Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit
rematoid artritis serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
terhadap pasien lansia dengan masalah rematoid artritis.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem
persendian.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian rematoid artritis.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya rematoid
artritis.
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi rematoid artritis.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
rematoid artritis.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keperawatan yang
dapat diberikan pada pasien yang mengalami rematoid artritis.
7. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan pada pasien dengan masalah rematoid artritis.
1.4. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian arthritis reumatoid
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi arthritis reumatoid
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi arthritis reumatoid
4. Mahasiswa mampu memahamimanifestasi klinik arthritis reumatoid
5. Mahasiswa lebih mampu memahami pemeriksaan diagnosk arthritis
reumatoid
6. Mahasiswa mengetahui komplikasi arthritis reumatoid
7. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan arthritis reumatoid
8. Mahasiswa memahami cara mencegah arthritis reumatoid
9. Mahasiswa memahami konsep dasar asuhan keperawatan arthritis
reumatoid
BAB 2
PEMBAHASAN
Aktivasi sel B
Terbentuk antibodi
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada
deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin
terjadi.
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan
sebagian besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula
reumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
2. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada
pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan
adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan
sindrome karpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang
dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan
menggunakan prednison dosis rendah atau agens antiinflamasi dan
memiliki prognosis yang baik.
3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
a. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
a. Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
a. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan
membran mukosa.
2. Kriteria Hasil
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasikan sumber pribadi atau komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3. Intervensi
MANDIRI
a. Kaji respons emosional pasien terhadap kemampuan merawat
diri yang menurun dan diberi dukungan emosional.
R/ Perubahan kemampuan merawat diri dapat membangkitkan
perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat mengganggu
kemampuan lebih lanjut.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional.
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi modifikasi lingkungan.
R/ Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga
diri.
d. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri. Aktivitas
yang terjadwal memungkinkan waktu untuk merawat diri.
R/ Partisipasi pasien dalam merawat diri meningkatkan harga
diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.
KOLABORASI
e. Konsultasi dengan ahli terapi okulasi
R/ Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.
3. Intervensi
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkna informasi.
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet, obat, latihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi
atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.
c. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terpai obat tergantung pada ketepatan dosis,
misal : aspirin diberikan secara reguler untuk mendukung kadar
terapeutik darah 18 - 25 mg.
d. Berikan informasi mengenai alat bantu, misal : tongkat atau
palang keamanan.
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan pasien ikut serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
e. Diskusikan menghemat energi, misal : duduk daripada berdiri
untuk mempersiapkan makanan dan mandi
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan
diri dan kemandirian.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010)
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
artritis reumatoid, yaitu :Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus
non-hemolitikus, endokrin,autoimmun,metabolik, danfaktor genetik serta
pemicu lingkungan
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka
penyakit ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang
sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi
cairan sinovial, secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan
dapat dilihat, jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus,
sehingga mengurangi ruang gerak sendi, ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri,
gangguan mobilitas fisik, gangguan bodi image, kurang perawatan diri,
risiko cedera, dan kurang pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA