Professional Documents
Culture Documents
PASIEN HIV/AIDS
Abstract : HIV/AIDS was one of psychosocial stressors in a person's life, because the disease was
classified as chronic. The aims to determine the correlation between family support and HIV/AIDS
patient stress level in Melati Ward Kediri General Hospital. Design was used correlation analytic with
cross sectional approach. 20 respondents was taken by accidental sampling technique. Data were
analyzed with Spearman rank test α 0.05. The results showed nearly all respondents 80.0% less to
get psychological support from family, and nearly half of the respondents 30.0% with moderate stress
levels. Spearman rank test was obtained p value =0.024 that means there is a correlation between
family support and HIV/AIDS patient stress level. Correlation coefficient was moderate (r = -0.503)
with a negative direction. The level of stress on HIV/AIDS patient depends on their family support. The
family as a support system of HIV/AIDS patient should be provide both moriil and material support to
prevent high level of stress on HIV/AIDS.
Abstrak : Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu stressor psikososial dalam kehidupan
seseorang, karena penyakit ini tergolong kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien HIV/AIDS di Ruang Melati RSUD Kab Kediri. Desain
penelitian menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross Sectional. Didapatkan
sampel 20 respondendengan teknik accidental sampling. Data di analisis dengan uji rank spearman
dengan α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden (80%) kurang
mendapatkan dukungan psikososial dari keluarga dan hampir setengah responden 30,0% dengan
tingkat stress sedang. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,024 artinya ada hubungan dukungan
psikososial keluarga dengan tingkat stres pada HIV/AIDS dengan nilai kekuatan hubungan sedang
dan arah negative (r = -0,503). Tingkat stress pasien HIV tergantung padakoping masing-masing
individu, dan dukungan keluarga hanya dapat sedikit membantu meringankan beban pasien.
Keluarga sebagai pendamping terdekat pasien harus selalu siap memberikan bantuan baik moriil
maupun materiil.
PENDAHULUAN
16
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 17
dengan tahun 2013 sebanyak 6.963 masyarakat yang sangat luas. Ketika
penderita, sedangkan jumlah penderita individu dinyatakan terinfeksi HIV, se-
AIDS sebanyak 1.042 penderita dengan bagian besar menunjukkan perubahan
jumlah kematian sebanyak 1.111 orang karakteristik psikososial yaitu hidup dalam
(Kemenkes,2013). Di Kabupaten Kediri stres, depresi, merasa kurang dukungan
jumlah kunjungan pasien HIV di poli VCT dan perubahan perilaku. Stres pada
RSUD Kabupaten Kediri sebanyak 659 penderita HIV/AIDS akan semakin mem-
pasien tercatat mulai Juni 2008 sampai perburuk kondisinya. Dampak psikososial
dengan Juni 2016 (Rekam Medis RSUD pada pasien HIV/AIDS pada awalnya
Pare, 2016). belum muncul gejala, stres masih ringan.
Tingginya pertumbuhan HIV AIDS Tetapi seiring dengan berjalannya waktu
di Indonesia dihubungkan oleh 3 hal, yaitu dimana fungsi imun semakin turun dan
meningkatnya pengguna narkoba suntik, mulai ada tanda yang berhubungan
maraknya seks bebas dan kelahiran bayi dengan HIV seperti ruam kulit, penurunan
oleh ibu yang terinfeksi HIV (Kemenkes, berat badan, sesak nafas, dan sebagainya
2013). Penyakit HIV/AIDS menimbulkan maka pasien akan semakin meningkat
masalah yang cukup luas, baik pada stresnya, semakin cemas dan depresi.
orang yang terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) Mungkin pula disertai dengan gagasan
maupun orang yang hidup dengan bunuh diri, gangguan tidur dan se-
penderita HIV / AIDS (OHIDA). Masalah bagainya (Muhammad Baitul Alim, 2010).
yang muncul adalah masalah fisik, sosial Oleh karena itu, penanganan tidak
dan emosional. Masalah emosional ber- hanya dari segi medis tetapi melibat-
kaitan dengan gangguan psikologis kan aspek psikososial agar ODHA
seperti cemas, stres, depresi maupun (Orang dengan HIV/AIDS) mampu ber-
gangguan emosional lainnya. adaptasi akibat kesedihan, kegelisahan
Di Indonesia, 60% ODHA yang dan depresi yang dialaminya (Djoerban
ditemukan mengalami depresi (Spiritia, dalam Darwin, 2014).
2013). Kondisi fisik yang memburuk, Dukungan psikososial adalah suatu
ancaman kematian, serta tekanan sosial keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang begitu hebat menyebabkan ODHA yang diperoleh dari orang lain yang dapat
cenderung mengalami masalah emosional dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
yaitu depresi (Darwin, 2014). Di Indonesia bahwa ada orang lain yang mem-
dari hasil penelitian kualitatif yang perhatikannya, melayani dan mencintai
dilakukan oleh Iskandar (Darwin, 2014) (Darwin, 2014). Dukungan psikososial
pada 6 orang pasien HIV / AIDS di Jakarta yang diberikan dapat berupa informasi
didapatkan keseluruhan informan atau nasihat verbal atau non verbal,
mengalami depresi. Hasil studi ini juga bantuan nyata, atau tindakan yang diberi-
didukung oleh penemuan Carter kan oleh keakraban sosial. Selain itu,
(Vitriawan, 2007), sebagian besar pasien dukungan sosial bisa didapat karena
HIV / AIDS Sekitar 72% mengatakan kehadiran mereka mempunyai manfaat
mereka mengalami depresi, 65% meng- secara emosional serta memberikan efek
alami kegelisahan, dan 48% insomnia. perilaku bagi pihak penerima. Sumber
Untuk penderita HIV/AIDS di dukungan psikososial dapat diperoleh dari
Ruang Melati dalam 3 bulan ini semakin keluarga, pasangan hidup, teman atau
meningkat dari bulan Juni 8 penderita, Juli sahabat, tenaga kesehatan maupun
9 penderita dan Agustus 12 penderita. jaringan sosial. Dukungan psikososial
Hasil studi pendahuluan terhadap 5 orang pada ODHA dapat mempengaruhi kondisi
didapatkan 3 pasien mengalami stres fisik, mental, sosial dan perilaku sehat
sedang (60%) dan ada 2 pasien (40%) serta kualitas hidup. Dampak lain
yang mengalami stres berat (Studi dukungan sosial adalah dapat mem-
Pendahuluan, 20 Agustus 2016). Melihat pengaruhi kepatuhan ODHA dalam men-
tingginya prevalensi stres di atas maka jalani pengobatan ARV, mampu mem-
masalah HIV/AIDS saat ini bukan bantu seseorang mengurangi masalah
hanya penyakit menular semata, tetapi kesehatan yang lebih serius. Dampak lain
sudah menjadi masalah kesehatan dukungan psikososial adalah dapat me-
18 | J.K.M
Mesencephalo
on, Vol.3 No.1
1, April 2017, hlm 16-22
nurunkan n stres dan angka kematian, tangani informed consent, pa asien yang di
terutamaa pada penyakit kardiovaskular, tunggu oleh kelu uarga yang tinggal sattu
neuroend dokrin dan penyakit
p autto immune rumah h, dan pasieen yang berrumur 20 - 55 5
(Kusuma a, 2011). Perran perawat dalam hal tahun. Dengan Kriteria ek kslusi pasie en
ini adalahh memberika an asuhan keperawat-
k HIV/AAIDS di ya ang sudah h mengalam mi
an secarra komprehe ensif, baik pe
emenuhan depreesi dan yangg secara me edis tidak bissa
kebutuha an fisik mau upun psikossosial atau dijadik
kan respon nden dalam m penelitia an
mental pasien. (seperti : SOL, Meningitis,
M D
Delirium, Maal-
B
Berdasarkan permasalahhan di atas nutrisi berat). Teeknik pengu umpulan datta
maka pe eneliti tertarrik untuk melakukann
m denga an instrum ment berupa kuesione er
penelitiann tentang “Hubungan
“ Dukungan untuk mengukurr dukungan n psikososial
Keluarga a terhadap Tingkat Sttres pada keluarrga dan tingkat stress.
Pasien HIV/AIDS
H di Ruang Me elati RSUD
Kabupate en Kediri”. HASIL
L PENELITIIAN
METODE
E PENELITIAN Daata hasil penelitian didap
patkan hamppir
seluru
uh respond den (80%)) yakni 16 1
D
Desain pennelitian ko orelasional responden kurang mendapatkan dukung g-
analitik. Pendekattan yang digunakan an daari keluargaa, 10% dukungan cuku up
adalah cross sectiional. Samp pel dalam dan kurang
penelitiann ini adalahh pasien yan ng sedang Berdasarkan data Tingkat Stresss
menjalan ni rawat in nap di ruang Melati Pasien HIV di Ruang Melati M RSUD
RSUD Kabupaten
K Kediri sebanyak 20 Kabup paten Ked diri, hampir setenga ah
pasien, dengan teknik A
Accidental responden (30% %) yakni 6 responde en
Sampling g. Kriteria
a inkluasi dalam dengaan tingkat sttress sedangg. 25% stresss
penelitiann ini ada alah pasien n dengan ringan
n dan stre ess berat, 15% stresss
diagnose e HIV/AIDS positif, pa asien HIV sangaat berat dan n hanya 5% % yang tidaak
/AIDS di Ruang Melati RSUD KabupatenK ada gejala.
Kediri ya ang bisa me embaca dan n menulis,
pasien HIV/AIDS
H yanng bersedia menanda-
Berda
asarkan tabel tersebut diketahui Hasil anaalisis data menggunaka
m an
bahwa responden yang mendapatkan Uji Sppearman Ra ank didapatkkan p-value =
dukungan kurang hampir setengah 0,024 dengan α = 0,05, sehingga H0
respondeen (31,2%)) mengalam mi tingkat ditolakk, sehinggaa dapat disimpulkan ad da
stress sedang dan bera
at, yang hubun ngan dukun ngan psikosisal keluarg ga
mendapa atkan dukunngan keluarrga cukup denga an tingkat sstress pasie en HIV. Nilai
setengahhnya (50%)) mengalam mi tingkat coefficcient correla
ation (r) se
ebesar -0,50 03
stress ringan
r dan
n tidak ad da gejala, artinyaa kekuatan n hubunga an termasu uk
sedangkaan pada responde
en yang katego ori sedang. coefficient correlation
c (
(r)
mendapa atkan dukungan baik settengahnya negattif artinya semakin
s ba
aik dukunga an
(50%) mengalami
m stress rin
ngan dan keluarrgamaka semakin ren ndah tingka at
sedang. stresss pasien HIVV, begitu jugga sebaliknyya
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 19
jika kurang dukungan psikososial keluarga kaget / shock, marah) serta depresi (ke-
maka semakin tinggi tingkat stress pasien. kecewaan, khawatir dan sedih). Keluarga
biasanya hanya mengetahui bahwa
PEMBAHASAN selama ini kondisi anggota keluarganya
baik-baik saja dan tidak melakukan
Identifikasi Dukungan Keluarga Kepada perbuatan yang memiliki resiko terinfeksi
Pasien HIV di Ruang Melati RSUD HIV/AIDS. Keluarga merasa kecewa
Kabupaten Kediri dengan yang terjadi pada anggota
keluarganya. Keluarga sangat me-
Berdasarkan hasil penelitian me- nyayangkan sekali terhadap perilaku
nunjukkan bahwa hampir seluruh buruk yang telah dilakukan anggota
responden 80,0% kurang mendapatkan keluarganya dan hanya bisa menangis
dukungan dari keluarga. Menghadapi menyesali perbuatan anggota keluarga-
berbagai masalah terkait penyakit HIV / nya sehingga berakibat menderita pe-
AIDS, dalam hal ini responden sangat nyakit HIV/AIDS. Keluarga khawatir jika
membutuhkan dukungan dari keluarga penyakit HIV/AIDS dapat menular pada
yang akan meningkatkan harapan dan anggota keluarga lainnya seperti perlaku-
kualitas hidupnya. Hal ini sesuai dengan an keluarga yang menyarankan pasien
yang diungkapkan Laserman & Perkins untuk dibedakan dalam penggunaan
(2001) dalam Kusuma (2011), dukungan sabun, alat makan dan lain sebagainya.
keluarga sangat dibutuhkan oleh orang
dengan HIV / AIDS sebagai sistem Identifikasi Tingkat Stres Pasien HIV di
pendukung utama sehingga dapat me- Ruang Melati RSUD Kabupaten Kediri
ngembangkan respon koping yang efektif
untuk beradaptasi dengan baik dalam Berdasarkan hasil penelitian
menangani stresor yang dihadapi terkait menunjukkan bahwa hampir setengah
penyakitnya baik fisik, psikologis maupun responden (30,0%) dengan tingkat stress
sosial. Perawatan di rumah merupakan sedang. Saat seseorang terdiagnosis HIV,
kesinambungan dari perawatan di rumah cenderung mengalami masalah psikologis
sakit. Perawatan di rumah adalah pe- yang ditandai dengan menolak, marah,
rawatan yang diberikan kepada pasien di syok, depresi. Saat-saat seperti itu
tempat tinggalnya sendiri, mencakup pe- merupakan gejala psikologis yang justru
rawatan fisik dasar, dukungan psikososial, dapat membuat orang tersebut semakin
dan aktivitas spiritual. Perawatan ini bisa stres dalam menjalani hidup (Depkes RI,
dilakukan oleh pasien sendiri atau 2014). Menurut Stuart & Sundeen (2011),
keluarga. tanda dan gejala yang muncul pada orang
Pada penelitian ini didapatkan dengan gangguan hubungan sosial :
bahwa responden merasa orang yang menarik diri, terlihat dari tingkah laku klien
paling dekat dan berharga bagi yaitu : kurang spontan, apatis, ekpresi
kehidupannya adalah keluarga termasuk wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak
orang tua, pasangan serta anggota merawat dan memperhatikan kebersihan
keluarga lainnya. Keluarga merupakan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak
tempat untuk saling bergantung dan ada, mengisolasi diri, tidak atau kurang
memiliki pengaruh paling besar terhadap sadar dengan lingkungan sekitarnya,
pasien. Berdasarkan hasil penelitian pemasukan makanan dan minuman ter-
diketahui bahwa hampir seluruh ganggu, kurang energi, aktivitas menurun,
responden 80,0% dengan kriteria harga diri rendah, membentuk posisi janin
dukungan kurang terutama dukungan saat tidur, menolak berhubungan dengan
sosial dan emosional. Hal tersebut di- orang lain, gairah seksual menurun, dan
sebabkan karena terdapat keluarga yang ragu terhadap keyakinan yang dianut.
berespon tidak terima atau menolak Berdasarkan fakta di tempat penelitian
terhadap kenyataan bahwa anggota bahwasanya masih ada pasien HIV/AIDS
keluarganya didiagnosis HIV / AIDS. yang memiliki tingkat stress yang tinggi.
Respon Menolaknya keluarga dapat Hal ini dikarenakan mereka merasa
berupa sikap menyangkal (tidak percaya, diasingkan oleh masyarakat sekitar.
20 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.1, April 2017, hlm 16-22
Pria Wahyu Romadhon Girianto dkk, Hubungan Dukungan Psikososial…| 21
DAFTAR PUSTAKA
22 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.1, April 2017, hlm 16-22