You are on page 1of 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R USIA 50 TAHUN DENGAN CA


SERVIKS STADIUM 3A + ANEMIA DENGAN RENCANA RADIOTERAPI DI
UNIT KEBIDANAN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

Kelompok Y’17

Astri Wulandari Situmorang


Dahlia Lara Sikumalay
Elfa Aptia
Istiqamah Yulias
M. Angga Mahalta
Najmi Ulfa Misbah
Novita Sari
Pratiwi Wulandari
Rahmi Kumala
Razka Utiya
Sonia Mestika Hernandez

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Klien dengan CA Serviks di Unit Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang”.
Laporan ini merupakan salah satu tugas saat mengikuti praktek profesi keperawatan anak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan laporan ini, serta
semua pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua terutama dalam bidang keperawatan.

Padang , 26 April 2018

Kelompok Y’17

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2


Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
C. Tujuan Peneliatian .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 10
A. Pengertian .......................................................................................................... 10
B. Anatomi dan Fisiologi ......................................................................................... 10
C. Etiologi .......................................................................................................... 14
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................ 16
E. Patofisiologi ......................................................................................................... 20
F. Komplikasi .......................................................................................................... 22
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 22
H. Penatalaksanaan ................................................................................................26
I. WOC .......................................................................................................... 30
J. Landasan Asuhan Keperawatan ........................................................................ 30
K. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 33
L. Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................................. 34
BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................ 44
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................... 76
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 81
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 81
B. Saran ........................................................................................................ ........... 81
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri.
Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia setelah
kanker payudara, kolorektum dan paru. Insiden kanker serviks sekitar 7,9 % di dunia (IARC,
2014). Kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan perempuan di negara berkembang
termasuk di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi
(Rasjidi, 2009). Hingga saat ini kanker serviks uteri merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan ditemukan kasus
baru kanker serviks uteri sekitar 6,25 juta per tahun. Rata-rata setiap 11 menit ada satu orang
perempuan meninggal karena kanker leher rahim dan setiap 3 menit ada satu penderita baru.
Diperkirakan pula 9 juta orang meninggal setiap tahun akibat kanker leher rahim. Dua pertiga
dari penderita kanker tersebut berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Riyadi,
2015).

Menurut WHO, di Indonesia kanker serviks mencapai 20.928 dan kematian akibat kanker
serviks dengan persentase 10,3 % (who, 2014). Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010, insiden kanker serviks sebanyak 100 per 100.000 penduduk pertahundan
angka ini akan diperkirakan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Kanker serviks di Padang menempati urutan keenam dari 10 tumor tersering menurut Yayasan
Kanker Indonesia tahun 2007 dengan jumlah 104 kasus.Program deteksi dini kanker serviks
dengan Pap smear telah dilakukan dibanyak negara maju dan berhasil menurunkan insiden
kanker serviks sampai 70%(Bukhari et al., 2015). Sedangkan di negara berkembang, belum
terlalu banyak wanita yang melakukan Pap smear yaitu hanya sekitar 5% dari seluruh
populasiwanita. Menurut penelitian, hampir 60% dari kasus kanker serviks di Negara
berkembang terjadi pada wanita yang tidak pernah melakukan Pap smear (Mastutik etal., 2015).

4
Gejala kanker serviks cenderung muncul hanya setelah kanker telah mencapai stadium
lanjut, sehingga pada stadium awal kanker tidak akan menimbulkan gejala. Hal inilah yang perlu
diwaspadai, karena pada perempuan terkena kanker serviks stadium awal tidak dapat diketahui
dan akan berjalan sampai pada stadium lanjut sehingga gejala dapat muncul (Edianto, 2006).
Faktor resiko penyebab kanker serviks yaitu berhubungan seksual pada usia sangat muda, jumlah
pasangan seksual, dan status sosioekonomi. Berbagai macam faktor resiko dan penanganan
kurang baik menyebabkan peningkatan insiden kanker serviks terutama di Negara-negara
berkembang. Umur rata-rata permpuan yang terkena kanker serviks sekitar 50-an tahun. Namun
dapat dilaporkan kasus kanker serviks berumur 20 tahun. Sekitar 1 % penderita kanker serviks
terdiagnosis pada waktu perempuan sedang hamil atau baru saja proses persalinan (Yatim, 2008).

Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita


kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai
stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak
dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi, vikografi, papnet
(komputerisasi) (Nugroho, 2010). Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat
kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia telah terinfeksi Human
Papiloma Virus (HPV), muncul fakta bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena
infeksi HPV. Jenis HPV tertentu merupakan penyebab utama kanker serviks. Sementara itu,
seseorang yang terkena infeksi ini memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100
kali lipat (Emilia, 2010). Perjalanan dari infeksi HPV (Human Pappiloma Virus), tahap pra
kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah tujuan dari
deteksi dini yaitu memutuskan perjalanan penyakit pada tahap pra kanker dan mendapatkan
pengobatan sesegera mungkin sehingga kanker serviks diharapkan dapat sembuh sempurna
(Widyastuti, 2009).

Kanker serviks berkembang dari lesi prakanker, dikenal sebagai Cervical Intraephitelial
Neoplasia(CIN) yang ditandai adanya perubahan diplastik pada epitel serviks (Edianto, 2006).
Penelitian sebelumnya di Iraq tahun 2012, dilaporkan kasus lesi prakanker sebanyak 18,9 % dari
hasil seluruh pemeriksaan (Chkhaim et al., 2012). Penelitian lainnya di puskesmas kecamatan
jatinegara tahun 2013, dari hasil didapatkan kasus lesi prakanker serviks sebanyak 48 %

5
(Wahyuningsih & Mulyani. 2014). Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di bagian unit
kebidanan selama 16 – 23 April 2018 terdapat 15 orang pasien yang mengaalami CA Serviks dan
9 orang pasien tersebut sudah pernah menjalani tindakan operasi dan kemoterapi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan Asuhan KeperawatanPada Ny. R


Dengan CA Serviks Di Unit Kebidanan RSUP Dr. M. DJAMIL Padang Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahannya yaitu


Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan CA
Serviks di Unit Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan CA Serviks di Unit
Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan Ny. R dengan CA Serviks di


Unit Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018
b. Mampu menentukan diagnosa asuhan keperawatan pada Ny. R dengan CA
Serviks di Unit Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018
c. Mampu menerapkan rencana asuhan keperawatan pada Ny. R dengan CA
Serviks di Unit Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018
d. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Ny. R dengan CA
Serviks di Unit Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap Ny. R dengan CA Serviks di Unit Kebidanan RSUP Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2018

6
D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Untuk menambah wawasan dan pemahaman kelompok dalam menerapakan asuhan
keperawatan pada klien khususnya dengan CA Serviks
2. Bagi Pasien
Dengan adanya diterapkan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif
dengan Ca Serviks ini, diharapkan pasien mendapatkan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang baik dari tenaga perawat
3. Bagi Rumah Sakit
Kelompok memberikan asuhan keperawatan kepada klien pada praktek profesi ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para perawat yang
berada di RSUP Dr. M. Djamil Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Serviks
4. Bagi Institusi
Kelompok memberikan asuhan keperawatan kepada klien pada praktek profesi ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi akademik untuk
pengembangan studi kasus selanjutnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium (Kemenkes RI, 2017). menurut Mitayani (2011), Karsinoma insitu
pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel.

Kanker serviks merupakan keganasan ketiga tersering pada system reproduksi


wanita.Kanker ini diklasifikasikan sebagai preinvasif dan invasif. Kanker preinvasif berkisar
dari dysplasia serviks minimal, dimana sepertiga bagian bawah lapisan epitel mengandung
sel abnormal, sampai karsinoma in situ, dimana seluruh ketebalan lapisan epitel mengandung
sel ploriferasi abnormal (disebut juga neoplasma intaepitel serviks). Kanker preinvasif dapat
disembuhkan pada 75-90 % pasien dengan deteksi dini dan penanganan yang benar.Jika tidak
ditangani dapat menjadi kanker serviks invasive, tergantung bentuknya (Saputra, 2014).

B. Klasifikasi

Menurut Aziz, (2006) Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan penentuan stadium. Stadium
kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan
di bawah pengaruh anestesia umum, stadium tidak dipengaruhi adanya penyebaran penyakit
yang ditemui setelah tindakan bedah atau setelah diberikan tindakan terapi. Penentuan
stadium ini harus mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti
klinis, dan sederhana.

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO masih berdasarkan pada pemeriksaan
klinis praoperatif ditambah dengan foto thoraks serta sistoskopi dan rektoskopi. Penggunaan
alat bantu diagnostik seperti CT-scan, MRI, ataupun PET tidak dijadikan standar karena
sebagian kasus berada dinegara berkembang dengan fasilitas peralatan kesehatan yang masih

8
minim. Sekali stadium ditetapkan tidak boleh berubah lagi walau apapun hasil akhir terapi
yang diberikan. Temuan dengan pemeriksaan CT-scan, MRI, atau PET tidak mengubah
stadium, tetapi dapat digunakan sebagai informasi untuk rencana terapi yang akan dilakukan.

Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000

 Stadium 0 karsinoma insitu, karsinoma intra epithelial


 Stadium I karsinoma masih terbatas di serviks( penyebaran ke korpus uteri
diabaikan)
 Stadium Ia invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secra mikroskopik, lesi yang
dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat supervisial dikelompokan
sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi
tidak lebih dari 7 mm.
 Stadium Ia1 invasi ke stoma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dam lebar tidak
lebih dari 7 mm
 Stadium Ia2 invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm tetapi kurang
dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.
 Stadium Ib lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik lebih dari Ia
 Stadium Ib1 besar lesi secaa klinis tidak lebih dari 4 cm
 Stadium Ib2 besar lesi secara klinis besar dari 4 cm

9
 Stadium II telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke
parametrium belum mencapai dinding panggul.
 Stadium IIa telah melibatkan vagina tetapi belum melibatkan parametrium.
 Stadium IIb infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul
 Stadium III telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding
panggul. Kasus dengan difroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukan dalam
stadium ini, kecuali kelainan ginjal dappat dibuktikan oleh sebab lain.
 Stadium IIIa keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai dinding panggul.
 Stadium IIIb perluasan sampai dinding panggul atau adanya dhidroneprosis atau
gangguan fungsi ginjal.
 Stadium IV perluasan ke organ reproduksi
 Stadium IVa keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum
 Stadium IVb metastase jauh lebih rendah keluar dari rongga panggul.

C. Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali.Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami
mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan
pembelahan sel yang tidak terkendali, , imortal dan menginvasi jaringan stroma dibawahnya.
Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kanker ini.
Penyebab terutama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus).
Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50%
kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui
hubungan seksual. Dari banyak tipe HPV, tipe 16 dan 18 mempunyai peranan yang penting
melalui sekuensi gen E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi
tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen
retinoblastona (pRb) menjadi tidak aktif (Aziz, 2006).

10
Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu
muda (<16 tahun), jumlah pasangan seksual yang tinggi (>4 orang), dan adanya riwayat
infeksi berpapil (warts). Karena hubungannya yang erat dengan infekssi HPV, wanita yang
mendapat atau menggunakan penekan kekebalan(immunosuppressive) dan penderita HIV
berisiko menderita kanker serviks.
Bahkan karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita
perokok.Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi
HPV mencetuskan transformasi maligna.

Faktor Resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya Kanker Serviks:


1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia
seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya
risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya
sistem kekebalan tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda
untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali
lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun.Hal ini berkaitan dengan
kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks
belum matang.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi
kanker.
4. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan
antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang
terjadinya kanker.
5. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam

11
rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh
bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun
serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang
dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
6. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat
hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai
penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat
penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
7. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak,
apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,
seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko
tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu
melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ
reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya
Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
8. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral
yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid perempuan.

D. Manifestasi Klinis

 Kanker preinvasif tidak memiliki gejala atau perubahan klinis lain.


 Kanker invasive dini
 Pendarahan vagina, seperti secret vagina terus menerus yang bewarna kekuningan,
disertai darah, dan bau tidak sedap, nyeri setelah koitus dan perdarahan.
 Perdarahan diantara periode mentruasi
 Mentruasi sangat banyak yang tidak seperti biasanya.
 Kanker invasive lanjut (ke dinding pelvis)

12
 Nyeri pinggang yang secara perlahan bertambah berat (keterlibatan nervus iskiadikus)
 Kebocoran urine (metastasis ke kandung kemih dengan pembentukan fistula)
 Kebocoran feses (metastasis ke rectum dengan pembentukan fistula) (Saputra, 2014).
Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam stroma, kanker serviks masih
mungkin tidak menimbulkan gejala.Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti
adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan.
Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita (M. Farid Aziz,
dkk ,2006).
Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan
bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina.Dengan semakin tumbuhnya
penyakit tanda menjadi semakin jeelas.Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering,
dan berlangsung lebih lama.Namun, terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai
perdarahan haid yang sering dan banyak.Juga dapat dijumpai sekret vagina ber bau
terutama dengan masa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi kerena pertumbuhan tumor yang
cepat tidak diimbangi pertumbuhan pembulih darah ( angiogenesis) agar mendapat aliran
darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi
peradangan non spesifik.
Pada stadium lanjut ketiak tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang
menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul,
atau nervus skiatik.Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria,
perdarahan rektum sampau sulit berkemih dan buang air besar.Penyebaran ke kelenjar
getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan edema tungkai bawah, atau terjadi
uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter.

13
E. Patofisiologi

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,


berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih.Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium
displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif.
Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh
adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor
supresor gen dan repair genes. Kanker pada serviks adalah dimana keadaan dimana sel-
sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia.Displasia merupakan
neoplasma serviks intraepitelial (CNI).CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat 1
bersifat ringan, tingkat 2 sedang, tingkat 3 berat.Tidak ada gejala spesifik untuk kanker
serviks. Perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata., tetapi gejala ini hanya
ditemukan pada tahap lanjut dan tidak untuk tahap awal.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan
mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul rutin, pap
smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan neoplastik hasil apusan abnormal
dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau dibersihkan
dengan alat kanker atau bedah beku dan kemoterapi.Kanker invasif dapat meluas sampai
ke jaringan ikat pembuluh limfa dan vena, vagina, ligamentum kardinale dan
endometrium.Penanganan yang dapat dilakukan yairu kemoterapi atau radioterapi dan

14
histerektum radikal dengan mengangkat uterus atau satu ovarium jika terkena kelenjar
limfa.(Price, 2006).
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,
sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh
gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasif berkembang melalui
perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif
akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 – 35%.
bentuk ringan (CNI 1) mempunyai angka regresi yang tinggi.
Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu invasif
adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.Lesi dapat meluas
ke formiks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum
dan vesika urinaria.

F. Komplikasi

Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang


berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan tersebut.Komplikasi tersebut
meliputi fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis,
obstruksi usus dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi
dan enteritis.Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang
digunakan.Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual
dan muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung siplatin.

15
G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kemenkes RI (2017), Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi,


biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan, CT
scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus
dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap
sebagai pemeriksaan klinik.Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya
pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih.

Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan
harus cermat kalau perlu dilakukan dalam narkose.Stadium klinik ini tidak berubah bila
kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih
stadium yang lebih rendah.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut


(Suharto, 2007) :

1. Pemeriksaan pap smear


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang
tidak memberikan keluhan.Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap
tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus
kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka
kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap
tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal,
maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.
Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

16
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebihdalam atau ke
organ tubuh lainnya).

Tabel Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda

2. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk
wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s
smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3
sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur
diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV
pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat

17
sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada
wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu.
Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai
HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka
akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau
kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan
adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada
serviks.Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan
ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan
keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal
5. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal
akanmembentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang
tidak berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).

6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi,
pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging

18
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor
dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

H. Penatalaksanaan umum

 Bedah beku ( cryosurgery)


Dinitrogen oksida atau karbon diokasida digunakan untuk membekukan jaringan
ektoserviks, menyebabkan nekrosis dan pengelupasan jaringan.Metoda pembekuan ganda
lebih disukai, umumnya dilakukan 1 minggu setelah menstruasi untuk memungkinkan
pertumbuhan jaringan baru sebelum periode menstruasi berikutnya.Bedah beku dapat
dilakukan tanpa anesthesia dibagia klinik rawat jalan atau tempat praktik dokter.Bedah
beku tidak menimbulkan nyeri, walaupun kram dapat dirasakan.Keluarnya rabas encer
yang sangat banyak selama beberapa minggu setelah bedah beku adalah hal yang normal,
apabila terjadi, wanita tidak boleh menggunakan tampon atau melakukan hubungan
seksual. Proses penyembuhan dapat berlangsung dalam 2-3 bulan.
 Terapi laser
Dalam terapi laser, berkas sinar berkonsentrasi tinggi yang tak kasat mata diserap
oleh cairan jaringan: energi ini di konversi menjadi panas sehingga menyebabkan
evaporasi cairan dan kematian jaringan cepat. Terapi laser sesuai dilakukan apabila batas
lesi terlihat pada koloskopi, dan kuretese negatif.Terapi laser dapat dilakukan tanpa
anesthesia dibagia klinik rawat jalan atau tempat praktik dokter.Perdarahan pada terapi
ini minimal, wanita dapat merasakan sedikit kram dan sedikit rabas dalam 5-7 hari.
Penggunaan tampon dan hubungan seksual harus dihindari selama 2 minggu. Pemulihan
biasanya terjadi setelah 6 minggu.

 Prosedur eksisi bedah elektrik lengkung ( LEEP)


Suatu arus listrik dalam lengkung elektrode kawat tipis digunakan untuk memotong
zona transformasi serviks.Lengkung ini memiliki ukuran berbeda, untuk memotong
lapisan tipis digunaka kawat halus atau untuk memotong seluruh lesi digunakan kawat
yang lebih tebal.Lengkung dimasukkan sesuai dengan kedalaman yang diinginkan, lalu
sapu miring menyebrangi area yang ingin dipotong.Elektore bola berukuran tipiis 5 mm

19
digunakan untuk membekukan dasar cekungan dan memfasilitasi hemostasis.Jumlah
perdarahan dan gangguan temperature diatur oleh generator bedah elektrik, yakni dengan
memadukan arus antara pemotongan dan koagulasi.Jaringan yang diangkat oleh LEEP
cocok unuk pemeriksaan histologi.
 Konisasi
Konisasi bedah dengan mata pisau mencukil spesimen jaringan yang berbentuk
konus/kerucut.Ukuran dan panjang ditentukan oleh luasnya lesi serviks.Konisasi
dilakukan jika batas lesi tidak dapat dilihat pada koloskopi.Sejumlah jaringan normal
juga dihilangkan untuk memastikan seluruh lesi terangkat.Konisasi dapat dilakukan
sebagai prosedur rawat jalan atau rawat inap, dengan menggunakan anstesi umum atau
lokal.Periode menstruasi yang lama dan sangat banyak sering kali terjadi dua sampai tiga
kali siklus menstruasi berikutnya.Resiko anestesi dan infeksi pasca operasi serta
perdarahan merupakan komplikasi yang mungkin terjadi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Dasar Klien


a. Identitas Klien
Pasien atau keluarga pasien ditanyakan mengenai nama, umur, agama, alamat, status
perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, dan alamat

b. Riwayat kesehatan klien


a) Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai
air.

b) Riwayat penyakit dahulu


Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,
riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Apakah pasien pernah mengalami
kelainan menstruasi, lama, jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan

20
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ), apakah pekerjaan yang
dilakukan pasien
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri
intra servikal. Biasanya pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih,
ada anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada perubahan pola defekasi (
konstipasi ) serta nyeri saat berkemih, nyeri pada saat senggama dan terjadi pendarahan
saat senggama, keputihan yang cair dan banyak serta bau yang khas, ada rasa kurang
nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri panggul.
d) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher
rahim.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
b. Wajah : tidak ada oedema
c. Mata : konjunctiva tidak anemis
d. Hidung : simetris, tidak ada sputum
e. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f. Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
2. Dada
a. Inspeksi : simetris
b. Perkusi : sonor seluruh lap paru
c. Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
d. Auskultasi : vesikuler
3. Cardiac
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

21
b. Palpasi : ictus cordis teraba
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a. Inspeksi : simetris, tidak ascites
b. Palapasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
6. Ekstremitas
Tidak ada edema

Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks atau leher rahim meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).

a. Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel abnormal sudah mulai menyebar
ke organ-organ lain ( tahap stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak nafas.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan tekanan darah rendah
dikarenakan pendarahan pada daerah intra-servikal
c. Persyarafan B3 (brain)
a) Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, penglihatan menurun dikarenakan
hemoglobin yang menurun, karena anemia, konjungtiva anemis.
b) Penciuman (hidung) :Mengeluh bau pada keputihan yang banyak.
d. Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya pendarahan.
e. Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat badan menurun, adanya
konstipasi sehingga terjadi perubahan pola defekasi pada pasien.

22
f. Muskuloskeletal atau integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam bergerak dan beraktivitas.

C. Pola Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang kanker serviks dan sudah pernah
mendengar tentang hal itu.Serta bagaimana penanganan yang pernah dilakukan.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, serta jumlahnya.Makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi,
cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah –
buahan.
3. Pola Eliminasi
Perhatikan apakah pasien mengalami gangguan dalam pola eliminasi urin maupun BAB,
seperti konstipasi dan poliuria.
4. Pola Aktivitas Latihan
Melihat kemampuan pasien dalam melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri.
5. Pola Istirahat dan tidur
Melihat seberapa lamanya pasien tidur, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah
mudah terganggu dengan suara- suara, posisi saat tidur.
6. Pola Kognitif dan Sensori
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien masih dapat
berkomunikasi.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu untuk kembali sehat seperti dulu.

8. Pola Hubungan dan Peran

23
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu. Karena penyakit yang dideritanya. Begitu
juga hubungannya dengan orang lain disekitarnya.

9. Pola Seksual dan Reproduksi


Tanyakan pada pasien bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, kontiniutas hubungan seksual.

10. Pola Koping dan Toleransi Stress


Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat menjadi pendukung berkurang rasa
sakit atau nyeri yang dialami pasien.

11. Pola Nilai dan Kepercayaan


Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya. Ini sering kali
berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita berikan nantinya.

D. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan volume cairan b.d perdarahan


2. Nyeri Akut
3. Resiko infeksi b.d penurunan leukosit
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan dan mual

24
E. Rencana Asuhan Keperawatan
NO NANDA NOC NIC
1. Resiko Derajat kehilangan Pengurangan perdarahan
kekurangan darah Intervensi :
volume cairan Indikator : a. Identifikasi penyebab dari
b.d perdarahan perdarahan
a. kehilangan darah dapat
b. Memantau pasien secara ketat
dilihat
untuk perdarahan
b. distensi abdomen
c. Terapkan tekanan langsung atau
c. pendarahan vaginal
tekanan ganti , sesuai ketentuan
d. penurunan darah sistolik
d. Terapkan kompres es ke daerah
e. penurunan tekanan
yang terkena dampak, sesuai
darah diastolik
ketentuan
f. penurunan denyut
e. Memantau jumlah dan sifat
jantung
kehilangan darah
g. hilangnya pansa tubuh
f. Memantau ukuran dan karakter
h. kecemasan
hematoma , jika ada
i. penurunan kesadaran
g. Monitor tekanan darah dan
parameter hemodinamik , jika
Status sirkulasi tersedia ( misalnya , tekanan vena
Indikator : sentral dan kapiler paru / tekanan
arteri temporalis )
a. tekanan darah sistolik
h. Pantau status cairan , termasuk
b. tekanan darah diastolik
intake dan output
c. tekanan nadi
d. kekuatan denyut nadi
e. keluaran urin

2. Nyeri Akut Tingkat Manajemen nyeri


kenyamanan Intervensi :
a. kaji tipe intensitas, karakteristik
Indikator:
dan lokasi nyeri

25
a. Melaporkan kondisi b. kaji tingkatan skala nyeri untuk
fisik yang membaik menentukan dosis analgesik
b. Melaporkan kondisi c. anjurkan istirahat ditempat tidur
psikologis yang dalam ruangan yang tenang
membaik d. atur sikap fowler 300 atau dalam
c. Mengekspresikan posisi nyaman.
kegembiraan terhadap e. ajarkan klien teknik relaksasai dan
lingkungan sekitar nafas dalam
d. Mengekspresikan f. anjurkan klien menggunakan
kepuasan dengan control mekanisme koping yang baik
nyeri disaat nyeri terjadi
g. Hindari mual, muntah karena ini
akan meningkatkan TIO
Kontrol Nyeri
h. Alihkan perhatian pada hal-hal
Indikator: yang menyenangkan
a. Mengenal factor i. Hilangkan atau kurangi sumber
penyebab nyeri
b. Mengenal serangan j. Pemberian analgesik
nyeri k. Berikan analgesik sesuai order
c. Mengenal gejala nyeri dokter.
d. Melaporkan control l. Perhatikan resep obat, nama pasien,
nyeri dosis dan rute pemberian secara
benar sebelum pemberian obat.

Tingkat Nyeri

Indicator:
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri Pemberian Analgesik
c. Ekspresi wajah karena Intervensi :
nyeri
d. Perubahan tanda-tanda a. Tentukan lokasi , karakteristik,

26
vital mutu, dan intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien

b. Periksa order/pesanan medis untuk


obat, dosis, dan frekuensi yang
ditentukan analgesic

c. Beri analgesik 30 – 60 menit


sebelum menyusui dan perineum
bila dibutuhkan.

d. Evaluasi kemampuan pasien dalam


pemilihan obat penghilang sakit,
rute, dan dosis, serta melibatkan
pasien dalam pemilihan tersebut

e. Berikan perawatan yang


dibutuhkan dan aktifitas lain yang
memberikan efek relaksasi sebagai
respon dari analgesic

f. Cek pemberian analgesik selama


24 jam untuk mencegah terjadinya
puncak nyeri tanpa rasa sakit,
terutama dengan nyeri yang
menjengkelkan

g. Kolaborasikan dengan dokter jika


terjadi perubahan obat, dosis, rute
pemberian, atau interval, serta
membuat rekomendasi spesifik
berdasar pada prinsip
equianalgesic

27
3. Resiko infeksi Pengetahuan : Pengontrolan infeksi
b.d penurunan Kontrol infeksi
Aktivitas :
leukosit
Indikator:
1 Ciptakan lingkungan ( alat-alat,
1 Mendeskripsikan berbeden dan lainnya) yang
tanda-tanda dan gejala nyaman dan bersih terutama
2 Mendeskripsikan setelah digunakan oleh pasien
tampilan prosedur- 2 Tempatkan pasien yang harus
prosedur diisolasi yang sesuai dengan
3 Mendeskripsikan kondisi pasien
pengontrolan prosedur- 3 Gunakan selalu handscoon
prosedur sebagai salah satu ketentuan
4 Mendeskripsikan kewaspadaan universal
aktivitas-aktivitas 4 Gunakan sarung tangan yang
meningkatkan daya steril, jika memungkinkan
tahan terhadap infeksi
5 Mendeskripsikan cara
Perawatan perineal
pengobatan untuk
diagnosa Intervensi :
6 Mendeskripsikan
a. Bantu kebersihan.
tingkat keberhasilan
diagnose infeksi b. Menjaga perineum tetap kering.

c. Memberikan alas duduk/bantal


Kontrol resiko pada kursi seperti bantal yang
berbentuk lingkaran, dengan tepat.
Indikator:
d. Memeriksa kondisi torehan atau
1 Mengetahui resiko
sobekan (ex : episiotomy).
2 Memperhatikan factor
resiko lingkungan e. Gunakan kompres dingin dengan
3 Perhatikan factor resiko baik.

28
perilaku individu f. Gunakan heat cradle/heat lamp
4 Kembangkan strategi dengan tepat.
pengawasan factor resiko
g. Melatih pemikiran pasien dan
yang efektif
mengguanakan sitz baths.
5 Tentukan strategi kontrol
resiko yang dibutuhkan h. Bersihkan perineum sepenuhnya
6 Menjalankan strategi pada interval tetap.
7 Mengikuti strategi yang
i. Memelihara kenyamanan posisi
dipilih
klien.
Mengubah gaya hidup untuk
mengurangi resiko j. Gunakan bantalan empuk yang
menyerap untuk menyerap aliran
secara tepat.

k. Catat karakteristik pengaliran


dengan tepat.

l. Memberi dukungan scrotal,


dengan baik.

Proteksi infeksi

Aktivitas:

1 Monitor tanda-tanda dan gejala


sistemik dan local dari infeksi.
2 Monitor daerah yang mudah
terinfeksi.
3 Batasi pengunjung.
4 Pertahankan teknik asepsis untuk
pasien yang berisiko.
5 Inspeksi kulit dan membran

29
mukosa yang memerah, panas,
atau kering.
6 Inspeksi kondisi dari luka operasi
7 Anjurkan istirahat.
8 Anjurkan peningkatan mobilitas
dan latihan.
9 Beri agen imun.
10 Instruksi pasien untuk
mendapatkan antibiotik sesuai
resep.
11 Ajari pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala dari infeksi dan
kapan mereka dapat melaporkan
untuk mendapatkan perawatan
kesehatan.
12 Ajari pasien dan anggota keluarga
bagaimana menghindari infeksi.
13 Berikan ruangan privasi jika
dibutuhkan.
14 Laporkan kemungkinan adanya
infeksi dalam upaya pengendalian
infeksi.
15 Laporka kebiasaan positif dalam
mengendalikan infeksi.

4. Nutrisi kurang Status nutrisi Nutrition Monitoring


dari kebutuhan
Indikator : 1. Berat badan pasien dalam batas
tubuh b.d
normal
penurunan 1. Asupan nutrisi
2. Monitor adanya penurunan berat
nafsu makan 2. Asupan makanan

30
dan mual 3. Asupan cairan badan
4. Energi 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
5. Indek masa tubuh yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Status nutrisi:
5. Monitor lingkungan selama makan
intake makanan
6. Jadwalkan pengobatan dan
dan cairan
tindakan tidak selama jam makan
Indikator : 7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
1. Intake makanan secara
8. Monitor turgor kulit
oral
9. Monitor kekeringan, rambut
2. Intake cairan secara oral
kusam, dan mudah patah
3. Intake cairan melalui IV
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
Status nutrisi: protein, Hb, dan kadar Hemotokrit
intake zat makanan 12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan
Indikator :
kekeringan jaringan konjungtiva
1. Asupan kalori 14. Monitor kalori dan intake nuntrisi
2. Asupan protein 15. Catat adanya edema, hiperemik,
3. Asupan lemak hipertonik papila lidah dan cavitas
4. Asupan karbohidrat oral.
5. Asupan vitamin
6. Asupan mineral
Terapi nutrisi

1. Mengontrol penyerapan makanan


Pengontrolan berat
atau cairan dan menghitung intake
badan
kalori harian, jika diperlukan
Indikator : 2. Memantau ketepatan urutan
makanan untuk memenuhi

31
1. Memonitor berat badan kebutuhan nutrisi harian
2. Memelihara secara 3. Menentukan jumlah kalori dan
optimal intake kalori jenis zat makanan yang diperlukan
setiap hari untuk memenuhi kebutuhan
3. Keseimbangan latihan nutrisi, ketika berkolaborasi
dengan intake kalori dengan ahli makanan, jika
4. Memilih snack bergizi diperlukan
5. Menggunakan 4. Mengatur pemasukan makanan,
suplemen zat gizi jika diperlukan
sesuai kebutuhan 5. Memberi makanan yang punya
6. Menjaga pola makan
yang disarankan
7. Memelihara Mengontrol berat badan
keseimbangan cairan
1. Diskusikan dengan pasien
8. Mencapai berat badan
hubungan antara asupan makanan,
yang optimum
latihan, penambahan berat badan,
9. Memelihara berat
dan kehilangan berat badan
badan optimum
2. Diskusikan dengan pasien kondisi
medis yang mempengaruhi berat
badannya
3. Diskusikan dengan pasien
kebiasaan, adat, budaya, dan
faktor hereditas yang
mempengaruhi berat badannya
4. Diskusikan gabungan resiko yang
akan menjadikan berat badan
bertambah atau berkurang
5. Menentukan berat badan ideal

32
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN CA
CERVIKS DI UNIT KEBIDANAN RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

A. Identitas Diri Klien


Nama : Ny. R No. MR : 98. 74. 45
TTL : 1 Januari 1967 Tanggal Dirawat : 16 April 2018
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Limau Koto Lubuk Alung Padang Pariaman

B. Data Umum Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan Masuk
Klien masuk RS pada tanggal 16 April 2018 melalui IGD RSUP Dr.MDJAMIL
dengan diantar oleh keluarga karena klien mengeluhkan keluar darah yang terus
menerus sejak 3 hari yang lalu dari kemaluan yang mengeluarkan bau busuk,
mengeluhkan sakit pada abdomen bagian bawah, kepala terasa pusing dan badan
terasa letih.

b. Keluhan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 April 2018, pasien masih
mengeluh keluar darah dari kemaluan, darah yang keluar semakin lama semakin
banyak dengan volume ± 1000 cc, berbau, dan terkadang bisa menghabiskan 5
pembalut dalam sehari. Klien juga mengeluh sakit kepala dan nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul frekuensi
3-4 x/hari dan berlangsung lebih kurang 2-3 menit, skala nyeri 6. Klien juga
mengatakan badan terasa letih, nafsu makan berkurang, klien mengatakan
mengalami mual dan muntah sejak bangun tidur klien sudah muntah sebanyak 2x
,±4 sendok makan dan muntah mengandung air dan nasi. Klien juga mengatakan

33
adanya penurunan berat badan sebanyak 5 kg. klien tampah lemah dan tampak
pucat.

c. Faktor Pencetus
a. Usia pertama kali menikah dan Riwayat Melahirkan
Klien mengatakan menikah pada usia 16 tahun dan telah melahirkan
sebanyak 8 kali secara normal.
b. Faktor genetik
Adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker yaitu orang
tua perempuan dari klien (ibu) memiliki riwayat penyakit kanker ovarium dan
saudara perempuannya menderita penyakit kanker payudara, sehingga hal ini
dapat membut klien beresiko untuk terkena penyakit kanker dikarenakan
terdapat dua anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker dari
sisi keluarga yang sama.
c. Faktor Usia
Klien sudah mengidap Ca servik sejak 1 tahun yang lalu saat berusia 49
tahun.

d. Lamanya keluhan
Keluarnya darah dari kemaluan secara terus menerus, nyeri pada abdomen bagian
bawah, pusing dirasakan pasien sudah sejak 3 hari yang lalu, akan tetapi kllien
sudah menderita Ca Cervik sejak 1 tahun terakhir dan klien tidak rutin
menjalankan kemoterapi.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan ia sudah menderita Ca cerviks sejak 1 tahun yang terakhir, dan
sudah menjalani kemoterapi sebanyak 2 kali terakhir oktober 2017 dan pasien tidak
melanjutkan kemoterapi ke-3 dengan alasan sudah sembuh. Dikarenakan perawatan
pengobatan tidak dilakukan klien secara teratur, klien pernah dirawat kembali pada
tanggal 19 Maret 2018 di RSUP Dr. M. Djamil dengan Ca Cerviks dan anemia
selama 2 minggu. Belum 1 bulan klien melakukan perawatan dirumah, keluhan yang

34
dirasakan semakin bertambah ditandai dengan nyeri pada bagian perut bawah dan
pendarahan yang keluar dari daerah kemaluan yang terjadi selama 3 hari dan tidak
berhenti, darah yang keluar semakin lama semakin banyak, berbau, dan terkadang
bisa menghabiskan 4-5 pembalut dalam sehari. Hal tersebut membuat klien menjadi
resah dan memutuskan untuk melakukan check – up terhadap kondisinya dan pada
tanggal 16 April 2018 klien disarankan untuk melakukan pengobatan dirumah sakit.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular.
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Klien mengatakan bahwa ibunya menderita kanker ovarium dan saudara
perempuannya mengalami kanker payudara.

4. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan haid pada usia 12 tahun, dan klien mengatakan siklus haid yang
dialami klien tidak teratur. Klien mengatakan terkadang haid 3 bulan sekali dan
kerkadang ada yang sampai 6 bulan sekali dan darah haid yang keluar tidak terlalu
banyak. Namun setelah klien menikah siklus haid teratur dan tidak ada gangguan
pada saat menstruasi. Klien mengatakan semenjak klien memasuki umur 40 tahun
klien sudah berhenti haid dan tidak pernah datang bulan lagi.

5. Riwayat Perkawinan
Klien menikah sebanyak 1 kali pada usia 16 tahun dan memiliki riwayat melahirkan 8
kali secara normal dan anak terakhir saat ini berusia 25 tahun.

6. Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi Kb setelah melahirkan.

Masalah Keperawatan : Resiko Perdarahan


Nyeri Kronik
C. Pola Nutrisi
BB Sebelumnya : 55 kg Tinggi Badan : 155 cm

35
BB Sekarang : 50 kg
Frekuensi : sebelum sakit : 3 kali sehari, makanan berupa nasi, sayur dan
lauk, dan 1 porsi habis
Selama sakit : 3x /hari, makanan brupa nasi, sayur dan lauk, dan
hanya menghabis 1/3 dari porsi yang diberikan.

Nafsu makan :berkurang, klien hanya menghabis 1/3 dari porsi yang disediakan
dirumah sakit dan sejak pagi sudah muntah sebanyak 2x ±4 sendok
makan mengandung air dan nasi dan klien tampak mual.

Perubahan BB dalam 3 bulan terakhir : sekitar 5 kg

Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

D. Pola Eliminasi
1. Buang Air besar Waktu : Tidak menentu
Frekuensi :
- Perubahan yang dirasakan saat sakit : BAB 1x dalam 4 hari
konsistensi : Padat, berak sedikit - sedikit
Warna : Coklat kehitaman
2. Buang Air Kecil
Frekuensi :
- Saat Sakit : BAK lancar dan terkadang terasa sedikit sakit karena dipasang
kateter. Tidak ada perdarahan.

Masalah Keperawatan : -

E. Pola Tidur dan Istirahat


Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Klien mengatakan terkadang susah tidur
ketika malam hari karena darah yang keluar dan mengganggu kenyamanan klien. Namun

36
masalah tersebut masih bisa diatasi oleh klien, dan klien juga mengatakan merasa lebih
segar setelah bangun tidur.
Masalah Keperawatan :-

F. Pola Aktifitas dan Latihan


Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
mandi, berpakaian dan lain-lain. Saat ini pasien hanya melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit.

G. Pola Bekerja
Jenis Pekerjaan : klien mengatakan seorang pedagang di pasar, selama bekerja
pasien sering mengangkat barang – barang yang berat sendiri.
Lama bekerja : lebih kurang 7 tahun

H. Riwayat Genogram

Perempuan :

Laki- Laki :

Menikah :

Pasien :

Serumah :

37
Klien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, sedangkan suami klien anak pertama.
Klien saat ini telah menikah dan memiliki 8 orang anak, dimana anak terakhir berusia 25
tahun. Saat ini klien tinggal bersama suami dan kedua anaknya.

I. Riwayat Lingkungan
Kebersihan
Klien mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya bersih, sanitasi rumah bagus,
klien mengatakan bahwa ia selalu menjaga kebersihan rumah dans ekitar.
Bahaya
Tidak ada bahaya yang mengancam
Polusi
Klien mengatakan polusi disebabkan oleh asap pembakaran sampah
Masalah Keperawatan :-

J. Aspek Psikososial
1. Persepsi Diri
a. Hal yang amat dipikirkan saat ini
Klien mengaku khawatir akan kondisinya saat ini yang belum ada perubahan
sampai saat ini.
b. Harapan setelah menjalani perawatan
Klien berharap kondisinya cepat pulih kembali dan bisa kembali kerumah serta
beraktivitas seperti biasa.
2. Pertahanan Koping
Klien mengatakan jika ada masalah, pasien membicarakan dengan suaminya untuk
mengambil keputusan, terutama keputusan untuk mengambil tindakan perawatan.
Klien juga mengatakan jika merasakan keluhan sakit yang tidak bisa ditahan, klien
langsung pergi ke RS. Klien juga mengatakan saat ini mengikuti apa saja tindakan
perawatan yang diberikan kepadanya untuk kesembuhannya, klien juga tidak lupa
berdoa agar diberi kesembuhan.
3. Sistem nilai dan kepercayaan
Saat sakit : pasien tidak bisa melakukan sholat dengan alasan sakit, pasien
hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kesembuhan.

38
Masalah Keperawatan :-

K. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmhg Pernapasan : 20x/ menit
Nadi : 88x/ menit Suhu : 36, 6oC
Kepala : Rambut dan kulit kepala terlihat bersih, rambut mudah rontok, rambut
berwarna hitam
Mata : Simetris, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Hidung Sinus : Simetris, tidak ada polip ataupun sekret
Mulut : Mukosa Bibir Kering, Gigi lengkap, Tidak terdapat caries pada gigi dan
stomatitis
Paru-paru : I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi
Pa: Fremitus kiri dan kanan, getaran vocal fremitus kuat
Pe: Sonor
Au :Suara nafas vesikuler
Jantung :I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa: Ictus teraba
Pe: Pekak
Au : Irama jantung regular
Payudara :I : simetris kiri dan kanan
Pa : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
Abdomen :I : Tidak Ascites, perut datar
Pa : Terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas pada abdomen bagian bawah
Pe : Tympani
Au : Bising usus normal
Reproduksi : Terdapat perdarahan pada daerah vagina yang semakin lama semakin
banyak, vagina klien berbau busuk.

39
Muskuloskeletal

Ektremitas atas : Terpasang IVFD Nacl 0,9 % pada tangan kanan klien, CRT < 2
detik, tidak terdapat edema
Ekstremitas bawah : tidak terdapat edema, CRT < 2 detik
Kekuatan otot : 555 555
555 555

Pemeriksaan Penunjang :
- Pasien mengatakan pernah melakukan Biopsi pada tahun 2017

Data Laboratorium
- Tanggal 16 April 2018
Hb : 8, 2 g/dl (12 – 16 )
Leukosit : 11.720 /mm3 (5.000 – 10.000)
Trombosit : 256.000 /mm3(150.000 – 400.000)
Ht : 25 % ( 37 – 43 )
GDS : 127 mg/dl (< 200)
PT : 9,9 detik (9,8 – 13,0)
APTT : 36, 3 detik (31,2 – 41,4 )

Terapi Medis
- IVFD NaCl 0,9% 20 jam/ kolf
- Keterolac inj 3x1
- As. Traneksamat inj 3x50mg
- Vit. K inj 3x1amp
- SF po 2x180 mg
- Transfusi PRC 1 kantung/hari

40
L. Analisa Data

No Data Patofisiologi Masalah

1 DS : Genetik, jarak Resiko Perdarahan


kehamilan dekat,
 Pasien mengatakan keluar hygine yang tidak
darah dari kemaluan sejak baik
3 hari yang lalu hingga saat
ini, darah yang keluar
semakin lama semakin
banyak, berbau, dan Ca. Serviks
terkadang bisa
menghabiskan 5 pembalut
dalam sehari. Kerusakan struktur
jaringan serviks
DO :

 Tampak keluar darah dari


kemaluan klien. Darah Ulserasi
yang ke luar ± 1000 cc dari
kemaluan klien dan darah
berbau.
Perdarahan
 Klien tampak pucat,
spontan
konjungtiva anemis (+)
 Hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal
Tanggal 16 April 2018 Perdarahan
Hb : 8, 2 g/dl berulang
Ht : 25 %
 Klien mendapatkan
transfusi PRC Resiko Perdarahan

2 DS : Genetik, jarak Kekurangan


kehamilan dekat, Volume Cairan
 Klien mengatakan bahwa ia hygine yang tidak
mengalami mual muntah baik
 Klien mengatakan sejak
bangun tidur ia sudah
muntah sebanyak 2x, ± 4
sendok makan, muntah Ca. Serviks
mengandung air dan nasi
 Klien mengatakan bahwa
tubuhnya terasa letih Kerusakan struktur
 Klien mengatakan bahwa ia jaringan serviks
mengalami perdarahan

41
pada kemaluan
Ulserasi
DO :

 Klien tampak lemah Perdarahan


 Turgor kulit buruk spontan
 CRT < 2 detik
 Membran mukosa kering
 Tampak darah keluar pada Perdarahan
kemaluan pasien berulang
 Klien mengganti pembalut
± 4-5 kali perhari
 TTV :
Td : 140/90 mmHg
MK : Kekurangan
FN : 88 x/ i volume cairan

RR : 20 x/ i
S : 36,60 C

3 DS : Genetik, jarak Nyeri Kronik


kehamilan dekat,
 Klien mengeluhkan bahwa hygine yang tidak
ia merasakan sakit kepala baik
dan nyeri pada abdomen
bagian bawah
 Klien mengatakan bahwa ia
sulit tidur dan beraktivitas Ca Serviks
karena nyeri
DO : Infeksi local
serabut saraf
 Klien tampak meringis
daerah panggul
 Klien tampak sering
dan peradangan
meraba abdomen bawah
pada daerah
 Pengkajian nyeri : serviks
P : Nyeridisebabkan proses
penyakit
Rasa nyeri
Q : Klien mengeluh nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada abdomen Nyeri kronik
bagian bawah

42
S : Skalanyeri 6
T : Nyeri hilang timbul frekuensi
3-4 x/hari dan berlangsung lebih
kurang 2-3 menit

 TTV :
Td : 140/90 mmHg
FN : 88 x/ i
RR : 20 x/ i
S : 36,60 C

43
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ny.R dengan Ca. Serviks

No DiagnosaKeperawatan NOC NIC

1. Resiko Perdarahan Derajat perdarahan Pencegahan


perdarahan
Faktor resiko: Indikator :
Aktivitas :
 Aneurisma •Tidak ada kehilangan
 Sirkumsisi darah  Pantaupasienunt
 Kurang •Tidak ada pendarahan uk perdarahan
pengetahuan vaginal  Catat kadar
 Penyebaran •Tidak ada hemoglobin/he
koagulasi penurunantekanan darah matokritsebelum
intravena sistolik dan
 Riwayat jatuh •Tidak ada penurunan sesudahkehilang
 Gangguan tekanan darahdiastolik an darah, sesuai
gastrointestinal •Kulitdanmembran indikasi
(contoh: penyakit mukosatidak pucat  Pantau adanya
gastric ulcer, polip, •Hemoglobin dalam batas tandadan
varises) normal gejalaperdaraha
•Hematokrit dalam batas
 Gangguan fungsi n yang
normal persisten(misaln
hati (contoh:
sirosis, hepatitis) ya, periksa
 Koagulopati yang semuasekresidar
melekat (contoh: ahterang
trombositopenia) ataudarah
 Komplikasi samar)
postpartum  Pantaustudikoag
(contoh: atoni ulasi,
uteri, plasenta termasukprothro
yang tertahan) mbin time(PT),
 Komplikasi waktuthrombolp
kehamilan astinparsial(PTT
(contoh: plasenta ), fibrinogen,
previa, kehamilan degradasifibrin/
molar, ruptur produksplit,dan
plasenta) jumlahtrombosit
, sesuai
 Trauma
ketentuan
 Efek samping
pengobatan (  Pantautanda-
tanda
contoh:
vitalortostatik,
pembedahan,
termasuk
pengobatan,
tekanan darah
pemberian platelet
karena kekurangan  Berikanproduk
produksi darah, darah(misalnya,

44
kemoterapi) trombositdanpla
smabekusegar),
sesuai ketentuan
 Tahan diri
darimemasukka
nbenda-bendake
dalamlubangpen
darahan
 Anjurkan
pasienuntuk
menghindariaspi
rinatauantikoagu
lanlain
 Anjurkan
pasienuntuk
meningkatkanas
upanmakanan
yang
kayavitaminK
 Instruksikanpasi
endan/atau
keluarganyapad
a tanda-
tandaperdarahan
dantindakan
yang
tepat(misalnya,
memberitahukan
perawat) jika
pendarahanterja
di

2. Nyeri kronik Kontrol nyeri Manajemen nyeri


berhubungan dengan Indikator : Aktivitas:
agen cidera fisik
 Mampu mengontrol  Lakukan
Batasan Karakteristik: nyeri (tahu pengkajian nyeri
penyebab nyeri, secara
 Perubahan nafsu mampu komprehensif
makan menggunakan termasuk lokasi,
tehnik karakteristik,
 Perubahan tekanan
nonfarmakologi durasi, frekuensi,
darah
untuk mengurangi kualitas dan faktor
 Perubahan nyeri, mencari presipitasi
frekuensi jantung bantuan)  Observasi reaksi
 Melaporkan bahwa nonverbal dari

45
 Perubahan nyeri berkurang ketidaknyamanan
frekuensi dengan  Bantu pasien dan
pernafasan menggunakan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan
 Laporan isyarat  Mampu mengenali menemukan
nyeri (skala, dukungan
 diaforesis intensitas, frekuensi  Kontrol lingkungan
 Prilaku diatraksi dan tanda nyeri) yang dapat
(mis; mondar- mempengaruhi
Tingkatan nyeri nyeri seperti suhu
mandir, mencari
ruangan,
orang lain dan/atau  Menyatakan rasa
aktivitas lain, pencahayaan dan
nyaman setelah
aktivitas yang kebisingan
nyeri berkurang
 Kurangi faktor
berulang )  Tanda vital dalam
presipitasi nyeri
rentang normal
 Mengekspresikan  Kaji tipe dan
 Meringis tidak ada
prilaku ( mis: sumber nyeri untuk
 Kegelisahan tidak
gelisah,merengek, menentukan
ada
menangis, wadata, intervensi
iritabilitas,  Ajarkan tentang
mendesah) teknik non
farmakologi: napas
 Masker wajah dala, relaksasi,
Fokus (mis : mata distraksi, kompres
kurang bercahaya, hangat/ dingin
tampak kacau,  Berikan analgetik
gerakan mata untuk mengurangi
berpencar atau nyeri
tetap pada satu
 Tingkatkan
fokus meringis ) istirahat
 Prilaku berjaga  Berikan informasi
jaga, Melindungi tentang nyeri
area nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama
 Fokus menyempit nyeri akan
( mis : gangguan berkurang dan
persepsi nyeri, antisipasi
hambatan proes ketidaknyamanan
berfikir, penurunan dari prosedur
interaksi dengan
orang yang dan
lingkungannya ) Analgesic
 Indikasi nyeri yang administration
dapat diamati Aktvitas:

46
 Perubahan posisi  Tentukan lokasi,
untuk menghindari karakteristik,
nyeri kualitas dan
derajat nyeri
 Sikap melindungi sebelum
tubuh pemberian obat
 Cek riwayat
 Dilaktasi pupil
alergi
 Melaporkan nyeri  Pilih analgesic
yang di perlukan
 Fokus pada diri dan dosis
sendiri  Pilih rute
pemberian obat
 Gangguan tidur  Evaluasi
efektivitas
analgesic
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali

3. Kekurangan volume Keseimbangan cairan Manajemen Cairan


cairan berhubungan
dengan kehilangan Kriteria hasil : Aktivitas :
cairan aktif
 Tekanan darah  Timbang BB
BatasanKarakteristik : dalambatas normal tiap hari
 Mukosabibirlemba
 Perubahan status b  Hitung haluran
mental  Turgor kulitbaik
 Pertahankan
 Perdarahantidakad
 Kelemahan a
intake yang
akurat
 Penurunan turgor  Tandadehidrasitida
kulit kada  Pasang kateter
urin
 Penurunan turgor
lidah  Monitor status
hidrasi (seperti
 Kulit / membran :kelebapan
mukosa kering mukosa
membrane,
 Frekuensi nadi nadi)
meningkat
 Monitor status
 Penurunan tekanan hemodinamik

47
darah termasuk
CVP,MAP, PAP
 Penurunan volume
nadi  Monitor hasil
lab. terkait
 Penurunan tekanan retensi cairan
nadi (peningkatan
BUN, Ht ↓)
 Penurunan
pengisian vena  Monitor TTV
 Penurunan  Monitor status
haluaran urine nutrisi
 Konsentrasi urine  Monitor respon
meningkat pasien untuk
meresepkan
 Suhu tubuh terapi elektrolit
meningkat
 Anjurkan klien
 Hematokrit untuk intake
meningkat oral
 Penurunan BB  Distribusikan
tiba-tiba cairan> 24 jam

 Tawarkan snack
(seperti : jus
buah)

 Konsultasi
dengan dokter,
jika gejala dan
tanda
kehilangan
cairan makin
buruk

 Kaji
ketersediaan
produk darah
untuk trsanfusi

 Persiapkan
untuk
administrasi
produk darah

 Berikan terapi

48
IV

 Berikan cairan

 Berikan diuretic

 Berikan cairan
IV

 Nasogastrik
untuk
mengganti
kehilangan
cairan

 Pemberian
produk darah

49
50

You might also like