You are on page 1of 8

BERMAIN, BERCERITA, BERBICARA, DAN BERBAHASA

Mengajarkan Bahasa dan Mengintegrasikan Budaya Dalam Pengajaran BIPA


kepada Anak – Anak

Oleh
MURTI BUNANTA

Makalah dibawakan untuk KiPBiPA VII, 29-30 Juli di Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, Jawa Barat.

Abstrak

Makalah ini tidak mencoba menyajikan sebuah diskusi berdasarkan teori bahasa yang canggih,
melainkan menyampaikan sebuah pengalaman yang hendak dibagikan kepada peserta bagaimana
mengajarkan bahasa kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan.
Sumber bahasa yang dipergunakan adalah buku cerita, khususnya buku cerita rakyat yang
mengandung budaya Indonesia. Buku cerita yang diperagakan sebaiknya memenuhi beberapa
kriteria. Pertama, ditulis dengan bahasa yang terpelihara; kedua, ceritanya menyenangkan serta
dapat dimodifikasikan menjadi berbagai permainan yang menyenangkan (bermain drama,
bermain peran, bermain dengan berbagai alat peraga, dituliskan kembali, diceritakan kembali, dan
sebagainya); ketiga, permainan yang dikreasikan membuat anak bercerita dan menulis dalam
sebuah bahasa yang terpelihara; keempat, kegiatan bercerita ini membuat anak berbicara dalam
bahasa (Indonesia) dan sekaligus mengenal budaya (Indonesia) melalui buku yang dibacanya;
kelima, berani berbicara berarti anak menguasai bahasa yang diajarkan atau terampil berbahasa
sesuai dengan tingkat dan umurnya tanpa malu ataupun ragu-ragu.
Makalah ini akan mengajak peserta untuk mempraktekkan berbagai permainan yang
menyenangkan dengan contoh berbagai cerita rakyat Nusantara yang dimodifikasi. Bermain,
bercerita, dan berbicara adalah salah satu cara berbahasa.

1
Pengantar

Kegiatan utama Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) adalah menyemangati anak-
anak untuk cinta membaca. Dari pengalaman ini, dalam berbagai kesempatan, baik ketika
kami bercerita di Rumah Sakit, di sekolah, di perpustakaan, di daerah bekas bencana
alam, di desa dan di berbagai komunitas, ternyata tanpa disadari kami dan anak-anak
berbicara dalam bahasa yang rapih. Walaupun demikian, suasana akrab dan santai tetap
terjalin (ditandai dengan gelak tertawa).
Ada dua kegiatan utama yang kami lakukan dalam kegiatan bersama anak-anak,
yaitu membacakan cerita dari buku dan bermain dengan cerita tersebut. Bila pertemuan
berlanjut, maka kami akan mengajak dan mengajarkan anak-anak untuk menuliskan
ceritanya sendiri.
Mungkin pengalaman kami ini dapat dipakai juga untuk mengajarkan bahasa
Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan dalam suasana tidak formal bagi anak
penutur asing, karena kegiatan utama anak-anak di mana pun dia berada adalah bermain.
Kegiatan bermain tidak seharusnya dihilangkan dari kehidupan mereka, karena anak
sebenarnya sedang belajar ketika mereka bermain.

Buku Bermutu dan Guru yang Antusias

Buku yang bermutu adalah suatu keharusan, karena cerita dari buku adalah sumber bagi
anak, dan contoh konkret dari suatu tulisan yang baik. Anak tidak mungkin dapat belajar
memahami bahwa kaidah sastra dan linguistik yang digunakan di setiap jenis cerita
berbeda, bila anak tidak banyak terekspos dengan berbagai jenis buku, baik ketika dia
dibacakan, ataupun melalui membaca sendiri. Tanpa proses ini anak tidak mungkin
dididik untuk menggunakan dan mengoptimalkan penggunaan bahasa yang dapat
dituangkan dalam tulisannya ataupun ketika dia berbicara. Hanya dari buku bermutu yang
ditulis dengan bahasa yang kaya yang dapat menunjukkan pada anak akan kekuatan kata-
kata dan bahasa.
Dengan mendengarkan dan banyak membaca cerita dari berbagai jenis, seperti,
fiksi atau nonfiksi, puisi, sejarah, dongeng, legenda, seni, fabel, misteri, biografi,

2
olahraga, dan sebagainya, anak akan menemukan kesenangan dalam membaca jenis
sastra apa pun. Selanjutnya, mereka akan mencari makna yang sesungguhnya dari cerita
yang dibacanya. Anak harus pula diperkenalkan pada karya-karya dari berbagai
pengarang dan dari bermacam periode. Singkatnya, anak harus mendapatkan pengalaman
membaca yang luas.
Mengapa harus buku yang bermutu? Karena cerita dari sebuah buku bermutu
akan dapat dikembangkan menjadi berbagai media yang lain. Dia bisa dimodifikasi dan
diinterpretasikan menjadi sebuah pementasan drama kreatif, film, film animasi,
sandiwara panggung, sandiwara radio, sandiwara boneka, karya seni, drama musik, dan
sebagainya. Hal ini sedikit banyak disebabkan karena kehandalan penulisnya juga.
Karena itu, guru yang antusias akan rajin mencari dan menyeleksi buku bermutu
yang dapat dimodifikasi dalam berbagai kegiatan yang menarik anak untuk berbicara dan
berbahasa. Intinya adalah menemukan buku yang dapat digunakan secara efektif. Selain
itu guru mampu menyusun program pelajaran bahasa yang dapat diintegrasikan dalam
berbagai mata pelajaran yang ada, misal pelajaran ilmu pengetahuan, matematika, seni,
drama, musik, sejarah, dan lainnya. Guru seharusnya menjadi model (contoh) dalam
menyikapi dan menggunakan bahasa yang diajarkannya.

Menggunakan Bahasa Melalui Berbagai Cara

Beberapa cara berikut dipaparkan dengan singkat berdasarkan pengalaman sendiri,


pengalaman beberapa relawan KPBA dan dari berbagai referensi. Semua kegiatan yang
dipaparkan di sini menunjukkan bagaimana menggunakan bacaan dan menyelenggarakan
kegiatan yang berkaitan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa secara lisan dan
tulisan.
A. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan
1. Mencairkan Suasana
a. Bernyanyi
Seringkali kami bercerita pada anak-anak yang belum kami kenal sebelumnya. Untuk
mengakrabkan suasana, kami selalu memulai dengan menyanyi bersama. Untuk itu kami
telah memilih lagu-lagu gembira (riang) yang ditulis dengan bahasa yang baik. Kami juga

3
suka menggunakan lagu-lagu yang mengajarkan cinta pada keluarga dan teman. Yang
penting pilih lagu dengan bahasa yang baik.
b. Membaca Peta
Saya selalu membawa peta kain berisi gambar peta Indonesia. Peta ini sangat sederhana,
tetapi cukup untuk menunjukkan seberapa luas Indonesia dan anak akan mendapatkan
gambaran tentang Indonesia yang terdiri dari pulau, laut, selat, dan berbagai suku bangsa.
Di sinilah kita dapat mulai mengintegrasikan budaya ke dalam pelajaran bahasa. Saya
dan kawan-kawan KPBA mulai memperkenalkan tentang keragaman budaya untuk
mengawali latar dari cerita yang akan dibawakan. Menurut pengalaman, semua anak-
anak sangat senang membaca peta, di manapun mereka berada. Juga ketika saya ke luar
negeri, saya akan bercerita sekilas tentang Indonesia melalui peta tersebut. Tanya jawab
mengenai tempat dalam peta dilakukan dengan bahasa yang sederhana tetapi tertib dan
dalam suasana yang menyenangkan. Jadi sejak awal pertemuan, bahasa yang baik dan
tertib serta pilihan kata yang tepat telah digunakan bersama antara anak-anak dan si
pencerita.
2. Membacakan Cerita
Masa anak dibacakan cerita adalah masa untuk mengembangkan imaginasi anak dan
mengembangkan kemampuan linguistiknya. Anak akan diperkenalkan pada kata-kata
baru, bunyi, dan irama dari sebuah bahasa. Anak akan mendapatkan contoh akan cara
membaca yang ekspresif dan lancar. Selain itu anak akan belajar dan terbiasa untuk
berkonsentrasi serta terfokus. Kita bisa menggunakan semua jenis buku. Bahkan buku
nonfiksi dan buku informasi juga harus dipergunakan.
3. Membicarakan Buku
Kegiatan ini juga tidak mudah dilakukan oleh anak-anak Indonesia yang tidak terlatih
untuk bersikap aktif. Padahal membicarakan dan mendiskusikan sebuah buku atau cerita
akan mengembangkan kemampuan berbahasa anak secara oral. Anak bisa ditanya tentang
tokoh cerita, latar tempat, plot, dan sebagainya. Dengan membicarakan buku, anak akan
terlatih menggunakan perbendaharaan kata yang kaya dan lebih kompleks ketika
berbicara, bertanya, dan mengemukakan pendapatnya. Selain itu anak juga akan terlatih
untuk mengungkapkan pendapatnya dan menghubungkan masalah yang ada di buku
dengan masalah yang dialaminya sendiri. Topik yang dibicarakan dari buku sebaiknya
beragam, mulai dari musik, puisi, ilmu pengetahuan, seni, kebudayaan, dan lainnya.

4
Kegiatan membicarakan buku ini harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan
tidak dengan cara seperti menguji. Memprediksi jalan cerita juga cara yang
menyenangkan untuk dilakukan bersama.
4. Kegiatan Seni Drama dan Permainan
Semua bentuk seni drama dapat dianjurkan untuk dicoba; misal pantomin, drama
panggung, peragaan, membacakan cerita atau bagian cerita secara bergilir bersama
teman-teman sekelas, bermain dengan boneka tangan, bermain dengan boneka jari,
bermain dengan boneka sarung tangan, bercerita dengan kertas, bercerita dengan kertas
origami, bercerita dengan menggunakan tali, dan sebagainya. Untuk anak-anak yang
lebih besar, bila keadaan memungkinkan, menyelenggarakan sandiwara radio, atau
membuat kaset semacam sanggar cerita juga bisa dicoba.
5. Membandingkan dan Membicarakan Ilustrasi Buku
Bacaan memberi kesempatan pada anak untuk memberikan interpretasi dan respon
mereka tidak saja terhadap teks yang mereka baca dan dengar, tetapi juga terhadap apa
yang mereka lihat di buku, yaitu ilustrasi, gambar, dan foto. Anak bisa diajak untuk
berdiskusi dan menyusun kalimat untuk mengemukakan apa pendapatnya tentang
ilustrasi. Dengan demikian, mereka diajak untuk menggunakan bahasa.
6. Memetakan Cerita dan Membuat Alat Peraga
Anak bisa diminta membuat peta cerita (menggambar) sewaktu dibacakan cerita. Anak
dapat pula diajarkan membuat alat peraga sederhana. Ketika ditanya mengapa gambarnya
atau bonekanya dibuat demikian, anak akan mengungkapkan interpretasinya. Dengan
demikian anak-anak berbicara, artinya dia akan menggunakan bahasa.
B. Meningkatkan Kemampuan Menulis
1. Menggunakan Buku Sebagai Sumber Inspirasi Untuk Menulis
a. Mengenal Konsep Menulis
Melalui bacaan, anak dapat dimotivasi untuk menulis dengan rapih dan mengenal konsep
menulis. Anak akan belajar tentang tata bahasa, menggunakan dan memanfaatkan kata,
kalimat, alinea, bab, dan tanda baca.
b. Membuat Berbagai Bentuk Penulisan
Anak juga dapat diberi semangat untuk mencoba membuat berbagai bentuk penulisan:
menuliskan atau menciptakan ceritanya sendiri, membuat rekaan buku harian salah
seorang tokoh cerita, menuliskan iklan tentang buku, membuat referensi cerita, membuat

5
rekaan surat untuk pengarang, mengungkapkan kritik dan sarannya tentang cerita,
membuat puisi baru yang gagasannya diambil dari puisi yang dibacanya, dan lain
sebagainya.
2. Membuat Buku Sendiri
Untuk kegiatan ini, anak bisa bekerja secara individu atau berkelompok. Ada yang
menulis teksnya dan ada yang menggambar atau memberi ilustrasi. Bila anak mampu
membuat sendiri teks dan gambarnya sekaligus, maka tidak ada salahnya dicoba.
3. Membuat Gantungan Dinding Berisi Cerita
Membuat gantungan dinding berisi cerita (wall hanging). Kegiatan ini akan membuat
anak menulis cerita baru dan sekaligus membuat hiasannya (collage). Bisa dibuat dari
karton ataupun kain. Sisa-sisa barang dapat dipergunakan. Kegiatan ini membuat mereka
kreatif.

Mengintegrasikan Budaya

Mengintegrasikan budaya ke dalam pengajaran bahasa, antara lain, melalui buku cerita
rakyat dan buku anak lain yang mengetengahkan budaya. Selain itu, buku resep masakan
daerah untuk anak juga sangat baik dan dapat dipraktekkan bersama sekali-kali di
sekolah. Juga buku lagu anak-anak karya Ibu Sud dan AT Mahmud dapat dipakai karena
memberi latar suasana Indonesia.

Membuka Jalan Untuk Gemar Membaca

Pengajaran bahasa akan meningkatkan ketrampilan anak akan sebuah bahasa dan
meningkatkan rasa percaya diri dan rasa nyaman untuk membaca buku. Jadi dua hal,
yaitu meningkatkan kegemaran membaca dan kemampuan berbahasa akan saling
mempengaruhi secara positif bila sarana untuk itu ada. Yang dimaksud sarana adalah
adanya perpustakaan sekolah yang memadai. Anak yang kemampuan bacanya kurang
dibanding dengan kawan-kawan seumurnya dan sekelasnya akan merasa rendah diri bila
diminta untuk membaca keras (Read Aloud).

6
Membuka Jalan Untuk Produksi Buku Anak Bermutu

Bila buku bermutu menjadi pilihan anak, guru, dan orang tua karena membuat jadi gemar
membaca dan memberi manfaat pada bahasa seorang anak, maka mau tidak mau penerbit
Indonesia akan memperhatikan mutu buku yang diproduksinya. Para pengarang akan
memperhatikan bahasa yang mereka pakai. Dengan demikian diharapkan mutu buku anak
di Indonesia akan menjadi lebih baik, isinya maupun bahasanya.

Posisi Bahasa Indonesia

Cita-cita memperkuat posisi bahasa Indonesia di era globalisasi harus diikuti dengan
sikap yang empunya bahasa. Bila kita merasa bangga dan memelihara bahasa dengan
pemanfaatan yang tertib, baik dalam percakapan ataupun tulisan, apalagi untuk bacaan
anak-anak, maka posisi bahasa Indonesia akan diperkuat dengan sendirinya. Penutur
asing juga akan bangga dan menyukai berbahasa Indonesia. Inilah tugas kita semua, baik
masyarakat Indonesia yang ada di Indonesia, maupun yang berdiam di luar negeri.
Majalah “Indo Connex” terbitan masyarakat Indonesia di Singapura dapat dijadikan salah
satu contoh. Majalah ini mengintegrasikan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
pemberitaan bersifat budaya.

Jakarta, 5 Juli 2010

7
Bacaan Lanjutan
1. Bunanta, Murti. (2008). Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta:
Kelompok Pencinta Bacaan Anak.
2. Farnham, Diane; Jensvold Paula, and Kulhowvick Brigid. (2007) Mini-Lessons
for Teaching About Nonfiction, Grades K-2, Teacher-Tested Lessons with
Research–Based Strategies That Introduce Key Nonfiction Features and Build
Comprehension. USA: Scholastic, Inc
3. Majalah Indo Connex. Singapore: Wanhope Vista Media.
4. Mayesky, Mary. (2004). Creative Art & Activities, Puppets. New York: Delmar
Learning.
5. McCarthy, Tara. (2000). Teaching Literary Elements with Short Stories. Ready-
to-Use, High-Interest Stories with Mini-Lessons and Activities That Help
Students Understand Literary Elements and Use Them Effectively in Their
Writing. USA: Scholastic, Inc.
6. Shaw, Darla, Ph.D (2005). Retelling Strategis to Improve Comprehension,
Effective Hands-on Strategies for Fiction and Nonfiction That Help Students
Remember and Understand What They Read. USA: Scholastic, Inc
7. Worthy, Jo. (2005). Readers Theater for Building Fluency, Strategies and
Scripts for Making the Most of This Highly Effective, Motivating, and Research-
Based Approach to Oral Reading. USA: Scholastic, Inc.

You might also like