You are on page 1of 52

Miniproject

Perbaikan Profil KB
Pada Pasangan Usia Subur Non-Pengguna KB, Pengguna KB
Alami, dan Dalam Masa Nifas Di Wilayah RT 04/RW 02, Kelurahan
Cilandak Timur, Jakarta Selatan

Penulis:
dr. Azmi Ikhsan Azhary
Pendamping:
dr. Wida Wildani

Program Internsip Dokter Indonesia


Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang1

Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.
Dalam program KB Nasional saat ini baru dilakukan salah satu saja dari usaha keluarga berencana,
yakni penjarangan kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut.
Di Indonesia Keluarga Berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu
sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat.
Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI). Bergerak secara Silent operation membantu masyarakat yang
memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI adalah Pelopor Pergerakan Keluarga
Berencana Nasional. Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan berdasarkan hasil
penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa kepala Negara Indonesia,
maka dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan dimasukkan dalam program
pemerintah. Sejak pelita I (1969) berdasarkan instruksi Presiden nomor 26 Tahun 1968 yang
dinamai Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah melalui Keppres NO. 8 tahun
1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasaan
dan penilaian pelakasanaan program keluarga berencana.
Melalui Keppres no. 33 tahun 1972 dilakukan Penyempurnaan struktur organisasi, tugas
pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan Keppres no 38 tahun 1978 organisasi dan struktur BKKBN
disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB tetapi juga kegiatan-
kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB, sesuai dengan perkembangan program
pembangunan nasional, ditetapkan adanya Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(KLH) dengan Keppres no 25 tahun 1983 yang bergerak langsung dalam bidang kependudukan,

1
maka dilakukan lagi penyempurnaan organisasi BKKBN dengan Keppres no 64 tahun 1983
dengan tugas pokok adalah menyiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan program secara menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
(Permenkes RI no 741/Menkes/Per/VII/2008), pelayanan program KB dimulai dari tingkat
pelayanan kesehatan pertama yaitu Puskesmas. Tujuan umum program KB di Puskesmas adalah
meningkatnya kesejahteraan keluarga dalam rangka terwujudnya norma keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian pertumbuhan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah
menyelenggarakan pelayanan kontrasepsi yang lebih diarahkan pada metode kontrasepsi yang
bersifat jangka panjang, yakni IUD (Intra Uterine Device), susuk (implant), Metode Operasi
Wanita (MOW), dan Metode Operasi Pria (MOP) Kedua metode kontrasepsi ini dikenal dengan
nama Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
Kegiatan program KB adalah:
a) Penyuluhan KB
b) Pengenalan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
c) Pembinaan akseptor IUD, implan, suntik, dan kontap
d) Pelayanan medis
e) Pemeriksaan status kesehatan pasangan calon pengantin
f) Pemasangan alat kontrasepsi
g) Rujukan kasus yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas
h) Pembinaan peran serta masyarakat.
Banyaknya penduduk yang masih belum mengikuti program KB tentu memberikan dampak
yang cukup besar, diantaranya adalah jumlah kelahiran yang tinggi yang tentu dapat
meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Akibat lain yang ditimbulkan adalah tingginya angka
kemiskinan dan rendahnya pendidikan. Perilaku wanita usia subur dalam penggunaan KB
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh wanita tersebut dan sikap yang dimiliki terhadap
penggunaan KB.
Penulis memilih tema mengenai Perbaikan Profil KB karena bermaksud untuk membantu
mengendalikan angka kematian ibu dan anak agar tidak bertambah tinggi. Miniproject ini
dilaksanakan di RT 04/RW 02 Kelurahan Cilandak Timur dengan alasan, RT 04 merupakan

2
wilayah yang memiliki penduduk paling banyak serta lingkungan yang lebih kumuh di antara RT
lain. Selain itu, penulis ingin melihat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap wanita usia
subur terhadap Program Keluarga Berencana (KB)

1.2.Pernyataan Masalah

1.2.1. Bagaimana sikap wanita usia subur terhadap program KB?


1.2.2. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap wanita usia subur terhadap
program KB?

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Memperbaiki profil KB wanita usia subur dari yang masih belum berKB,
meggunakan KB alami atau dalam masa nifas.

1.3.2. Tujuan Khusus


a) Mengetahui gambaran sikap wanita usia subur mengenai metode KB,
b) Meningkatkan pengetahuan wanita usia subur mengenai metode KB yang
tersedia;
c) Meningkatkan profil KB wanita usia subur dari yang masih belum berKB,
menggunakan KB alami atau dalam masa nifas.

1.4.Manfaat

1.4.1. Penulis
a) Berperan serta dalam usaha peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya program KB dan berjalannya program konversi ke MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang),
b) Melatih penulis dalam menghadapi pertanyaan dan pernyataan yang
dimiliki wanita usia subur mengenai KB di lapangan;
c) Untuk memenuhi salah satu tugas penulis dalam menjalankan program
internsip.

1.4.2. Puskesmas
a) Membantu memberikan konseling terhadap calon akseptor KB sebelum
memilih KB dipuskesmas,
b) Membantu meningkatkan capaian KB aktif di Puskesmas Kelurahan Cilandak
Timur;
c) Membantu program konversi KB ke Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

1.4.3. Masyarakat
a) Membantu mensosialisasikan kepada masyarakat macam-macam metode
KB yang ada;
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya program KB.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Metode Amenorea Laktasi (MAL)


Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila:
a) Menyusui secara penuh (full breast feeding),
b) Belum haid;
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Efektif sampai 6 bulan. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
Menyusui secara ekslusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif,
selama klien belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitas
dapat mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup
asuhan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan dalam 6 bulan pasca persalinan.
2.1.1. Cara kerja:2
Penundaan atau penekanan ovulasi.
2.1.2. Keuntungan kontrasepsi:1
a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan),
b) Tidak menggangu sanggama,
c) Tidak ada efek samping secara sistemik,
d) Tidak perlu pengawasan medis,
e) Tidak perlu obat atau alat;
f) Tanpa biaya.

2.1.3. Keuntungan Non-kontrasepsi1


Untuk Bayi
1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindugan dari ASI),
2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal;
3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain, atau formula, atau alat
minum yang dipakai.

Untuk Ibu
1) Mengurangi perdarahan pasca persalinan,
2) Mengurangi resiko anemia;
3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

4
2.1.4. Keterbatasan1
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segerah menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan,
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial,
c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan;
d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

2.1.5. Yang dapat menggunakan MAL1


Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum
mendapatkan haid setelah melahirkan.
Tabel 2.1 Keadaan yang Mendukung Penggunaan Metode MAL

Keadaan Anjuran
Membantu klien memilih metode lain.
Ketika mulai memberikan makanan
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
pendamping secara teratur (menggantikan satu
klien harus didorong untuk tetap melanjutkan
kali menyusui).
pemberian ASI.
Membantukan klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
Ketika haid sudah kembali.
klien harus didorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Membantukan klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
Bayi menghisap susu tidak sering (on demand)
klien harus didorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Membantukan klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
Bayi berumur 6 bulan atau lebih.
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.

5
2.1.6. Yang seharusnya tidak pakai MAL1
a) Sudah mendapat haid setelah bersalin,
b) Tidak menyusui secara ekslusif,
c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan;
d) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.

2.1.7. Instruksi Kepada Klien (Hal yang harus Disampaikan Kepada Klien)1
a) Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan
menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat
cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara
berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan
payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi
banyak susu,
b) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya,
c) Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui pada malam hari membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI,
d) Bayi harus terus disusukan walau ibu/bayi dalam keadaan sakit,
e) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin,
f) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak
memerlukan makanan selain ASI sampai umur 6 bulan,
g) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap
kurang sering, akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi;
h) Ketika ibu mulai mendapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah mulai subur kembali dan harus
segera menggunakan metode KB lainnya.

2.1.8. Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan 98%1
a) Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat/agama).
b) Perdarahan sebelum 56 hari pasacapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
c) Bayi menghisap secara langsung.
d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
e) Kolostrum diberikan pada bayi.
f) Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.
g) Sering menyusui selama 24 jam termasuk pada malam hari.
h) Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

6
2.2.Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat
2.2.1. Pembilasan pasca senggama (postcoital douche)2
Pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa larutan obat (cuka atau obat lain) segera
setelah koitus merupakan cara yang sudah lama dilakukan untuk tujuan kontrasepsi.
Maksudnya adalah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka
ialah untuk memperoleh efek spermisid serta menjaga asiditas vagina.
Efektivitas, cara ini kemungkinan mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya
dalam batas-batas tertentu, karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam
jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.
2.2.2. Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation)2
Sepanjang sejarah wanita mengetahiu bahwa dengan menyusui anaknya setelah
melahirkan, maka dapat mencegah kehamilan. Laktasi berkaitan dengan adanya prolaktinemia
dan prolaktin menekan adanya ovulasi.
2.2.3. Pantang berkala (rhythm method)2
Cara ini pertama sekali diperkenalkan Kyusaku Ogino dari jepang dan Hermann Knaus
dari jerman, sekitar tahun 1931, dan sering disebut cara Ogino-knaus. Mereka bertitik tolak
dari penyelidikan bahwa wanita dapat hamil dalam beberapa hari saja dalam daur haidnya.
Masa subur disebut juga fase ovulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah
ovulasi. Kesulitan cara ini ialah sulit ditentukan, ovulasi umumnya 14±2 hari sebelum haid
pertama, sehingga pada wanita yang haidnya tidak teratur sulit untuk menentukan ovulasi.
Sehingga pada wanita yang tidak teratur haid dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat
ditentukan masa subur dengan daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang
dikurangi 11 hari, dan untuk cara ini wanita tearsebut harus memiliki catatan tentang lamanya
daur haidnya selama 6 bulan, dan lebih baik jika wanita tersebut mempunyai catatan daur haid
selama 1 tahun.
Cara ini dipermudah dengan menggunakan tabel dan efektifitasnya akan lebih tinggi jika
dibarengi pemeriksaan suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal akan menurun, kurang
dari 24 jam sesudah ovulasi suhu badan naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat
sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid. Pengukuran suhu basal badan
diselenggarakan tiap hari sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikutnya, hal ini
dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum melanjutkan kegiatan dan masukkan thermometer
dalam rectum atau dalam mulut dibawah lidah selama 5 menit. Namun, ada beberapa faktor
yang menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulsi, misalnya infeksi,
kurang tidur, minum alkohol dan sebagainya.

7
2.3.Senggama Terputus
Senggama terputus adalah penarikan penis daari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini
didasarkan pada kenyataan, bahwa akan terjadi ejakulasi disadari sebelumnya oleh bagian terbesar
pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk penarikan penis keluar dari vagina. Keuntungan cara ini, tidak
membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria.2,
Efektivitas cara ini dianggap kurang, kegagalan cara ini disebabkan oleh:2
a) Adanya pengeluaran cairan mani sebelum ejakulasi (preejaculatory fluid) yang dapat
mengandung sperma, apalagi pada koitus berulang,
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
c) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

2.4.Metode Barier
2.4.1. Kondom3
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya
lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan
muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya
(misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi
tersebut dilakukan dalam hal bentuk, warna, pelumas, ketebalan, dan bahan.
2.4.1.1.Cara kerja3
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan;
b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan
kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
2.4.1.2.Efektivitas3
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada
beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.

8
2.4.1.3.Manfaat3
Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar,
b) Tidak mengganggu produksi ASI,
c) Tidak mengganggu kesehatan klien,
d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik,
e) Murah dan dapat dibeli secara umum,
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus;
g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

Nonkontrasepsi
a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB,
b) Dapat mencegah penularan IMS,
c) Mencegah ejakulasi dini,
d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik
eksogen pada serviks);
e) Saling berinteraksi sesama pasangan.

2.4.1.4.Keterbatasan3
a) Efektivitas tidak terlalu tinggi,
b) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi,
c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung),
d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi,
e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual,
f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum;
g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

2.4.1.5.Cara Penggunaan3
a) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
b) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom Jangan
menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat
membuka kemasan.
c) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampang sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.
d) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat
memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
e) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
f) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada
saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.

9
g) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
h) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
i) Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas
karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
j) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/ kusut.
k) Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum karena
akan segera merusak kondom.

2.4.2. Diafragma3
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
2.4.2.1.Jenis3
a) Flat spring (flat metal band),
b) Coil spring (coiled wire);
c) Arching spring (kombinasi metal spring).
2.4.2.2.Cara kerja3
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
2.4.2.3.Manfaat3
Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar,
b) Tidak mengganggu produksi ASI,
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya,
d) Tidak mengganggu kesehatan klien;
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

Nonkontrasepsi
a) Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan
spermisida;
b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.

2.4.2.4.Keterbatasan3
a) Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6 – 18 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama)
b) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
c) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual
d) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan

10
e) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
f) Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya

2.4.2.5.Cara penggunaan/instruksi bagi klien3


a) Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual
b) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
c) Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau melihat
menembus cahaya)
d) Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya)
e) Posisi saat pemasangan diafragma:
1) Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet
2) Sambil berbaring
3) Sambil jongkok
4) Lebarkan kedua bibir vagina
f) Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke
atas di balik tulang pubis
g) Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan
serviks telah terlindungi
h) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubugan seksual
berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina.
Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual.
Jangan tinggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak
dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6
jam sesudah hubungan seksual)
i) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah
j) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.

2.4.3. Spermisida3
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan
atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk:
a) Aerosol (busa),
b) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film;
c) Krim.
2.4.3.1.Cara kerja3
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

11
2.4.3.2.Manfaat3
Kontrasepsi
a) Efektif seketika (busa dan krim),
b) Tidak mengganggu produksi ASI,
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain,
d) Tidak mengganggu kesehatan klien,
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik,
f) Mudah digunakan,
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual;
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.
2.4.3.3.Keterbatasan3
a) Efektivitas kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama),
b) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan,
c) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan
hubungan seksual,
d) Pengguna harus menunggu 10 – 15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan
seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film);
e) Efektivitas aplikasi hanya 1 – 2 jam.

2.4.3.4.Cara penggunaan/instruksi bagi klien3


a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim)
dan insersi spermisida,
b) Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas hubungan seksual,
c) Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria adalah 10 – 15 menit,
d) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa,
e) Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara penggunaan dan penyimpanan
dari setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum diisi ke dalam aplikator);
f) Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi dengan baik.

12
2.5.Kontrasepsi Kombinasi
2.5.1. Pil Kombinasi

2.5.1.1.Profil4
a) Efektif dan reversible,
b) Harus diminum setiap hari,
c) Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segara akan hilang,
d) Efek samping serius sangat jarang terjadi,
e) Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak atau
belum,
f) Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin tidak sedang hamil,
g) Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui;
h) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

2.5.1.2.Jenis4
a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif;
c) Trifasik pil : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2.5.1.3.Cara Kerja4
a) Menekan ovulasi,
b) Mencegah implantasi,
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma;
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.

2.5.1.4.Manfaat4
a) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas tubektomi), bila digunakan
setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan,
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil,
c) Tidak mengganggu hubungan seksual,
d) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid,
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk
mencegah kehamilan,
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause,
g) Mudah dihentikan setiap saat,
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan,

13
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat;
j) Membantu mencegah:4
1) Kehamilan ektopik,
2) Kanker ovarium,
3) Kanker endometrium,
4) Kista ovarium,
5) Penyakit radang panggul,
6) Kelainan jinak pada payudara,
7) Dismenore, atau;
8) Akne.

2.5.1.5.Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi


Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:4
a) Usia reproduksi,
b) Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak,
c) Gemuk atau kurus,
d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi,
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui,
f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif,
g) Pasca keguguran,
h) Anemia karena haid berlebihan,
i) Nyeri haid hebat,
j) Silus haid tidak teratur,
k) Riwayat kehamilan ektopik,
l) Kelainan payudara jinak,
m) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan saraf,
n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak,
o) Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin);
p) Varises vena.

2.5.1.6.Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi4


a) Hamil atau dicurigai hamil,
b) Menyusui eksklusif,
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,
d) Penyakit hati akut (hepatitis),
e) Perokok dengan usia > 35 tahun,
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg,
g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun,
h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara,
i) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi);
j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

14
2.5.2. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi ialah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 noretindron enantat dan
5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali.4
2.5.2.1.Cara Kerja4
a) Menekan ovulasi,
b) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma,
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d) Menghambat transportasi gamet pada tuba.
2.5.2.2.Efektifitas4
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
2.5.2.3.Keuntungan Kontrasepsi4
a) Resiko terhadap kesehatan kecil,
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,
c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam,
d) Jangka panjang,
e) Efek samping sangat kecil;
f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

2.5.2.4.Keuntungan Nonkontrasepsi4
a) Mengurangi jumlah perdarahan,
b) Mengurangi nyeri saat haid,
c) Mencegah anemia,
d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan endometrium,
e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium,
f) Mencegah kehamilan ektopik,
g) Melindungi dari penyakit radang panggul;
h) Dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.

2.5.2.5.Kerugian4
a) Terjadi perubahan pada pola haid,
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan
kedua atau ketiga,
c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan,
d) Efektifitas berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin),
e) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada
paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati,
f) Penambahan BB,

15
g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,
atau infeksi virus HIV,
h) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian

2.5.2.6.Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi4


a) Usia reproduksi,
b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak,
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi,
d) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan,
e) Pasca persalinan dan tidak menyusui,
f) Anemia,
g) Nyeri haid hebat,
h) Haid teratur,
i) Riwayat kehamilan ektopik;
j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

2.5.2.7.Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi4


a) Hamil atau dugaan hamil,
b) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan,
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis),
e) Usia > 35 tahun yang merokok,
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg),
g) Riwayat kelaianan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun,
h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine;
i) Keganasan payudara.

2.5.2.8.Cara Penggunaan4
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular dalam. Klien
diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan
kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
2.5.2.9.Tanda-tanda Yang Harus Diwaspadai Pada Penggunaan Suntikan Kombinasi4
a) Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di paru atau serangan
jantung,
b) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi, atau
migraine,
c) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai;
d) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.

16
2.6. Kontrasepsi progestin

2.6.1. Kontrasepsi suntikan progestin


2.6.1.1.Profil5
a) Sangat efektif,
b) Aman,
c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan;
e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
2.6.1.2.Jenis
a) Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), diberikan 3 bulan dengan suntik IM;
b) Depo noretisteron enantat, diberikan tiap 2 bulan dengan suntik IM.
2.6.1.3.Cara kerja5
a) Mencegah ovulasi,
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi;
d) Menghambat transpostasi gamet oleh tuba.

2.6.1.4.Keuntungan5
a) Sangat efektif,
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang,
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri,
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah,
e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,
f) Sedikit efek samping,
g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause,
i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara,
k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul;

2.6.1.5.Keterbatasan5
a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting), tidak haid sama sekali,
b) Bergantung pada sarana kesehatan untuk disuntik lagi,
c) Tidak dapat diihentikan sewaktu-watu sebelum suntikan berikutnya,
d) Permasalahan berat badan,

17
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,
atau infeksi virus HIV,
f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,
g) Terjadi perubahan pada lipid serum,
h) Penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang;
i) Penggunaan kangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat.

2.6.1.6.Peringatan5
a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan kemungkinan kehamilan,
b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu,
c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi,
d) Sakit kepala, migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan;
e) Perdarahan berat (2 kali lebih panjang serta 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid).

2.6.2. Kontrasepsi pil progestin (minipil)


2.6.2.1.Profil5
a) Cocok untuk eprempuan menyusui yang ingin memakai pil KB,
b) Sangat efektif pada masa laktasi,
c) Dosis rendah,
d) Tidak menurunkan produksi ASI,
e) Tidak memberikan efek samping estrogen,
f) Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak
teratur;
g) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

2.6.2.2.Jenis5
a) Isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron;
b) Isi 28 pil: 75 μg norgestrel.
2.6.2.3.Cara kerja5
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium;
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.

2.6.2.4.Keuntungan5
a) Sangat efektif,
b) Tidak mengganggu hubungan seksual,
c) Tidak mempengaruhi ASI,
d) Kesuburan cepat kembali;
e) Nyaman dan mudah digunakan.

18
2.6.2.5.Keterbatasan5
a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid peningkatan/penurunan berat badan,
b) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama,
c) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar;
d) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat.

2.6.3. Kontrasepsi implan


2.6.3.1.Profil5
a) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun umtuk Jadenan, Indoplant, atau Implanon,
b) Nyaman,
c) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan,
d) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut;
e) Aman dipakai saat masa laktasi.

2.6.3.2.Jenis5
a) Norplant, diisi 36 mg levonorgestrel,
b) Implanon, diisi 68 mg 3-keto-desogestrel;
c) Jadena dan Indoplant, 75 mg levonorgestrel.

2.6.3.3.Cara kerja5
a) Lendir serviks menjadi kental,
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
c) Mengurangi transportasi sperma;
d) Menekan ovulasi.

2.6.3.4.Keuntungan5
a) Daya guna tinggi,
b) Perlindungan jangka panjang,
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan,
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam;
e) Bebas dari estrogen.

2.6.3.5.Keterbatasan5
a) Pada beberapa klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak,
hipomenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea,
b) Timbul keluhan seperti nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara,
perasaan mual, pening/pusing kepala. Tidak boleh digunakan pada klien yang menderita
penyakit hati akut, stroke atau riwayat stroke, obat epilepsi, dan tumor jinak atau ganas pada
hati.

19
2.6.4. AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah progestase yang mengandung progesteron
dari Mirena yang mengandung levonorgestrel.6

2.5.4.1.Cara kerja5
a) Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu
implantasi
b) Mencegah terjadinya pembuahan dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma
c) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopii
d) Menginaktifkan sperma

2.6.4.2.Keuntungan5
a) Efektif dalam satu tahun,
b) Tidak mengganggu hubungan suami istri,
c) Tidak berpengaruh terhadap ASI,
d) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat;
e) Efek sampingnya sangat kecil.

2.6.4.3.Keterbatasan5
a) Diperlukan periksa dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR,
b) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR,
c) Sangat bergantung pada tenaga kesehatan,
d) Penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea;
e) Dapat memicu pertumbuhan mioma uteri.

2.7. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)


2.7.1. Profil6
a) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (sampai 10 tahun: CuT-380A),
b) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak,
c) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan,
d) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi;
e) Tidak boleh dipakai oleh permpuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).

2.7.2. Jenis6
a) AKDR Cu-T 380A.
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentukhuruf T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
b) AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering).

20
2.7.3. Cara Kerja6
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri,
c) AKDR terutama mencegah ovum dan sperma bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi;
d) Memungkinkan untuk mencegah inplantasi telur dalam uterus.

2.7.4. Keuntungan6
a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan).
b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan,
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti),
d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat,
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual,
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil,
g) Tidak ada efek samping untuk hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A),
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI,
i) Dapat dipasang segerah setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila terjadi infeksi),
j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir),
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan;
l) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

2.7.5. Kerugian6
a) Efek sering yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.
b) Komplikasi lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia.
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c) Tidak mencegah IMS atau HIV/AIDS.
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan.
e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Prosedur
medis termasuk pemeriksaan pelvis diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
f) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segerah setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari.

21
g) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR.
i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang
segerah sesudah melahirkan).
j) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
k) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan
ini wanita harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.

2.7.6. Persyaratan Pemakaian


2.7.6.1.Yang dapat menggunakan6
a) Usia reproduktif,
b) Keadaan nullipara,
c) Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang,
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi,
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya,
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya tanda infeksi,
g) Resiko rendah dari IMS,
h) Tidak menghendaki metode hormonal,
i) Tidak menyukai untuk mengingat minum pil setiap hari,
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama (lihat kontrasepsi darurat);
k) Pada umumnya ibu dapat menggunkan AKDR Cu dengan aman dan efektif.

2.7.6.2.AKDR dapat digunakan ibu dalam segala mungkin keadaan misalnya:6


a) Perokok,
b) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi,
c) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang,
d) Gemuk ataupun yang kurus;
e) Sedang menyusui.

2.7.6.3.Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR6


a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil),
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi),
c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis),
d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik,
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri,
f) Penyakit trofoblast yang ganas,
g) Diketahui menderita TBC pelvic,
h) Kanker alat genital;
i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

22
2.8.Kontrasepsi Mantap
2.8.1. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seorang perempuan secara permanen.7
2.8.1.1.Jenis7
a) Minilaparatomi
b) Laparoskopi

2.8.1.2.Mekanisme kerja7
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2.8.1.3.Manfaat7
Kontrasepsi
a) Sangat efektif (0,2 – 4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan),
b) Permanen,
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding),
d) Tidak bergantung pada faktor senggama,
e) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius,
f) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal,
g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang;
h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).

Nonkontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium.
2.8.1.4.Keterbatasan7
a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
b) Klien dapat menyesal di kemudian hari
c) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter
spesialis bedah untuk proses laparoskopi);
f) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

23
2.8.1.5.Syarat tubektomi (indikasi)7
a) Usia > 26 tahun,
b) Paritas > 2,
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya,
d) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius,
e) Pascapersalinan,
f) Pascakeguguran;
g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur.

2.8.1.6.Kontra indikasi tubektomi7


a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
f) Belum memberikan persetujuan tertulis

2.8.2. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reprodukis pria dengan
jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.7
2.8.2.1.Kondisi yang memerlukan perhatian kusus bagi tindakan vasektomi7
a) Infeksi kulit pada daerah operasi,
b) Infeksi sistemik yang sangat menganggu kondisi kesehatan klien,
c) Hidrokel atau varikokel yang besar,
d) Hernia inguinalis,
e) Filariasis (elefantiasis),
f) Undesensus testikularis,
g) Massa intraskrotalis;
h) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia.

2.8.2.2.Konseling, informasi, dan persetujuan tindakan medis7


a) Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon pria
atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual;
b) Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang
tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan seluruhnya. Secara empirik, sperma-
analisis akan menunjukkan hasil negatif setelah 15 – 20 kali ejakulasi.

24
2.8.2.3.Komplikasi7
a) Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan.
Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaskis yang
disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman
pembuluh darah di sekitar vasa deferensia;
b) Komplikasi pascatindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis,
atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi.
Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah
terjadinya antibodi sperma.

2.8.3. Rekanalisasi
2.8.3.1.Rekanalisasi tuba falopii7
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Teknik ini
tidak saja menyambung kembali tuba falopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi
tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba
dengan trauma yang minimal, mengurangi perlekatan pascaoperasi, mempertahankan fisiologis
tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap
baik.
2.8.3.2.Kontra indikasi7
a) Umur klien > 37 tahun,
b) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium),
c) Suami oligosperma atau azoosperma,
d) Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan akan memperburuk kesehatannya,
e) Tuberkulosis genitalia interna,
f) Perlekatan organ-organ pelvic yang luas dan berat,
g) Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm);
h) Infeksi pelvis yang masih aktif.

25
BAB III
METODE

3.1.Bentuk Project
Miniproject ini merupakan tugas yang harus dipenuhi dalam rangka penyelenggaraan
Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur.

3.2.Tempat Tujuan
Tempat target project ini adalah rumah-rumah penduduk RT 04 di RW 02.

3.3.Waktu Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2016 hingga 29 November 2016.

3.4.Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah semua populasi pasangan usia subur yang tinggal di RT 04/RW 02. Sampel
pengumpulan data berjumlah 13 orang. Adapun kriteria sampel adalah

a) Kriteria Inklusi

1) Warga RT 04 di RW 02
2) Wanita Usia Subur (15 – 45 tahun)
3) Status masih menikah (belum cerai)
4) Tidak sedang menggunakan metode KB apapun
5) Pengguna KB alami
6) Dalam masa nifas

b) Kriteria Eksklusi

1) Wanita yang sudah menopause


2) Wanita usia subur yang tidak memiliki pasangan
3) Wanita usia subur yang tidak aktif berhubungan seksual
4) Wanita usia subur yang sudah menggunakan metode KB selain KB alami.

26
3.5.Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Instrumen yang
digunakan ada penelitian ini adalah Form Konseling Keluarga Berencana (terlampir).

3.6.Teknik Pengumpulan Data dan Konseling


Pengumpulan data dilakukan dengan cara door-to-door di RT 04/RW 02. Pengumpulan
data dilakukan dengan Form Konseling Keluarga Berencana dengan teknik wawancara
bersamaan dengan konseling mengenai Metode Keluarga Berencana apa yang cocok untuk
warga tersebut. Setelah itu, pasien yang setuju atau kira-kira akan melakukan Keluarga
Berencana diberikan surat rujukan ke Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur. Kemudian,
warga-warga yang telah diberikan surat rujukan akan diFollow-up dengan menggunakan
telepon atau mendatangi kembali rumah warga tersebut untuk dikonfirmasi apakah warga
tersebut sudah melaksanakan Program Keluarga Berencana, atau jika menolak, akan dicatat
alasan mengapa warga tersebut menolak Program Keluarga Berencana.

3.7.Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel.

Penghitungan data dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara membandingkan
persentase sampel yang melaksanakan Program Keluarga Berencana sebelum dan sesudah
dilaksanakan konseling.

27
BAB IV
HASIL

4.1. Profil Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur

4.1.1. Sejarah

Gedung Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur pertama kali didirikan pada tahun 1976.
Bangunan puskesmas telah di rehab sebanyak 4 kali yaitu : tahun 1986, tahun 1989, tahun
1995 dan tahun 2009 direhab total. Kemudian pada tahun 1995 didirikan Gedung Rumah
Bersalin (RB) Kelurahan Cilandak Timur di atas tanah seluas ± 510 m2 dengan luas bangunan
± 180 m2. Gedung Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur terdiri dari dua Gedung, yaitu
Gedung Puskesmas dan Gedung Rumah Bersalin RB.
Kemudian pada akhir Tahun 2009 direhab total, dibangun menjadi satu Gedung diatas
tanah seluas ± 810 m2 dengan luas bangunan ± 230 m2 yang terdiri dari dua Lantai. Fasilitas
listrik 22.000 watt dan Air Jet Pump.

4.1.2. Sarana
Bangunan terdiri 2 lantai. Luas tanah ± 810 m2 dengan luas bangunan ± 230 m2.
Sarana yang ada :
No Jenis Sarana Uraian
1 Lantai I
- Ruang Bersalin Tempat Tidur
- Ruang Loket Komputer
- Ruang Jaga Lemari, Tempat tidur
- Ruang Bayi Meja
- Ruang Perawatan 1 Tempat Tidur
- Ruang Perawatan 2 Tempat Tidur
- Ruang Dokter Jaga Tempat Tidur
- Ruang Dapur Rak Piring
- Ruang Cuci Meja
- Ruang Tunggu Bangku Tunggu
- Ruang Panel
- Ruang Pompa Jet Pump
- Toilet
- Loby

28
2. Lantai II
- Ruang 1 : KIA / KB Tempat Tidur Periksa (2), Maja (2), Kursi
(4), Kulkas (1), Lemari Alkes (2), Lemari
Buku (1), AC (2) Tensi meter (2)
Stetoscope, Timbangan bayi (1),
Timbangan dws (1)
- Ruang 2 : Ka.Puskesmas Tempat Tidur Periksa (1), Kursi Tamu (1
set), Lemari Perpustakaan (1), Filing
Kabinet (1)
- Ruang 3 : Poli Gigi Dental Unit (2), Meja (2), Kursi (4), Lemari
Alkes (2), Kompresor (2), Sterilisator (1),
Alat-alat Kesehatan lain
- Ruang 4 : Poli Umum Tempat tidur periksa (1), Meja periksa (2),
kursi (5), Lemari alkes (2), Filing kabinet
(1), Toa (1 set), Sterilisator (1) dan alat- alat
kesehatan lainya
- Ruang 5 : Apotik/Gudang Lemari obat (3 ), Meja (1), meja obat (1),
Rak Obat (2), Filing kabinet (1), dll
- Ruang 6 : Laboratrium Lemari Alkes (1), Lemari obat (1), Meja
(1), Kursi (2), tempat tidur (1), Sterilisator
(1), dan alat kesehatan lainnya
- Ruang Loket Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1 set),
Filing kabinet (1), buku status dll
- Ruang Tunggu Bangku Tunggu (10), Televisi (1), Toa (1)
dan poster
- Musholah Karpet, sajadah, kipas angin
- Ruang Panel Alat-alat listrik dan alat kebersihan
- Toilet Sabun dan lap

4.1.3. Visi Misi


4.1.3.1. Visi

Puskesmas adalah sebagai Unit Pelayanan Prima yang profesional, terjangkau,


berkesinambungan, mandiri dan mengutamakan pelanggan.(sesuai standar ISO 9001-
2008).

4.1.3.2. Misi

 Memberdayakan SDM yang professional dalam menghadapi era globalisasi,


 Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif, preventif, kuantatif
dan rehabilitatif;
 Menggalang kerja sama dengan mitra kerja.

29
4.2. Data Geografis

4.2.1. Geografi dan Topologi

1. Lokasi
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur terletak di Jalan Madrasah No.11 Rt.010 / Rw.04
Kelurahan Cilandak Timur Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan.
2. Wilayah Kerja
Meliputi seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur, yang terdiri dari 7
RW dan 72 RT.
3. Batas wilayah :
- Sebelah utara : Kelurahan Bangka
- Sebelah selatan : Kelurahan Jagakarsa
- Sebelah Timur : Kelurahan Ragunan
- Sebelah barat : Cipete Selatan

4. Keadaan Tanah
- Luas wilayah Kelurahan Cilandak Timur : 352.06 Ha
- Terlampir seluruhnya untuk pemukiman
- Terdapat daerah rawan banjir
Daerah rawan banjir di wilayah Kelurahan Cilandak Timur terdapat di sekitar aliran Sungai
Kerukut (Kali Kerukut), daerah yang merupakan langganan banjir adalah sebagai berikut :
No RW RT Posko
1. Rw.01 Rt.013 Lapangan Rt.13/Rw.01
2. Rw.02 - -
3. Rw.03 Rt.03,09 Kantor Elnusa, Sekolah NIS Belanda
4. Rw.04 Rt.06 -
5. Rw.05 - -
6. Rw.06 - -
7. Rw.07 Rt.05 Pos Rw.07

30
4.3. Data Demografik

Jumlah Penduduk sampai dengan akhir Desember 2014 = 30883 jiwa.

4.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin sampai dengan akhir bulan
Desember 2014 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

WNI WNA
No. Umur Jumlah
L P L P
1 0-4 110 1164 - - 1274
2 5-9 1118 1125 - - 2243
3 10-14 1120 1099 - - 2219
4 15-19 1065 998 - - 2063
5 20-24 1916 1130 - - 3046
6 25-29 2122 1527 - - 3649
7 30-34 1840 1641 5 2 3488
8 35-39 1324 1313 4 1 2642
9 40-44 992 1147 8 1 2148
10 45-49 912 886 3 0 1801
11 50-54 622 735 2 1 1360
12 55-59 394 331 1 - 726
13 60-64 118 290 - - 408
14 65-69 121 117 - - 238
15 70-74 109 84 - - 192
16 75 > 49 54 - - 103
Jumlah 16697 14174 11 1 30883

4.4. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kel. Cilandak Timur

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kel, Cilandak Timur

Fasiltas Rw. Rw. Rw. Rw Rw. Rw. Rw.


No Jumlah
Kesehatan 01 02 03 04 05 06 07
1. Puskesmas 1 1
2. Rumah sakit 1 1
3. Rumah Bersalin
4. Dokter 24 jam 1 1
5. Dokter Gigi 1 1 2

31
6. Balkesmas 1 1
7. Bidan Swasta 2 1 3
8. Loboratrium
9. Apotik 1 1 2
10. Klinik 1 1 1 3
11. Posyandu 5 3 5 4 4 0 2 23
12. Kader 30 16 41 20 15 5 13 160

4.5. Sarana Pendidikan di Kel. Cilandak Timur

Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pendidikan di Kel. Cilandak Timur


Fasiltas Rw. Rw. Rw. Rw. Rw. Rw. Rw.
No Jumlah
Pendidikan 01 02 03 04 05 06 07
1. Paud 1 1 1 3
2. TK 3 1 1 2 2 1 0 10
3. SD/MI 1 4 1 8 14
4. SLTP 1 2 2 5
5. SLTA 1 1 3 1 6
6. Akademi 1 1 2
7. Universitas 1 1 2

4.6. Data Kesehatan Masyarakat

4.6.1.Data Dasar Kependudukan Tahun 2015 Kelurahan Cilandak Timur


Tabel 4.4 Data Dasar Kependudukan Tahun 2015 Kelurahan Cilandak Timur Tingkat
Kelurahan
Jumlah
Jumlah Jiwa Dalam Persentase
Jumlah Pasangan Usia
No. Dusun/RW Keluarga PUS non-
RT Subur
KB
Laki-laki Perempuan KB Non-KB
1 001 15 1680 1686 433 177 29%
2 002 10 698 710 186 88 32.1%
3 003 9 1088 1037 313 42 11.9%
4 004 11 1382 1357 357 140 28.2%
5 005 15 1309 1237 394 109 21.7%
6 006 3 207 204 58 15 20.5%
7 007 5 752 790 244 80 24.7%

32
Tabel 4.5 Data Dasar Kependudukan RW 02 Tahun 2015 Kelurahan Cilandak Timur
Tingkat Rukun Warga
Jumlah Jiwa Dalam Jumlah Pasangan
Jumlah Kepala Keluarga
No. RT Keluarga Usia Subur
Yang ada Yang Didata Laki-laki Perempuan KB Non-KB
1 01 TERGUSUR
2 02 30 30 46 52 7 9
3 03 36 36 65 70 13 5
4 04 94 94 164 166 31 30
5 05 55 15 27 29 4 4
6 06 40 40 75 82 31 6
7 07 32 32 54 62 26 3
8 08 50 50 90 93 26 16
9 09 TERGUSUR
10 10 52 52 105 90 28 9
11 11 25 25 50 46 10 5
12 12 12 12 22 20 10 1

4.6.2 Data Wanita Usia Subur Yang Belum Menggunakan KB Di RT 04

Tabel 4.6 Data Wanita Usia Subur Yang Belum Menggunakan KB Di RT 04

No. Nama Usia (Tahun)


1 Ny. N 40
2 Ny. S 31
3 Ny. K 45
4 Ny. R 30
5 Ny. SU 32
6 Ny. PA 30
7 Ny. W 47
8 Ny. Y 50
9 Ny IF 40
10 Ny. M 53
11 Ny. E 38
12 Ny. T 38
13 Ny. YS 41

33
4.6.3. Gambaran Sikap dan Tingkat Pendidikan mengenai metode KB

a. Sebelum dilakukan konseling KB


Wanita Usia Subur (WUS) di RT 04 rata-rata memiliki pendidikan di atas
SMP, namun WUS yang belum bersikap baik terhadap program KB masih
cukup banyak, yaitu 13 orang atau 27,6% dari seluruh WUS yang ada di RT
04.

Tabel 4.7 Gambaran sikap dan tingkat pendidikan mengenai metode KB sebelum
konseling

Usia Tingkat
No. Nama Sikap
(Tahun) Pendidikan
1 Nurlaelah 40 SMA Menolak karena kurang informasi
2 Sukartini 31 SMK Menolak karena tidak diizinkan suami
3 Kamila 45 SMP Menolak karena usia sudah
premenopause
4 Riyana 30 SMA Menolak karena ingin punya anak lagi
5 Sutini 32 SMA Menolak karena kurang informasi
(hamil)
6 Puji Astuti 30 D3 Menolak karena kurang informasi
7 Wakijah 47 SMA Menolak karena abstinensia
8 Yayuk 50 SMA Menolak karena usia sudah
premenopause
9 Ida Farida 40 SMA Menolak karena tidak diizinkan suami
10 Manisah 53 SMA Menolak karena trauma efek samping
11 Endah 38 SMA Menolak karena kurang informasi
12 Tini 38 SMP Takut pasang IUD dan Suntik
13 Yestini 41 SMP Menolak karena kurang informasi

b) Sesudah dilakukan konseling KB


Setelah dilakukan konseling, jumlah WUS yang bersikap baik meningkat
menjadi 4 orang, atau 8,5% dari keseluruhan WUS yang semula menolak
KB.

34
Tabel 4.8 Gambaran sikap dan tingkat pendidikan mengenai metode KB sesudah
konseling

Usia Tingkat
No. Nama Sikap
(Tahun) Pendidikan
1 Nurlaelah 40 SMA Menolak karena tidak sempat
2 Sukartini 31 SMK Menolak karena tidak diizinkan suami
Menolak karena usia sudah
3 Kamila 45 SMP
premenopause
4 Riyana 30 SMA Menolak karena ingin punya anak lagi
Setuju untuk memasang Implan setelah
5 Sutini 32 SMA
kehamilan (per januari 2017)
6 Puji Astuti 30 D3 Menolak karena tidak sempat
7 Wakijah 47 SMA Menolak karena abstinensia
Menolak karena usia sudah
8 Yayuk 50 SMA
premenopause
9 Ida Farida 40 SMA Menolak karena tidak diizinkan suami
10 Manisah 53 SMA Menolak karena trauma efek samping
Setuju untuk suntik 3 bulan per
11 Endah 38 SMA
Desember 2016
Setuju untuk memasang IUD per
12 Tini 38 SMP
Januari 2017
Setuju untuk suntik 3 bulan per Januari
13 Yestini 41 SMP
2017

35
BAB V

DISKUSI

Miniproject dilakukan di rumah-rumah warga dengan wanita usia subur yang belum berKB
di RT 04/RW 02 Kelurahan Cilandak Timur. Pelaksanaan pengambilan data dan konseling dimulai
dari tanggal 21 Oktober 2016 hingga 29 November 2016.

5.1. Gambaran Data Kependudukan Tahun 2015 Kelurahan Cilandak Timur

Berdasarkan Data Kependudukan Tahun 2015 Kelurahan Cilandak Timur, dapat dilihat
Persentase tertinggi Pasangan Usia Subur yang tidak berKB tertinggi terdapat pada RW
02, 01, dan 04 (di atas 25%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Pasangan Usia
Subur di wilayah tersebut belum memiliki sikap yang baik terhadap program KB. Dari
yang penulis lihat, ketiga RW tersebut memiliki bentuk lingkungan yang kumuh dan padat
penduduk. Hal ini dapat disebabkan karena, tingkat pendidikan responden yang rendah,
kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan
oleh petugas kesehatan setempat atau adanya informasi yang simpang siur dari orang
sekitar.

5.2. Gambaran Sikap dan Tingkat Pendidikan WUS Mengenai KB

Berdasarkan data mengenai Gambaran Sikap dan Tingkat Pendidikan WUS Mengenai KB
di RT 04, dapat dilihat sebelum mendapat konseling, responden memiliki sikap yang tidak
baik terhadap KB disertai alasannya. Alasan terbanyak adalah kurang informasi sebanyak
5 orang (30,4%), tidak diperbolehkan suami sebanyak 2 orang (15,3%), Takut IUD/suntik
sebanyak 2 orang (15,3%), Usia Premenopause sebanyak 2 orang (15,3%), Abstinensia
sebanyak 1 orang (7,6%), dan masih ingin punya anak sebanyak 1 orang (7,6%). Dapat
dilihat dari data tersebut, penyebab terbanyak WUS di RT 04 adalah kurang informasi. Hal
ini dapat disebabkan oleh karena kurangnya keaktifan WUS untuk mengikuti penyuluhan
yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat. Selain itu, penyebab lainnya adalah tidak
diperbolehkan suami dan takut IUD.

36
Dilihat dari tingkat pendidikan, responden rata-rata memiliki pendidikan SMA.
Seharusnya dari tingkat pendidikan responden, bukanlah hal yang sulit bagi responden
untuk memroses informasi-informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan setempat.
Kendala terbanyak yang penulis dapatkan saat pengambilan data dan konseling
adalah adanya informasi yang simpang siur di warga yang biasanya didapatkan dari cerita
teman atau tetangga.

37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Simpulan
a) Wanita usia subur yang memiliki sikap baik terhadap Program KB setelah konseling
meningkat sebanyak 4 orang atau 8,5% dari seluruh WUS yang belum bersikap baik
terhadap program KB.
b) Hubungan antara sikap dan tingkat pendidikan WUS di RT 04 terhadap Program KB tidak
terbukti mempunyai hubungan signifikan. Karena sebagian besar dari WUS yang belum
bersikap baik terhadap Program KB memiliki tingkat pendidikan diatas SMA. Tetapi,
penyebab terbanyak WUS bersikap kurang baik terhadap Program KB adalah kurang
informasi, yaitu sebanyak 5 orang atau 30,4% dari keseluruhan sampel.

6.2.Saran
6.2.1. Untuk Masyarakat
1) Diharapkan masyarakat dapat lebih aktif lagi dalam mengumpulkan informasi
mengenai KB, seperti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat.
2) Melakukan cross check dengan petugas kesehatan mengenai keraguan, ataupun
informasi yang simpang siur mengenai KB. Jangan hanya mengandalkan informasi
dari mulut ke mulut.

6.2.2. Untuk Puskesmas


1) Diharapkan untuk melakukan penyuluhan rutin mengenai KB
2) Melakukan penilaian mengenai efektifitas penyuluhan yang telah dilakukan

6.2.3. Untuk Peneliti Selanjutnya


Melakukan sosialisasi yang lebih terencana atau memilih metode yang lebih baik untuk
meningkatkan sikap dan pengetahuan terhadap informasi program KB.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Keluarga Berencana. Dalam: Saifuddin AB, Affandi B,
dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 40 – 71.
2. Albar E. Kontrasepsi tanpa menggunakan Alat. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, dan
Rachimhadhi T, eds. Ilmu kandungan Edisi 2 Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo FK UI; 2010. h. 535-539.
3. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Metode Barier. Dalam: Saifuddin AB, Affandi B, dan
Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 16 – 26
4. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Kontrasepsi Kombinasi. Dalam: Saifuddin AB, Affandi
B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 27 – 39.
5. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Kontrasepsi Progestin. Dalam: Saifuddin AB, Affandi
B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 40 – 71.
6. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Dalam: Saifuddin AB,
Affandi B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 72 – 77.
7. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Kontrasepsi Mantap. Dalam: Saifuddin AB, Affandi B,
dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 78 – 85.

39
LAMPIRAN

KUNJUNGAN KE RUMAH WARGA RT 04/RW 02

40
PERAGA ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI

41
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :
Usia :
Alamat :

Menyatakan :
 Menolak untuk menggunakan KB metode apapun dengan alasan …………………………

 Menolak untuk berpindah KB metode ………….. ke KB metode…………………………..


Dengan alasan …………………………………………………...........................................

 Bersedia untuk menggunakan KB metode………………………………………………….


Periode pemasangan………………………………………………………………………...

 Bersedia untuk berpindah KB metode………….. ke KB metode………………………….


Periode pemasangan………………………………………………………………………...

Demikian pernyataan ini saya buat untuk pendataan sosialisasi KB dalam miniproject dokter
Internship Puskesmas Cilandak Timur.

Jakarta,…………………………2016

(…………………………………..)

42
FORM KONSELING KELUARGA BERENCANA

Nama

Umur

Agama

Pendidikan
Jl. ………………………………………………………..
Alamat
RT/RW
No. Telp

Nama Suami

Umur Suami

No. Telp Suami

Riw. Kehamilan P… A… Jumlah Anak Hidup …


Usia Anak
Termuda
Riw. KB
Tekanan Darah:
Keputihan:
Faktor Resiko
Kolestrol:
Kencing Manis:

Surat Rujukan Ya/Tidak

KB yang Diminati

Tanggal Pelaksanaan

Alasan Menolak

43
44
45
46
47
48
49
50
51

You might also like