You are on page 1of 7

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES

PASIEN HIV/AIDS

Pria Wahyu Romadhon Girianto1, Wiwik2


1
Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri
2
RSUD Kabupaten Kediri
Jl. Manila 37 Pesantren Kediri Jawa Timur
email : priawahyu88@gmail.com

Abstract : HIV/AIDS was one of psychosocial stressors in a person's life, because the disease was
classified as chronic. The aims to determine the correlation between family support and HIV/AIDS
patient stress level in Melati Ward Kediri General Hospital. Design was used correlation analytic with
cross sectional approach. 20 respondents was taken by accidental sampling technique. Data were
analyzed with Spearman rank test α 0.05. The results showed nearly all respondents 80.0% less to
get psychological support from family, and nearly half of the respondents 30.0% with moderate stress
levels. Spearman rank test was obtained p value =0.024 that means there is a correlation between
family support and HIV/AIDS patient stress level. Correlation coefficient was moderate (r = -0.503)
with a negative direction. The level of stress on HIV/AIDS patient depends on their family support. The
family as a support system of HIV/AIDS patient should be provide both moriil and material support to
prevent high level of stress on HIV/AIDS.

Keywords : family support, stress levels, HIV/AIDS

Abstrak : Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu stressor psikososial dalam kehidupan
seseorang, karena penyakit ini tergolong kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien HIV/AIDS di Ruang Melati RSUD Kab Kediri. Desain
penelitian menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross Sectional. Didapatkan
sampel 20 respondendengan teknik accidental sampling. Data di analisis dengan uji rank spearman
dengan α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden (80%) kurang
mendapatkan dukungan psikososial dari keluarga dan hampir setengah responden 30,0% dengan
tingkat stress sedang. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,024 artinya ada hubungan dukungan
psikososial keluarga dengan tingkat stres pada HIV/AIDS dengan nilai kekuatan hubungan sedang
dan arah negative (r = -0,503). Tingkat stress pasien HIV tergantung padakoping masing-masing
individu, dan dukungan keluarga hanya dapat sedikit membantu meringankan beban pasien.
Keluarga sebagai pendamping terdekat pasien harus selalu siap memberikan bantuan baik moriil
maupun materiil.

Kata kunci : dukungan keluarga, tingkat stres, HIV/AIDS

PENDAHULUAN

AIDS (Acquired Immunodeficiency menunjukkan 0,8% orang dewasa (15-49


Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tahun) diseluruh dunia hidup dengan HIV.
infeksi yang timbul karena rusaknya system Data dari UNAIDS (2013) me-
kekebalan tubuh akibat infeksi virus nyebutkan 4,9 juta penduduk Asia Pasifik
HIV(Human Immunodeficiency Virus). Virus dinyatakan telah terinfeksi HIV di tahun
tersebut mengakibatkan penurunan dan 2012. Direktorat Jenderal Pengendalian
kerusakan sistem kekebalan tubuh, Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
sehingga orang yang terinfeksi akan Kementerian Kesehatan (Ditjen PP&PL)
menjadi rentan terhadap berbagai macam melaporkan sejak tahun 1987 sampai
penyakit (Kusuma, 2011). Penyakit ini dengan 2013 penderita yang terinfeksi
menjadi pandemi di seluruh dunia. Hampir HIV sebanyak 127.416 penderita, kasus
semua negara menyumbangkan angka AIDS yang ditemukan sebanyak 52.348
kejadian penyakit HIV/AIDS (Kemenkes, penderita dan jumlah kematian akibat
2013). Menurut data WHO (2014), total HIV/AIDS sebanyak 9.587 penderita
kasus infeksi HIV di akhir tahun 2012 (Kemenkes, 2013). Jumlah penderita HIV
mencapai 75 juta orang. Data WHO juga di Jawa Timur yang ditemukan sampai

16 
 
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 17

dengan tahun 2013 sebanyak 6.963 masyarakat yang sangat luas. Ketika
penderita, sedangkan jumlah penderita individu dinyatakan terinfeksi HIV, se-
AIDS sebanyak 1.042 penderita dengan bagian besar menunjukkan perubahan
jumlah kematian sebanyak 1.111 orang karakteristik psikososial yaitu hidup dalam
(Kemenkes,2013). Di Kabupaten Kediri stres, depresi, merasa kurang dukungan
jumlah kunjungan pasien HIV di poli VCT dan perubahan perilaku. Stres pada
RSUD Kabupaten Kediri sebanyak 659 penderita HIV/AIDS akan semakin mem-
pasien tercatat mulai Juni 2008 sampai perburuk kondisinya. Dampak psikososial
dengan Juni 2016 (Rekam Medis RSUD pada pasien HIV/AIDS pada awalnya
Pare, 2016). belum muncul gejala, stres masih ringan.
Tingginya pertumbuhan HIV AIDS Tetapi seiring dengan berjalannya waktu
di Indonesia dihubungkan oleh 3 hal, yaitu dimana fungsi imun semakin turun dan
meningkatnya pengguna narkoba suntik, mulai ada tanda yang berhubungan
maraknya seks bebas dan kelahiran bayi dengan HIV seperti ruam kulit, penurunan
oleh ibu yang terinfeksi HIV (Kemenkes, berat badan, sesak nafas, dan sebagainya
2013). Penyakit HIV/AIDS menimbulkan maka pasien akan semakin meningkat
masalah yang cukup luas, baik pada stresnya, semakin cemas dan depresi.
orang yang terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) Mungkin pula disertai dengan gagasan
maupun orang yang hidup dengan bunuh diri, gangguan tidur dan se-
penderita HIV / AIDS (OHIDA). Masalah bagainya (Muhammad Baitul Alim, 2010).
yang muncul adalah masalah fisik, sosial Oleh karena itu, penanganan tidak
dan emosional. Masalah emosional ber- hanya dari segi medis tetapi melibat-
kaitan dengan gangguan psikologis kan aspek psikososial agar ODHA
seperti cemas, stres, depresi maupun (Orang dengan HIV/AIDS) mampu ber-
gangguan emosional lainnya. adaptasi akibat kesedihan, kegelisahan
Di Indonesia, 60% ODHA yang dan depresi yang dialaminya (Djoerban
ditemukan mengalami depresi (Spiritia, dalam Darwin, 2014).
2013). Kondisi fisik yang memburuk, Dukungan psikososial adalah suatu
ancaman kematian, serta tekanan sosial keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang begitu hebat menyebabkan ODHA yang diperoleh dari orang lain yang dapat
cenderung mengalami masalah emosional dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
yaitu depresi (Darwin, 2014). Di Indonesia bahwa ada orang lain yang mem-
dari hasil penelitian kualitatif yang perhatikannya, melayani dan mencintai
dilakukan oleh Iskandar (Darwin, 2014) (Darwin, 2014). Dukungan psikososial
pada 6 orang pasien HIV / AIDS di Jakarta yang diberikan dapat berupa informasi
didapatkan keseluruhan informan atau nasihat verbal atau non verbal,
mengalami depresi. Hasil studi ini juga bantuan nyata, atau tindakan yang diberi-
didukung oleh penemuan Carter kan oleh keakraban sosial. Selain itu,
(Vitriawan, 2007), sebagian besar pasien dukungan sosial bisa didapat karena
HIV / AIDS Sekitar 72% mengatakan kehadiran mereka mempunyai manfaat
mereka mengalami depresi, 65% meng- secara emosional serta memberikan efek
alami kegelisahan, dan 48% insomnia. perilaku bagi pihak penerima. Sumber
Untuk penderita HIV/AIDS di dukungan psikososial dapat diperoleh dari
Ruang Melati dalam 3 bulan ini semakin keluarga, pasangan hidup, teman atau
meningkat dari bulan Juni 8 penderita, Juli sahabat, tenaga kesehatan maupun
9 penderita dan Agustus 12 penderita. jaringan sosial. Dukungan psikososial
Hasil studi pendahuluan terhadap 5 orang pada ODHA dapat mempengaruhi kondisi
didapatkan 3 pasien mengalami stres fisik, mental, sosial dan perilaku sehat
sedang (60%) dan ada 2 pasien (40%) serta kualitas hidup. Dampak lain
yang mengalami stres berat (Studi dukungan sosial adalah dapat mem-
Pendahuluan, 20 Agustus 2016). Melihat pengaruhi kepatuhan ODHA dalam men-
tingginya prevalensi stres di atas maka jalani pengobatan ARV, mampu mem-
masalah HIV/AIDS saat ini bukan bantu seseorang mengurangi masalah
hanya penyakit menular semata, tetapi kesehatan yang lebih serius. Dampak lain
sudah menjadi masalah kesehatan dukungan psikososial adalah dapat me-

 
 
18 | J.K.M
Mesencephalo
on, Vol.3 No.1
1, April 2017, hlm 16-22

nurunkan n stres dan angka kematian, tangani informed consent, pa asien yang di
terutamaa pada penyakit kardiovaskular, tunggu oleh kelu uarga yang tinggal sattu
neuroend dokrin dan penyakit
p autto immune rumah h, dan pasieen yang berrumur 20 - 55 5
(Kusuma a, 2011). Perran perawat dalam hal tahun. Dengan Kriteria ek kslusi pasie en
ini adalahh memberika an asuhan keperawat-
k HIV/AAIDS di ya ang sudah h mengalam mi
an secarra komprehe ensif, baik pe
emenuhan depreesi dan yangg secara me edis tidak bissa
kebutuha an fisik mau upun psikossosial atau dijadik
kan respon nden dalam m penelitia an
mental pasien. (seperti : SOL, Meningitis,
M D
Delirium, Maal-
B
Berdasarkan permasalahhan di atas nutrisi berat). Teeknik pengu umpulan datta
maka pe eneliti tertarrik untuk melakukann
m denga an instrum ment berupa kuesione er
penelitiann tentang “Hubungan
“ Dukungan untuk mengukurr dukungan n psikososial
Keluarga a terhadap Tingkat Sttres pada keluarrga dan tingkat stress.
Pasien HIV/AIDS
H di Ruang Me elati RSUD
Kabupate en Kediri”. HASIL
L PENELITIIAN

METODE
E PENELITIAN Daata hasil penelitian didap
patkan hamppir
seluru
uh respond den (80%)) yakni 16 1
D
Desain pennelitian ko orelasional responden kurang mendapatkan dukung g-
analitik. Pendekattan yang digunakan an daari keluargaa, 10% dukungan cuku up
adalah cross sectiional. Samp pel dalam dan kurang
penelitiann ini adalahh pasien yan ng sedang Berdasarkan data Tingkat Stresss
menjalan ni rawat in nap di ruang Melati Pasien HIV di Ruang Melati M RSUD
RSUD Kabupaten
K Kediri sebanyak 20 Kabup paten Ked diri, hampir setenga ah
pasien, dengan teknik A
Accidental responden (30% %) yakni 6 responde en
Sampling g. Kriteria
a inkluasi dalam dengaan tingkat sttress sedangg. 25% stresss
penelitiann ini ada alah pasien n dengan ringan
n dan stre ess berat, 15% stresss
diagnose e HIV/AIDS positif, pa asien HIV sangaat berat dan n hanya 5% % yang tidaak
/AIDS di Ruang Melati RSUD KabupatenK ada gejala.
Kediri ya ang bisa me embaca dan n menulis,  
pasien HIV/AIDS
H yanng bersedia menanda-

Tabel 1 Tabulasi Silang Dukung


gan Keluarga dengan Tingkat Stress Pa
asien HIV di Ruang
R Melati
n Kediri
RSUD Kabupaten

Berda
asarkan tabel tersebut diketahui Hasil anaalisis data menggunaka
m an
bahwa responden yang mendapatkan Uji Sppearman Ra ank didapatkkan p-value =
dukungan kurang hampir setengah 0,024 dengan α = 0,05, sehingga H0
respondeen (31,2%)) mengalam mi tingkat ditolakk, sehinggaa dapat disimpulkan ad da
stress sedang dan bera
at, yang hubun ngan dukun ngan psikosisal keluarg ga
mendapa atkan dukunngan keluarrga cukup denga an tingkat sstress pasie en HIV. Nilai
setengahhnya (50%)) mengalam mi tingkat coefficcient correla
ation (r) se
ebesar -0,50 03
stress ringan
r dan
n tidak ad da gejala, artinyaa kekuatan n hubunga an termasu uk
sedangkaan pada responde
en yang katego ori sedang. coefficient correlation
c (
(r)
mendapa atkan dukungan baik settengahnya negattif artinya semakin
s ba
aik dukunga an
(50%) mengalami
m stress rin
ngan dan keluarrgamaka semakin ren ndah tingka at
sedang. stresss pasien HIVV, begitu jugga sebaliknyya
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 19

jika kurang dukungan psikososial keluarga kaget / shock, marah) serta depresi (ke-
maka semakin tinggi tingkat stress pasien. kecewaan, khawatir dan sedih). Keluarga
biasanya hanya mengetahui bahwa
PEMBAHASAN selama ini kondisi anggota keluarganya
baik-baik saja dan tidak melakukan
Identifikasi Dukungan Keluarga Kepada perbuatan yang memiliki resiko terinfeksi
Pasien HIV di Ruang Melati RSUD HIV/AIDS. Keluarga merasa kecewa
Kabupaten Kediri dengan yang terjadi pada anggota
keluarganya. Keluarga sangat me-
Berdasarkan hasil penelitian me- nyayangkan sekali terhadap perilaku
nunjukkan bahwa hampir seluruh buruk yang telah dilakukan anggota
responden 80,0% kurang mendapatkan keluarganya dan hanya bisa menangis
dukungan dari keluarga. Menghadapi menyesali perbuatan anggota keluarga-
berbagai masalah terkait penyakit HIV / nya sehingga berakibat menderita pe-
AIDS, dalam hal ini responden sangat nyakit HIV/AIDS. Keluarga khawatir jika
membutuhkan dukungan dari keluarga penyakit HIV/AIDS dapat menular pada
yang akan meningkatkan harapan dan anggota keluarga lainnya seperti perlaku-
kualitas hidupnya. Hal ini sesuai dengan an keluarga yang menyarankan pasien
yang diungkapkan Laserman & Perkins untuk dibedakan dalam penggunaan
(2001) dalam Kusuma (2011), dukungan sabun, alat makan dan lain sebagainya.
keluarga sangat dibutuhkan oleh orang
dengan HIV / AIDS sebagai sistem Identifikasi Tingkat Stres Pasien HIV di
pendukung utama sehingga dapat me- Ruang Melati RSUD Kabupaten Kediri
ngembangkan respon koping yang efektif
untuk beradaptasi dengan baik dalam Berdasarkan hasil penelitian
menangani stresor yang dihadapi terkait menunjukkan bahwa hampir setengah
penyakitnya baik fisik, psikologis maupun responden (30,0%) dengan tingkat stress
sosial. Perawatan di rumah merupakan sedang. Saat seseorang terdiagnosis HIV,
kesinambungan dari perawatan di rumah cenderung mengalami masalah psikologis
sakit. Perawatan di rumah adalah pe- yang ditandai dengan menolak, marah,
rawatan yang diberikan kepada pasien di syok, depresi. Saat-saat seperti itu
tempat tinggalnya sendiri, mencakup pe- merupakan gejala psikologis yang justru
rawatan fisik dasar, dukungan psikososial, dapat membuat orang tersebut semakin
dan aktivitas spiritual. Perawatan ini bisa stres dalam menjalani hidup (Depkes RI,
dilakukan oleh pasien sendiri atau 2014). Menurut Stuart & Sundeen (2011),
keluarga. tanda dan gejala yang muncul pada orang
Pada penelitian ini didapatkan dengan gangguan hubungan sosial :
bahwa responden merasa orang yang menarik diri, terlihat dari tingkah laku klien
paling dekat dan berharga bagi yaitu : kurang spontan, apatis, ekpresi
kehidupannya adalah keluarga termasuk wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak
orang tua, pasangan serta anggota merawat dan memperhatikan kebersihan
keluarga lainnya. Keluarga merupakan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak
tempat untuk saling bergantung dan ada, mengisolasi diri, tidak atau kurang
memiliki pengaruh paling besar terhadap sadar dengan lingkungan sekitarnya,
pasien. Berdasarkan hasil penelitian pemasukan makanan dan minuman ter-
diketahui bahwa hampir seluruh ganggu, kurang energi, aktivitas menurun,
responden 80,0% dengan kriteria harga diri rendah, membentuk posisi janin
dukungan kurang terutama dukungan saat tidur, menolak berhubungan dengan
sosial dan emosional. Hal tersebut di- orang lain, gairah seksual menurun, dan
sebabkan karena terdapat keluarga yang ragu terhadap keyakinan yang dianut.
berespon tidak terima atau menolak Berdasarkan fakta di tempat penelitian
terhadap kenyataan bahwa anggota bahwasanya masih ada pasien HIV/AIDS
keluarganya didiagnosis HIV / AIDS. yang memiliki tingkat stress yang tinggi.
Respon Menolaknya keluarga dapat Hal ini dikarenakan mereka merasa
berupa sikap menyangkal (tidak percaya, diasingkan oleh masyarakat sekitar.

 
 
20 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.1, April 2017, hlm 16-22

Masyarakat menganggap bahwa se- Berdasarkan analisis data meng-


seorang yang terjangkit HIV/AIDS adalah gunakan Uji Spearman Rank didapatkan
orang yang suka berperilaku tidak baik p-value = 0,024 dan α = 0,05 sehingga H0
dan menyalahi aturan baik adat maupun ditolak, artinya ada hubungan dukungan
agama. Hal tersebut menyebabkan ber- keluarga dengan tingkat stress pasien
bagai permasalahan yang dihadapi ODHA HIV. Nilai Coefficient Correlation (r) se-
(Orang Dengan HIV / AIDS) seperti me- besar -0,503 artinya kekuatan hubungan
narik diri, gangguan sosialisasi, gangguan termasuk kategori sedang. Hasil
peran, kekhawatiran terhadap hubungan coefficient correlation (r) adalah negatif
dengan pasangan, perubahan gaya hidup, artinya semakin baik dukungan keluarga
kehilangan semangat akibat adanya maka semakin rendah tingkat stress
pembatasan-pambatasan serta adanya pasien HIV, begitu juga sebaliknya jika
perasaan terisolasi. Temuan dalam pe- kurang dukungan keluarga maka semakin
nelitian ini bahwa pasien baru terdiagnosa tinggi tingkat stressnya. Dalam meng-
HIV mayoritas berpendidikan dasar, umur hadapi berbagai masalah terkait penyakit
pasien masih tergolong produktif serta HIV/AIDS, pasien sangat membutuhkan
pekerjaan swasta (sopir, sales dan dukungan dari keluarga yang akan
pekerja pabrik). Pendidikan SD dan SMP meningkatkan harapan dan kualitas
termasuk dalam tingkat pendidikan dasar hidupnya. Hal ini sesuai dengan
sehingga berdampak pada kurangnya pernyataan Laserman & Perkins (2001)
informasi mengenai beberapa faktor yang dalam Kusuma (2011), dukungan
dapat menyebabkan terjangkit penyakit keluarga sangat dibutuhkan oleh orang
HIV. Sedangkan untuk pekerjaan me- dengan HIV / AIDS sebagai sistem pen-
nunjukkan bahwa responden tidak me- dukung utama sehingga dapat me-
miliki batas waktu yang ditentukan serta ngembangkan respon koping yang efektif
pekerjaan yang jauh dari keluarga ter- untuk beradaptasi dengan baik dalam
utama istri mengakibatkan terjerumusnya menangani stresor yang dihadapi terkait
ke pergaulan bebas. Respon menolak dari penyakitnya baik fisik, psikologis maupun
responden saat didiagnosis HIV/AIDS sosial. Tanggapan positif dari keluarga
dapat berupa menyangkal (tidak percaya, dan masyarakat terhadap apa yang
kaget/Shock, tidak adil, dan marah), tawar dilakukan ODHA akan memberikan
menawar (pengandaian), maupun depresi perasaan bahwa dirinya berguna atau ber-
(menarik diri, khawatir akan masa depan manfaat bagi orang lain. Perasaan ter-
dan perasaan sedih terhadap keadaan sebut akan menuntunnya pada kesadaran
yang dialami). Hal tersebut terjadi karena bahwa kehidupannya masih bermakna,
pasien merasa belum siap dan merasa meskipun dirinya mengidap HIV/AIDS
tidak mungkin menderita penyakit HIV / (Astuti dan Budiyani, 2010). Jika ODHA
AIDS serta tidak percaya hal ini bisa merasa lebih berguna maka permasalah-
terjadi pada dirinya. an psikologis juga dapat dikurangi.
Adanya dukungan sosial dari
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga keluarga akan memberi pengalaman pada
dengan Tingkat Stres Pasien HIV di individu bahwa dirinya dicintai, dihargai,
Ruang Melati RSUD Kabupaten Kediri dan diperhatikan. Perhatian dan dukungan
dari orang lain akan menumbuhkan harap-
Berdasarkan hasil penelitian diketahui an untuk hidup lebih lama, sekaligus
bahwa dari responden yang mendapatkan dapat mengurangi kecemasan individu.
dukungan kurang hampir setengah Sebaliknya, kurang atau tidak, tersedianya
responden (31,2%) mengalami tingkat dukungan sosial akan menjadikan individu
stress sedang dan berat, yang mendapat- merasa tidak berharga dan terisolasi.
kan dukungan keluarga cukup setengah- Dukungan sosial sangat diperlukan oleh
nya (50%) mengalami tingkat stress ODHA agar manajemen psikososial
ringan dan tidak ada gejala, sedangkan pasien menjadi baik. Dalam penelitian ini,
pada responden yang mendapatkan adapun bentuk dukungan keluarga yang
dukungan baik setengahnya (50%) meng- dibutuhkan pasien meliputi : dukungan
alami stress ringan dan sedang. psikososial, dukungan instrumental dan

 
 
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 21

dukungan informasional. Dukungan psiko- melakukan perbuatan yang memiliki


sosial merupakan dukungan yang paling resiko tersebut maka tidak akan menderita
dibutuhkan responden dalam menghadapi HIV/AIDS. Sehingga dapat disimpulkan
penyakit HIV/AIDS yang diderita. Adapun bahwa tinggi rendahnya tingkat stress
bentuk dukungan psikososial yang pasien HIV semuanya kembali ke diri
dibutuhkan pasien berupa perhatian, mereka sendiri, dukungan keluarga hanya
semangat/ support, kasih sayang, dapat sedikit membantu meringankan
kedamaian. Responden membutuhkan beban pasien. Pasien HIV harus berusaha
perhatian terhadap konsumsi ARV serta sendiri untuk menyesuaikan diri terhadap
kondisi kesehatannya, sehingga dorongan keluarga maupun lingkungan sekitar.
keluarga akan sangat membantu pe-
ningkatan harapan dan kualitas hidupnya. KESIMPULAN DAN SARAN
Dukungan berupa perhatian dari keluarga
diharapkandapat menunjukkan bahwa Ada hubungan dukungan psikososial
keluarga masih peduli dan menganggap keluarga dengan tingkat stres pasien HIV,
pasien merupakan bagian dari keluarga, dengan kekuatan sedang dan arah
serta mencintainya walaupun saat ini hubungan negatif. Artinya semakin baik
menderita penyakit HIV/AIDS. dukungan keluarga maka semakin rendah
Tingkat hubungan yang sedang tingkat stress pasien HIV.
dalam penelitian ini dikarenakan tingkat Diharapkan bagi penyedian layan-
stress yang dialami pasien HIV sangat an kesehatan, memberikan konseling dan
berkaitan erat dengan aspek pasien melakukan home care pasien HIV.
sendiri. Individu melibatkan usaha - usaha Keluarga diharapkan lebih aktif dalam
untuk mengatur emosinya untuk me- memberikan dukungan terhadap ODHA
nyesuaikan diri dengan dampak yang terutama dalam aspek dukungan psiko-
ditimbulkan oleh situasi tersebut. sosial dan dukungan penghargaan berupa
Responden merasa perasaan bersalah perhatian, empati, berbagi perasaan dan
dengan melakukan pengandaian pada menghargai ODHA.
dirinya sendiri, jika saja dulunya tidak

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2007. Riset Keperawatan dan Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit


Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Haji Adam Malik, Medan. Medan :
Salemba Medika. Fakultas Kedokteran Universitas
Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Sumatera Utara Medan
Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Khasanah. 2015. Tinjauan Pustaka
Cipta tentang Penerimaan.
Ditjen PP&PLKemenkes RI.2013. http://digilib.uinsby.ac.id
Hubungan antara Tingkat Harga Diri Kusuma, Heni. 2015. Hubungan antara
dengan Kecemasan Interaksi Sosial Tingkat Harga Diri dengan Kecemasan
pada Remaja denganHuman Interaksi Sosial pada Remaja yang
Immunodeficiency Virus/Acquired Telah Dinyatakan Positif Menderita
Immune Deficiency Human Immuno deficiency Virus /
Syndrome(HIV/AIDS). Acquired Immune Deficiency
http://sheringtipshidupsehat.co.id Syndrome (HIV/AIDS). Jakarta :
Hidayati, Ema. 2011. Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
StrategiCopingStressPerempuan Keperawatan Universitas Indonesia
dengan HIV/AIDS. Semarang : Martha, Davis. 2015. Panduan Relaksasi
FakultasDakwah dan Reduksi Stres. Edisi III.
IAINWalisongoSemarangdan Jakarta : EGC
Lakpesdam LDNU KotaSemarang Masruroh. 2014. Jurnal Edu Health.
Iqrame. 2010. Tingkat Pengetahuan, Volume 4. Nomor 1, April 2014.
Sikap dan Penerimaan Keluarga Jombang : Fakultas Ilmu Kesehatan
Penderita HIV/AIDS terhadap

 
 
22 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.1, April 2017, hlm 16-22

Universitas Pesantren Tinggi Darul Riduwan. 2012. Dasar-Dasar Statistika.


Ulum Jombang Bandung : Alfa Beta
Naricu. 2011. Psikologi Pasien HIV/AIDS Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan
dan Kanker. http://ch2ymanizzz..co.id Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Graha Ilmu.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Cipta. Administrasi. Bandung : Alfabeta
Nurbani. 2009. Dukungan Sosial Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
PadaODHA. Universitas Gunadarma Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Bandung : Alfabeta
Metodologi Penelitian Ilmu Ulumuddin. 2011. Hubungan Tingkat
Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada
dan Instrumen Penelitian Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan). Surabaya : Salemba Keperawatan Universitas Diponegoro.
Medika Semarang : Program Studi Keperawat-
Paramita. 2014. Pengaruh Penerimaan an Fakultas Kedokteran Universitas
Diri terhadap Penyesuaian Diri Pen- Diponegoro
derita Lupus. Surabaya : Universitas Utami. 2013. Hubungan Antara Dukungan
Airlangga Sosial Keluarga dengan Penerimaan
Purwanto. 2008. Metode Penelitian Diri Individu yang Mengalami Asma.
Kuantitatif untuk Psikologi dan Bali : Program Studi Psikologi,
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Fakultas Kedokteran, Universitas
Pelajar Udayana sintya_noviana@yahoo.com
Putri, Rima Novia. 2011. Hubungan Vitriawan. 2007. Pengalaman Pasien
Tingkat Stres Klien DM Tipe 2 dengan Pertama Kali Terdiagnosis HIV/AIDS:
Kadar Glukosa Darah di Poliklini Studi Fenomenologi dalam Perspektif
Kkhusus Penyakit Dalam RSUP Dr.M. Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Djamil Padang Tahun 2009. Fakultas Indonesia, Volume 11, No.1, Maret
Keperawatan Universitas Andalas 2007; hal 6-12
Retno. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Widiada, Deny. 2016. Kuesioner
Stres. http://dianhusadaretnoo.co.id depression Anxiety Stress Scales
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian DASS 42. www.academia.edu.
untuk Guru – Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfa Beta

 
 

You might also like