Professional Documents
Culture Documents
Ring of fire
Pada tahun 1960-an para ahli mengemukakan sebuah teori yang dinamakan
“lempeng tektonik” yang menjelaskan tentang lokasi gunung berapi dan gejala-gejala
geologi.
Menurut teori tersebut, permukaan bumi terbentuk dari rangkaian lempeng-lempeng
tektonik dengan ketebalan lebih kurang 80 km, dimana lempeng-lempeng tersebut
bergerak, berubah posisi dan ukuran dengan kecepatan 1-10 cm per tahun atau bisa
disamakan dengan pertumbuhan kuku jari manusia.
Di bawah laut terus menerus terjadi pembentukan kerak bumi akibat lava yang keluar
dari gunung berapi bawah laut yang langsung bertemu dengan air laut sehingga
mengeras.
Maka untuk memberi ruang pada dasar laut yang baru jadi tadi semua lempeng bumi
bergerak, dan saat mereka bergerak terjadilah aktifitas geologi pada tepian lempeng
tersebut.
Ketika lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga kemungkinan :
lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan ruang untuk dasar laut
yang baru.
lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng terdesak kebawah
dari lempeng yang lain.
tepian lempeng meluncur tanpa pergesekan yang berarti.
Ring of Fire terbentuk akibat pergesekan lempeng tektonik seperti terlihat pada gambar di
bawah.
Di sisi timur Cincin Api terbentuk akibat lempeng Nazca dan lempeng Cocos
bertumbukan mendorong lempeng Amerika Selatan ke arah barat. Lempeng Pasifik dan
lempeng kecil Juan de Fuca terdorong ke bawah lempeng Amerika Utara. Sepanjang sisi
utara lempeng Pasifik bergerak kearah barat laut terdorong kebawah busur vulkanik Pulau
Aleutian. Dibagian barat lempeng Pasifik terdorong sepanjang Semenanjung Kamchatka-
Kurile diselatan Jepang. Di bagian selatan Lempeng Pasifik bertumbukan dengan banyak
lempeng-lempeng kecil, yang terbentang dari Kepulauan Mariana, Philipina, Bougenville,
Tonga sampai Selandia Baru.
Indonesia terltak diantara Cincin Api dan Sabuk Alpide yang membentang dari Nusa
Tenggara, Bali, Jawa, Sumatra, terus ke Himalaya, Mediterania dan berujung di Samudra
Atlantik. Inilah sebabnya di Indonesia banyak gunung berapi aktif dan banyak terjadi
gempa seperti yang baru-baru ini terjadi di Sumatra Barat. Gunung-gunung berapi di
Indonesia termasuk yang paling aktif dalam jajaran gunung berapi pada Ring of Fire.
Gunung berapi di Indonesia terbentuk dalam zona subduksi lempeng Eurasia dan lempeng
Indo-Australia.
Ring Of Fire, apakah berhubungan dengan banyaknya kejadian bencana di Indonesia?
Ring of Fire (Cincin Api) adalah zona dimana terdapat banyak aktifitas seismik yang
terdiri dari busur vulkanik dan parit-parit (palung) di dasar laut. Cincin Api memiliki
panjang lebih dari 40000 km memanjang dari barat daya Amerika Selatan dibagian timur
hingga ke sebelah tenggara benua Australia di sebelah barat. Pada zona yang disebut
Cincin Api inilah banyak terjadi gempa dan letusan gunung berapi. Sekitar 90% dari gempa
bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin
Api ini.
Antar lempeng tersebut berubah posisi dan ukuran dengan kecepatan 1-10 cm per
tahun, jika terjadi desakan antar lempeng secara horizontal, maka terjadi gempa bumi,
namun apabila terjadi desakan antar lempeng secara vertikal maka akan terjadi letusan
gunung berapi. Aktivitas magmatik ini berpotensi menyebabkan gempa bumi. Ketika
lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga kemungkinan :
* lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan ruang untuk dasar laut
yang baru.
* lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng terdesak kebawah
dari lempeng yang lain.
Pergerakan lempeng yang beradu ini juga dapat menimbulkan tsunami. Tsunami adalah
gelombang laut yang sangat besar. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki titik
gempa terbanyak di dunia (mencapai 129 titik) merupakan negara rawan gempa terbesar
di dunia yang dapat menimbulkan gelombang tsunami.
Bencana selalu menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. Untuk menyiasati
hal tersebut, yang perlu dilakukan pemerintah adalah membangun dan mendidik
masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi.
Adapun beberapa hal yang dapat disosialisasikan dan dilatihkan ke masyarakat antara lain
adalah :Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan dini (misalnya sirine,
detektor, alat komunikasi, dan lain-lain) yang dapat diandalkan terutama di daerah rawan
bencana. Sehingga saat bencana terjadi, masyarakat langsung tahu apa yang harus
dilakukan. Hal ini sudah dilakukan pemerintah, khususnya yang terkait dengan bencana
tsunami, melalui TEWS (Tsunami Early Warning System). Penyebab timbulnya korban
dengan jumlah yang cukup banyak adalah ketidaksiapan saat terjadi bencana sehingga
muncul kepanikan.