You are on page 1of 26

PRESENTASI KASUS

SEORANG PEREMPUAN 22 TAHUN DENGAN OD


BLEFARITIS ANTERIOR SEBOROIK

DISUSUN OLEH :

Kevin Deva Candra Negara G99162128


Yosefina Sonia C K G99172161
Nuzula Chafidh Al Barqi G99162130
Gita Puspaningrum G99162120

PEMBIMBING :

dr. Retno Widiati, Sp. M.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan
dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel - sel darah putih dan zat kimia yang
diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat - zat asing, cedera, atau infeksi.
Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat
pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya
dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3

2
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya
blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul
adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3

3
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Nn. JLP
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Wanea, Manado
Tanggal periksa : 30 Oktober 2018
No. RM : 0134xxxx
Cara Pembayaran : BPJS

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Kelopak mata kanan bengkak sejak kurang lebih 1 hari SMRS

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Mata RS Dr Moewardi dengan keluhan kelopak
mata kanan bengkak sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien mengeluhkan mata terasa kanan mengganjal dan sakit saat
mengedipkan mata. Pasien mengeluhkan mata merah, pandangan kabur,
cekot-cekot, dan gatal pada mata kanan yang dirasakan hilang timbul.
Pasien terkadang mengeluhkan sisik halus pada tepi kelopak dan bulu mata
sehingga bulu mata sering rontok. Pada pagi hari mata terasa lengket
disertai banyak kotoran putih kekuningan di tepi kelopak mata. Pasien
menyangkal keluhan benjolan pada kelopak mata, mata berair, pandangan
silau, pandangan dobel, blobok, nyeri, dan silau pada kedua mata.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat sakit serupa : disangkal

4
 Riwayat alergi makanan : telur dan ayam
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
 Riwayat konsumsi obat : disangkal
 Riwayat operasi mata : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat alergi makanan : disangkal

E. Kesimpulan
Anamnesis
OD OS
Proses Inflamasi -
Lokalisasi Kelopak mata -
Sebab Bakterial -
Perjalanan Akut -
Komplikasi Trichiasis, Kalazion -

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukup
T = 120/80 mmHg N = 80x/menit RR = 18x/menit S= 36,50C

B. Pemeriksaan subyektif OD OS
Visus sentralis jauh >3/60 >3/60
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Refraksi tidak dilakukan tidak dilakukan

5
Visus Perifer
Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan
Proyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukan
Persepsi Warna
Merah tidak dilakukan tidak dilakukan
Hijau tidak dilakukan tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Pseudostrabismus tidak ada tidak ada
Exophtalmus tidak ada tidak ada
Enophtalmus tidak ada tidak ada
Anopthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophtalmus tidak ada tidak ada
Makrophtalmus tidak ada tidak ada
Ptosis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada
Buftalmus tidak ada tidak ada

6
Megalokornea tidak ada tidak ada
Mikrokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal superior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal inferior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal superior dalam batas normal dalam batas normal
Nasal inferior dalam batas normal dalam batas normal
6. Kelopak Mata
Gerakan dalam batas normal dalam batas normal
Edema ada tidak ada
Hiperemis ada tidak ada
Tepi kelopak mata
Edema ada tidak ada
Hiperemis ada di temporal superior tidak ada
Entropion tidak ada tidak ada
Ekstropion tidak ada tidak ada
7. Sekitar saccus lakrimalis
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi kesan normal kesan normal
Tonometer Schiotz tidak dilakukan tidak dilakukan
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada

7
Sikatrik tidak ada tidak ada
Papil tidak ada tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
Papil tidak ada tidak ada
Konjungtiva Fornix
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Pterigium tidak ada tidak ada
Edema tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Injeksi konjungtiva tidak ada tidak ada
Injeksi siliar tidak ada tidak ada
Caruncula dan Plika Semilunaris
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
11. Sklera
Warna tidak ada tidak ada
Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus hiperemis (-) hiperemis (-)
Permukaan rata, mengkilat rata, mengkilat
Sensibilitas normal normal

8
Keratoskop (Placido) tidak dilakukan tidak dilakukan
Fluoresin Test tidak dilakukan tidak dilakukan
Arcus senilis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Isi jernih jernih
Kedalaman dalam dalam
14. Iris
Warna coklat coklat
Bentuk bulat bulat
Kripte positif positif
15. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm
Bentuk bulat bulat
Tempat sentral sentral
Reflek direk (+) (+)
Reflek indirek (+) (+)
Reflek konvergensi baik baik
16. Lensa
Ada/tidak ada ada
Kejernihan jernih jernih
Letak sentral sentral
Shadow test tidak dilakukan tidak dilakukan
17. Corpus vitreum
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD OS
Visus Sentralis Jauh >3/60 >3/60
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam dalam batas normal dalam batas normal

9
orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata Hiperemis, edema dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan Intra Okuler kesan normal kesan normal
Konjungtiva palpebra Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva forniks Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva bulbi Dalam batas normal Dalam batas normal
Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal
Kornea dalam batas normal dalam batas normal
Camera oculi anterior dalam batas normal dalam batas normal
Iris dalam batas normal dalam batas normal
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa dalam batas normal dalam batas normal
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

VII. GAMBAR

10
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Blefaritis anterior seboroik
2. Blefaritis anterior stafilokokus
3. Hordeolum

IX. DIAGNOSIS
OD blefaritis anterior seboroik

X. TERAPI
Medikamentosa :
 Kloramfenikol salep mata 1% tiap 1-3 jam OD
 Cendo Lyteers Eye Drops 15 ml 1 tetes tiap 6 jam OD untuk mata
kering
Non Medikamentosa :
Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada pasien agar :
 Jangan mengucek mata

11
 Menjaga kebersihan mata dengan mengompres kelopak mata
dengan air hangat 5-10 menit
 Hindari paparan debu terutama saat berkendara
 Melepas lensa kontak hingga keluhan hilang

XI. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam bonam bonam
Ad fungsionam bonam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Blefaritis adalah suatu peradangan pada kelopak mata yang ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar dekat kelopak mata, yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif,
dan bahan kosmetik. Blefaritis akibat infeksi dapat disebabkan kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas.1

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya blefaritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Blefaritis Ulseratif yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus
aureus (stafilikokus epidermis).
2. Blefaritis Non-Ulseratif yang biasanya disebabkan karena alergi,
kelainan metabolisme dan jamur pitirusponem ovale.2

C. Epidemiologi

Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit
(sekitar 2-5% berasal dari konsultasi pasien yang punya kaitan dengan penyakit
mata). Insidensi blefaritis menurut WHO yaitu, blefaritis staphylococcal sering
terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan biasanya disertai dengan mata
kering pada 50% kasus, blefaritis seboroik umumnya terjadi pada pria dan wanita
pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan
pada blefaritis meibom juga umum terjadi pada pria dan wanita pada usia rata-rata
50 tahun, dan disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.2

13
D. Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang
tipis, sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar
dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar
Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar
Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra. Sedangkan otot yang
terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator Palpebra.
Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh
cabang ke II n. V.1

Gambar 1.1 Anatomi palpebra

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:


1. Kelenjar :
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut
dan juga menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar
ini menghasilkan sebum (minyak).

14
2. Otot-otot Palpebra:
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di
bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas
dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.1
3. Di dalam kelopak mata terdapat :
a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau
kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra
b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah)
d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae
e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal
N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).1

E. Patofisiologi

Blefaritis anterior mengenai bagian depan kelopak mata termasuk bulu mata.
Baik akut maupun kronis berhubungan dengan bakteri dan inflamasi. Tiga
mekanisme yang memungkinkan pada anterior blefaritis adalah 1). Infeksi bakteri
langsung di kelopak mata, 2) reaksi toksin bakteri pathogen atau bakteri
komensal, 3) reaksi hipersensitifitas yang dimediasi sel terhadap antigen bakteri.
Bakteri yang biasa ditemukan stafilokokus aureus, stafilokokus koagulasi
negative, propionibacterium acnes, stafilococcus epidermidis, dan bakteri

15
kornineform. Mekanis ini menyebabkan munculnya skuama, krusta, dan eritema
di margin kelopak mata dengan pembentukkan kolaret pada dasar silia. Inflamasi
kronis dengan episode eksaserbasi akut menyebabkan blefaritis ulseratif.
Madarosis dan trikiasis dapat muncul. Erosi puntum epitel, neovaskularisasi, dan
infiltrat marginal, karena keikutsertaan kornea, dapat terjadi.
Blefaritis posterior berkaitan dengan disfungis kelenjar meibom. Fungsi utama
sekresi minyak meibom adalah untuk mencegah penguapan air dari permukaan
mata. Disfungsi kelenjar meibom berhubungan inflamasi di margin kelopak mata,
perubahan anatomi di kelenjar, dan distorsi meibom.
Meibom terdiri dari ester, kolesterol, ester kolesterol, dan fosfolipid. Meibom
pada beberapa orang mengandung kolesterol ester yang tinggi dan ester di asam
lemak jenuh. Pertumbuhan bakteri seperti s. aureus distimulasi oleh kolesterol
kadar tinggi. Jadi orang dengan kadar kolesterol tinggi di meibumnya menyimpan
jumlah stafilokokus di margin kelopak matanya lebih banyak. Esterase dan lipase
yang diproduksi bakteri komensal di kelopak mata menyebabkan pelepasan asam
lemak dan monogliserida dan digliserida kedalam film air mata sehingga
terbentuk subtansi sabun yakni meibomian foam. Meibomian foam inilah yang
merupakan sumber iritasi mata, instabilitas film air mata, dan inflamasi.
Faktor utama pada patofisiolofi blefaritis posterior adalah penebalan komposisi
lemak dari meibom. Ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya
populasi bakteri tertentu misalnya stafilokokus dan bakteri enzim lipase.
Ketidakseimbangan hormone seperti defisiensi androgen, menopause, penuaan,
dan peenyakit autoimun tertentu seperti sindrom Sjogren bisa menyebabkan
perubahan profil lipid pada sekresi kelenjar meibom. Diet tinggi omega 6
mendukung munculnya inflamasi dan perubahan sekresi kelenjar meibom.
Perubahan sekresi kelenjar meibom berakibat penebalan lemak meibom. Ini
yang akan menyebabkan sumbatan kelenjar dan stagnansi yang akan berdampak
pada obstruksi kelenjar meibom sehingga terjadi penurunan meibum di
permukaan mata. Penurunan meibum akan menghasilkan unstabilitas film air
mata dan mata kering. Mekanisme patologis blefaritis posterior menyebabkan rasa
terbakar, iritasi, krusta, kemerahan, terasa mengganjal, kalazia, berair, injeksi
konjungtiva bulbi, hipertrofi papilla konjungtiva, perubahan sekresi kelenjar

16
meibom, obstruksi kelenjar meibom, defisiensi air mata, dan kelebihan sekresi
lipid.3

F. Klasifikasi

Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :


1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat
melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan
seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan
Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus
epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(non-
ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
2. Blefaritis posterior: mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak
mata yang lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah
kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan
blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala
(dermatitis seboreik).4

G. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang sering dikeluhkan pasien dengan blefaritis:


1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk
skuama dan krusta atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi
pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
4. Bisa terbentuk krusta yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika krusta
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.
5. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak
mata sukar dibuka.

17
Tanda yang didapatkan pada pasien dengan blefaritis:
1. Saponifikasi air mata: bakteri lipase di kelenjar meibom memecah
trigliserida menjadi monogliserida dan digliserida, yang merupakan
proinflamasi. Dengan memecah meibom, bakteri lipase uga memproduksi
tanda blefaritis yaitu saponifikasi film air mata yang biasa terletak di
margin kelopak mata bawah.
2. Trikiasis, madarosis, dan tilosis.
3. Sekresi abnormal kelenjar meibom.
4. Tear film break up time, merupakan tes indirek untuk mengukur fungsi
kelenjar meibom. Penurunan TBUT pada pasien dengan gejala instabilitias
film air mata menetap mengindikasikan perlunya tatalaksana untuk
blefaritis.3

G. Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan kelopak


mata. Pada anamnesis didapatkan pasien merasakan ketidaknyamanan pada mata.
Pertanyaan mengenai kapan mata pasien terasa paling tidak nyaman perlu
ditanyakan. Apabila pada pagi hari, biasanya diikuti dengan gejala mata merah,
ada krusta, gatal, dan bengkaknya kelopak mata, penyebab terseringnya adalah
blefaritis. Jika pasien merasa pada malam hari, biasanya akan didiagnosis
blefaritis dengan sindrom mata kering. Riwayat penggunaan lensa kontak juga
menyebabkan gejala mata kering. Riwayat infeksi mata, kalazion, dan operasi
perlu ditanyakan juga. Penyakit sistemik seperti diabetes juga menyebabkan mata
kering. Penyakit lain seperti hipertensi, ketombe kulit kepala, dermatitis seboroik
dan rosasea, penyakit autominun seperti SLE, rheumatoid artritis, penyakit tirois,
sarkaidosis, sjorgen, dan psoriasis juga dapat menyebabkan blefaritis. Penggunaan
obat-obatan dapat menyebabkan sindrom mata kering seperti obat anti hipertensi
seperti beta blocker dan diuretic, anti alergi seperti antihistamin dan dekongestan,
hormonal anti kontrasepsi yang biasa digunakan pada wanita post menopause,
obat ulkus gastritis seperti zantac dan nexium, obat inkontinensia, obat
antidepresan san antipsikotik, obat anti nyeri seperti ibuprofen, obat-obatan kulit
biasanya Accutane, dan kemoterapi. Riwayat alergi juga diperlukan untuk

18
mendukung diagnosis. Riwayat kebiasaan seperti konsumsi alcohol, merokok,
pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan juga berhubungan dengan blefaritis.
Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan penebalan kelopak mata,
neovaskularisasi, madarosis, trikiasis, tilosis, atau beberapa abnormalitas bulu
mata lain, kolaret di sekitar bulu mata, dan saponifikasi tear film. Temuan berupa
ketombe silindris sekitar bulu mata berhubungan dengan tungau demodex yang
terkait dengan blefaritis. Pemeriksaan korne, konjungtiva bulbar dan tarsal untuk
menilai scarring, inflamasi, atau infeksi.
Manuver lainnya adalah memeriksa TBUT yang kurang dari 10 detik
mengindikasikan abnormalitas dam memeriksa kelenjar meibum. Apabila banyak
cairan keluar ketika ditekan pada kelopak mata bawah atau tidak ada yang keluar
sama sekali mengindikasikan kelainan pada kelenjar meibom.4

H. Penatalaksanaan

Blefaritis yang tidak dikenali dan tidak diobati dapat menyebabkan perburukan
tanda dan gejala seperti disrupsi preokular film air mata, rasa tidak nyaman,
perubahan fungsi visual, dan menurunkan kualitas hidup pasien. Tatalaksana dini
dan efektif dapat meningkatkan prognosis dan mencegah komplikasi.
1. Kompres dengan air hangat selama 5 menit di kelopak mata. Ini dapat
meningkatkan produksi minyak dan menstimulasi minyak di kelenjar
meibom. Belum ada tatalaksana yang baku menganai cara mengompres
dengan air hangat.
2. Scrub kelopak mata. Ini merupakan tatalaksana untuk blefaritis anterior
dan biasanya bertujuan untuk mengehilangkan debris, bakteri, toksi
bakteri, dan minyak di kelopak mata. Produk yang biasa dianjurkan adaah
sampo bayi. Produk lain juga tersedia dalam bentuk foam, gel, pre-
moistened pads seperti OCuSOFT Eyelid Cleanser dan SteriLid Eye
Cleanser.
3. Pijat lembut pada glandula kelopak mata agar minyak mengalir dari
glandula meibom.
4. Artificial lubricant bisa berupa gel, ointment atau larutan.

19
5. Antibiotik topikal bisa berupa tetes dan salep. Biasa digunakan azitromicin
satu tetes sebelum tidur selama satu minggu, basitracin ophthalmic
ointment dioleskan di kelopak mata sekali atau lebih pada beberapa hari,
dan eritromicin ophthalmic ointment dioleskan di kelopak mata sekala atau
lebih pada beberapa hari.
6. Kortikosteroid topikal berupa larutan, gel, atau salep. Penggunaan
kortikosteroid berkaitan dengan peningkatan tekanan intra ocular baik
pemakaian tunggal maupun kombinasi. Oleh karena itu perlu pengawasan
pada pemberian kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid dianjurkan
kurang dari 14 hari. Lotemax (loteprednol etabonate 0,5%) setetes sekali
atau lebih dalam sehari. Prednisolone acetat 1% setetes atau lebih dalam
sehari.
7. Kombinasi kortikosteroid dan antibiotik topikal dalam bentuk larutan atau
salep. Kombinasi tobramycin / dexamethasone atau tobramycin /
loteprenol diberikan pada blefarokonjungtivitis atau hordeolum. TobraDex
ST ophthalmic suspension mempunyai kadar kortikosteroid lebih rendah
hingga 0,05% dan telah ditambahkan xanthan gum untuk retensi tinggi di
permukaan bola mata, biasanya satu tetes 4 kali sehari dalam kurang dari
14 hari. Zylet (tobramycin/ loteprenol) ophthalmic suspension,
Loteprednol hanya sedikit meningkatkan tekanan intra ocular daripada
kortikosteroid lain, dan penggunaannya 1 tetes empat kali sehari selama
kurang dari 14 hari. Tobradex ophthalmic ointment dioleskan pada
kelopak sekali atau lebih selama kurang dari 14 hari.
8. Restasis (siklosporin A, alergan Inc)
9. Meibomian gland expression
10. Antibiotik oral untuk blefaritis posterior. Pada pasien dengan pemberian
antibiotik oral biasanya dapat menyebabkan fotosensitif. Jadi pasien
diharapkan untuk menghindari paparan sinar mata hari berlebihan. Muntah
dan diare merupakan efek samping dari antibiotik oral. Tetrasiklin dapat
diberikan kecuali pada anak kurang dari 12 tahun dan ibu hamil.
Eritromisin dapat diberikan apabila ada kontraindikasi tetrasiklin.

20
11. Gaya hidup dan nutrisi. Hentikan penggunaan rokok. Diet kaya asam
lemak omega-3 dapat meningkatkan perbaikan pada mata kering dan
penyakit glandula meibom. Asam lemak omega-3 ditemukan pada ikan.
12. Suplemen gizi. Beberapa penelitian menganjurkan suplemen oral seperti
asam lemak omega-3 dan flax seed oil.
13. Anjuran untuk lingkungan. Jaga kelembaban, hindari kipas angin,
pengaturan computer di tempat kerja, dan latihan berkedip disadari untuk
menghindari mata kering.4

I. Prognosis

Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan terapi.5

J. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa
kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat
bantu lain seperti kacamata sampai gejala blefaritis hilang.
1. Sindrom mata kering
Sindrom mata kering adalah komplikasi yang paling sering terjadi
pada blefaritis. Syndrome mata kering (keratokonjungtivis sica) adalah
kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata yang cukup,
atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Sindrom ini dapat terjadi karena
dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea,
namun dapat juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada
yang mengganjal di dalam mata dengan penglihatan yang buram. Semua
gejala tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan obat tetes mata
yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air mata.
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada
bakteri didalam kelopak mata. Kondisi ini menyebabkan efek buruk pada

21
penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah dua atau
tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata
disarankan untuk mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi
berulang. Akan tetapi, pada beberapa kasus masih didapatkan bahwa
penggunaan antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi
dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa
pengobatan apapun.
3. Kista meibom
Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa
terjadi ketika salah satu kelenjar meibom meradang da menyebabkan
blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit, kecuali jika disertai dengan
infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk
kista bisa membuat kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang
dengan sendirinya. Jika kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan
bedah sederhana dengan anastesi lokal.
4. Bintil pada kelopak mata
Bintil pada kelopak mata ini merupakan benjolan yang nyeri yang
terbentuk di luar kelopak mata. Ini disebabkan karena infeksi bakteri pada
folikel bulu mata ( yang berlokasi di dasar bulu mata). Pada kasus ringan
bisa disembuhkan dengan kompres hangat pada daerah sekitar bintil.
Namun, pada kasus yang berat perlu diberikan antibiotik salep dan tablet.6

22
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar
didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe
di kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari
segala usia. Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya
tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata
yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan
sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul
pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur.2
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi.
Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus
cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering
merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang
mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut
dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode
blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan
yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.13

23
B. SARAN
Pada pasien dengan blefaritis seboroik biasanya sering merupakan kondisi
kronis disarankan untuk selalu menjaga kebersihan terutama pada daerah
mata. Selain diberikan salep dan tetes mata, pasien juga bisa mengompres
matanya dengan air hangat.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S (2010). Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Universitas Indonesia


2. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman R, Simarwata M, Widodo PS
(eds). 2010. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Jakarta: Sagung Seto
3. Lindstrom RL (2010). Blepharitis Update on Research and Management.
Massachusetts: A CME Monograph.
4. Rodriguez RL (2012). Blepharitis Disease and Its Management. American
Optometric Association, Paraoptometric Section
5. Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media
Aesculapius, Jakarta
6. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000.
7. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.
17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
8. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at :
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed September 30, 2014.
9. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014.
10. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell
publishing, Australia: 2013; page 52-4.
11. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic
Surgery. Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed
Oktober 01, 2014.
12. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-
80.
13. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004.

25
14. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed Oktober 02, 2014.
15. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed Oktober 02, 2014.
16. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British
Medicine Journal. Last updated: July 26, 2013.
17. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth
Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.
18. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
19. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at
: http://emedicine.medscape.com/article. Accessed Oktober 01, 2014.

26

You might also like