You are on page 1of 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sorbitol yang dikenal juga sebagai glusitol, adalah suatu gula alkohol yang
dimetabolisme lambat di dalam tubuh. Sorbitol diperoleh dari reduksi glukosa, mengubah
gugus aldehid menjadi gugus hidroksil, sehingga dinamakan gula alkohol. Glukosa
dinamakan juga dekstrosa atau gula pasir yang terdapat dalam sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.Glukosa merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. (Faith Keyes,
fourth edition, 1975 ).
Sorbitol merupakan kelompok dari heksitol secara alami. Ini ditemukan pada tahun
1868 di pegunungan Berry dalam konsentrasi 5-12 %, dan pada umumnya sorbitol berada
dalam tumbuhan. Nama sorbitol diturunkan dari nama ilmuwan dari pegunungan Ash,
Sorbus Aucuparia L. Buah Rosaceae yang kayaakan kandungan sorbitol, antara lain plums
1.7 - 4.5 % berat, pear 1.2 – 2.8 % berat kering, peache 0.5 – 1.3 % berat dan apel 0.2 – 1
% berat. Didalam buah dan daun–daun, sorbitol dibentuk sebagai bahan kimia intermediet
di dalam sintesa pati, selulosa, sorbusa, atau vitamin C. Di dalam hewan, sorbitol dapat
diketahuisebagai intermediet dalam absorbsi glukosa.
Pada tahun 1890, E.Fischer membawa sintesa kimia sorbitol pertama dengan
mereduksi glukosa dengan sodium amalgamat sedangkan, hidrogenasi katalitik pertama
dilaporkan oleh V. Ipatieff pada tahun 1912.
Sejak tahun 1950, sorbitol mengalami perubahan ekonomi dalam dunia sebagai
makanan, agen pemanis, penyetabil kelembapan, bahan dasar untuk produk lainnya.
Sorbitol digunakan sebagai pemanis buatan pada produk permen bebas gula dan sirup obat
batuk. Zat ini juga dikenal sebagai pemanis yang memiliki nilai gizi karena mengandung
energi sebanyak 2,6 kkal per gram.
Pada tahun 1975 produsen utama sorbitol adalah Roguette Freres dari Perancis. Di
Indonesia, pertama kali pabrik sorbitol didirikan pada tahun 1983 yaitu PT Sorini yang
berlokasi di Desa Ngerong, Gempol, Pandaan (Pasuruan) Jawa Timur. Awal produksi
dilaksanakan pada bulan Januari 1987 dengan kapasitas sebesar 5000 ton/tahun, kemudian
mengalami perluasan dan peningkatan investasi pada tahun 1988, dengan kapasitas
produksi sorbitol jenis powder sebesar 1000 ton/tahun dan sorbitol jenis liquid sebesar
19.600 ton/tahun. Tahun 1991 kapasitas produksi sorbitol jenis powder sebesar 3500

I-1
ton/tahun dan sorbitol jenis liquid sebesar 26.400 ton/tahun. PT Sorbitol Inti Murni
Corporation Tbk (Sorini),telah menguasai 35 % pangsa pasar sorbitol di Cina setelah
mengakuisisi 100 % perusahaan sorbitol, hingga saat ini PT Sorini telah menjadi produsen
sorbitol terbesar di kawasan Indonesia. PT Khalista Chemical Industries Ltd, Cina,
sebelum proses akuisisi, produsen bahan kimia ini hanya menguasai 15 persen pasar Cina.
Sorini merupakan pemasok sorbitol terbesar kedua di Cina. Perusahaan asal
Perancis, Rockett masih menguasai pasar sorbitol sebanyak 65 persen. Sorini sendiri
merupakan anak perusahaan dari AKR Corporindo (AKRA). Saat ini Sorini memiliki dua
anak perusahaan yang beroperasi, yaitu Sorini Towa Berlian, dan Saritanam Inti Pratama.
PT Sorini Towa Berlian Corporindo merupakan perusahaan patungan yangdidirikan tahun
1994 bersama dengan Towa Chemical Industry Ltd dan Mitsubishi Corporation, saat ini
memiliki kapasitas produksi 65,000 tpa. Saritanam Pratama didirikan tahun 1993 yang
memproduksi tepung tapioka sebagai bahan baku produk utama perusahaan. Lokasi pabrik
berada di Ponorogo dengan kapasitas 50,000 tpa, dan di Lampung sebesar 35,000 tpa
(Sorini Agro Asia Corporindo, 2008).
Produsen sorbitol kedua adalah PT. Sama Satria Pasifik (PT SSP) berlokasi di
Sidoarjo, Jawa Timur. Pada awalnya perusahaan ini mengajukan permohonan untuk
mendirikan pabrik tepung tapioka pada tahun 1989 namun karena industri tepung tapioka
merupakan industri yang berpotensi menyebabkan pencemaran tinggi, maka pada tahun
1990 perusahaan ini mengajukan perubahan jenis produksinya menjadi sorbitol dengan
kapasitas 7200 ton/tahun. Trial produksi telah dilakukan sejak 1991.tetapi produksi
komersial dilakukan sejak tahun 1992.Sebagian hasil produksinya telah diekspor ke Cina
dan Filipina.
Produsen sorbitol ketiga adalah PT Budi Kimia Raya.Pabrik yang berlokasi di
Lampung ini telah melakukan produksi komersial sejak pertengahan tahun 1993 dengan
kapasitas produksi sorbitol 3000 ton/tahun.

Tabel I.1 Produsen sorbitol di Indonesia dan kapasitasnya


Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas Produksi (ton/tahun)
PT Sorbitol Inti Murni Pasuruan 29.900
PT Sama Satria Pasifik Sidoarjo 7.200
PT Budi Kimia Raya Lampung 3.000
Total kapasitas 40.100
(CIC – Indochemical No. 158, 1994)

I-2
I.2 Produksi Bahan Baku
Singkong (Manihot esculenta, Crautz) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau
ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.
Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris
tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging
umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan
meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya
warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi
singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam
amino metionin.
Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan
kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk
modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil
selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas M. esculenta dapat
dibudidayakan.
Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002.
Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika
Latin dan Kepulauan Karibia.
Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia
Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada
abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.
Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida
yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat
diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung
tapioka. Pati yang terkandung dalam singkong sebesar 90 % (dalam basis kering).
Dari tahun ke tahun produksi singkong terus bertambah. Tingkat produktifitasnya
juga terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, tahun 2008 lalu produksi
singkong nasional mencapai 21,75 juta ton dan meningkat menjadi 22,04 juta ton pada

I-3
tahun 2009. Tingkat produktifitasnya juga terus meningkat dari 180,57 kuintal per hektare
di tahun 2008 menjadi sekitar 189,86 kuintal per hektare tahun 2009.
Peningkatan produksi singkong tidak terlepas dari adanya faktor eksternal, seperti
adanya gerakan diversifikasi tanaman pangan agar tidak terfokus pada komoditas beras.
Pemerintah juga telah memberikan iming-iming berupa insentif bagi petani atau investor
yang mau membudidayakan singkong. Sehingga petani mulai beralih ke komoditas
singkong dan investor mulai melirik investasi di komoditas ini.

I.3 Marketing Aspek


Aspek pasar produksi sorbitol dapat dilihat dari produksi dan kebutuhan sorbitol
dipasaran global. Produk sorbitol telah berkembang sejak tahun 1950-an. Saat ini ini di
perkirakan konsumsi sorbitol dunia telah mencapai 2,42 juta metric ton. Negara konsumen
utama dari sorbitol dan turunannya adalah Amerika Serikat, Eropa, dan Asia yang
mewakili 90% dari kebutuhansorbitol secara global. Tingkat pertumbuhan permintaan di
ketiga negara tersebut adalah rata-rata mencapai 1–2% per tahun sejak tahun 1997. Di Asia
sendiri pertumbuhan permintaan sorbitol meningkat rata-rata 10%-12%, permintaan
sorbitol terbesar adalah dari perusahaan pembuat pasta gigi sebesar 45%, disusul Vitamin
C sebesar 25% (Sorini Agro Asia Corporindo, 2008).
Kebutuhan sorbitol dapat dilihat dari besarnya produksi sorbitol secara
keseluruhan, besarnya eksport, dan besarnya import dari pasaran global.Prospek pasar
sorbitol sebenarnya cukup baik.Permintaan terus meningkat baik untuk kebutuhan ekspor
maupun domestik.Secara nasional, pada tahun 2007 diperkirakan kebutuhan nasional
mencapai 600.000 ton/tahun, untuk ekspor mencapai 2.000.000 ton/tahun, dan import
mencapai 2.600 ton/tahun sedangkan produksi keseluruhan hanya 2.500.000 ton/tahun.
Kebutuhan sorbitol yang paling dominan adalah kebutuhan luar negeri. Permintaan pasar
baik luar maupun dalam negeri terus meningkat, terutama kebutuhan sorbitol untuk luar
negeri.
Produksi sorbitol lokal selain untuk pemasaran di dalam negeri juga sebagian besar
untuk diekspor. Ekspor sorbitol sejak tahun 1989 hingga tahun 1992 cenderung mengalami
penurunan, hal ini diakibatkan semakin meningkatnya permintaan dalam negeri. Namun
secara perlahan ekspor sorbitol mengalamikenaikan tiap tahun, terlebih lagi PT. Sorini
sebagai produsen sorbitol terbesar di Indonesia bekerja sama dengan Towakasei, produsen
sorbitol dari Jepang. Dilihat dari negara tujuannya, ekspor sorbitol Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1996 jumlah negara tujuan mencapai 29

I-4
negara, dan pada tahun 2000 naik menjadi 37 negara dengan Jepang, China, dan Taiwan
sebagai negara tujuan ekspor utama disusul beberapa negara Eropa.Bahkan PT. Sorini
sendiri pada tahun ini sudah mencapai 55 negara tujuan ekspor sorbitol. (CIC –
Indochemical Edisi 288).

Tabel 1.2 Perkembangan ekspor sorbitol Indonesia tahun 2004-2009


Tahun Volume (ton/tahun) Harga (US$)
2004 101693.092 36.624.158
2005 112065.359 42.861.588
2006 115200.084 46.002.272
2007 120439.236 56.308.901
2008 112459.706 64.505.735
2009 100188.484 52.426.335
subtotal 662045.961 -
(Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012)

Pasar ekspor sebenarnya menjadi prioritas utama bagiprodusen sorbitol Indonesia,


karena selain importir luar negeri selalu membayar tunai, mereka juga cenderung
melakukan kontrak penjualan jangka panjang.Oleh sebab itu kompetisi di pasar
internasional dapat mendorong produsen sorbitol Indonesia selalu mengikuti
perkembangan produk dan teknologi di luar negeri. Sesuai dengan kontrak ekspornya,
produsen sorbitol Indonesia memperoleh pembebasan dari bea impor bahan baku dan
bahan pendukung yang dibutuhkan dalam memproduksi sorbitol untuk tujuan ekspor.
Walaupun ekspor terus ditingkatkan, namun hinggasekarang Indonesia masih terus
melakukan impor.Impor sorbitol itu masih terus berjalan dikarenakan beberapa hal, yaitu
selainkarena terjadi peningkatan konsumsi dalam negeri akibat perkembangan industri
pemakai juga karena masih dibutuhkan sorbitol dengan spesifikasi tertentu belum
diproduksi di Indonesia.(CIC – Indochemical Edisi 288).

Tabel 1.3 Perkembangan Impor sorbitol Indonesia tahun 2004-2010


Tahun Volume (ton/tahun) Harga (US$)

I-5
2004 3858.382 572.593
2005 4810.284 1.421.648
2006 3278.889 1.428.243
2007 1002.805 797.429
2008 1037.17 917.018
2009 900.597 761.601
2010 1750.065 1.364.455
Subtotal 16638.192
(Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012 )

Selama tahun 2004 sampai 2010 impor sorbitol cenderung fluktuatif. Namun
demikian, sorbitol impor saat inimerupakan ancaman serius bagi kedudukan sorbitol lokal
dipasaran domestik. Oleh karena itu pemerintah memberikan proteksi bagi produksi dalam
negeri, dengan bea masuk tambahansebesar 5%.
Hingga saat ini sudah cukup banyak produsen sorbitol didunia. Produsen yang
paling besar antara lain Roquette Freres, Lille, Perancis; Nikken Fine Chemicals Co., Ltd.,
Japan, dan Towakasei Kogyo Co.,Ltd., Japan dengan masing-masing berkapasitas 30.000
metric ton/tahun. Di Amerika sendiri pertumbuhan rata-rata produksi sorbitol mencapai
6,3% di tahun 1965 – 1974. Harga dari sorbitol liquid 70% di tahun 1955 – 1976 berkisar
antara $ 0,33 – 0,84 /kg.

Tabel I.4 Produsen sorbitol di Amerika dan kapasitasnya tahun 1975


Nama Perusahaan Kapasitas produksi (Metrik ton / tahun)
ICI United States, New Castle, Del 56.700
Hoffmann-LaRoche, Belvidere, N. J. 22.700
Pfizer, Groton, Conn 18.100
Lonza, Mapleton, Ill 15.400
Merck, Danville, Pa 10.000
Total kapasitas 122.900
(Othmer, 1960)

I.4 Prospek Sorbitol


Pabrik sorbitol dari tepung tapioka dengan proses hidrogenasi katalitik ini didirikan
dengan alasan memberi peluang bagus dan membantu pabrik sorbitol lain dengan

I-6
memberikan kerjasama dalam bentuk inovasi bahan baku. Dari literatur terdapat beberapa
antara lain :
 Kondisi perekonomian dunia dan dalam negeri seperti nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya.
 Adanya perubahan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat dari
negara maju yang terus mengurangi ekspor dari negara maju lain yang menawarkan
harga murah.
 Pengembangan dan pengalihan bahan baku alternative untuk sorbitol.
 Berkurangnya pasokan dan gejolak harga bahan baku akibat tingginya permintaan
seiring dengan pengembangan industri berbasis etanol yang akan berdampak pada
laba perusahaan.
 Bahan baku sorbitol yaitu tepung tapioka yang harga terus melonjak seiring dengan
penggunaan untuk sumber energi alternative
Dari beberapa masalah di atas pendirian pabrik inidimaksudkan untuk
pengembangan dan pemanfaatan bahan bakualternatif untuk sorbitol serta untuk
mengimbangi kebutuhan tepung tapioka sebagai bahan baku sorbitol. (Sorini Agro
AsiaCorporindo, 2008)

I.5 Penggunaan Sorbitol


Sorbitol digunakan sebagai suatu humektan (pelembab) pada berbagai jenis produk
sebagai pelindung melawan hilangnya kandungan moisture. Dengan sifat tekstur dan
kemampuan untuk menstabilisasi kelembaban, sorbitol banyak digunakan untuk produksi
permen, roti dan cokelat dan produk yang dihasilkan cenderung menjadi kering atau
mengeraskan.
Secara kimiawi sorbitol sangat tidak reaktif dan stabil. Ia dapat berada pada suhu
tinggi dan tidak mengalami reaksi Maillard (pencokelatan). Sehingga pada produksi kue
berwarna segar, tidak ada penampilan warna cokelatnya. Juga berkombinasi baik dengan
ramuan makanan lain seperti gula, jelly, lemak sayuran dan protein.
Sorbitol bersifat non-kariogenik (tidak menyebabkan kanker) dan dapat berguna
bagi orang-orang penderita diabetes (kencing manis). Telah terbukti aman digunakan
dalam proses industri makanan untuk hampir separuh suatu abad. Ia juga digunakan pada
produk lain seperti yang berkenaan dengan farmasi dan kosmetik.( SUARA MERDEKA,
1996-2004).
 Bidang makanan

I-7
Sorbitol umumnya ditambahkan pada makanan untuk memberikan ketahanan mutu
dasar yang dimiliki makanan tersebut selama dalam proses penyimpanan. Pada perusahaan
produsen permen, sorbitol diproses bersama gula agar permen yang dihasilkan menjadi
tahan lama.
 Bidang Farmasi
Sorbitol merupakan salah satu bahan baku vitamin C. Selain itu sorbitol berfungsi
sebagai pemanis, sehingga sering digunakan sebagai bahan baku dasar obat berbentuk
syrup. Bagi penderita diabetes, sorbitol dapat dipakai sebagai bahan pemanis pengganti
glukosa, fructose, maltose dan sukrose.Untuk produk makanan dan minuman diet, sorbitol
memberikan rasa manis yang sejuk di mulut.
 Bidang Kosmetik dan Pasta gigi
Penggunaan sorbitol sangat luas di bidang kosmetika, diantaranya digunakan
sebagai pelembab berbentuk cream untuk mencegah penguapan air dan dapat memperlicin
kulit.Untuk pasta gigi, sorbitol dapat dipergunakan sebagai penyegar atau obat pencuci
mulut, dapat mencegah kerusakan gigi dan memperlambat terbentuknya caries gigi.
 Kegunaan lain
Pada industri tekstil, kulit, kertas dan semir sepatu, sorbitol digunakan sebagai
bahan pelunak dan stabilisator emulsi.Sedangkan pada industri rokok sorbitol digunakan
sebagai stabilisator kelembaban, penambah aroma dan menambah rasa sejuk.

Gambar I.1 Kegunaan Sorbitol pada berbagai produk


I.6 Produksi Sorbitol
Pada pendirian pabrik, analisa pasar untuik penentuan kapasitas pabrik sangat
penting. Dengan kapasitas yang ada, dapat ditentukan volume reaktor, perhitungan neraca

I-8
massa, neraca panas dan lain-lain. Untuk menetukan kapasitas pabrik diperlukan data-data
produksi dan pemakaian bahan, yang bisa diperoleh dari data Biro Pusat Statistik (BPS).
Kapasitas produksi sorbitol dengan bahan dasar tepung tapioka ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan sorbitol yang semakin melonjak dan mengimbangi produksi
sorbitol di pabrik lain yang semakin berkurang karena penggunaan bahan baku singkong
yang semakin terbatas. Dalam hal ini Sorini Agro Asia Corporation, pada tahun 2007
mempunyai kapasitas sebesar 333.000 mt ton per tahun.Sorini Agro Asia Corporation
bukan hanya memenuhi kebutuhan nasional tetapi dominan pada kebutuhan dunia. Oleh
karena itu untuk memenuhi kebutuhan dan pasar global sorbitol, maka pabrik sorbitol
dengan bahan baku tepung tapioka ini berusaha memenuhi kebutuhan sorbitol sebesar 15
% dari keseluruhan kebutuhan nasional.
Tabel 1.5 Perkembangan produksi sorbitol di Indonesia

Tahun Volume (ton/tahun) Pertumbuhan


2004 254325.376 0
2005 246808.939 -0.029554412
2006 293373.947 0.188668239
2007 298613.099 0.017858273
2008 250230.216 -0.16202532
2009 234144.725 -0.064282768
Subtotal 1577496.302 -0.049335988
(Sumber : Biro Pusat Statistika, 2009)

I-9

You might also like