You are on page 1of 29

ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES

DI SUSUN OLEH :

1. Iva Susanti (1611021)


2. Khusnul Arifianti (1611023)
3. Krista Maisari (1611024)
4. Leny Pramudya W (1611025)
5. Mufarikhatul Binti L (1611026)

PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan dan
pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Scabies. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ulfa M.Kep.,Ns selaku dosen pengampu
dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 29 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI KULIT .........................................................................................................2
2.2 FISIOLOGI KULIT ........................................................................................................4
2.3 PENGERTIAN VARISELA ...........................................................................................6
2.4 ETIOLOGI ......................................................................................................................6
2.5 KLASIFIKASI ................................................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................7
2.7 PATOFISIOLOGI ...........................................................................................................8
2.8 KOMPLIKASI ................................................................................................................10
2.9 PENCEGAHAN .............................................................................................................10
2.10 PENGOBATAN ...........................................................................................................11
2.11 PENATALAKSANAAN ..............................................................................................11
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ................................................................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................12
3.3 INTERVENSI .................................................................................................................13
BAB IV. APLIKASI KASUS SEMU
4.1 KASUS ...........................................................................................................................16
4.2 PENGKAJIAN ................................................................................................................16
BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ...............................................................................................................29
5.2 SARAN ...........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau
terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3
sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat
penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan,
memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu
membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi
skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kelompok tertarik untuk membahas Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gangguan Kulit karena Parasit (Skabies).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Sistem Integumen
berkenaan dengan penyakit Kulit karena Parasit (Skabies)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies
2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies
3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan pengkajian
4. Menjelaskan tentang pembuatan rencana keperawatan berdasarkan teorii
keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi (bersifat menular)
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari
penyakit ini adalah kudis, the icth, gudig, budukan, dan gatal agogo. (Handoko, 2007)
Scabies (the icth, gudig, budukan, dan gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi (bersifat menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei
Var. Hominis dan produknya. (Arief, M. Suproharta, Wahyu J.K Wlewik S. 2000)
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau infestasi yang
dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya;
sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan) yang menyerang kulit.
Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama
Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily
Sarcoptes. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes
Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Ovis. (Sacharin, R.M, 2001)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007:
119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya
scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http:
//journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras
dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes
scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30
September 2008).
dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa scabies adalah
penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau
(mite) Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch,
gudik, atau gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.

2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang
erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21̊ C dengan
kelembaban relatif 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina dan
kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam
epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum dan lucidum.
Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina
mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang kemudian berkembang melalui stadium
larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu
betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih
banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel
pilosebasea. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan
yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu
penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-
bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu
setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali
terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi
oleh ekskreta kutu.

2.3 Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah,
higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis,
dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam
Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S).

2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain
(Sungkar, S, 1995):
2.3.1 Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2.3.2 Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
2.3.3 Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila.Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau
scabies.Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan ko rtikosteroid.
2.3.4 Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4
– 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
2.3.5 Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan
kaki yang dapat disertai distrofi kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada
penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena
jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia terjadi
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
2.3.6 Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi di
muka.(Harahap.M, 2000).
2.3.7 Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.(Harahap.M, 2000).

2.5 Manifestasi Klinis


Ada 4 tanda cardinal berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya
merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola
mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna
kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit
mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Pada pasien
yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang
kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo,
dan furunkulsis.

2.6 Patofisologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

2.7 Cara Penularan


1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara
binatang peliharaan misalnya anjing.

2.8 Evaluasi Diagnostik


Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup
dan lhat dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis
dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

2.9 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi
pada ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang
terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila
digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga
dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di
sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

2.9 Penatalaksanaan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi
skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan
wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam
8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada
50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24
jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di
area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Mengkaji identitas anak dan orang tua seperti nama, alamat untuk menentukan
penyebab mengapa pasien terkena scabies karena apabila anak yang terkena scabies
tinggal di tempat yang endemik scabies dan daerah tersebut padat penduduknya akan
terjadi peningkatan resiko penularan scabies. Selain itu dikaji juga usia anak karena
semakin muda, system imunnya rendah sehingga mudah sekali untuk masuknya S.
scabiei dan S.scabiei senang dengan kulit yang tipis seperti pada kulit anak. Perawat
juga harus mengkaji jenis kelamin, anak laki-laki banyak yang terkena scabies karena
aktivitas anak laki-laki lebih banyak dibanding anak perempuan dan hygiene anak
laki-laki kurang sehingga mudah terkena scabies.

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Pengkajian Umum
a. Keluahan Utama
Pada anak penderita scabies terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama
pada kulit yang tipis seperti kulit kepala, wajah, leher, telepak tangan dan kaki.
Anak juga merasakan gatal terutama pada malam hari karena S.scabiei bekerja
membuat terowongan pada malam hari dan S.scabiei senang dengan suhu yang
lembab dan panas.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
2) Riwayat Kesehatan Sebelumnya.
Pasien pernah masuk RS karena alergi
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada anggota
keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke anggota keluarga yang
lain.

2. Pemeriksaan Fisik
Basic Promoting Physiology of Health
Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Apabila sakit, anak biasa membeli obat di toko obat terdekat atau apabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
3) Pola Eliminasi
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola eliminasinya.
4) Pola Latihan / Aktivitas
Anak yang terkena scabies akan menjadi malas melakukan kegiatan
sehari-hari seperti mandi, makan, bermain, dll karena anak focus terhadap rasa
gatal dan nyeri yang dirasakan
5) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
6) Pola Persepsi Kognitif
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola kognitif
perceptualnya
7) Pola Persepsi Diri
Pada anak yang terkena scabies akan menjadi kurang percaya diri akibat
gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas
8) Pola Koping dan Toleransi stress
Kehilangan atau perubahan yang terjadi pada penderita scabies adalah
anak malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalah utama
yang terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal, dan pasien menjadi
malas untuk bermain, bersosialisasi.
9) Pola Hubungan Peran
Pada anak yang terkena scabies membutuhkan dukungan dari orang tua
atau orang terdekat karena kebanyakan penderita scabies kepercayaan dirinya
kurang akibat dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas.
Dukungan dari orang tua akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan anak
dapat cepat sembuh.
10) Pola Reproduksi Seksual
Tidak terjadi gangguan
11) Pola Keyakinan
Intensitas beribadahnya menjadi berkurang dan tidak bisa maksimal
Pengkajian Persistem
- Keadaan Umum : Baik
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Tanda – tanda vital :
o TD : 110/90 mmHg
o N : 72 x/mnt
o RR : 20 x/mnt
o S : 37,4 C
1) Sistem Integumen
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan
lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan
lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul
pada kulit kepala dan wajah.
Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam
hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam
dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
- Kepala : Kadang ditemukan bula
- Dada : Kadang ditemukan bula
- Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
- Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
2) Sistem Kardiovaskuler
Tidak terjadi gangguan
3) Sistem Pernapasan
Tidak terjadi gangguan
4) Sistem Penginderaan
Tidak terjadi gangguan
5) Sistem Pencernaan
Tidak terjadi gangguan
6) Sistem Perkemihan
Tidak terjadi gangguan
7) Sistem Muskuluskeletal
Tidak terjadi gangguan
8) Sistem Reproduksi
Tidak terjadi gangguan
9) Sistem Neurobehaviour
Tidak terjadi gangguan
3.1 DIAGNOSA KEPPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi

3.3 INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kerusakan Integritas jaringan : kulit Pemberian obat kulit
integritas jaringan Ditingkatkan ke 4 Aktivitas:
kulit Indikator: 1. Catat riwayat medis dan
1. Suhu kulit riwayat alergi.
2. Sensasi 2. Tentukan pengetahuan
3. Elastisitas pasien mengenai
4. Tekstur medikasi dan
5. Integritas kulit pemahaman pasien
6. Pengelupasan kulit mengenai pemberian
obat.
3. Tentukan kondisi kulit
pasien di atas area
dimana obat akan
diberikan.
4. Buang sisa obat
sebelumnya dan
bersihkan kulit.
5. Berikan obat di atas kulit
sesuai kebutuhan.
6. Monitor adanya efek
samping lokal dari
pemberian obat.
1. Dokumentasikan pemberian
obat dan respon pasien.

2. Resiko infeksi Kontrol Resiko: Proses Perlindungan Infeksi


Infeksi Aktivitas:
Dipertahankan ke 4 1. Monitor adanya tanda
1. Mengidentifikasi dan gejala infeksi
tanda dan gejala sistemik dan local.
infeksi 2. Monitor kerentanan
2. Mengidentifikasi terhadap infeksi.
strategi untuk 3. Berikan perawatan kulit
melindungi diri dari yang tepat untuk area
orang lain yang yang mengalami infeksi.
terkena infeksi 4. Periksa kulit dan selaput
3. Memonitor perilaku lendir untuk adanya
diri yang berhubungan kemerahan, kehangatan
dengan resiko infeksi ekstrim, atau drainase.
4. Memonitor factor di 5. Anjurkan istirahat .
lingkungan yang 6. Instruksikan pasien
berhubungan dengan untuk minum antibiotic
resiko infeksi yang diresepkan.
5. Mempraktikan strategi 7. Ajarkan pasien dan
efektif untuk anggota keluarga
mengontrol infeksi bagimana cara
6. Memonitor perubahan menghindari infeksi.
status kesehatan 8. Lapor dukaan infeksi
7. Melakukan tindakan pada personil pengendali
segera untuk infeksi dari air, udara.
mengurangi resiko
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Kasus

Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di bagian
ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja sehingga pada malam hari pasien
tidak bias tidur karena gatal-gatal. setelah 1 hari dirawat di RS dipastikan klien mengalami
scabies akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal secara terus menerus. klien
mengatakan saat gatal klien langsung mengambil barang runcing/tajam untuk menggaruk.

A. IDENTITAS KLIEN
1) Pasien
Inisial : Tn .”K”
Umur : 53 tahun
Pendidikan : smp
Pekerjaan : buruh
Status Pernikahan : menikah
Alamat : km 16 sebogor
Diagnosa Medis : Scabies
No. Reg / Rm : 215384

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny”S”
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : turut suami
Status Pernikahan : menikah
Alamat : km 16 sebogor

B. PENGKAJIAN
1) Alasan utama datang ke rumah sakit : klien mengatakan gatal yang tidak sembuh-sembuh
2) Keluhan Utama ( Saat dikaji ) : klien mengeluh gatal pada ketiak
3) Riwayat perjalan penyakit saat ini ( P,Q,R,S,T )
Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di
bagian ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja . setelah 1 hari dirawat di
RS dipastikan klien mengalami scabies akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal
secara terus menerus.
4) Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan tidak ada riwayat sakit masa lalu
5) Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita poenyakit ini
6) Riwayatan Pengobatan dan alergi :
a. Riwayat pengobatan : Sebelum kerumah saki klien mengatkan pergi ke puskesmas terdekat
b. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi

C. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : GCS ; E; 4 M; 6 V; 3 = 1 , Compos mentis : klien dalam keadaan sadar penuh
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg
- Tekanan Nadi : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu Tubuh : 36 °C
Sakit / Nyeri : gatal pada daerah yang bermasalah
Status Gizi : Berat badan klien dalam kondisi ideal
Sikap : klien mengatakan saat gatal klien langsung mengambil barang
runcing/tajam untuk menggaruk
Masalah Keperawatan : gatal pada daerah ketiak
2. Pemeriksaan Khusus
Kulit
Warna : Warna kulit anemis
Tugor : Tugor kulit elastis
Tekstur : Tekstur kulit elastis
Kelembapan : Kelembapan kulit basah
Memar/Luka : terdepat luka akibat bekas garukan
Kebersihan : kebersihan kulit kurang
Masalah keperawatan : kebersihan kulit kurang
Ada luka bekas garuka

Kepala
Bentuk : Bentuk kepala simetris kiri dan kanan
Warna Rambut : Warna rambut hitam
Distribusi : Distribusi rambut hitam merata
Tekstur : Tekstur kulit halus
Kualitas : Berbau dan Berminyak
Kebersihan : Kebersihan rambut tidak bersih karna berminyak
Masalah Keperawatan : Timbul ketombe
Bentuk mata : Mata tidak simetris, mata kanan mengalami kecacatan
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis (berwarna merah jambu)
Sklera : Sklera mata putih
Reaksi cahaya : Dapat berkedip bila ada rangsangan cahaya
Pupil : Pupil isokator
Visus : 6/6
Kebersihan : kebersihan mata cukup bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Hidung
Bentuk : Simetris,tidak ada kelainan
Kebersihan : Cukup bersih di area hidung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Telinga
Bentuk : Simetris, telinga kanan kiri
Pendengaran : Dapat mendengar dengan jelas
Kebersihan : Cukup bersih pada area telinga
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Mulut dan Tenggorokan


Mukosa bibir : Simetris antara bibir atas dan bawah
Bibir : Bibir normal
Sakit menelan : Sakit ketika menelan
Lidah : Tidak dapat membedakan rasa ( campah )
Tonsil : Normal ( tidak ada penyakit )
Kebersihan : Cukup bersih pada area mulut dan tenggorokan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

Leher
Bentuk : Simetris kiri dan kanan tampak seimbang
Kelenjar tiroid : Normal ( Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid )
Vena jugularis : Tidak ada peningkatan vena jugularis
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Dada
Jantung
Inpeksi : Ictus cordis tampak terlihat
Palpasi : Vocal premitus HR : 80 x/ menit
Perkusi : Sonor Suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi : Irama teratur, tidak ada suara tambahan

Paru-paru
Inpeksi : Simetris, tidak ada kelainan ( ) RR: 20 x/ menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor, suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi : Vesikuler bunyi, pernapasan normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Abdomen
Inpeksi : Bentuk : semitris, tidak ada pembesaran
Auskultasi : Peristaltik :4 x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani bunyi perkusi perut redup
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Genetalia
Penis : Normal
Srotum dan testis : Normal
Anus : Tidak terdapat pelebaran pena
Kebersihan : Kebersihan pada genetalia bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Ekstremitas atas dan bawah


Rentang gerak : Tidak terdapat keterbatasan gerak
Kekuatan otot : Skala 5 kekuatan utuh
Nyeri sendi : Tidak ada nyeri sendi
Edema : Tidak ada edema
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
 Rencana Keperawatan

No Data penunjang Etiologi Masalah


Keperawatan
1.  DS: Kerusakan
 Klien mengatakan jika integritas
terasa gatal langsung jaringan kulit
mengambil barang runcing
atau tajam untuk
menggaruknya
 Klien mengatakan gatal
pada ketiak kanan dan kiri

Do:
Lokasi gatal selalu melebar
Klien tampak sering
menggaruk
Klien tampak nyeri
Kemerahan
pendarahan

2. DS : Gatal hebat Gangguan rasa


Klien mengatakan gatal ↓ nyaman
pada ketiak kanan dan kiri menggaruk
pada malam hari. ↓
Klien mengatakan tidak Tidak bisa istirahat tenang
dapat tidur. ↓
Gangguan rasa nyaman
DO :
 Klien tampak sering
menggaruk.
 Klien tampak tidak bisa
tidur
 TD : 120/90 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 RR : 20
 T : 36 C
3. DS: Resiko infeksi
Klien mengatakan saat
gatal langsung mengambil
barang runcing atau tajam
untuk menggaruk

DO:
Ada bekas luka garukan
T: 36 C

 Intervensi

Masalah keperawatan NOC NIC

Kerusakan integritas Integritas jaringan kulit & Pencegahan Luka Tekan


jaringan kulit membran mukosa Aktivitas-aktivitas:
Di pertahankan pada skala 2 di 1. Menggunakan metode
tingkatkan pada skala 5 pengukuran suhu kulit yang
Indikator: tepat untuk mengetahui risiko
1. Suhu kulit kulit yang tepat untuk
2. Sensasi mengetahui risiko luka tekan,
3. Tekstur sesuai dengan protap yang ada
4. Integritas kulit 2. Monitor ketat area yang
5. Jaringan parut mengalami kemerahan
6. Pengelupasan kulit 3. Hindarkan kulit dari
7. Eritema kelembapan berlebihan yang
berasal dari keringat, cairan
luka ,dan inkontinensial fekal
atau BAK
4. Berikan perlindungan pada
kulit seperti krim pelembab
atau penyerap cairan, untuk
mengatasi basah berlebih
5. Gunakan bantal untuk
meninggikan area yang
tertekan
6. Lembabkan kulit yang kering
dan pecah-pecah
7. Pasang bantalan pada siku
dan tumit jika di butuhkan

Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan: fisik Manajemen pruritus


Di pertahankan pada skala 3 di Akitivitas:
tingkatkan pada skala 5 1. Lakukan pemeriksaan fisik
Indikator: untuk mengidentifikasi
1. Kontrol terhadap gejala (terjadinya) kerusakan kulit
2. Baju yang nyaman (misalnya, lesi, bula, ulserasi,
3. Perawatan pribadi dan dan abrasi).
kebersihan 2. Pasang perban atau balutan
4. gatal-gatal pada tangan atau siku ketika
(pasien) tidur untuk
membatasi gerakan
menggaruk yang tidak
terkontrol, sesuai dengan
kebutuhan
3. Berikan opiate antagonists,
sesuai dengan indikasi
4. Instruksikan pasien untuk
tidak memakai pakaian yang
ketat dan berbahan wol atau
sintetis
5. Instruksikan pasien untuk
mempertahankan potongan
kuku dalam keadaan pendek

Risiko Infeksi Keparahan infeksi Kontrol infeksi


Di pertahankan pada skala 3 di Akitivitas-aktivitas :
tingkatkan pada skala 5 1. Pakai pakian ganti atau
Indikator : jubah saat menangani bahan-
1. Kemerahan bahan yang infeksius
2. Ketidakstabilan suhu 2. Gosok kulit pasien dengan
3. Nyeri agen antibakteri yang sesuai
4. Menggigil 3. Pastikan teknik perawatan
5. Kolonisasi kultur area luka luka yang tepat
4. Dorong untuk beristirahat
5. Berikan terapi antibiotik
yang sesuai
6. Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik seperti
yang diresepkan
7. Anjurkan pasien dan
anggota keluarga mengenai
bagaimana menghindari
infeksi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau infestasi yang
dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya;
sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan) yang menyerang kulit.
Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama
Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily
Sarcoptes.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang
erat.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan
tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah
penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali
terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi
oleh ekskreta kutu.Diduga epidemic scabies setiap siklus 30 tahun.
Tanda gejala scabies antara lain. pruritus nokturna, Penyakit ini menyerang manusia
secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga
terkena infeksi, adanya terowongan (kunikulus) Menemukan tungau, dengan membuat
kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Diagnosis dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Scabies dapat menular melalui Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit,
misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.Kontak tak langsung
yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang scabies dan dapat menerapkan
asuhan keperawatan tentang scabies kepada masyarakat terutama bagi para nakes.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman Joanne Mc Closkey C. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). USA
Mosby
Heather, T. Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan: Devinisi dan klasifikasi 2009-
2011. Jakarta EGC
Moorheat, Sue, DKK. 2004 Nursing out Comes Classification (NIC). USA Mosby
Graham robin dan tony burns. 2002. Lecture Notes Dermatologi. Surabaya: Erlangga

You might also like