Professional Documents
Culture Documents
COMBUSTIO
1
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2
Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun
dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
3. Etiologi
a. Listrik : voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
b. Thermal : api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur,
sinar ultraviolet (luka bakar karena sinar panas
matahari).
c. Chemical : organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
d. Inhalasi : saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan
CO.
4
tubuh. Akibat adanya rangsangan tersebut maka terjadi kehilangan barier
kulit sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan, dan berlanjut
kerusakan termogulasi. Kehilangan barier kulit ini juga menimbulkan
respon inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan makrofag, karena
makrofag ini adalah berperan untuk pertahanan yang penting yang
mencakup fagositosis serta respon imun maka terjadi reaksi antigen-
antibody, lalu dari reaksi tersebut terjadi pelepasan tromboplastin dan
fibrinogen sehingga terjadi tromus, iskemia dan nekrosis. Segera setelah
cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan hidrostatik kapiler
pada jaringan yang cedera, disertai peningkatan permeabilitas kapiler, hal
ini mengakibatkan perpindahan cairan plasma intravaskular menembus
kapiler yang rusak karena panas dalam daerah interstisial
(mengakibatkan edema).
Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan
tekanan osmotik koloid pada kompartemen vaskular kemudian kebocoran
cairan dan elektrolit, kemudian berlanjut pembentukan edema tambahan
pada jaringan yang terbakar dan ke seluruh tubuh.
Kebocoran ini yang terdiri atas natrium, air dan protein plasma diikuti
penurunan curah jantung, maka terjadilah penurunan perfusi pada organ
besar seperti aliran darah ke ginjal menurun yang akhirnya menyebabkan
asidosis metabolik, aliran darah gastrointestinal menurun akibatnya resiko
ileus, begitu pula aliran darah tidak lancar yang jika tidak segera diatasi
menyebabkan nekrosis.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan
pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan kotekolamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
5
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi
ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24
jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka
bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.
Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat
kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai
akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah
pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila
aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan
mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler
dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar beresiko tinggi untuk
mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme
6
sumber :
7
5. Manifestasi Klinik
a. Derajat 1 : Memerah, menjadi putih jika ditekan, tanpa edema,
kesemutan, rasa nyeri reda jika kedinginan,
hiperestesia.
b. Derajat 2 : Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, permukaan
luka basah, edema, nyeri, supersensitifitas (sensitif
terhadap udara dingin).
c. Derajat 3 : Kering, luka berwarna putih, edema, syok, hemature,
tak terasa nyeri.
d. Derajat 4 : Pengelupasan kulit, kering, tidak menimbulkan nyeri.
6. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
b. Pemberian analgetik
c. Pemberian antibiotic
d. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
e. Bedrest
f. Debridement
g. Meningkatkan nutrisi.
7. Pemeriksaan Penunjang
8
saluran pernafasan atas.
h. Skan paru : Menentukan luasnya cedera inhalasi.
i. EKG : Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi
pada luka bakar listrik.
j. Fotografi luka bakar :Memberikan catatan untuk menyembuhkan
luka bakar selanjutnya.
8. Komplikasi
a. Gagal respirasi yang akut
Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-
tanda cedera instalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridor
(pernafasan berbunyi). Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau
perubahan mental yang disebabkan oleh hipoksia
b. Syok sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok
hipovolemik atau kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder
akibat resusitasi cairan yang paling sering dijumpai adalah
kekurangan cairan yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi
(atau syok distribusi).
c. Gagal ginjal
Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi
yang tidak adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
d. Sindrom kompartemen
Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti,
khususnya jika luka bakar tersebut melingkar (sekumfenensial).
Pengkajian ini akan membantu kita untuk mendeteksi gangguan
sirkulasi akibat peningkatan edema karena konstriksi yang
disebabkan oleh pembentukan esker pada luka bakar derajat tiga.
e. Ileus paralitik
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode
awal pasca luka bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung,
meteorasmus) merupakan gejala yang ditemukan.
9
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Pengetahuan pasien terhadap luka bakar
2) Penyebab luka bakar sekarang ini
3) Bagaimana kejadiannya
4) Apa yang dilakukan
5) Lamanya kontak dan lokasinya
6) Luas dan keadaan luka bakar
7) Ada pendarahan pada daerah luka bakar.
b) Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah
2) Demam
3) Frekuensi pemberian makan dan minum dalam sehari
c) Pola eliminasi
1) Pengeluaran urine, jumlah dan warna
2) Diuresis
d) Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan fisik, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
2) Penurunan kekuatan otot
3) Sesak nafas
e) Pola tidur dan istirahat
1) Gangguan pola tidur dan istirahat akibat adanya nyeri
f) Pola persepsi kognitif
1) Penggunaan alat bantu
2) Gangguan proses berpikir
3) Nyeri pada daerah luka, nyeri hilang timbul
4) Gangguan pengenalan terhadap rasa posisi, sikap tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema
dan efek inhalasi asap.
2) Nyeri berhubungan dengan luka bakar.
10
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.
4) Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan.
5) Hipotermi berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan
luka terbuka.
6) Cemas berhubungan dengan ketakutan dan dampak dari luka
bakar.
b) Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemulihan
kembali integritas kapiler.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan nutrisi bagi kesembuhan luka.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar,
rasa nyeri.
3. Perencanaan Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema
dan efek inhalasi asap.
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
11
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor yang Berhubungan:
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-
POK, infeksi
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya
eksudat di alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
NOC : NIC :
Respiratory status : Airway suction
Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
Respiratory status : Airway tracheal suctioning
patency Auskultasi suara nafas
Aspiration Control sebelum dan sesudah
suctioning.
Kriteria Hasil : Informasikan pada klien dan
Mendemonstrasikan batuk keluarga tentang suctioning
efektif dan suara nafas yang Minta klien nafas dalam
bersih, tidak ada sianosis dan sebelum suction dilakukan.
dyspneu (mampu Berikan O2 dengan
mengeluarkan sputum, menggunakan nasal untuk
mampu bernafas dengan memfasilitasi suksion
mudah, tidak ada pursed lips) nasotrakeal
Menunjukkan jalan nafas Gunakan alat yang steril
yang paten (klien tidak sitiap melakukan tindakan
merasa tercekik, irama nafas, Anjurkan pasien untuk
frekuensi pernafasan dalam istirahat dan napas dalam
rentang normal, tidak ada setelah kateter dikeluarkan
suara nafas abnormal) dari nasotrakeal
Mampu mengidentifikasikan Monitor status oksigen
dan mencegah factor yang pasien
dapat menghambat jalan Ajarkan keluarga bagaimana
nafas cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
12
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
13
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang Berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
14
Tanda vital dalam rentang Bantu pasien dan keluarga
normal untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
15
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
16
d) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan.
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan
dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik:
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit/lidah
Membran mukosa/kulit kering
Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine meningkat
Temperatur tubuh meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor yang Berhubungan :
Kehilangan volume cairan secara aktif
Kegagalan mekanisme pengaturan
17
lembab, tidak ada rasa haus Monitor masukan makanan /
yang berlebihan cairan dan hitung intake
kalori harian
Kolaborasi pemberian cairan
IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
18
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
19
f) Cemas berhubungan dengan ketakutan dan dampak dari luka bakar
Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya.
Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang
akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Batasan Karakteristik:
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
Faktor yang Berhubungan :
20
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
21
Faktor yang Berhubungan :
22
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
23
Kehilangan BB dengan makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
Kurang berminat terhadap makanan
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor yang Berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
24
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
25
i) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar,
rasa nyeri.
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik
tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
Batasan Karakteristik:
Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin
harian
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik halus
Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)
Perubahan gaya berjalan (Misal : penurunan kecepatan berjalan,
kesulitan memulai jalan, langkah sempit, kaki diseret, goyangan
yang berlebihan pada posisi lateral)
Penurunan waktu reaksi
Bergerak menyebabkan nafas menjadi pendek
Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian
untuk aktivitas lain, mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan
ketidakmampuan aktivitas)
Pergerakan yang lambat
Bergerak menyebabkan tremor
Faktor yang Berhubungan :
Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan
usia
Kerusakan persepsi sensori
Tidak nyaman, nyeri
Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
26
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
Depresi mood atau cemas
Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
27