You are on page 1of 8

DILLA MAHDALENA

150101031

SOP PEMASANGAN KATETER


Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Pemasangan Kateter
1 Pengertian Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter
melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan
urin. Kateterisasi urine sedapat mungkin tidak dilakukan kecuali bila
sangat diperlukan, karena dapat menyebablkan infeksi nosokomial
2 Tujuan 1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur
mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular
kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan
kemudian diukur jumlah urine yang keluar.
3. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam kandung
kemih melalui kateter.
4. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil
pressure.
3 Hal-hal yang 1. Observasi letak meatus uretra
harus 2. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia.
diperhatikan 3. Kaji waktu berkemih terakhir.
4 Alat yang 1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
dibutuhkan 2. Kom
3. Kateter sesuai ukutan
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tagan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. KY jelly
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban
12. Selimut mandi
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekken
16. Tempat specimen (jika perlu)
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindaka.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)

Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan

Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent,
pria:posisi supine dan melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup
bagian ekstremitas bawah dengan selimut mandi sehingga hanya
area perineal yang terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke
kantong plastic yang telah disediakan
10. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian
simpan di alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri,
maka siapkan KY jelly di dalam bak sterik. Jangan menyentuh area
steril
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan
berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan atau
dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki
13. Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien

Pada wanita
14. Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau
telunjuk dengan jari tengah tangan tidak dominan
15. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan
kateter perlahan-lahan hingga ujung kateter. Anjurkan pasien untuk
menarik nafas saat kateter dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukan
kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi.
Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter
agar urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen
urin bila diperlukan. Lalu segera sambungkan kateter dengan urine
bag
17. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai
volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
18. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon
kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
19. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20. Fiksasi kateter:
Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada
abdomen
Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada
pangkal paha
21. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih
rendah dari kandung kemih
22. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23. Lepaskan sarung tangan
24. Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang
penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur
pemasangan kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine
Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan
5 Referensi
SOP PERAWATAN LUKA NEFROSTOMI
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Perawatan Luka Nefrostomi
1 Pengertian Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan tube,
stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke parenkim ginjal dan berakhir
di bagian pelvis renalis atau kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada
keadaan obstruksi urine akut yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian
atas, yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula
digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy,
pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan
pemasangan double J stent.
2 Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi pada luka.
2. Menjaga stabilitas selang drainase.
3 Hal-hal yang 1. Kaji kemungkinan timbulnya komplikasi.
harus a. Perdarahan pada lokasi nefrostomi (komplikasi utama)
diperhatikan b. Pembentukan fistula
c. Infeksi
2. Pastikan drainase tidak tersumbat pada selang nefrostomi atau kateter.
Obstuksi menimbulkan rasa nyeri, trauma, tekanan, infeksi, serta
regangan pada garis jahitan.
3. Jika selang tercabut segera lapor kedokter (selanga kan
mengembalikan selang agar luka nefrostomi tidak berkontraksi).
4. Selang tidak boleh di klem, hal ini akan menimbulkan pieloneritis.
5. Selang nefrostomi tidak boleh diirigasi (dokter akan melakukannya
biladi perlukan).
6. Anjurkan asupan cairan untuk meningkatkan pembilasan selang dan
ginjal secara alami.
7. Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari nefrostomi.
8. Usahakan diuresis yang cukup.
9. Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
10. Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu 2x.
11. Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi untuk
jangka lama pertimbangkan memakai kateter silikon.
12. Pelepasan kateter sesuai indikasi.
13. Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan
kateter/produksinya< 20 cc/24 jam.
14. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi.
4 Alat yang 1. Bak instrument berisi pinset anatomi, sirurgi, gunting jaringan dan
dibutuhkan gunting benang.
2. Kasa steril
3. Bengkok
4. Jel/lubrikan dan hanscoen
5. Betadine
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Perhatikan privacy
3. Mengatur posisi.
Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada pasien.
2. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
perawatan luka nefrostomi.
3. Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi
1. Dengan prinsip steril buka dressing pada nefrostomi dan buang ke
bengkok.
2. Mencuci tangan.
3. Observasi tanda-tanda infeksi.
Perhatikan area sekitar apakah ada tanda-tanda terjadinya infeksi seperti
kemerahan dan lain-lain. Untuk nefrostomi dengan infeksi maka
pemberian antibiotika sejak sebelum tindakan diteruskan.
4. Lakukan pembersihan pada kateter dan area sekitarnya dengan kasa
steril dengan menggunakan pinset dari arah dalam keluar, kasa kotor
dibuang kebengkok kemudian keringkan dengan kasa steril sampai
kering.
5. Berikan gel pada area sekitar agar tidak terjadi iritasi.
6. Perhatikan kateter/pipa drainage, jangan sampai buntu karena terlipat.
Perawatan slang neprostomi jangan sampai tersumbat :
a. Jangan sampai terjadi penekukan slang/tampungan urin.
b. Slang jangan sampai terlepas.
7. Lakukan penutupan dengan kasa steril kemudian fiksasi kembali pada
nefrostomi tersebut dengan teknik steril.
8. Posisikan klien pada posisi nyaman.
9. Peralatan dirapikan.

Tahap Terminasi
1. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
2. Membereskan alat
3. Cuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi.
2. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.

Tahap Dokumentasi
1. Mencatat hasil kutur urin.
2. Mencatat karakteristik luka nefrostomi.
5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Siatem Urinaria. Jakarta. Salemba Medika
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Perawatan Luka Nefrostomi
S.1 Keperawatan
STIKes PIALA SAKTI PARIAMAN
Pengertian
1 Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan
tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke parenkim
ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau kaliks. Nefrostomi
biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut yang terjadi
pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi
obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula digunakan
sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy,
pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan
pemasangan double J stent.
Tujuan
2  Mencegah terjadinya infeksi pada luka.
 Menjaga stabilitas selang drainase.
Hal-hal
3 yang  Kaji kemungkinan timbulnya komplikasi.
harus o Perdarahan pada lokasi nefrostomi (komplikasi utama)
diperhatian o Pembentukan fistula
o Infeksi
 Pastikan drainase tidak tersumbat pada selang nefrostomi atau
kateter. Obstuksi menimbulkan rasa nyeri, trauma, tekanan, infeksi,
serta regangan pada garis jahitan.
 Jika selang tercabut segera lapor kedokter (selanga kan
mengembalikan selang agar luka nefrostomi tidak berkontraksi).
 Selang tidak boleh di klem, hal ini akan menimbulkan pieloneritis.
 Selang nefrostomi tidak boleh diirigasi (dokter akan melakukannya
biladi perlukan).
 Anjurkan asupan cairan untuk meningkatkan pembilasan selang dan
ginjal secara alami.
 Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari
nefrostomi.
 Usahakan diuresis yang cukup.
 Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
 Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu
2x.
 Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi untuk
jangka lama pertimbangkan memakai kateter silikon.
 Pelepasan kateter sesuai indikasi.
 Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan
kateter/produksinya< 20 cc/24 jam.
 Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi.
Alat4 yang  Bak instrument berisi pinset anatomi, sirurgi, gunting jaringan dan
dibutuhkan gunting benang.
 Kasa steril
 Bengkok
 Jel/lubrikan
 Betadine
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
 Perhatikan privacy
 Mengatur posisi.

Tahap Orientasi
 Memberi salam pada pasien.
 Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
perawatan luka nefrostomi.
 Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi
 Dengan prinsip steril buka dressing pada nefrostomi dan buang
ke bengkok.
 Mencuci tangan.
 Observasi tanda-tanda infeksi.
 Perhatikan area sekitar apakah ada tanda-tanda terjadinya
infeksi seperti kemerahan dan lain-lain. Untuk nefrostomi
dengan infeksi maka pemberian antibiotika sejak sebelum
tindakan diteruskan.
 Lakukan pembersihan pada kateter dan area sekitarnya dengan
kasa steril dengan menggunakan pinset dari arah dalam keluar,
kasa kotor dibuang kebengkok kemudian keringkan dengan
kasa steril sampai kering.
 Berikan gel pada area sekitar agar tidak terjadi iritasi.
 Perhatikan kateter/pipa drainage, jangan sampai buntu karena
terlipat.
 Perawatan slang neprostomi jangan sampai tersumbat :
 Jangan sampai terjadi penekukan slang/tampungan urin.
 Slang jangan sampai terlepas.
Lakukan penutupan dengan kasa steril kemudian fiksasi
kembali pada nefrostomi tersebut dengan teknik steril.
 Posisikan klien pada posisi nyaman.
 Peralatan dirapikan.

Tahap Terminasi
 Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
 Membereskan alat
 Cuci tangan

Tahap Evaluasi
 Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi.
 Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada
klien.

Tahap Dokumentasi
 Mencatat hasil kutur urin.
 Mencatat karakteristik luka nefrostomi.
Referensi
5 Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Siatem Urinaria. Jakarta. Salemba Medika

You might also like