Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
saluran empedu merupakan batu duktus koledokus. Oleh sebab itu, kolangitis di
negara Barat ditemukan pada berbagai usia, dan merupaan sepertiga dari jumlah
kolesistitis. Batu intrahepatik dan batu primer saluran empedu juga cukup sering
ditemukan.
2
BAB II
KONSEP MEDIS BATU EMPEDU
2.1 Definisi
Kolelitiasis merupakan adanya batu dikandung empedu, atau pada saluran
kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu
digolongkan atas 3 golongan:
1. Batu Kolesterol
Berbentuk oval, multifoikal atau mulberry dan mengandung lebih dari
70% kolesterol
2. Batu Kalsium Bilirubinan (Pigmen Coklat)
Berwarna coklat/ coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsuium bilirubinat sebagai komponen utama
3. Batu Pigmen Hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan
kaya akan sisa zat hitam yang tak terektrasi.
3
atas abdomen, dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng.
2. Ikterus
Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung empedu
dengan presentase kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus
koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai gejala gatal gatal yang mencolok pada kulit.
4
3. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay-colored”
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mangganggu absorpsi vitamin A, D, E
dan K yang larut lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala
difisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi
vitamin K dapat menganggu pembekuan darah yang normal. Bilamana batu
empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus, kandung empedu
akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam
waktu yang relatif singkat. Jika batu empedu terus menyumbat saluran
tersebut, penyumbatan ini dapat mengakibtkan abses, nekrosis dan perforasi
disertai peritonitis generalisata.
2.3 Penyebab
Menurut Price (2006, 502) Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam
kandung empedu dan jarang dibentuk pada bagian saluran empedu lain. Etiologi
batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya; akan tetapi, tampaknya faktor
predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu.
Perubahan komposisi empedu kemungkinan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati
penderita batu empedu kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan
kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu
(dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu
empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat
meyebabkan terjadinya stasis. Faktor hormonal (terutama selama kehamilan)
5
dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan
menyebabkan tingginya insiden.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan
batu empedu. Mukus meningkatkan vikositas empedu, dan unsur sel atau bakteri
dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering
timbul sebagai akibat dari terbentunya batu empedu, dibandingkan sebagai
penyebab terbentuknya batu empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi terhadap penyakit batu empedu (cholelitiasis), yaitu:
1. Nyeri
2. Resiko syok (hipovolemik)
3. Ketidakefektifan Nutrisi Krg Dari Kebutuhan Tubuh
Bagan patogenesis batu empedu, dibawah ini yaitu:
6
Proses Degenerasi Penyakit
Penurunan Fungsi Hati Gangguan Metabolisme
Hati
Batu Empedu
RESIKO INFEKSI
Aliran Balik Getah
Distensi Kandung Empedu
Empedu
Port De Entree Pasca
Bedah
Bag.Fundus Menyentuh Iritasi Lumen
Bag.Abdomen Kartilago
Intervensi Pembedahan
Inflamasi
Merangsang Ujung Saraf
Eferen Simpatis
Termostrat Di Enzim Sgot & Sgpt
Hipotalamus Meningkat
Hasilkan Substansi P
Hipertermi
Nyeri Hebat Pada Kuadran Merangsang Nervus
Atas & Nyeri Tekan Daerah Vagal
Epigastrium Permeabilitas Kapiler
Menekan S.Parasimpatis
Ketidakefektifan Nutrisi
Peningkatan Rasa Mual
Krg Dari Kebutuhan
Dan Muntah
7
Tubuh
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Price (2006, 503) Diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis akut atau
kronis sering didasarkan pada ultrasonografi (USG) yang dapat menunjukkan
adanya batu atau malfungsi kandung empedu. Kolesistitis ajut juga dapat
didiagnosis menggunakan koleskintigrafi, yaitu suatu metode menggunakan agen
radioaktif IV. Selanjutnya pemindaian dilakukan pada saluran empedu untuk
melihat adanya kandung empedu dan pola biliar. Bila tidak tersedia peralatan
USG, digunakan koleistografi oral. ERCP (endoscopic retrograde
cholangiopancreatography) dapat digunakan untuk mendeteksi adanya batu
dalam duktus. Batu empedu dapat terlihat pada foto polos bila mengalami
klasifikasi secara bermakna.
8
b. Batu radiolusen
c. Fungsi kandung empedu dengan pengosongan normal
d. Adanya komplikasi, seperti obstruksi dan pankreatitis
2) Pembedahan untuk mengangkat kandung empedu (kolesistektomi) ,
apabila pengobatan paliatif tidak mungkin lagi dikerjakan.
a. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna
yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2%
pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang
dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah
kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
b. Kolesistektomi laparaskopi
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun
1990 dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara
laparoskopi. 80-90% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini
karena memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-
0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada
jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang
dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN BATU EMPEDU
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Ngawi, Malang
Jenis Kelamin : laki - laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan :-
1) Keluhan Utama
Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri ulu hati yang menjalar ke punggung, dan nyeri bertambah hebat setelah
makan disertai mual dan muntah.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien belum pernah menderita penyakit kolelitiasis.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit kolelitiasis.
10
3. Perkusi : timpani
4. Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, hepar-lien
tidak teraba, massa (-)
5. Sistem endokrin
Kantung empedu terlihat dan teraba oleh tangan terjadi pembengkakan
pada kandung empedu.
a. Aktivitas/istirahat
- Gejala : kelemahan
- Tanda : gelisah
b. Sirkulasi
- Tanda : takikardi, berkeringat
c. Eliminasi
- Gejala : perubahan warna urine dan feses
- Tanda : distensi abdomen, terba masssa pada kuadran atas, urine pekat
dan gelap, feses warna tanah liat, steatorea
d. Makanan/cairan
- Gejala : anereksia, mual/muntah
Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembentuk lemak.
Regurgitas berulang, nyeri epigastrium, tidak dapt makan, flatus
dyspepsia
- Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
e. Nyeri/kenyamanan
- Gejala : nyeri berat atas abdomen, dapat menyebar ke punggung atau
bahu kanan
Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan
Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit
- Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas
ditekan; tanda Murphy positif
f. Pernapasan
- Tanda : peningkatan prekuensi pernapasan
11
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal
g. Keamanan : demam, menggigil
- Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus)
Kecendrungan perdarahan (kekurangn vitamin K)
Infeksi
Nyeri
DS : - Penurunan peristaltik Penurunan volume cairan
DO : pasien lemah, mata karena efek kolelitiasis
cowong, turgor kulit buruk
Makanan tertahan di dalam
lambung
12
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
3.4 Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi dan catat lokasi, beratnya Membantu membedakan penyebab
(skala 0-10) dan karakter nyeri nyeri dan memberikan informasi
(menetap, hilang timbul, kolik). tentang kemajuan/perbaikan
Tingkatkan tirah baring, biarkan penyakit, terjadinya komplikasi,
pasien melakukan posisi yang dan keefektifan intervensi.
nyaman. Meningkatkan istirahat,
Kolaborasi : Pertahankan status memusatkan kembali perhatian,
puasa, masukan / pertahankan dapat meningkatkan koping.
penghisapan NG sesuai indikasi. Tirah baring pada posisi fowler
Kolaborasi : Berikan obat sesuai rendah menurunkan tekanan
indikasi; antikolinergik. intraabdomen.
Membuang secret gaster yang
merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan kontraksi
13
kandung empedu.
Menghilangkan reflex
spasme/kontraksi otot halus dan
membantu dalam manajemen
nyeri.
Intervensi Rasional
Pertahankan masukan dan haluaran Memberikan informasi tentang
akurat, perhatikan haluaran kurang status cairan/volume sirkulasi dan
dari masukan, peningkatan berat kebutuhan penggantian.
jenis urine. Kaji membrane Muntah berkepanjangn, aspirasi
mukosa/kulit, nadi perifer, dan gaster, dan pembatasan pemasukan
pengisian kapiler. oral dapat menimbulkan deficit
Awasi tanda / gejala natrium, kalium dan klorida.
peningkatan/berlanjutnya Menurunkan sekresi dan motilitas
mual/muntah, kram abdomen, gaster.
kelemahan, kejang, kejang ringan, Menurunkan mual dan mencegah
kecepatan jantung tak teratur, muntah.
parestesia, hipoaktif atau tak adanya Mempertahankan volume sirkulasi
bising usus, depresi pernapasan. dan memperbaiki
Kolaborasi : Pertahankan pasien ketidakseimbangan.
puasa sesuai keperluan.
Kolaborasi : Berikan antimetik.
Kolaborasi : Berikan cairan IV,
elektrolit, dan vitamin K.
14
3. Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan
dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah.
Intervensi Rasional
Kaji distensi abdomen, sering Tanda non-verbal ketidaknyamanan
bertahak, berhati-hati, menolak berhubungan dengan gangguan
bergerak. pencernaan, nyeri gas.
Perkirakan/hitung pemasukan Mengidentifikasi kekurangan /
kalori juga komentar tentang napsu kebutuhan nutrisi. Berfokus pada
makan sampai minimal masalah membuat suasana negative
Berikan suasana menyenangkan dan mempengaruhi masukan.
pada saat makan, hilangkan Untuk meningkatkan napsu
rangsangan berbau. makan/menurunkan mual.
Kolaborasi : Konsul dengan ahli Berguna dalam membuat kebutuhan
diet/tim pendukung nutrisi sesuai nutrisi individual melalui rute yang
indikasi. paling tepat.
Tambahkan diet sesuai toleransi, Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
biasanya rendah lemak, tinggi meminimalkan rangsangan pada
serat, batasi makanan penghasil kandungan empedu.
gas dan makanan/makanan tinggi
lemak.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolelitiasis merupakan penyakit batu empedu yang dapat
ditemukan didalam kandung empedu atau didalam duktus koledokus, atau
pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol,
terbentuk didalam kandung empedu (kolesistolitiasis).
Kolelitiasis digolongkan menjadi tiga yaitu Batu Kolesterol, Batu
Kalsium Bilirubinan (Pigmen Coklat), Batu Pigmen Hitam.
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batuempedu
di dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsure – unsurepadat yang
membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi
yang bervariasi.mengandung empedu yang pada umumnya komposisi
utamanya adalah kolesterol.
4.2 Saran
Sebagai perawat profesional diharapkan mampu melakukan
tindakan Asuhan Keperawatan yang tepat dan sesuai prisedur. Selaim itu
pasien juga diharapkan dapat mengetahui labih lanjut tentang penyakit
kolelitiasis dan dapat menghindari makanan yang dapat menyebabkan
penyakit. Misalnya engan mengkonsumsi makanan yang mengandung
lemak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Grace, P. A. & Borley, N. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama
Inayah, I. 2005. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, E/6, Vol.1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sjamsuhidayat, R, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat, Ed.3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC
17