjadi koagulasi. Selain ituikan gabus ini diketahui memiliki

kandungan protein yang tinggi dibandingkan ikan air tawar lainnya. Sedangkan

kadar albuminnya akan mengalami penurunan, karena proses pemanasan.

Seperti yang telah diketahui bahwa albumin merupakan bagian protein yang

peka terhadap panas dan akan mengalami penurunan seiring meningkatnya

suhu karena terjadi perubahan struktur dan penurunan sifat fungsionalnya. Hal ini

sesuai penyataan Suprayitno (2008), bahwa protein ikan gabus segar mencapai

25,1% sedangkan 6,224% dari protein tersebut berupa albumin. Albumin

termasuk protein globuler yang mudah rusak oleh pemanasan. Selain dari ikan

gabus sendiri,
38

Menurut De Man (1997), suhu koagulasi albumin yaitu antara 56-72⁰C,

ditambahkan oleh Chayati dan Andian (2008), kerusakan ini tergantung dari

komposisi asam amino, adanya ikatan disulfida, jembatan garam, waktu

pemanasan, kadar air dan bahan tambahan. Proses pengeringan dengan

menggunakan suhu 60⁰C dan waktu yang cukup lama yaitu 1 jam menyebabkan

nilai albumin menjadi paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Selain itu, salah satu jenis asam amino yang menyusun protein albumin pada

ikan gabus yaitu lisin dapat dengan mudah mengalami kerusakan karena panas.

Menurut Sulistiyati (2011), ikan gabus mengandung asam amino lisin sebesar

0,197 μg/mg jumlah ini merupakan jumlah yang besar dibandingkan dengan

jumlah asam amino yang lain.

4.2.2 Kadar Air

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh

karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.Protein

adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.Molekul protein mengandung pula fosfor,

belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan

tembaga (Winarno, 2004).

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan

perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu pembakaran dan interaksi

antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran

berpengaruh nyata terhadap kadar air ikan gabus bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut

Tukey kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5 dan grafik dapat dilihat pada

Gambar 6.
39

(61,41±0,37)ab

(60,28±0,15)ab
66.00

(61,44±0,48)b
(60,35±0,66)ab
(64,41±0,26)bc

(61,68±0,33)b

(59,31±0,27)ab
(63,29±0,23)bc

(61,03±0,49)ab
64.00

Kadar Air (%)


62.00

60.00

58.00

56.00
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)

daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 6. Grafik kadar air ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05

Berdasakan Gambar 6, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan

pembungkus daun yang berbeda dengan lama waktu pembakaran berbeda

mengalami penurunan. Menurut Kocatepe et al.,( 2011), kadar air ikan bakar

sebesar 54,63 %. Dari hasil uji kadar air ikan gabus bakar mengalami penurunan

dikarenakan terjadi proses pembakaran yang menyebabkan air dalam ikan gabus

menguap. Penurunan kadar air ini diduga karena pengaruh waktu pemanasan

yang terlalu lama sehingga memungkinkan kandungan air dalam bahan

menurun. Pada saat bahan pangan dipanaskan maka suhu permukaan bahan

pangan akan segera meningkat dan air menguap (Muchtadi dan

Ayustaningwarno, 2010).

Selain itu, kadar air ikan gabus bakar dalam bambu mengalami

penurunan dari kadar air ikan gabus segar. Hal ini dikarenakan adanya proses

pembakaran yang menyebabkan air dalam ikan gabus berkurang. Menurut

Marimuthu et al., (2012), kadar air turun pada proses pembakaran dan

penggorengan karena mengalami dehidrasi. Selain karena proses pembakaran,


40

kadar air turun dikarenakan naiknya kadar protein. Adanya protein menyebabkan

air dapat diikat dengan sempurna, karena protein bersifat dapat mengikat air.

Semakin banyak air yang ditahan oleh protein maka semakin sedikit air yang

keluar (Machmud et al., 2012).

4.2.3 Kadar Protein

Protein merupakan molekul makro yang mempunyai berat molekul antara

5000 hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino,

yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-

unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, juga terdapat unsur-unsur fosfor,

besi, sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein,

karena terdapat di dalam semua protein, yang memiliki proporsi 16% dari total

protein (Almatsier, 2009).

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan

perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu pembakaran dan interaksi

antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran

berpengaruh nyata terhadap kadar protein ikan gabus bakar (p<0,05). Hasil uji

lanjut Tukey kadar protein dapat dilihat pada Lampiran 6 dangrafik dapat dilihat

pada Gambar 7.
41

30.00

(24,83±0,18)c
(22,93±0,28)bc
(21,39±21,39)a

(22,70±0,28)bc

(21,64±0,76)ab
(20,98±0,25)a

(22,35±0,42)bc
(22,59±0,22)bc

(20,53±0,29)a
25.00

Kadar Protein (%)


20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 7. Grafik kadar protein ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05

Berdasakan Gambar 7, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan

pembungkus daun yang berbeda dengan lama waktu pembakaran yang berbeda

mengalami penurunan. Menurut Kocetepe et al., (2011), kadar protein ikan bakar

yaitu sebesar 25,55%. Penurunan kadar protein ini disebabkan karena proses

perendaman ikan didalam bumbu dapat melarutkan protein yang larut air dan

proses pemanasan dapat menyebabkan koagulasi dan denaturasi protein.

Menurut Palupi et al. (2007), pengolahan bahan pangan berprotein yang tidak

dikontrol dengan baik dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai gizinya.

Pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah proses pengolahan

menggunakan pemanasan seperti sterilisasi, pemasakan dan pengeringan.

Ditambahkan oleh Kusnandar (2010), denaturasi protein dapat disebabkan oleh

pemanasan. Suhu terjadinya denaturasi berbeda untuk jenis protein yang

berbeda. Pemanasan dapat menyebabkan perubahan susunan asam aminonya.

Denaturasi protein dapat menyebabkan bahan pangan yang mengandung protein


42

mengalami perubahan tekstur misalnya membentuk gel, kehilangan kemampuan

daya ikat air atau mengalami pengerutan.

4.2.4 Kadar Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur

karbon C, hidrogen H dan oksigen O yang mempunyai sifat dapat larut dalam

zat-zat pelarut tertentu zat pelarut lemak seperti petroleum benzene, ether.

Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar,

sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah bersifat cair. Lemak yang padat

pada suhu kamar disebut lemak atau gaji, sedangkan yang cair pada suhu kamar

disebut minyak (Sediaoetama, 2010).

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan

perbedaan pembungkus, perlakuan lama waktu pembakaran dan interaksi antara

perlakuan perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran

berpengaruh nyata terhadap kadar lemak ikan gabus bakar (p<0,05).Hasil uji

lanjut Tukey kadar lemak dapat dilihat pada Lampiran 7 dan grafik dapat dilihat

pada Gambar 8.
(4,45±0,07)bc
(4,39±0,05)bc
(4,80±0,15)bc
(4,30±0,04)bc

5.00
(4,28±0,04)ab
(4,24±0,04)ab

4.80
(4,10±0,10)a
(4,03±0,10)a
Kadar Lemak (%)

(4,02±0,09)a

4.60
4.40
4.20
4.00
3.80
3.60
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 8. Grafik kadar lemak ikan gabus bakar


Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05
43

Berdasakan Gambar 8, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan

pembungkus daun yang berbeda dengan lama waktu pembakaran berbeda

berkisar antara 4,02 % sampai 4,80 %. Dari grafik kadar lemak terlihat bahwa

mengalami peningkatan kadar lemak. Menurut Kocetepe et al., (2011), kadar

lemak ikan bakar sebesar 17,51%. Peningkatan kadar lemak dapat dipengaruhi

oleh kadar air. Kadar lemak dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan pangan

dimana kadar air mempunyai hubungan yang berlawanan dengan kadar lemak.

Peningkatan kadar lemak menyebabkan penurunan kadar air produk. Menurut

Rochima (2005), kadar air yang semakin menurun menyebabkan proses

penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol tidak dapat berjalan dengan

baik. Proses penguraian ini dapat distimulir oleh adanya garam, asam, basa dan

enzim-enzim. Pemanasan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

minyak lebih banyak terperangkap dalam bahan pangan. Suhu tinggi dapat

mempercepat terjadinya kerusakan minyak akibat pembentukan asam lemak

bebas, yang mengakibatkan perubahan kekentalan, flavor dan warna (Muchtadi

dan Ayustaningwarno, 2010).

Selain itu, kadar lemak pada ikan gabus bakar dalam bambu mengalami

peningkatan dikarenakan pada pembuatan ikan gabus bakar dalam bambu

ditambahkan bumbu-bumbu yang mengandung lemak seperti kemiri dan santan.

Kemiri diketahui memiliki kandungan lemak. Biji kemiri merupakan salah satu

jenis hasil pertanian yang mengandung minyak. Selain digunakan sebagai

bumbu berbagai jenis masakan, kemiri juga dibudidayakan sebagai sumber

minyak nabati (Siswani et al., 2006). Kemudian penambahan santan juga sangat

berpengaruh pada kadar lemak ikan gabus bakar dalam bambu. Hal ini sesuai

penyataan Sudarmadji (1997), bahwa santan merupakan emulsi lemak dalam air

yang akan memberikan rasa gurih pada makakan karena mengandung kadar

lemak yang tinggi.


44

4.2.5 Kadar Abu

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat

pada suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan

garam anorganik. Penentuan kadar abu dalam bahan pangan berguna sebagai

parameter nilai gizi dimana adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam

yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Sudarmadji

et al., 1984).

Hasil analisa keragaman ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan

perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu dan interaksi antara

perlakuan perbedaan pembungkus daun dan lama waktu pembakaran

berpengaruh nyata terhadap kadar abu ikan gabus bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut

Tukey kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 8 dangrafik dapat dilihat pada

Gambar 9.

4.50
(2,76±0,23)ab
(3,06±0,12)b

4.00
(3,52±0,08)ab
(3,57±0,10)ab
(3,30±0,08)b

(3,83±0,18)a
(2,89±0,20)ac
(2,11±0,09)ac
(2,93±0,29)bc

3.50
Kadar Abu (%)

3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 9. Grafik kadar abu ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p < 0,05
45

Berdasakan Gambar 9, dapat dilihat bahwa perlakuan perlakuan

pembungkus daun berbeda dengan lama waktu pembakaran berbeda

menunjukan kadar abu mengalami peningkatan. Menurut Kocetepe et al.,(2011),

kadar abu ikan bakar sebesar 1,97%. Dari hasil uji jumlah kadar abu meningkat

hal ini dikarenakan terjadi proses pembakaran yang mana bambu yang

digunakan untuk wadah ikan gabus saat dibakar mengalami proses pengarangan

sehingga kadar abu meningkat, selain itu adanya penambahan bahan tambahan

yaitu garam yang mengandung mineral sehingga kadar abu meningkat. Tetapi

kadar abu ikan gabus bakar dalam bambu lebih tinggi dibandingkan dengan

penelitian Kocatepe. Peningkatan kadar abu ini disebabkan karena proses

pencucian dan perendaman sehingga mineral yang ada larut dalam air. Menurut

Andarwulan et al., (2011), pengaruh pengolahan pada bahan dapat

mempengaruhi ketersediaan mineral bagi tubuh. Penggunaan air pada proses

pencucian, perendaman dan perebusan dapat mengurangi ketersediaan mineral

karena mineral akan larut dalam air yang digunakan.dikarenakan penambahan

bahan yang mengandung mineral yaitu garam sebanyak 50 g atau 10%. Garam

dapur sejenis mineral yang lazim dan dikonsumsi manusia. Komponen (zat) yang

biasanya tercampur dalam garam murni adalah MgCl2 (magnesium chloride),

CaCl2 (calsium chloride), MgSo4 (magnesium sulfat), CaSo4 (calsium sulfat) dan

lumpur. Selain itu kandungan mineral yng terkandung dalam ikan gabus bisa

memberikan kontribusi sehingga kadar abu meningkat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Suprayitno, 2006), bahwa ikan gabus juga mengandung mineral zinc

dan mineral lain seperti besi, kalsium dan posfor.


46

4.3 Karakterisasi Organoleptik

Pengujian karakterisasi organoleptik dilakukan untuk mengetahui daya

terima panelis terhadap ikan gabus bakar dalam bambu. Pada penelitian ini

dilakukan dua macam uji organoleptik yaitu uji skoring dan uji hedonik.

4.3.1 Skoring Rasa

Rasa merupakan respon dari lidah terhadap rangsangan yang diberikan

suatu makanan yang dimasukkan ke dalam mulut dan dirasakan terutama oleh

indera pembau dan rasa, reseptor umum nyeri dan suhu dalam mulut. Kemudian

dikenali oleh tubuh berdasarkan tanggapan, cicipan, baud an kesan-kesan lain

seperti penglihatan, sentuhan dan pendengaran (Aryani dan Rario, 2006).

Pada analisa keragaman rasa ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji skoring

menunjukkan bahwa perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu

pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan

lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap skoring rasa gurih ikan

gabus bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey skoring rasa gurih dapat dilihat pada

Lampiran 9 dan grafik dapat dilihat pada Gambar 10.


(6,09±0,20)b
(5,86±0,05)ab

(5,39±0,36)ab

(3,72±0,48)ab

7
(3,38±0,18)a
(3,34±0,20)a
(4,80±0,28)ab

6
(5,63±0,26)ab

5
Skor rasa

4
3
2
1
30 60 90
Lama Waktu Pambakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu .

Gambar 10. Grafik skoring rasa gurih ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p > 0,05
1= sangat tidak gurih; 7= amat sangat gurih
47

Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa pada perlakuan penggunaan

pembungkus daun pisang, daun jati dan daun mengkudu dengan lama waktu

pembakaran 30, 60 dan 90 menit panelis merasakan rasa gurih yang berbeda

pada ikan gabus bakar. Hasil analisa keragaman yang menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata menunjukkan bahwa panelis mampu membedakan rasa

gurih yang berbeda pada ikan gabusbakar. Rasa gurih diduga karena pengaruh

perbedaan pembungkus daun yang digunakan. Selain itu penggunaan bumbu-

bumbu yang sesuai membuat cita rasa pada ikan bakar tersa lebih gurih. Selain

itu dalam proses pembakaran selain terjadi pemasakan daging ikan dan

denaturasi protein juga akan terjadi pengeluaran senyawa-senyawa yang bersifat

volatil yang akan diuapkan bersama dengan uap air yang keluar selama proses

pembakaran yang umumnya akan mempengaruhi cita rasa dari ikan segar. Hali

ini sesuai dengan pernyataan Herliani (2008), bahwa cita rasa dapat dipengaruhi

oleh pemanasan atau pengolahan yang dilakukan sehingga mengakibatkan

degradasi penyusun cita rasa dan sifat fisik bahan makanan. Menurut Purnomo

(1990), bahwa rempah-rempah yang digunakan sebagai bumbu mengandung

oleoresin dan minyak atsiri, sehingga kedua komponen ini menimbulkan cita rasa

dan aroma yang diinginkan.

4.3.2 Skoring Aroma

Aroma yang dimaksud dalam uji skoring ini adalah aroma daun pada ikan

gabus bakar dalam bambu. Panelis menilai aroma dengan memberikan skor

berdasarkan aroma daun yang terdapat pada ikan gabus bakar.

Pada analisa keragaman aroma ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji skoring

menunjukkan bahwa perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu

pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan


48

lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap skoring aroma ikan gabus

bakar (p<0,05). Hasil analisa keragaman ANOVA dan uji lanjut skoring aroma

dapat dilihat pada Lampiran 10 dan grafik dapat dilihat pada Gambar 11.

(4,30±0,36)ab
(4,87±033)b
(4,06±0,20)ab

(3,94±0,28)ab
(4,44±0,12)ab
(5,23±0,66)b

(3,74±0,18)a
(4,59±0,48)ab
6

(3,38±0,20)a
5
Skor Aroma

1
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 11. Grafik skoring aroma daun pada ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p > 0,05
1= aroma daun sangat tidak terasa; 7= aroma daun amat sangat terasa

Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa pada perlakuan penggunaan

pembungkus daun pisang, daun jati dan daun mengkudu dengan lama waktu

pembakaran 30, 60 dan 90 menit panelis merasakan aroma daun yang berbeda

pada ikan gabus bakar. Hasil analisa keragaman yang menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata menunjukkan bahwa panelis mampu membedakan aroma

daun yang berbeda pada ikan gabus bakar. Daun yang digunakan memiliki

beberapa senyawa volatil yang dapat menimbulkan aroma khas daun itu sendiri.

Menurut Sahaa et al (2013), diketahui bahwa ekstrak daun pisang mengandung

asam galat yang merupakan tipe dari katekin. Katekin termasuk dalam golongan

polifenol dan merupakan salah satu senyawa sumber penghasil aroma. Menurut

Supriyantono (2011), daun jati merupakan daun yang dapat menghasilkan aroma

khas karena daun jati memiliki senyawa fenol.


49

4.3.3 Skoring Tekstur

Tekstur dari suatu produk makanan akan mempengaruhi cita rasa yang

ditimbulkan oleh produk tersebut. Untuk merasakan tekstur suatu produk

makanan digunakan indera peraba. Indera peraba yang bisa digunakan untuk

makanan biasanya di dalam mulut dengan menggunakan lidah dan bagian-

bagian di dalam mulut dapat juga dengan menggunakan tangan sehingga dapat

merasakan tekstur suatu produk makanan.

Pada analisa keragaman tekstur ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji skoring

menunjukkan bahwa perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu

pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan

lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap skoring tekstur ikan gabus

bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey skoring tekstur dapat dilihat pada Lampiran

11 dan grafik skoring dapat dilihat pada Gambar 12.

6
(5,54±0,02)bc

(5,45±0,02)b
(4,52±0,11)bc
(4,93±0,43)c
(4,58±0,25)ab

(4,43±0,12)b
(4,10±0,10)ab
Skor Tekstur

(3,95±0,06)a

(4,08±0,06)ab

1
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 12. Grafik skoring tekstur pada ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p > 0,05
1= sangat lembek; 7= amat sangat tidak lembek
50

Berdasarkan Gambar 12, pada perlakuan penggunaan pembungkus daun

pisang, daun jati dan daun mengkudu dengan lama waktu pembakaran 30, 60

dan 90 menit panelis mampu membedakan tekstur yang berbeda pada ikan

gabus bakar. Hasil analisa keragaman yang menunjukkan adanya perbedaan

yang nyata menunjukkan bahwa panelis mampu membedakan aroma daun yang

berbeda pada ikan gabus bakar.

4.3.4 Hedonik Rasa

Rasa yang dimaksud dalam uji hedonik ini adalah rasa asin yang terdapat

pada nugget ikan pindang tongkol subtitusi ampas kelapa. Panelis menilai rasa

berdasarkan tingkat rasa asin yang ada pada nugget. Menurut Winarno (2004),

indera pencicip manusia (lidah) dapat membedakan empat macam rasa utama

yaitu, asin, asam, manis, dan pahit. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain senyawa kimia, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen lain.

Pada analisa keragaman rasa ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji hedonik

menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama

waktu pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun

dan lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap hedonik rasa ikan

gabus bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey hedonik rasa gurih dapat dilihat

pada Lampiran 12 dan grafik dapat dilihat pada Gambar 13.


51

(6,31±0,03)c

(5,47±0,34)b

(4,62±0,33)ab
(5,50±0,24)b

(5,54±0,10)b
(4,56±0,38)b
6

(3,43±0,47)a
(3,50±0,40)a
(3,32±0,18)a
5

Hedonik rasa 4

1
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 13. Grafikhedonik rasa pada ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p <0,05
1= sangat tidak suka; 7= amat sangat suka

Berdasarkan Gambar 13, hasil analisa yang menunjukkan berbeda nyata

antar perlakuan diduga dikarenakan rasa ikan gabus bakar terasa sehingga

menunjukkan bahwa secara kelesuruhan panelis menyukai rasa ikan gabus

bakar yang dibungkus dengan berbagai perbedaan pembungkus daun, terutama

daun pisang. Selain faktor daun, rasa ikan gabus bakar dipengaruhi oleh bumbu-

bumbu yang digunakan. Dalam proses pembakaran selain terjadi pemasakan

daging ikan dan denaturasi protein juga akan terjadi pengeluaran senyawa-

senyawa yang bersifat volatil yang akan diuapkan bersama dengan uap air yang

keluar selama proses pembakaran yang umumnya akan mempengaruhi cita rasa

dari ikan segar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (1990), bahwa cita

rasa dapat dipengaruhi oleh pemansan atau pengolahan yang dilakukan

sehingga mengakibatkan degradasi penyusun cita rasa dan sifat fisik bahan

makanan.
52

4.3.5 Hedonik Aroma

Aroma yang dimaksud dalam uji hedonik ini adalah aroma ikan pindang

yang terdapat dalam nugget ikan pindang tongkol subtitusi ampas kelapa.

Panelis menilai aroma berdasarkan aroma ikan pindang yang terdapat pada

nugget ikan pindang tongkol. Menurut Purnomo (1990), aroma pada suatu bahan

pangan sebagian besar dipengaruhi oleh bahan baku dan bumbu-bumbu yang

ditambahkan pada adonan. Semakin banyak bumbu yang ditambahkan maka

aroma yang dihasilkan semakin kuat.

Pada analisa keragaman aroma ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji hedonik

menunjukkan bahwa perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu

pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan

lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap hedonik aroma ikan gabus

bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey hedonik aroma dapat dilihat pada Lampiran

13 dan grafik dapat dilihat pada Gambar 14.

7
(4,67±0,35)b
(4,48±0,33)ab
(5,92±0,11)c
(5,80±0,23)c
(5,74±0,32)c

(5,01±0,18)b

(3,79±0,44)ab
(3,49±0,33)ab

6
(3,26±0,14)a
Hedonik Aroma

1
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 14. Grafikhedonik aroma pada ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p <0,05
1= sangat tidak suka; 7= amat sangat suka
53

Berdasarkan Gambar 14, hasil analisa yang menunjukkan berbeda nyata

antar perlakuan diduga dikarenakan aroma daun pada ikan gabus bakar terasa

sehingga menunjukkan bahwa secara kelesuruhan panelis menyukai aroma

daun pisang pada ikan gabus bakar. Sedangkan untuk aroma daun jati panelis

cukup menyukai dan untuk aroma daun mengkudu panelis cukup menyukai.

Aroma yang dihasilkan pada produk ikan gabus bakar dalam bambu ini

dipengaruhi oleh bumbu-bumbu yang memiliki minyak atsiri yang mudah

menguap pada suhu ruang sehingga pada saat diolah akan mengeluarkan aroma

yang khas. Aroma khas yang timbul selama proses pembakaran disebabkan oleh

pelunakan tekstur dan kehilangan keutuhan jaringan atau sel sehingga minyak

atsiri yang terdapat pada rongga-rongga dalam jaringan pada bumbu atau

rempah yang digunakan akan keluar sebagai akibat kerusakan dari pemanasan

sehingga zat-zat kimia dalam bahan akan beraksi dan menimbulkan perubahan

flavor (Purnomo, 1990).

4.3.6 Hedonik Tekstur

Tekstur bahan pangan ditentukan oleh kandungan air, lemak, protein, dan

karbohidrat. Perubahan tekstur dapat disebabkan oleh hilangnya air atau lemak,

pembentukan emulsi, hidrolisis karbohidrat dan koagulasi protein (Fellows,

1992).

Pada analisa keragaman tekstur ikan gabus bakar dengan pembungkus

daun berbeda dan lama waktu pembakaran berbeda menggunakan uji hedonik

menunjukkan bahwa perbedaan pembungkus daun, perlakuan lama waktu

pembakaran dan interaksi antara perlakuan perbedaan pembungkus daun dan

lama waktu pembakaran berpengaruh nyata terhadap hedonik tekstur ikan gabus

bakar (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey hedonik tekstur dapat dilihat pada Lampiran

14 dan grafik dapat dilihat pada Gambar 15.


54

(4,29±0,28)ab
(5,37±0,18)b
(5,38±0,05)bc

(3,87±0,11)a
(3,77±0,11)a
(3,76±0,28)a
(4,60±0,34)b
(5,64±0,25)bc
6

(4,72±0,18)b
Hedonik Tekstur
5

1
30 60 90
Lama Waktu Pembakaran (menit)
daun pisang daun jati daun mengkudu

Gambar 15. Grafikhedonik tekstur pada ikan gabus bakar

Keterangan:
Notasi yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan p <0,05
1= sangat tidak suka; 7= amat sangat suka

Berdasarkan Gambar 15, hasil analisa yang menunjukkan berbeda nyata

antar perlakuan diduga dikarenakan tekstur daging pada ikan gabus bakar terasa

sehingga menunjukkan bahwa secara kelesuruhan panelis cukup menyukai

tekstur daging pada ikan gabus bakar.

4.4 Penentuan Ikan Gabus Bakar Terbaik

Perlakuan terbaik ditentukan dengan menggunakan metode De Garmo

(1984). Parameter yang digunakan adalah parameter kimia dan parameter

organoleptik. Parameter kimia meliputi kadar albumin, kadar air, kadar protein,

kadar lemak dan kadar abu. Sedangkan parameter organoleptik meliputi

organoleptik rasa, aroma dan tekstur. Berdasarkan perhitungan penentuan

perlakuan terbaik De Garmo (1984), dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik

pada parameter kimia dan parameter organoleptik yaitu pada perlakuan dengan

penggunaan pembungkus daun pisang dengan lama waktu pembakaran 30

menit yaitu pada perlakuan pembungkus daun pisang dan lama waktu
55

pembakaran 30 menit, dengan kadar albumin 2,54%,kadar air 64,41%,kadar

protein 24,83%, kadar lemak 4,10 %, kadar abu 3,57%, nilai organoleptikrasa

6,31%, aroma 5,74% dantekstur 5,38%. Ikan bakar yang memenuhi Standar

Nasional Indonesia, menurut Kocatepe (2011) yakni kadar air 59,31%,protein

24,83%, kadar lemak 4,30% dan kadar abu 2,11%.Komposisi gizi ikan gabus

bakar dalam bambu terpilih dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi gizi ikan gabus bakar terpilih


Karakterisasi Hasil Analisa Kocetepe(2011)
Kadar albumin 2,54 ± 0,15 **) -
Kadar air 64,41±0,26*) 54,63
Kadar protein 24,83±0,18*) 25,55
*)
Kadar lemak 4,10±0,10 4,33
Kadar abu 3,57±0,29*) 1,97
*)
Keterangan: Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya (2015)

4.5 Analisa GCMS pada daun pisang, daun jati dan daun mengkudu

Analisa komposisi senyawa kimia yang ada pada daun pisang yang

dilakukan dengan metode GC-MS ini diketahui beberapa senyawa yang dapat

teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 10 dan kromatogram dari senyawa daun

pisang dapat dilihat pada Gambar 16 dan Lampiran 16

Gambar 16. Kromatogram senyawa aromatik daun pisang


56

Tabel 10. Senyawa kimia pada daun pisang menggunakan GC-MS


No RT Area (%) Nama Senyawa
1. 6.69 1.46 4-vinylphenol
2. 7.69 2.50 4-vinyl-2-methoxy-phenol
3. 9.99 0.86 phenol
4. 14.50 5.60 n-hexadecanoid acid
5. 18.41 11.41 phytol
Sumber. PT. Gelora Djaja (2016)

Analisa komposisi senyawa kimia yang ada pada daun jati yang dilakukan

dengan metode GC-MS ini diketahui beberapa senyawa yang dapat

teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 11 dan kromatogram dari senyawa daun

jati dapat dilihat pada Gambar 17 dan Lampiran 17

Gambar 16. Kromatogram senyawa aromatik daun jati

Tabel 11. Senyawa kimia pada daun jati menggunakan GC-MS


No RT Area (%) Nama Senyawa
1. 7.71 1.78 4-vinyl-2-methoxy-phenol
2. 8.96 2.18 Phenol
3. 10.75 6.87 Phenanthrene
4. 12.49 0.48 Phenol
5. 12.56 3.48 Neophytadiene
6. 13.89 1.44 Heptadecanoid acid
7. 15.39 0.79 Phenol
Sumber: PT. Gelora Djaja (2006)
57

Analisa komposisi senyawa kimia yang ada pada daun mengkudu yang

dilakukan dengan metode GC-MS ini diketahui beberapa senyawa yang dapat

teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 12 dan kromatogram dari senyawa daun

mengkudu dapat dilihat pada Gambar 18 dan Lampiran 18.

Gambar 18. Kromatogram senyawa aromatik daun mengkudu

Tabel 12. Senyawa kimia pada daun mengkudu menggunakan GC-MS


No RT Area (%) Nama Senyawa
1. 4.19 5.87 Carbonic acid
2. 7.71 5.09 2-Methoxy-4-vinylphenol
3. 8.81 15.82 Cytidine
4. 9.15 0.50 Phenol
5. 9.93 9.39 .alpha.-D-Galactopyranoside
6. 13.89 2.15 Pentadecanoic acid
7. 14.62 7.72 Hexadecanoic acid
8. 18.49 8.13 Phytol
Sumber: PT. Gelora Djaja (2016)

Hasil identifikasi senyawa ekstrak pada daun pisang, daun jati dan daun

mengkudu ada 3 senyawa aromatik yang sama diantaranya phenol, 2-Methoxy-

vinylphenol dan phytol. Namun diantara senyawa aromatik juga terdapat

senyawa-senyawa lain yang bersifat asam dan beberapa termasuk senyawa

asam lemak. Diantara ketiga daun tersebut daun yang mempunyai senyawa
58

aromatik yaitu daun pisan, hal ini dikarenakan daun pisang mempunyai senyawa

phytol. Senyawa phytol sendiri merupakan senyawa penghasil aroma golongan

diterpenoid.

Senyawa 2-Methoxy-4-vinylphenol mempunyai beberapa nama sinonim

seperti Phenol,4-ethenyl-2-methoxy dan p-Vinylguaiacol. Senyawa ini termasuk

dalam golongan senyawa Phenol. Selain itu fungsi dari senyawa phenol menurut

Abdullah et al (2011) senyawa Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl) memiliki

aktivitas antibakteri. Senyawa Phytol merupakan senyawa penghasil aroma

golongan diterpenoid.

4.6 Analisa GCMS pada Bambu Tali

Analisa komposisi senyawa kimia yang ada pada bambu tali yang

dilakukan dengan metode GC-MS ini diketahui beberapa senyawa yang dapat

teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 13 dan kromatogram dari senyawa daun

pisang dapat dilihat pada Gambar 19 dan Lampiran 19

Gambar 19. Kromatogram senyawa aromatik bambu tali


59

Tabel 13. Senyawa kimia pada bambu tali menggunakan GC-MS


No RT Area (%) Nama Senyawa
1. 6.70 6.43 4-vinylphenol, benzofuran
2. 11.13 5.35 Trans-diethyl-ester
3. 11.88 5.80 Cyclohexadien
4. 11.99 4.06 Tetrahydroxy cyclopentadienone
5. 13.86 8.35 Hexadecanoid acid, methyl ester
6. 17.95 70.01 1,2-Benzenedicarboxylic acid
Sumber. PT. Gelora Djaja (2016)

Hasil identifikasi senyawa aromatik dari bambu tali yang diketahui dapat

memberikan aroma yaitu 4-vinylphenol dan 1,2-Benzenedicarboxylic acid, hal ini

dikarenakan senyawa tersebut termasuk golongan fenol.

4.7 Analisa GC MS pada Ikan Gabus Bakar Dalam Bambu Terbaik

Analisa komposisi senyawa kimia yang ada pada ikan gabus bakar dalam

bambu yang dilakukan dengan metode GC-MS ini dipilih berasarkan perlakuan

terbaik menggunakan metode De Garmo dapat dilihat pada Tabel 9. Perlakuan

terbaik pada penelitian ini yaitu penggunaan pembungkus daun pisang dengan

lama waktu pembakaran 30 menit. Senyawa yang teridentifikasi berdasarkan

nilai tertinggi terdapat senyawa asam lemak. Kromatogram senyawa kimia yang

ada pada ikan gabus bakar dapat dilihat pada Gambar 20 dan Lampiran 20.

Sedangkan senyawa yang teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 14.

Gambar 20. Senyawa kimia yang ada pada ikan gabus bakar
60

Tabel 14. Senyawa kimia pada ikan gabus bakar dalam bambu dengan
perlakuan terbaik menggunakan GC-MS
No RT Area (%) Nama Senyawa
1. 2.62 0.35 Phytol, Phenol
2. 3.54 14.00 Benzoic Acid
3. 5.76 0.34 3-pyridinecarboxamide
4. 7.95 19.75 Butan-2-one, 4-(3-hidroxy-2-methoxyphenyl)
5. 8.25 9.97 Glycine, N-(aminoiminomethyl)-N-methyl
6. 8.88 3.20 Pyrrolo
Sumber. PT. Gelora Djaja (2015)

Dari hasil identifikasi dengan GC-MS ditemukan beberapa senyawa kimia

diantaranya Phytol, Phenol, Benzoic Acid, 3-pyridinecarboxamide, Butan-2-one,

4-(-hidroxy-2-methoxyphenyl), Glycine, N-(aminoiminomethyl)-N-methyl,

Pyrrolo[1,2-a]pyrazine-1,4-dione.

Berdasarkan hasil analisa senyawa aromatik diketahui bahwa senyawa

aromatik yang masuk kedalam daging ikan gabus yaitu senyawa Phytol dan

Phenol. Senyawa Phytol dan Phenol ini berasal dari daun pisang dan bambu tali

yang digunakan. Senyawa yang ditimbulkan saat terjadi proses pembakaran

berupa senyawa phenol, hal ini dikarenakan bambu mengandung selulosa.

Menurut Pramitrasari (2014), pembakaran kayu yang mengandung selulosa dan

lignin akan menghasilkan senyawa formaldehida, asetaldehida, asam–asam

karboksilat, fenol, kresol, alkohol–alkohol primer dan sekunder sertaketon.

Proses pirolisa selulosa akan membentuk golongan fural dan fenol, sedangkan

pirolisa lignin akan menghasilkan metil ester pirogalol dan tar yang merupakan

campuran dari senyawa–senyawaguaikol, kresoldan fenol.

Menurut Mastuti dan Handayani (2014), senyawa Phytol merupakan

senyawa penghasil aroma golongan diterpenoid. Senyawa Phenol adalah

senyawa golongan fenolik selain itu senyawa Phenol ini memiliki aktivitas

antibakteri. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi

aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam

sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa
61

fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan

senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang

merupakan minyak pada cengkeh.

Menurut Hamzah (2014), Asam Benzoat (benzoic acid) adalah suatu


senyawa kimia dengan rumus C6H5COOH . Produk ini merupakan bahan kimia
yang berupa asam organik padat berbentuk kristal putih, mudah terbakar, larut
dalam alkohol, ether, mudah menguap, dan mudah meledak. Asam benzoat
dengan nama dagang benzenecarboxylic acid atau carboxybenzene merupakan
carboxylic acid aromatik yang paling sederhana. Asam benzoat dapat disintesa
dari dari bermacam-macam zat organik seperti benzyl alkohol, benzaldehyde,
toluene, dan asam phtalat
62

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Karakterisasi ikan gabus bakar dengan pembungkus daun pisang yaitu

aroma yang dihasilkan khas daun pisang dengan rasa ikan bakar yang

gurih, karakterisasi ikan gabus bakar dengan pembungkus daun jati

mempunyai rasa yang agak gurih dan aroma daun agak terasa

sedangkan karakterisasi ikan gabus bakar yang dibungkus dengan daun

mengkudu mempunyai rasa agak pahit dan aroma daun menyengat.

2. Karakterisasi ikan gabus bakar dalam bambu dengan lama waktu 30

mempunyai tekstur yang lembek dan rasa yang dihasilkan sangat gurih,

karakterisasi ikan gabus bakar dengan lama waktu pembakaran 60 menit

mempunyai tekstur yang sedikit padat dan rasa yang dihasilkan agak

gurih sedangkan karakterisasi ikan gabus bakar dengan lama waktu

pembakaran 90 menit mempunyai tekstur yang padat dan rasa yang

dihasilkan tidak gurih.

3. Karakterisasi interaksi penggunaan pembungkus daun dengan lama

waktu pembakaran ikan gabus bakar dalam bambu terbaik dari segi kimia

dan organoleptik menggunakan metode de garmo yaitu pada perlakuan

pembungkus daun pisang dan lama waktu pembakaran 30 menit yaitu

kadar albumin 2,54 %, kadar air 64,41%,kadar protein 24,83%, kadar

lemak 4,10 %, kadar abu 3,57%. Nilai organoleptik hedonik yang meliputi

rasa 6,31, aroma 5,74 dan tekstur 5,38 sedangkan organoleptik skoring

yang meliputi rasa 5,86, aroma 4,87 dan tekstur 4,93.


63

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam pembuatan ikan gabus bakar yaitu

kadar air tidak boleh lebih dari 54,63% dan kadar lemak tidak boleh tinggi

sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengurangi kadar air supaya

daya awet ikan gabus bakar lebih tahan lama.


64

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.


77 halaman.

Andarwulan, N., F. Kusnandar dan D. Herawati. 2011. Analisa Pangan. Dian


Rakyat. Jakarta. 43 halaman.

Ariviani, D. 2010. Ekstrak Daun Jati sebagai Pewarna Alami Makanan. Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Setia Budi Surakarta. 12 halaman.

Aryani dan Rario. 2006. Kajian Masa Simpan Pindang Botol Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Ditinjau Dari Lama Waktu Pengukusan Yang Berbeda. Jurnal
Perikanan. Vol. 2(4): 87-89.

Budiyanto, A. 2010. Resep Kuliner Nusantara Ikan Bakar. PT. Gramedia


Pustaka. Jakarta. 35 halaman.

Chayati, I dan A.A. Andian. 2008. Diktat Kimia Pangan. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta. 62 halaman.

De Garmo, E. P., W. G. Sullivan, J. R. Canada. 1984. Engineering Economy.


Mac Millan Publishing Company. New York. 146 halaman.

De Man, J. M. 1997. Kimia Makanan. Alih bahasa. Kosasih P. Institut


TeknologiBandung. Bandung. 229 halaman.

Desrosier, N.W. 1977. The Technology of Food Preservation 3nd Edition. The AVI
Publishing Company Inc. Westport, Connecticut. 493 halaman.

Djarijah, A.S. 1995. Ikan Asin. Kanisius. Yogyakarta. 56 halaman.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung. 139 halaman.

Erwin, T. L. 2010. Aroma Rasa Kuliner Nusantara Ikan Bakar Populer.PT.


Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 11 halaman.

Firlianty., E. Suprayitno., Hardoko dan H. Nursyam. 2014. Protein Profile and


Amino Acid Profile of Vacum Drying and Freeze Drying of Family
Channidae Collected from Central Kalimantan, Indonesia. International
Journal of Biosciences. Vol. 5(8):75-89.

Ginting, M., D. Subakti., dan Thamrin. 2008. Sintesis Karakteristik Senyawa


Polihidroksil Yang Diperoleh Melalui Epoksidasi Minyak Kemiri. Jurnal
Penelitian MIPA. Vol. 2(1): 1-11.

Hamzah A. 2014. Analisa Senyawa Kimia Ekstrak Minyak Atsiri Menggunakan


Gas Chromatography- Mass Spectrometry. Jurnal Penelitian Kimia
Organanik. Vol. 5(3): 1-15.
65

Hanafi, A. 1999. Potensi Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Substitusi Tepung
terigu pada Proses Pembuatan Cookies yang Disuplementasi dengan
Kacang Hijau. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. 12
halaman.

Hardjono, A. W., Paskalina dan H.Yunus. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari


Kunyit.Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik
Kimia, Sekolah Tinggi Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta. 45 halaman.

Hartono., I. Nurwati., F. Ikasari dan Wiryanto. 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang


Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Peningkatan Kadar SGOT
dan SGPT Tikus Putih akibat Pemberian Asetamonofen. Jurnal
Biofarmasi. Vol. 3 (2): 57-60.

Hermani, A dan Winarti. 2007. Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale). CV.
Sinar Baru. Bandung. 25 halaman.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:


Universitas Indonesia Press. 3-29 halaman.

Kitson, F.G., B.S. Larsen danC.N. Mc Ewen. 2002.Gas Chromatography and


Mass Spectometry. Academic Press.USA.. 25 halaman.

Kocatepe,D., H. Turan., G. Tasyaka., K. Yalcin., R. Erden dan F. Erdogdu. 2011.


Effect Of Cooking Methods On the Proximate Composition Of Black Sea
Anchovy (Eugraulis encrasicolus). Vol. 36 (2): 71-75.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. PT Gedia.


Jakarta. 109 halaman.

Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat. Jakarta. 264
halaman.

Liwe, H., B. Bagau dan M.R. Imbar. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi Daun
Pisang Dalam Ransum Terhadap Efisiensi Penggunaan Pakan Ayam
Broiller. Jurnal Zootek. Vol. 34(2): 114-123.

Mastuti, T.S dan R. Handayani. 2014. Senyawa Penyusun Ekstrak Ethyl Asetat
dari Daun Pisang Batu dan Ambon Hasil Destilasi Air. Prosiding SNST.
Fakultas Teknik. Universitas Wahid Hasyim Semarang. 1 halaman.

Muchtadi, T.R dan Ayustaningwarno, F. 2010. Teknologi Proses pengolahan


Pangan. Alfabeta. Bandung. 245 halaman.

Murray, R. K., D.K. Granner., P. A. Mayes dan V.W. Rodwell. 1993.


Biochemistry. Prentice. Hall International Inc. New York. 610-612
halaman.

Murray, R.K., Darly K.G., Peter A.M dan V.M Rodwell. 2003. Harper’s
Biochemistry. Appleton and Large Norwolk. CT. Canada. 738 halaman.

Nazir, M., 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. 58-59 halaman.
66

Novitasari, E. 2010. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai dengan Pembungkus


Daun Pisang dan Daun Jati. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta. 34
halaman.

Palupi, N.S., F.R. Zakaria, E. Prangdimurti. 2007. Pengaruh Pengolahan


Terhadap Nilai Gizi Pangan. Modul e-Learning ENBP, Departemen Ilmu
& Teknologi Pangan-Fateta-IPB. 3 halaman.

Purnomo, H. 1990. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.


Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 13-15 halaman.

Putri, W.D.R dan K. Febrianto. 2006. Rempah-Rempah Fungsi dan


Pemanfaatannya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang. 70-80 halaman.

Rochima, E. 2005. Pengaruh Fermentasi Garam Terhadap Karakterisasi Jambal


Roti. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 8(2): 1-10.

Rusli, J. dan M. Saud. 2006. Terapi Albumin dalam Ekstrak Ikan Gabus terhadap
Kerusakan Hati Tikus Putih. Makassar: Politeknik Kesehatan Makassar.
1 halaman.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Anggota


IKAPI. Bogor. 251 halaman.

Sabirin, P.R., A.M. Maskoen dan B.S. Hernowo. 2013. Peran Ekstrak Etanol
Topikal Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) padaPenyembuhan Luka
Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen padaTikus Galur Wistar.
Jurnal MKB. Vol. 45(4): 225-231.

Sahaa, R.K., Srijan A., Syed Sohidul H.S., Priyanka R., (2013), Medicinal
activities of the leaves of Musa sapientum var. sylvesteris in vitro, Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine, Vol. 3 (6): 476-482.

Sanjaya, Y. 2011. Pengaruh Lama Perputaran Spinner dalam Pembuatan Keripik


Salak (Salacca edulis Reinw) terhadap Pendugaan Umur Simpan
dengan Kemasan Plastik Oriented Polypropylene (opp), Metalized (co-
pp/ me) dan Alumunium Foil. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 17
halaman.

Santoso, H.B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 142 halaman.

Sari, R. P., S. T. Wulandari dan D. H. Wardhani.2013. Pengaruh Penambahan


Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Karakterisasi Edible
Film Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.). Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, Vol. 2 (3): 82-87.

Sari, V.R dan J. Kusnadi. 2015. Pembuatan Petis Instan (Kajian Jenis dan
Proporsi Bahan Pengisi). Jurnal pangan dan Agroindustri. Vol. 3(2): 384-
389.
67

Sediaoetama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta:
Dian Rakyat. 294, 298, 300, 305 halaman.

Soekarto, S.T. 1985. Penelitian Organoleptik untuk Industri Pangan Hasil


Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. 140 halaman.

Somaatmadja, D., Atih S.H dan A. Mardjuki. 1974. Pengolahan kelapa III.
Pengawetan Santan Kelapa. Departemen Perindustrian. 15 halaman.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1984. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. 97 halaman.

Sugeng, H.R. 2006. Tanaman Apotik Hidup. PT. Aneka Ilmu. Semarang. 98
halaman.

Sugiharto. 2006. Budidaya Tanaman Bawang Merah. PT. Aneka Ilmu.


Semarang. 2 halaman.

Sujarwo, M., I.B.K. Arinasa dan I. Nyoman. 2010. Potensi Bambu Tali sebagai
Obat di Bali. Buletin. Vol. 21(2): 129-137

Sulistiyati, T. D., 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan dengan


Menggunakan Ekstraktor Vakum terhadap Crude Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus). Malang. Jawa Timur.Vol. 2 (2): 1-11.

Suprayitno, E. 2003. Albumin Ikan Gabus sebagai Makanan Fungsional


Mengatasi Masalah Gizi Masa Depan. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Universitas Brawijaya. Malang. 1 halaman.

Suprayitno, E. 2003. Potensi Serum Albumin dari Ikan Gabus. Kompas Cyber
Media 4 Januari 2003. 1 halaman.

Suprayitno, E. 2008. Albumin Ikan Gabus untuk Kesehatan.


http://Prasetya.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 27 Mei 2015. 1 halaman.

Syarifauzi. 2008. Ikan Gabus (Haruan/Snake head/Channa striata).


http://syariffauzi.wordpress.com/2008/02/25/ikan-gabus-
haruansnakehead channa-striata/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015.
Pukul 12.26 WIB. 1 halaman.

Syariffauzi, 2009. Ikan Gabus (Haruan/Snake head/Channa striata).


http://syariffauzi.wordpress.com/2009/02/25/ikan-gabus-
haruansnakehead channa-striata/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015.
Pukul 12.56 WIB. 1 halaman.

Ulandari, A., D. Kurniawan dan A.S. Putri. 2011. Potensi Protein Ikan Gabus
dalam Mencegah Kwashiorkor pada Balita di Provinsi Jambi. Universitas
Jambi. Jambi. 6 halaman.
68

Ulianty, E.V. 2002. Pemanfaatan Belut (Monopterus albus) Sebagai Abon


Dengan Pemanfaatan Keluwih ( Artocarpus communis). Skripsi. IPB.
Bogor. 93 halaman.

Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulaan Sunda


Kecil.Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI. Balai Penelitian Botani
Herbarium Bogoriense. Bogor. 9 halaman.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Gedia Pustaka
Utama. 3, 50, 97, 101, 104 halaman.

Yuliawaty, S.T dan W.H. Susanto. 2015. Pengaruh Lama Pengeringan dan
Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Karakteristik Fisik Kimia dan
Organoleptik Minuman Instan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L).
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3(1): 41-52.

Zulkifli, M dan T. Estiasih. 2014. Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit..
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2(4): 170-177.
69

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Uji Organoleptik Dengan Uji Skoring

Lembar Uji Skoring

Nama Panelis : Tanggal Pengujian :


Produk :
Instruksi :
1. Dihadapan saudara disajikan empat macam sampel produk dengan kode
tertentu. Evaluasi keempat sampel tersebut berdasarkan rasa, tekstur dan
aroma.
2. Sebelum saudara mencicipi sampel berikutnya, saudara diminta untuk
berkumur menggunakan air putih yang telah disediakan dan tunggu
sekitar 1-2 menit sebelum melanjutkan mencicipi sampel berikutnya
3. Berikan penilaian untuk masing-masing sampel di hadapan anda dengan
memberikan tanda v
Karakteristik A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Rasa
Aroma
Tekstur
Keterangan:
Rasa: 1= sangat tidak gurih; 2= tidak gurih; 3= agak gurih; 4= gurih; 5= agak
lebih gurih; 6= sangat gurih; 7= amat sangat gurih
Aroma daun pada ikan bakar: 1= sangat tidak terasa; 2= tidak terasa; 3= agak
terasa;
4= terasa; 5= agak lebih terasa; 6= sangat terasa; 7= amat sangat terasa
Tekstur: 1= sangat tidak kasar; 2= tidak kasar; 3= agak kasar; 4= kasar; 5=agak
lebih kasar; 6= sangat kasar; 7= amat sangat kasar
70

Lampiran 2. Lembar Uji Organoleptik Dengan Uji Hedonik

Lembar Uji Hedonik

Nama Panelis : Tanggal Pengujian :


Produk :
Instruksi :
1. Dihadapan saudara disajikan empat macam sampel produk dengan kode
tertentu. Saudara diminta untuk memberikan penilaian terhadap keempat
sampel sesuai dengan kesukaan saudara terhadap sampel tersebut.
2. Sebelum saudara mencicipi sampel berikutnya, saudara diminta untuk
berkumur menggunakan air putih yang telah disediakan dan tunggu
sekitar 1-2 menit sebelum melanjutkan mencicipi sampel berikutnya
3. Berikan penilaian untuk masing-masing karakteristik dari sampel di
hadapan anda berdasarkan skala nilai yang telah disediakan
Karakteristik A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Rasa
Aroma
Tekstur

Keterangan:
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = cukup suka
4 = suka
5 = agak lebih suka
6 = sangat suka
7 = amat sangat suka
71

Lampiran 3. Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Rendemen Ikan Gabus
Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 80,22 81,64 81,92 243,78 81,26 0,91
A1B2 81,72 82,63 81,98 246,33 82,11 0,47
A1B3 82,67 83,42 82,74 248,83 82,94 0,41
A2B1 79,12 79,16 79,14 237,42 79,14 0,02
A2B2 81,76 81,54 80,62 243,92 81,31 0,60
A2B3 82,64 82,79 81,83 247,26 82,42 0,52
A3B1 81,73 81,13 80,73 243,59 81,20 0,50
A3B2 81,73 81,83 81,83 245,39 81,80 0,06
A3B3 82,29 82,83 82,96 248,08 82,69 0,36

Descriptive Statistics

Dependent Variable:rendemen

jenis_daun lama_waktu Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 81.2600 .91148 3

60 menit 82.1100 .46872 3

90 menit 82.9433 .41429 3

Total 82.1044 .91480 9

daun jati 30 menit 79.1400 .02000 3

60 menit 81.3067 .60476 3

90 menit 82.4200 .51643 3

Total 80.9556 1.49825 9

daun mengkudu 30 menit 81.1967 .50332 3

60 menit 81.7967 .05774 3

90 menit 82.6933 .35529 3

Total 81.8956 .72196 9

Total 30 menit 80.5322 1.16712 9

60 menit 81.7378 .51975 9

90 menit 82.6856 .43878 9

Total 81.6519 1.16955 27


72

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:rendemen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 31.088a 8 3.886 15.629 .000

Intercept 180009.673 1 180009.673 7.239E5 .000

jenis_daun 6.742 2 3.371 13.556 .000

lama_waktu 20.965 2 10.483 42.158 .000

jenis_daun * lama_waktu 3.381 4 .845 3.400 .031

Error 4.476 18 .249

Total 180045.237 27

Corrected Total 35.564 26

a. R Squared = ,874 (Adjusted R Squared = ,818)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun jati* 30
menit 3 79,14
daun
mengkudu*30 3 81,2 81,2
menit
daun pisang*
30 menit 3 81,26 81,26

daun jati* 60
3 81,31 81,31
menit
daun
mengkudu* 60 3 81,8
menit
daun pisang*
3 82,11
60 menit
daun jati* 90
3 82,42 82,42
menit
daun
mengkudu* 90 3 82,69 82,69
menit
daun pisang*
3 82,94 82,94
90 menit
73

Lampiran 4.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Albumin Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST,DEV
1 2 3
A1B1 0,84 0,67 0,56 2,07 0,69 0,14
A1B2 0,75 0,66 0,34 1,75 0,58 0,22
A1B3 0,65 0,56 0,12 1,33 0,44 0,28
A2B1 0,73 0,41 0,49 1,63 0,54 0,17
A2B2 0,63 0,39 0,37 1,39 0,46 0,14
A2B3 0,56 0,27 0,29 1,12 0,37 0,16
A3B1 0,38 0,54 0,43 1,35 0,45 0,08
A3B2 0,28 0,39 0,29 0,96 0,32 0,06
A3B3 0,23 0,38 0,21 0,82 0,27 0,09

Descriptive Statistics
Dependent Variable:kadar_albumin

jenis_daun lama_waktu Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit .6900 .14107 3

60 menit .5833 .21548 3

90 menit .4433 .28361 3

Total .5722 .21948 9

daun jati 30 menit .5433 .16653 3

60 menit .4633 .14468 3

90 menit .3733 .16197 3

Total .4600 .15540 9

daun mengkudu 30 menit .4500 .08185 3

60 menit .3200 .06083 3

90 menit .2733 .09292 3

Total .3478 .10509 9

Total 30 menit .5611 .15672 9

60 menit .4556 .17551 9

90 menit .3633 .18520 9

Total .4600 .18539 27


74

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_albumin

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .412a 8 .052 1.927 .118

Intercept 5.713 1 5.713 213.622 .000

jenis_daun .227 2 .113 4.238 .031

lama_waktu .176 2 .088 3.296 .060

jenis_daun * lama_waktu .009 4 .002 .086 .986

Error .481 18 .027

Total 6.607 27

Corrected Total .894 26

a. R Squared = ,461 (Adjusted R Squared = ,222)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun
mengkudu* 90 3 0,27
menit
daun
mengkudu* 60 3 0,32 0,32
menit
daun jati* 90
menit
3 0,37 0,37

daun pisang*
90 menit 3 0,44 0,44

daun
mengkudu* 30 3 0,45 0,45
menit
daun jati* 60
menit 3 0,46 0,46

daun jati* 30
menit 3 0,54

daun pisang*
60 menit 3 0,58

daun pisang*
30 menit 3 0,69 0,69
75

Lampiran 5.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Air Ikan Gabus
Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 61,98 61,05 61,29 184,32 61,44 0,48
A1B2 63,03 63,41 63,43 189,87 63,29 0,23
A1B3 64,11 64,59 64,52 193,22 64,41 0,26
A2B1 61,83 61,11 61,29 184,23 61,41 0,37
A2B2 60,93 60,49 59,63 181,05 60,35 0,66
A2B3 59,21 59,62 59,11 177,94 59,31 0,27
A3B1 60,11 60,35 60,39 180,85 60,28 0,15
A3B2 60,59 61,56 60,93 183,08 61,03 0,49
A3B3 61,87 61,87 61,29 185,03 61,68 0,33

Descriptive Statistics

Dependent Variable:kadar_air

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 61.4400 .48280 3

60 menit 63.2900 .22539 3

90 menit 64.4067 .25929 3

Total 63.0456 1.33102 9

daun jati 30 menit 61.4100 .37470 3

60 menit 60.3500 .66121 3

90 menit 59.3133 .27025 3

Total 60.3578 .99345 9

daun mengkudu 30 menit 60.2833 .15144 3

60 menit 61.0267 .49217 3

90 menit 61.6767 .33486 3

Total 60.9956 .67741 9

Total 30 menit 61.0444 .65202 9

60 menit 61.5556 1.40021 9

90 menit 61.7989 2.22163 9

Total 61.4663 1.53472 27


76

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_air

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 58.481a 8 7.310 47.707 .000

Intercept 102008.851 1 102008.851 6.657E5 .000

jenis_daun 35.500 2 17.750 115.840 .000

lama_waktu 2.669 2 1.334 8.709 .002

jenis_daun * lama_waktu 20.312 4 5.078 33.140 .000

Error 2.758 18 .153

Total 102070.090 27

Corrected Total 61.240 26

a. R Squared = ,955 (Adjusted R Squared = ,935)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun jati* 90
menit 3 59,31 59,31

daun
mengkudu* 30 3 60,28 60,28
menit
daun jati* 60
menit
3 60,35 60,35

Daun
mengkudu* 60 3 61,03 61,03
menit
daun jati* 30
menit 3 61,41 61,41

daun pisang* 30
menit 3 61,44

daun
mengkudu* 90 3 61,68
menit
daun pisang* 60
3 63,29 63,29
menit
daun pisang* 90
3 64,41 64,41
menit
77

Lampiran 6.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Protein Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST,DEV
1 2 3
A1B1 24,99 24,63 24,87 74,49 24,83 0,18
A1B2 22,94 22,78 22,39 68,11 22,70 0,28
A1B3 22,74 22,41 21,91 67,06 22,35 0,42
A2B1 23,19 22,96 22,64 68,79 22,93 0,28
A2B2 22,57 22,82 22,39 67,78 22,59 0,22
A2B3 22,46 20,96 21,51 64,93 21,64 0,76
A3B1 21,39 21,39 21,39 64,17 21,39 0,00
A3B2 20,75 20,95 21,25 62,95 20,98 0,25
A3B3 20,39 20,34 20,87 61,6 20,53 0,29

Descriptive Statistics

Dependent Variable:kadar_protein

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 24.8300 .18330 3

60 menit 22.7033 .28290 3

90 menit 22.3533 .41789 3

Total 23.2956 1.19141 9

daun jati 30 menit 22.9300 .27622 3

60 menit 22.5933 .21595 3

90 menit 21.6433 .75884 3

Total 22.3889 .71317 9

daun mengkudu 30 menit 21.3900 .00000 3

60 menit 20.9833 .25166 3

90 menit 20.5333 .29263 3

Total 20.9689 .41828 9

Total 30 menit 23.0500 1.50146 9

60 menit 22.0933 .86187 9

90 menit 21.5100 .91657 9

Total 22.2178 1.26460 27


78

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_protein

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 39.308a 8 4.913 38.927 .000

Intercept 13328.001 1 13328.001 1.056E5 .000

jenis_daun 24.755 2 12.378 98.063 .000

lama_waktu 10.881 2 5.441 43.104 .000

jenis_daun * lama_waktu 3.671 4 .918 7.271 .001

Error 2.272 18 .126

Total 13369.580 27

Corrected Total 41.580 26

a. R Squared = ,945 (Adjusted R Squared = ,921)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun
mengkudu* 90 3 20,53
menit
daun
mengkudu* 60 3 20,98
menit
daun
mengkudu* 30 3 21,39
menit
daun jati* 90
3 21,64 21,64
menit
daun pisang*
3 22,7 22,7
60 menit
daun pisang*
3 22,35 22,35
90 menit
daun jati* 60
3 22,59 22,59
menit
daun jati* 30
menit 3 22,93 22,93
daun pisang*
30 menit 3 24,83
79

Lampiran 7.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Lemak Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST,DEV
1 2 3
A1B1 4,01 4,07 4,21 12,29 4,10 0,10
A1B2 4,28 4,27 4,35 12,9 4,30 0,04
A1B3 4,63 4,84 4,92 14,39 4,80 0,15
A2B1 3,96 3,99 4,14 12,09 4,03 0,10
A2B2 4,31 4,23 4,29 12,83 4,28 0,04
A2B3 4,45 4,39 4,52 13,36 4,45 0,07
A3B1 4,01 3,94 4,11 12,06 4,02 0,09
A3B2 4,21 4,29 4,22 12,72 4,24 0,04
A3B3 4,35 4,47 4,44 13,26 4,42 0,06

Descriptive Statistics

Dependent Variable:kadar_lemak

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 4.0967 .10263 3

60 menit 4.3000 .04359 3

90 menit 4.7967 .14978 3

Total 4.3978 .32553 9

daun jati 30 menit 4.0300 .09644 3

60 menit 4.2767 .04163 3

90 menit 4.4533 .06506 3

Total 4.2533 .19423 9

daun mengkudu 30 menit 4.0200 .08544 3

60 menit 4.2400 .04359 3

90 menit 4.3867 .04726 3

Total 4.2156 .16853 9

Total 30 menit 4.0489 .08992 9

60 menit 4.2722 .04549 9

90 menit 4.5456 .20863 9

Total 4.2889 .24363 27


80

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_lemak

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1.420a 8 .178 25.950 .000

Intercept 496.653 1 496.653 7.260E4 .000

jenis_daun .166 2 .083 12.169 .000

lama_waktu 1.114 2 .557 81.409 .000

jenis_daun * lama_waktu .140 4 .035 5.111 .006

Error .123 18 .007

Total 498.197 27

Corrected Total 1.543 26

a. R Squared = ,920 (Adjusted R Squared = ,885)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun
mengkudu* 3 4,02
30 menit
daun jati* 30
menit 3 4,03

daun pisang*
30 menit
3 4,1

daun
mengkudu* 3 4,24 4,24
60 menit
daun jati* 60
menit 3 4,28 4,28

daun pisang*
3 4,3 4,3
90 menit
daun
mengkudu* 3 4,39 4,39
30 menit
daun jati* 90
menit 3 4,45 4,45

daun pisang*
90 menit 3 4,8 4,8
81

Lampiran 8.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Kadar Abu Ikan Gabus
Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST,DEV
1 2 3
A1B1 3,87 3,54 3,29 10,7 3,57 0,29
A1B2 3,15 3,11 2,93 9,19 3,06 0,12
A1B3 2,9 2,84 3,04 8,78 2,93 0,10
A2B1 3,91 3,84 3,74 11,49 3,83 0,09
A2B2 2,93 2,85 2,49 8,27 2,76 0,23
A2B3 1,98 2,31 2,04 6,33 2,11 0,18
A3B1 3,68 3,59 3,29 10,56 3,52 0,20
A3B2 3,39 3,27 3,24 9,9 3,30 0,08
A3B3 2,94 2,83 3,04 8,81 2,94 0,11

Descriptive Statistics

Dependent Variable:kadar_abu

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 3.5667 .29092 3

60 menit 3.0633 .11719 3

90 menit 2.9267 .10263 3

Total 3.1856 .33530 9

daun jati 30 menit 3.8300 .08544 3

60 menit 2.7567 .23438 3

90 menit 2.1100 .17578 3

Total 2.8989 .76770 9

daun mengkudu 30 menit 3.5200 .20421 3

60 menit 3.3000 .07937 3

90 menit 2.8850 .07778 2

Total 3.2788 .28985 8

Total 30 menit 3.6389 .23315 9

60 menit 3.0400 .27276 9

90 menit 2.6100 .42945 8

Total 3.1150 .52467 26


82

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_abu

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 6.376a 8 .797 26.770 .000

Intercept 246.843 1 246.843 8.291E3 .000

jenis_daun .570 2 .285 9.581 .002

lama_waktu 4.252 2 2.126 71.404 .000

jenis_daun * lama_waktu 1.273 4 .318 10.689 .000

Error .506 17 .030

Total 259.166 26

Corrected Total 6.882 25

a. R Squared = ,926 (Adjusted R Squared = ,892)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun jati* 90
3 2,11
menit
daun jati* 60
menit 3 2,76 2,76

daun
mengkudu* 3 2,89 2,89
90 menit
daun pisang*
90 menit 3 2,93 2,93

daun pisang*
3 3,06
60 menit
daun
mengkudu* 3 3,3
60 menit
daun
mengkudu* 3 3,52 3,52
30 menit
daun pisang*
3 3,57 3,57
30 menit
Daun jati* 30
menit 3 3,83 3,83
83

Lampiran 9.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Skoring Rasa Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 5,87 5,9 5,8 17,57 5,86 0,05
A1B2 7,96 6,83 6,79 21,58 7,19 0,66
A1B3 3,44 3,45 4,28 11,17 3,72 0,48
A2B1 6,32 5,93 6,02 18,27 6,09 0,20
A2B2 4,98 4,48 4,95 14,41 4,80 0,28
A2B3 3,26 3,58 3,29 10,13 3,38 0,18
A3B1 5,49 5 5,69 16,18 5,39 0,36
A3B2 5,53 5,92 5,43 16,88 5,63 0,26
A3B3 3,11 3,47 3,45 10,03 3,34 0,20

Descriptive Statistics

Dependent Variable:skoring_rasa

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 5.8567 .05132 3

60 menit 7.1933 .66425 3

90 menit 3.7233 .48211 3

Total 5.5911 1.57048 9

daun jati 30 menit 6.0900 .20421 3

60 menit 4.8033 .28042 3

90 menit 3.3767 .17673 3

Total 4.7567 1.19144 9

daun mengkudu 30 menit 5.3933 .35501 3

60 menit 5.6267 .25891 3

90 menit 3.3433 .20232 3

Total 4.7878 1.11459 9

Total 30 menit 5.7800 .37000 9

60 menit 5.8744 1.11905 9

90 menit 3.4811 .33070 9

Total 5.0452 1.31637 27

Tests of Between-Subjects Effects


84

Dependent Variable:skoring_rasa

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 42.930a 8 5.366 45.483 .000

Intercept 687.255 1 687.255 5.825E3 .000

jenis_daun 4.028 2 2.014 17.069 .000

lama_waktu 33.066 2 16.533 140.126 .000

jenis_daun * lama_waktu 5.837 4 1.459 12.368 .000

Error 2.124 18 .118

Total 732.309 27

Corrected Total 45.054 26

a. R Squared = ,953 (Adjusted R Squared = ,932)

Subset for alpha


Interaksi N = 0.05
1 2
Tukey daun
mengkudu* 3 3,34
90 menit
daun jati*
90 menit 3 3,38

daun
pisang* 90 3 3,72 3,72
menit
daun jati*
60 menit 3 4,8 4,8

daun
mengkudu* 3 5,39 5,39
30 menit
daun
mengkudu* 3 5,63 5,63
60 menit
daun
pisang* 30 3 5,86 5,86
menit
daun jati*
3 6,09
30 menit
daun
pisang* 60 3 7,19
menit
85

Lampiran 10.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Skoring Aroma Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 4,59 4,78 5,24 14,61 4,87 0,33
A1B2 5,39 4,89 5,42 15,7 5,23 0,30
A1B3 4,47 4,78 4,51 13,76 4,59 0,17
A2B1 3,65 4,2 4,32 12,17 4,06 0,36
A2B2 3,72 4,11 3,99 11,82 3,94 0,20
A2B3 3,54 3,9 3,78 11,22 3,74 0,18
A3B1 4,32 4,38 4,21 12,91 4,30 0,09
A3B2 4,45 4,55 4,32 13,32 4,44 0,12
A3B3 3,42 3,55 3,16 10,13 3,38 0,20

Descriptive Statistics

Dependent Variable:skoring_aroma

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 4.8700 .33422 3

60 menit 5.2333 .29771 3

90 menit 4.5867 .16862 3

Total 4.8967 .36878 9

daun jati 30 menit 4.0567 .35726 3

60 menit 3.9400 .19975 3

90 menit 3.7400 .18330 3

Total 3.9122 .26367 9

daun mengkudu 30 menit 4.3033 .08622 3

60 menit 4.4400 .11533 3

90 menit 3.3767 .19858 3

Total 4.0400 .51580 9

Total 30 menit 4.4100 .43832 9

60 menit 4.5378 .59537 9

90 menit 3.9011 .56079 9

Total 4.2830 .58607 27


86

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:skoring_aroma

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 7.950a 8 .994 18.251 .000

Intercept 495.282 1 495.282 9.096E3 .000

jenis_daun 5.158 2 2.579 47.363 .000

lama_waktu 2.042 2 1.021 18.750 .000

jenis_daun * lama_waktu .751 4 .188 3.446 .029

Error .980 18 .054

Total 504.212 27

Corrected Total 8.931 26

a. R Squared = ,890 (Adjusted R Squared = ,841)

Subset for alpha


Interaksi N = 0.05
1 2
Tukey daun
mengkudu* 3 3,38
90 menit
daun jati*
3 3,74
90 menit
daun jati*
60 menit 3 3,94 3,94

daun jati*
30 menit 3 4,06 4,06

daun
mengkudu* 3 4,3 4,3
30 menit
daun
mengkudu* 3 4,44 4,44
60 menit
daun
pisang* 90 3 4,59 4,59
menit
daun
pisang* 30 3 4,87
menit
daun
pisang* 30 3 5,23
menit
87

Lampiran 11.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Skoring Tekstur Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 4,98 5,02 4,48 14,48 4,83 0,30
A1B2 5,56 5,54 5,53 16,63 5,54 0,02
A1B3 5,44 5,47 5,43 16,34 5,45 0,02
A2B1 4,84 4,34 4,56 13,74 4,58 0,25
A2B2 4,64 4,51 4,42 13,57 4,52 0,11
A2B3 4,55 4,32 4,41 13,28 4,43 0,12
A3B1 3,99 3,98 3,88 11,85 3,95 0,06
A3B2 4,19 4,11 3,99 12,29 4,10 0,10
A3B3 4,13 4,09 4,01 12,23 4,08 0,06

Descriptive Statistics

Dependent Variable:skoring_tekstur

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 4.9333 .43190 3

60 menit 5.5433 .01528 3

90 menit 5.4467 .02082 3

Total 5.3078 .35696 9

daun jati 30 menit 4.5800 .25060 3

60 menit 4.5233 .11060 3

90 menit 4.4267 .11590 3

Total 4.5100 .16317 9

daun mengkudu 30 menit 3.9500 .06083 3

60 menit 4.0967 .10066 3

90 menit 4.0767 .06110 3

Total 4.0411 .09558 9

Total 30 menit 4.4878 .49934 9

60 menit 4.7211 .64812 9

90 menit 4.6500 .61998 9

Total 4.6196 .57805 27


88

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:skoring_tekstur
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 8.101a 8 1.013 31.081 .000
Intercept 576.206 1 576.206 1.769E4 .000
jenis_daun 7.382 2 3.691 113.289 .000
lama_waktu .257 2 .129 3.951 .038
jenis_daun * lama_waktu .462 4 .115 3.541 .027
Error .586 18 .033
Total 584.894 27
Corrected Total 8.688 26
a. R Squared = ,932 (Adjusted R Squared = ,902)

Subset for alpha


Interaksi N = 0.05
1 2 3
Tukey daun
mengkudu* 3 3,95
30 menit
daun
mengkudu* 3 4,08 4,08
90 menit
daun
mengkudu* 3 4,1 4,1
60 menit
daun jati*
3 4,43
90 menit
daun
pisang* 90 3 5,45
menit
daun jati*
60 menit 3 4,52 4,52

daun
pisang* 60 3 5,54 5,54
menit
daun jati*
3 4,58 4,58
30 menit
daun
pisang* 30 3 4,93
menit
89

Lampiran 12.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Rasa Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 6,28 6,34 6,32 18,94 6,31 0,03
A1B2 5,63 5,43 5,56 16,62 5,54 0,10
A1B3 3,51 3,31 3,15 9,97 3,32 0,18
A2B1 5,28 5,46 5,76 16,5 5,50 0,24
A2B2 4,92 4,17 4,59 13,68 4,56 0,38
A2B3 3,2 3,97 3,11 10,28 3,43 0,47
A3B1 5,23 5,86 5,31 16,4 5,47 0,34
A3B2 4,82 4,24 4,81 13,87 4,62 0,33
A3B3 3,12 3,92 3,47 10,51 3,50 0,40

Descriptive Statistics

Dependent Variable:hedonik_rasa

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 6.3133 .03055 3

60 menit 5.5400 .10149 3

90 menit 3.3233 .18037 3

Total 5.0589 1.34811 9

daun jati 30 menit 5.5000 .24249 3

60 menit 4.5600 .37590 3

90 menit 3.4267 .47269 3

Total 4.4956 .95615 9

daun mengkudu 30 menit 5.4667 .34298 3

60 menit 4.6233 .33201 3

90 menit 3.5033 .40104 3

Total 4.5311 .90814 9

Total 30 menit 5.7600 .46559 9

60 menit 4.9078 .53949 9

90 menit 3.4178 .33214 9

Total 4.6952 1.07850 27


90

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:hedonik_rasa
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 28.530a 8 3.566 37.496 .000
Intercept 595.209 1 595.209 6.258E3 .000
jenis_daun 1.791 2 .896 9.418 .002
lama_waktu 25.297 2 12.649 132.987 .000
jenis_daun * lama_waktu 1.442 4 .360 3.789 .021
Error 1.712 18 .095
Total 625.451 27
Corrected Total 30.242 26
a. R Squared = ,943 (Adjusted R Squared = ,918)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun
pisang* 90 3 3,32
menit
daun
mengkudu* 3 3,5
60 menit
daun jati*
30 menit 3 4,43

daun
mengkudu* 3 4,62 4,62
60 menit
daun
mengkudu* 3 5,47
30 menit
daun jati*
3 5,54
30 menit
daun jati*
60 menit 3 5,55

daun
pisang* 60 3 5,56
menit
daun
pisang* 90 3 6,31
menit
91

Lampiran 13.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Aroma Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 5,47 5,65 6,1 17,22 5,74 0,32
A1B2 5,98 5,79 5,99 17,76 5,92 0,11
A1B3 3,29 3,97 4,11 11,37 3,79 0,44
A2B1 5,83 5,56 6,01 17,4 5,80 0,23
A2B2 4,29 4,75 4,98 14,02 4,67 0,35
A2B3 3,13 3,54 3,79 10,46 3,49 0,33
A3B1 4,96 4,86 5,21 15,03 5,01 0,18
A3B2 4,36 4,23 4,85 13,44 4,48 0,33
A3B3 3,39 3,11 3,27 9,77 3,26 0,14

Descriptive Statistics

Dependent Variable:hedonik_aroma

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 5.7400 .32450 3

60 menit 5.9200 .11269 3

90 menit 3.7900 .43863 3

Total 5.1500 1.06022 9

daun jati 30 menit 5.8000 .22650 3

60 menit 4.6733 .35133 3

90 menit 3.4867 .33322 3

Total 4.6533 1.03686 9

daun mengkudu 30 menit 5.0100 .18028 3

60 menit 4.4800 .32696 3

90 menit 3.2567 .14048 3

Total 4.2489 .80389 9

Total 30 menit 5.5167 .43858 9

60 menit 5.0244 .72035 9

90 menit 3.5111 .36669 9

Total 4.6841 1.00823 27


92

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:hedonik_aroma

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 24.919a 8 3.115 37.117 .000

Intercept 592.395 1 592.395 7.059E3 .000

jenis_daun 3.667 2 1.833 21.846 .000

lama_waktu 19.664 2 9.832 117.157 .000

jenis_daun * lama_waktu 1.588 4 .397 4.732 .009

Error 1.511 18 .084

Total 618.825 27

Corrected Total 26.430 26

a. R Squared = ,943 (Adjusted R Squared = ,917)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey daun
mengkudu* 3 3,26
90 menit
daun jati*
90 menit 3 3,49 3,49

daun
pisang* 90 3 3,79 3,79
menit
daun jati*
60 menit 3 4,67

daun
mengkudu* 3 5,01
60 menit
daun
mengkudu* 3 5,52 5,52
30 menit
daun
pisang* 30 3 5,74
menit
daun jati*
30 menit 3 5,8

daun
pisang* 60 3 5,92
menit
93

Lampiran 14.Hasil Analisa Keragaman dan Uji Tukey Hedonik Tekstur Ikan
Gabus Bakar
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RERATA ST.DEV
1 2 3
A1B1 5,32 5,42 5,39 16,13 5,38 0,05
A1B2 5,49 5,49 5,93 16,91 5,64 0,25
A1B3 3,44 3,99 3,84 11,27 3,76 0,28
A2B1 4 4,55 4,33 12,88 4,29 0,28
A2B2 4,52 4,76 4,87 14,15 4,72 0,18
A2B3 3,76 3,87 3,98 11,61 3,87 0,11
A3B1 5,58 5,25 5,29 16,12 5,37 0,18
A3B2 4,33 4,99 4,49 13,81 4,60 0,34
A3B3 3,88 3,67 3,76 11,31 3,77 0,11

Descriptive Statistics

Dependent Variable:hedonik_tekstur

lama_wakt
jenis_daun u Mean Std. Deviation N

daun pisang 30 menit 5.3767 .05132 3

60 menit 5.6367 .25403 3

90 menit 3.7567 .28431 3

Total 4.9233 .90294 9

daun jati 30 menit 4.2933 .27683 3

60 menit 4.7167 .17898 3

90 menit 3.8700 .11000 3

Total 4.2933 .40571 9

daun mengkudu 30 menit 5.3733 .18009 3

60 menit 4.6033 .34429 3

90 menit 3.7700 .10536 3

Total 4.5822 .72303 9

Total 30 menit 5.0144 .56606 9

60 menit 4.9856 .54282 9

90 menit 3.7989 .16996 9

Total 4.5996 .72884 27


94

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:hedonik_tekstur

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12.950a 8 1.619 33.815 .000

Intercept 571.228 1 571.228 1.193E4 .000

jenis_daun 1.790 2 .895 18.698 .000

lama_waktu 8.660 2 4.330 90.450 .000

jenis_daun * lama_waktu 2.500 4 .625 13.056 .000

Error .862 18 .048

Total 585.040 27

Corrected Total 13.811 26

a. R Squared = ,938 (Adjusted R Squared = ,910)

Subset for alpha = 0.05


Interaksi N
1 2 3
Tukey Daun
pisang*90 3 3,76
menit
Daun
mengkudu*90 3 3,77
menit
Daun jati * 90
menit
3 3,87

Daun jati*30
3 4,29 4,29
menit
Daun
mengkudu*60 3 4,6
menit
Daun jati*60
3 4,72
menit
Daun
mengkudu*30 3 5,37
menit
Daun
pisang*30 3 5,38 5,38
menit
Daun pisang
3 5,64 5,64
60 menit
95

Lampiran 15. Analisa De Garmo

Panelis Rata-
PAMETER Rangking
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total Bobot rata
Albumin 8 8 8 8 7 7 8 7 8 7 8 8 8 8 8 116 0,18 7,73 1
Protein 7 6 5 7 6 5 5 7 6 6 6 7 7 7 6 93 0,14 6,20 2
Aroma 6 5 6 6 6 7 6 6 7 5 6 7 5 4 5 87 0,14 5,80 3
Tekstur 5 4 5 6 6 5 4 6 5 7 5 6 6 5 4 79 0,12 5,27 4
Rasa 4 7 4 5 5 4 7 5 5 6 4 4 5 4 6 75 0,12 5,00 6
air 6 4 4 6 5 5 4 4 6 5 6 6 5 6 6 78 0,12 5,20 5
abu 3 4 4 4 4 4 5 3 2 4 3 3 3 4 5 55 0,09 3,67 8
Lemak 4 5 5 1 4 6 4 5 4 3 5 2 4 5 3 60 0,09 4,00 7
TOTAL 43 43 41 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 1
96

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2


Parameter Bobot NE NP NE NP NE NP NE NP NE NP
Rasa 0,12 1,00111 0,12013 0,74247 0,08909 0,00111 0,00013377 0,72909699 0,08749163 0,41471 0,04976
Aroma 0,14 0,93233 0,13052 1 0,14 0,19924 0,02789473 0,95488721 0,13368421 0,53132 0,07438
tekstur 0,12 0,85918 0,10310 0,99821 0,11978 -0,00713 -0,00085561 0,27985739 0,03358288 0,50623 0,06074
Albumin 0,18 1 0,18 0,73809 0,13285 0,40476 0,07285714 0,65079365 0,11714285 0,46031 0,08287
Protein 0,14 1 0,14 0,50542 0,07076 0,42403 0,05936434 0,55813953 0,07813953 0,47984 0,06717
Air 0,12 0,99913 0,11990 0,72881 0,08745 0,28087 0,0337046 0,27360774 0,03283293 0,01694 0,00203
Abu 0,09 0,15310 0,01377 0,44573 0,04011 0,52519 0,04726744 0 0 0,62403 0,05616
lemak 0,09 0,90170 0,08115 0,64102 0,05769 0,00427 0,000384615 0,987179487 0,088846154 0,67094 0,060385
0,888598 0,737766 0,240751043 0,571720213 0,453517

A2B3 A3B1 A3B2 A3B3


Parameter Bobot NE NP NE NP NE NP NE NP
Rasa 0,12 0,035674 0,004281 0,717949 0,086154 0,435897 0,052308 0,061315 0,007358
Aroma 0,14 0,085213 0,01193 0,657895 0,092105 0,458647 0,064211 -0,00125 -0,00018
tekstur 0,12 0,053476 0,006417 0,857398 0,102888 0,445633 0,053476 0 0
Albumin 0,18 0,246032 0,044286 0,428571 0,077143 0,119048 0,021429 0,007937 0,001429
Protein 0,14 0,258915 0,036248 0,2 0,028 0,105426 0,01476 0,000775 0,000109
Air 0,12 -0,23406 -0,02809 0,338176 0,040581 0,180791 0,021695 0,000807 9,69E-05
Abu 0,09 1 0,09 0,180233 0,016221 0,30814 0,027733 0,549419 0,049448
lemak 0,09 0,444444 0,04 1 0,09 0,717949 0,064615 0,529915 0,047692
0,205074 0,533092 0,320225 0,105956
97

Lampiran 16. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Daun Pisang


98
99
100
101
102
103
104

Lampiran 17. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Daun Jati


105
106
107
108
109
110
111
112

Lampiran 18. Hasil Analisa Senyawa Aromati Daun Mengkudu


113
114
115
116
117
118
119
120
121
122

Lampiran 19. Analisa Senyawa Aromatik Pada Bambu Tali


123
124
125

Lampiran 20. Hasil Analisa Senyawa Aromatik Ikan Gabus Bakar Dalam
Bambu Terbaik
126
127
128
129
130
131
132
133
134

Lampiran 21.Dokumentasi Pembuatan Ikan Gabus Bakar dalam Bambu


a. Persiapan bumbu

Bumbu-bumbu

Pemerasan santan

Pencampuran bumbu dan santan

b. Proses pembuatan ikan gabus bakar

Ikan gabus segar

Dilakukan penyiangan (isi

perut dan sisik)


135

Penimbangan

Perendaman ikan gabus

dengan bumbu

Pembungkusan dengan daun

pisang

Pembungkusan dengan daun

jati
136

Pembungkusan dengan daun

mengkudu

Dimasukkan dalam bambu

Dilakukan pembakaran ikan

gabus diatas bara api

Ikan gabus bakar

You might also like