You are on page 1of 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika dia berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2007).

Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan interaksi antara ”keadaan internal

dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif

tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari

informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat

kognitif (Dimyati, 2002).

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 menyatakan tentang GBHN tujuan

pendidikan nasional sebagai berikut: pembangunan di bidang pendidikan

didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk

manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia

Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas yang tinggi dan disertai budi

pekerti yang luhur (Hasbullah, 1999). Menurut UNESCO, tujuan pendidikan ialah

“menuju humanisme ilmiah, menumbuhkan kreativitas, orientasi pada keterlibatan

sosial, dan pembentukan manusia sempurna” (Gulo, 2002). Salah satu tujuannya
2

diarahkan pada pengembangan kreativitas, karena manusia kreatif adalah hakekat

dari manusia sebagai subjek pendidikan.

Barron mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi

dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya (Asrori,

2007). Nilai orisinalitas dan kemampuan mengkolaborasikan atau membuat

kombinasi-kombinasi baru sangat diperlukan untuk memperoleh suatu produk

kreatif. Kreativitas akan membuat siswa dapat mengkomunikasikan hasil-hasil

serta dapat memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.

Ilmu kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang

mempelajari materi dan perubahannya serta energi yang menyertai perubahan

tersebut. Ilmu kimia terdiri dari sejumlah materi yang terdiri dari konsep-konsep

abstrak sehingga memberikan tantangan bagi guru untuk mencapai ketuntasan

belajar siswa. Materi pelajaran kimia di SMA khususnya kelas XI IPA terdiri dari

beberapa pokok bahasan, diantarannya adalah Termokimia. Materi ini menuntut

pemahaman yang lebih dan pengembangan kemampuan berpikir siswa untuk

menginterpretasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Sikap kreatif sangat

diperlukan untuk merealisasikan konsep abstrak dalam materi termokimia, seperti

menentukan reaksi endoterm dan eksoterm.


Informasi mengenai sikap kreatif siswa yang diperoleh dari seorang guru

kimia kelas XI IPA di SMAN 3 Pekanbaru, menyatakan bahwa sikap kreatif siswa

belum pernah diteliti. Tinggi dan rendahnya sikap kreatif siswa dipengaruhi oleh

kegiatan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dengan model

pembelajaran yang bervariasi akan meningkatkan keterampilan sikap kreatif


3

dalam menemukan jawaban masalah sehingga pemahaman siswa terhadap materi

semakin maksimal.
Model pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap kreatif siswa adalah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang memudahkan siswa menerima dan

memahami pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dirancang untuk

melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan terlibat dalam

perencanaan topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.

Pemahaman dan penyelidikan materi yang lebih dalam mengarah pada sikap

kreatif sehingga siswa dapat menyumbangkan ide/pendapat yang tak terbatas.


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Sikap Kreatif Siswa pada Pokok

Bahasan Termokimia di Kelas XI IPA SMAN 3 Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:


“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan sikap kreatif siswa pada pokok bahasan Termokimia di kelas XI

IPA SMAN 3 Pekanbaru?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui:


“Peningkatan sikap kreatif siswa melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Termokimia di kelas XI IPA SMAN 3

Pekanbaru.”

D. Manfaat Penelitian
4

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa, untuk melatih agar dapat belajar secara aktif dan bermakna, dan

meningkatkan sikap kreatif siswa terutama pada mata pelajaran kimia dengan

cara merencanakan dan menyelidiki materi secara mandiri.


2. Guru, untuk bahan pertimbangan sebagai salah satu alternatif atau acuan untuk

memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan sikap kreatif siswa sekaligus

menambah wawasan.
3. Sekolah, sebagai salah satu masukan untuk meningkatkan sikap kreatif siswa

dan meningkatkan hasil belajar kimia di sekolah.


4. Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam

rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

You might also like