You are on page 1of 38

MAKALAH

Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IV


Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja
(Metode: Role Play)

Fasilitator
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 5 A2 2015
Agi Putri Alfiyanti (131511133046)
Elly Ardianti (131511133058)
Heny Oktora Safitri (131511133068)
Asti Pratiwi (131511133069)
Fara Anggita Rosa (131511133104)
Talia Puspita Adianti (131511133118)
Dewita Pramesti S. (131511133125)
Nadia Nur Mar’atush S (131511133137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

23
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja (Metode: Role Play)” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku fasilitator pada mata kuliah Keperawatan
Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya
kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Promosi Kesehatan ................................................................ 4
2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan ..................................................... 4
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan ....................................................... 4
2.1.3 Fungsi Promosi Kesehatan ....................................................... 5
2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan ...................................................... 5
2.1.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ......................................... 6
2.1.6 Strategi Promosi Kesehatan ..................................................... 6
2.1.7 Jenis Metode Promosi Kesehatan ............................................. 7
2.2. Konsep Promosi Kesehatan Pada Remaja ........................................ 12
2.2.1 Definisi Remaja .................................................................... 12
2.2.2 Batasan Usia Kelompok ....................................................... 13
2.2.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja..................................... 13
2.2.4 Ciri-Ciri Remaja .................................................................. 13
2.2.5 Tahapan Remaja ...................................................................14
2.2.6 Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja ........15
BAB III Kasus
Kasus .......................................................................................................... 18
BAB IV Kesimpulan ....................................................................................... 27
Daftar Pustaka ................................................................................................ 28
Lampiran 1. SAP Kegiatan ............................................................................... 29

iii
`BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun (WHO). Masa remaja
merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,
psikologis, maupun intelektual. Sifat keingintahuan yang besar, menyukai petualangan, dan
cenderung berani menanggung banyak resiko tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil tidak tepat remaja dapat menghadapi konflik dan jatuh dalam
perilaku cenderung berisiko serta harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang
dalam berbagai masalah kesehatan fisik maupun psikososial (Kemenkes RI).

Remaja menghadapi masalah yang kompleks meskipun selama ini diasumsikan sebagai
kelompok yang sehat. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol cukup tinggi dikalangan remaja
remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) untuk pernah minum akohol kadang-kadang,
dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional RISKESDAS 2007
yaitu sebesar 5.5% (Badan Litbangkes, 2007). Kesehatan reproduksi juga masih merupakan
salah satu masalah kesehatan di usia remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Suwandono, dkk
di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, menunjukkan bahwa 65% orang tua remaja, 83.3%
guru sekolah, dan 77.3% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang, dalam hal
perkembangan reproduksi remaja, perubahan psikologis dan emosional remaja, penyakit
menular seksual dan abortus. Masalah kesehatan lain yang juga dialami remaja dan sudah
umum terlihat di masyarakat adalah merokok.

Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth Tobacco
Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar yang pernah
merokok sebesar 33%, sedangkan prevalensi perokok saat ini (perokok tiap hari dan kadang-
kadang) diantara pelajar adalah 22% (Kemenkes RI, 2004). Data dari Susenas 2001
menunjukkan bahwa persentase merokok pada usia 10 tahun ke atas di Jawa Barat adalah
sebesar 31%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%).
Masih dari hasil Susenas 2001, persentase usia mulai merokok tertinggi di Jawa Barat adalah
pada kelompok usia 15 – 19 tahun (62.9%), sedangkan persentase untuk usia mulai merokok
lebih muda, 10 – 14 tahun adalah 5.6%. Sementara data dari GYTS tahun 2009 menunjukkan
proporsi pernah merokok pada laki-laki usia 13 -15 tahun adalah sebesar 57.8% di populasi

1
anak sekolah di Jawa dan Sumatra. Faktor risiko perilaku lainnya yang juga berperan dalam
status kesehatan usia remaja adalah pemakaian obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan zat
dan konsumsi minumanberalkohol. Penyalahgunaan obat terlarang masih merupakan salah satu
masalah remaja di Indonesia, yang diketahui erat kaitannya dengan masalah sosial seperti
kejahatan, pengangguran, kesehatan, dan juga masalah ekonomi. Penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Jakarta, selama bulan Oktober dan Desember 2000 | 5
menunjukkan bahwa psikopatologi mempunyai hubungan yang bermakna dengan keparahan
penggunaan zat diantara remaja (Gerald, 2001).

Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan
hasil akhir dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang
dianut, serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi (IDAI, 2013). Faktor
yang menyebabkan munculnya perilaku berisiko pada remaja menurut Kumpfer Alvarado
antara lain yaitu kurangnya sosialasi dari orang tua, lemahnya pengawasan, kemiskinan,
perbedaan budaya, faktor lingkungan, dan teman sebaya. Hasil survei yang dilakukan WHO di
beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan
permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Sementara informasi mengenai pemeliharaan
kesehatan remaja secara benar dan masih sangat kurang. Penanganan masalah remaja
dilakukan melalui kerjasama multi-sektoral dan multidimensional, dengan intervensi pada
aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang komprehensif. Program kesehatan
remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak satu dekade yang lalu. Selama lebih dari
10 tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan
dan diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan. Makalah ini akan dibahas lebih detail
mengenai promosi kesehatan pada kelompok remaja sebagai salah satu upaya preventif dan
promotif.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari promosi kesehatan ?
1.2.2 Apa tujuan dari promosi kesehatan ?
1.2.3 Siapa saja sasaran dari promosi kesehatan ?
1.2.4 Bagaimana strategi prmosi kesehatan ?
1.2.5 Apa definisi dari remaja ?
1.2.6 Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada remaja ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok remaja ?
1.2.8 Bagaimana promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok ?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari promosi kesehatan
1.3.2 Mengetahui tujuan dari promosi kesehatan
1.3.3 Mengetahui sasaran dari promosi kesehatan
1.3.4 Mengetahui dtrategi promosi kesehatan
1.3.5 Mengetahui definisi dari remaja
1.3.6 Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada remaja
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada kelompok remaja
1.3.8 Mengetahui promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan.
Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu keadaan,
yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Piagam Ottawa, 1986
dalam Susilowati, 2016).
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada
tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau
gerakan yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Direktorat Promosi
Kesehatan menjadi bagian yang secara khusus membawahi segala
aktivitas promkes atau promosi kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat luas.
(Kemenkes RI, 2011)
Menurut Green (1991) dalam Maulana (2009), tujuan promosi kesehatan terdiri
dari tiga tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima
tahun.
b. Tujuan Pendidikan

4
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan,
contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja
meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan
2.1.3 Fungsi Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring informasi
langsung dari tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di tingkat
masyarakat dapat menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan informasi
yang kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi penunjang
untuk merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam program promosi
kesehatan selanjutnya.
Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing
dan pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan. Promosi ini dapat berupa kegiatan
lintas program, lintas sektoral ataupun melibatkan berbagai elemen masyarakat, instansi
pemerintah ataupun instansi swasta.
2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 jenis sasaran, yaitu :
a. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak
sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya
petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan
PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
c. Sasaran Tersier
5
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) dengan cara : Memberlakukan kebijakan/ peraturan
perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan
mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat Membantu menyediakan
sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS
di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya.
2.1.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Menurut Keleher, dkk, (2007) terdapat 10 area tindakan promosi kesehatan,
meliputi:
a. Membangun kebijakan kesehatan publik
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
c. Memberdayakan masyarakat
d. Mengembangkan kemampuan personal
e. Berorientasi pada layanan kesehatan
f. Promote social responbility of health
g. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
h. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
i. Meningkatkan kemampuan masyarakat.
j. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
2.1.6 Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, yang didukung oleh bina
suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan.
a. Pemberdayaan, adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS.
b. Bina suasana, adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
6
c. Advokasi, adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi.
d. Kemitraan, kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau
tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
2.1.7 Jenis Metode Promosi Kesehatan
Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan
promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus
dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan
disampaikan, keadaan sasaran/penerima informasi (termasuk sosial budaya), dan hal-hal
lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing
metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa
metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu
metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok atau sasaran individual.
Berikut metode yang sering digunakan dalam promosi kesehatan:
1) Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/ mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau
ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan
disini tidak berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin
juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan
bentuk pendekatan (metode) berikut ini, yaitu:
7
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah klien
memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan
(perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan
yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
2) Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya
akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.
A. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan
metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode
ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan
menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metoda ceramah:
 Persiapan: Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri.
- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.

8
- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,
slide, transparan, sound system, dan sebagainya.
 Pelaksanaan: Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap raguragu
dan gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
- Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA) semaksimal mungkin.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di
masyarakat.
B. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan
penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini
mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus
9
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau
kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara,
sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
 Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
 Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
 Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
 Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang
diawali dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi
tanggapan dari peserta. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa
pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota
dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Balling)
Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi
kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang
lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah
lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung

10
lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya
akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau
berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. 6) Permainan
Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara role
play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa
orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3) Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan
pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran)
masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada
perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau
11
melalui media massa. Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa
ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan
promosi kesehatan massa.
e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
2.2 Konsep Remaja
2.2.1 Definisi
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja
merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Masa remaja dimulai
dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Masa
remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu
masa menjelang dewasa muda. (Soetjiningsih, 2004).
2.2.2 Batasa Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17
tahun.Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan
12
pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan
yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes
RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui
bahwa usia remaja pada perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja
pada laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang
dibandingkan dengan laki-laki.

2.2.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja


Ali & Asrori (2006) tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), tugas perkembagan remaja meliputi:

1) Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda
jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
2) Mencapai peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan sosial
dan kultural masyarakatnya.
3) Menerima kesatuan organ-organ tubuh/ keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan
menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing
4) Menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di
tengah-tengah masyarakatnya.
5) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan
mulai menjadi “diri sendiri”.
6) Mempersiapkan diri untuk mencapai karir (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang
kehidupan ekonomi.
7) Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.
2.2.4 Ciri-Ciri Remaja
Menurut Soerjono Soekanto (1990:52), ciri-ciri remaja apabila dilihat dari sudut
kepribadian sebagai berikut:

13
1) Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita
tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, sehingga
perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan.
2) Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih
matang kepribadiannya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu
mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.
3) Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa
walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang.
4) Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomi maupun
politik dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh
orang tua atau sekolah.
5) Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan
identitas.
6) Mengingatkan sistem kaidah atau nilai yang serasi dan kebutuhan atau keinginannya,
yang tidak selalu sama dengan kaidah dan nilai yang dianut oleh seseorang dewasa.
2.2.5 Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
1) Masa remaja awal/dini (early adolescence): umur 11–13 tahun. Dengan ciri khas :
ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14–16 tahun. Dengan ciri khas
: mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17–20 tahun. Dengan ciri khas : mampu
berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani
dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang
jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu
peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia,
yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun
polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan
14
payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-
laki.

2.2.6 Tahap Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja


Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh remaja, antara lain:
1) Masalah emosi pribadi
Pada saat pubertas, terjadi perubahan emosi yang signifikan. Remaja biasanya
menunjukkan emosi yang kuat dan terkadang naik turun sehingga sering
menimbulkan konflik. Pubertas sangat sensitif terhadap emosi dan terkadang mereka
sering menyalahartikan ekspresi atau bahasa tubuh seseorang. Kemudian, remaja juga
lebih sadar diri. Mereka mulai memperhatikan penampilan dibandingkan setelah
mereka dewasa.
Masalah yang terjadi pada perubahan emosi, biasanya adalah konflik yang dapat
terjadi di keluarga, lingkungan sekolah atau teman. Orang tua terkadang kesulitan
berkomunikasi dengan anaknya karena adanya pemahaman yang berbeda antara
keduanya. Belum lagi akibat keinginan orang tua yang terlalu tinggi terhadap anaknya.
Semua itu akan menyebabkan anak merasa tidak didukung dan diperhatikan oleh
orang tuanya.
Masalah emosi lain yang sering timbul adalah emosi dengan lawan jenis. Pada
saat pubertas, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Mereka sudah mulai melihat
lawan jenis dengan penglihatan berbeda. Dengan matangnya organ-organ seksual
pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual.
Masalah tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana
mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya
berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual,
kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
2) Masalah perilaku
Pada saat pubertas terjadi perubahan perilaku pada remaja. Remaja mencari
cara untuk menemukan jati dirinya. Perilaku negatif sering ditemukan pada remaja
yang mengalami pubertas. Perilaku agresif seperti berkelahi, mencuri, mengganggu
(bullying) temannya merupakan contoh masalah perilaku negatif pada remaja saat ini.
3) Masalah kesehatan reproduksi

15
Remaja mengalami perubahan seks sekunder yang tampak dari perubahan fisik
mereka. Remaja laki-laki sudah bertambah tingginya, pertumbuhan jakun dan bulu
rambut yang muncul, serta pengalaman mereka mengalami mimpi basah merupakan
tanda dari munculnya seks sekunder. Pada remaja perempuan, payudara yang mulai
muncul, bentuk badan yang lebih berlekuk, dan terjadinya menstruasi. Orang tua harus
dapat menjelaskan semua perubahan ini, agar remaja menjadi tidak malu terhadap
dirinya sendiri. Pada masa pubertas, remaja harus diberi penjelasan mengenai masalah
kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya. Perilaku seks bebas, hamil di luar nikah
dan aborsi merupakan masalah yang sering terjadi pada remaja yang tidak mengetahui
tentang kesehatan reproduksi. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan
fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering
mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran
yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok,
dan perilaku makan yang maladaptif (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih
lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya
gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson
et al).
4) Masalah sosial
Remaja mulai memperhatikan kondisi sosial lingkungan sekitarnya. Mereka
mulai merasa pentingnya teman dekat dan terdapat pengaruh teman sebayanya.
Mereka juga sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif.
Konflik sosial antar teman biasanya sering terjadi. Selain itu, rasa hormat terhadap
orang tua juga mulai berkurang dan terkadang seringkali berkata kurang baik ke orang
tua.
Permasalahan penggunaan alkohol dan obat-obatan pada remaja menjadi sangat
memprihatinkan saat ini. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa
remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
5) Pubertas yang terlalu cepat atau terlambat
Pubertas yang terlalu cepat atau tanda-tanda pubertas sudah muncul sebelum
usia 8 tahun untuk anak wanita dan kurang dari 9 tahun untuk anak laki-laki lebih
sering dikenal dengan pubertas prekoks. Penyebab pasti pubertas prekoks secara pssti
belum dapat di ketahui namun dapat terjadi karena adanya gangguan organ endokrin,
16
bawaan genetik, gangguan pada otak, gangguan tumor yang menghasilkan hormon
reproduksi.
Pubertas yang terlambat adalah perkembangan pubertas pada umur yang
terlambat yaitu sewaktu remaja berumur 13 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada
laki-laki. Pubertas terlambat biasanya disebabkan riwayat pubertas terlambat dalam
keluarga atau karena terdapat penyakit kronis yang mendasarinya. Penanganan
dengan dokter anak harus dilakukan guna memeriksa penyebab pubertas prekoks
maupun pubertas yang terlambat ini.

17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus pada Remaja (Pengunaan Rokok)

Di sebuah SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa . Terdapat
300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan. Berdasarkan catatan yang ada pada guru BK,
terdapat beberapa siswa yang mengkonsumsi rokok yang dilakukan oleh mayoritas siswa laki-
laki dari kelas VII sampai kelas IX. Selama ini belum pernah ada kegiatan penyuluhan
mengenai bahaya merokok di SMP tersebut. Saat dilakukan penggeledahan ditemukan ada
siswa yang menyimpan beberapa batang rokok di tas mereka. Setelah dilakukan pengkajian
beberapa diantaranya mengaku hanya mencoba-coba dan ikut-ikutan kakak kelas mereka.
Mereka mengaku mengetahui efek samping dari merokok namun hanya dari mulut ke mulut
dan tidak pernah ada penyulian secara langsung dari pihak sekolah. Siswa juga mengaku bahwa
mereka merokok secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tua dan guru-guru di
sekolah.
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Data inti
1. Data Umum
a. Sejarah Komunitas
Di SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa.
Terdapat 300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan..
b. Luas Wilayah
Luas wilayah SMP X 30 km2
c. Batas Wilayah
Utara : berbatasan langsung dengan masjid An Nur
Selatan : berbatasan langsung dengan perumahan warga
Timur : berbatasan dengan sawah
Barat : berbatasan langsung dengan jalan raya
2. Demografi
a. Agama
Siswa SMP X mayoritas beragama islam.
b. Pekerjaan
Pelajar

18
c. Suku
Siswa SMP X mayoritas bersuku Jawa.
d. Data Statistik
Dari 800 siswa terdapat :
1) 300 siswa laki-laki, 23 diantaranya mengkonsumsi rokok.
2) 500 siswa perempuan.
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Jarak sekolah dan rumah para siswa berdekatan. Bangunan sekolah terbuat dari
tembok (permanen). Lantainya terbuat dari tegel, rata-rata di setiap kelas terdapat
jendela, dan pencahayaan sebagian besar terang.
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a. Penyakit terbanyak 3 bulan terakhir yang terjadi di sekolah adalah batuk dan
pilek.
b. Mayoritas siswa SMP X bila sakit memanfaatkan fasilitas kesehatan dari
puskesmas dan bidan setempat.
c. Siswa SMP X belum memanfaatkan Usaha Kesehatan Sekolah sebagai sarana
pelayanan kesehatan.
3. Keamanan dan Transportasi
a. Siswa SMP X menggunakan angkutan umum (becak, angkot), dan jalan kaki
untuk berangkat ke sekolah.
b. Keamanan kesehatan lingkungan di SMP X kurang, karena masih ada oknum
guru yang merokok. Guru merokok di tempat yang terbuka, bisa dilihat siswa-
siswa dan saat jam pembelajaran telah usai. Kebersihan lingkungan sudah cukup
baik.
4. Komunikasi
a. Sebagian besar siswa SMP X menggunakan handphone sebagai sarana
komunikasi meskipun telah dilarang oleh pihak sekolah.
b. Siswa SMP X mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan secara
langsung dari pihak sekolah terkait bahaya merokok.
5. Rekreasi
Di SMP X memiliki event khusus untuk hiburan siswa yaitu classmeeting yang
diadakan tiap semester.

19
3.2 ANALISA DATA

No Data Obyektif Data Subjektif Masalah Keperawatan


1. − Terdapat 300 siswa laki- − Siswa yang merokok Perilaku kesehatan
laki di SMP X, 23 mengaku hanya cenderung berisiko
diantaranya
mencoba-coba dan pada anak usia remaja
mengkonsumsi rokok.
− Ditemukan beberapa ikut-ikutan kakak di SMP X [Domain 1.
batang rokok di dalam tas kelas mereka. Promosi Kesehatan,
siswa
Kelas 2. Manajemen
Kesehatan, Kode
00188]

2. -  Mereka mengaku Ketidakefektifan


mengetahui efek pemeliharaan
samping dari kesehatan pada anak
merokok namun usia remaja di SMP X
hanya dari mulut ke [Domain 1. Promosi
mulut dan tidak Kesehatan, Kelas 2.
pernah ada Manajemen
penyuluhan secara Kesehatan, Kode
langsung dari pihak 00099]
sekolah.
 Siswa mengaku
sering melihat
beberapa guru
merokok di tempat
yang dapat dilihat
semua siswa

20
3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. D.0099
Kategori: psikologi
Subkategori: Integritas ego
Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat
(mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan
2. D.0117
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah
d.d kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

3.4 Skala Prioritas Masalah


1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis.
Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan
masalah kesehatan
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
Aktual (3) aktual, kurang terpapar informasi,
ketidakadekuatan dukungan
sosial, pemilihan gaya hidup tidak
sehat (merokok).
2. Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di guru, orang tua, serta siswa
rubah : masalah dapat teratasi dan
Rendah (0) kebiasaan merokok siswa dapat
dihentikan.
3. Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Salah pergaulan dapat dicegah
untuk dicegah : dengan memberikan konseling
Cukup (2) yang baik serta memberikan
contoh yang baik untuk siswa-
siswa.

21
4. Menonjolnya 2 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual (terjadi)
masalah dan perlu segera ditangani
Harus ditangani (1)
Skor 3 2/3
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d
kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
Aktual (3) aktual, situasi penyerta
memepengaruhi individu, kurangnya
saling mendukung, salah/tidak
pahamnya informasi yang
didapatkan orang terdekat.
2. Kemungkinan 2 0/2 x 2 = 0 Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di anggota keluarga dan guru, masalah
rubah : dapat teratasi
Tinggi (2)
3. Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena guru
untuk dicegah : sebagai role model tidak
Cukup (2) memberikan contoh yang baik.
4. Menonjolnya 2 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual (terjadi) dan
masalah perlu segera ditangani
Harus ditangani (1)
Skor 2 1/3

22
3.5 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 D.0099 Tujuan : Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan (5510)
Kategori: psikologi tindakan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat
Subkategori: Integritas ego jam, diharapkan perilaku meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat
Diagnosa 2 : Perilaku kesehatan menjadi lebih baik 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku
kesehatan cenderung dengan kriteria hasil: saat ini pada individu, keluarga atau kelompok
berisiko b.d pemilihan gaya 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak
hidup tidak sehat (mis. Keseimbangan perilaku yang tidak sehat atau berisiko
gaya hidup
Merokok, konsumsi alkohol (2013) 4. Libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam
perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau
berlebihan) d.d gagal 1. Dapat mencari informasi
modifikasi perilaku kesehatan
melakukan tindakan tentang strategi untuk
5. Manfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk
pencegahan masalah aktivitas hidup yang seimbang
meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi
2. Ikut dalam aktivitas yang
kesehatan perilaku kesehatan
meningkatkan pengembangan
6. Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan
diri
olahraga , dan lain-lain.
3. Ikut dalam aktivitas yang
sesuai dengan nilai-nilai
Modifikasi perilaku (4360)
personal
1. Tentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan
perilaku
2. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak
diinginkan denga kebiasaan yang diinginkan
3. Dukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri
4. Berikan umpan balik terkait dengan perasaan saat pasien
tampak bebas dari gelala-gejala dan terlihat rileks.
5. Dukung pasien untuk berpartisipasi dalam monitor dan
pencatatan perilaku

23 1
25
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Pertemua Paraf
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif
n ke
Perilaku
Pendidikan kesehatan (5510)
kesehatan 1. Mengidentifikasi faktor internal atau
cenderung eksternal yang dapat meningkatkan atau
mengurangi motivasi untuk berperilaku
berisiko b.d sehat.
pemilihan Respon: Klien dapat mengetahui dan S: Siswa menyatakan telah
menyebutkan faktor dalam meningkatkan mengetahui informasi mengenai
gaya hidup atau mengurangi untuk berperilaku sehat
tidak sehat seperti berhenti merokok untuk hidup lebih bahaya merokok
sehat O: Siswa tampak memahami
1 (mis. 2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan
Merokok, gaya hidup perilaku saat ini pada individu, penjelasan yang telah diberikan
(6 1 α
keluarga atau kelompok. namun belum mau ikut turut serta
November konsumsi Respon: Klien mengetahui bahwa gaya hidup
alkohol saat ini tidak baik untuk kesehatan. dalam aktivitas yang
2018)
3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan meningkatkan kesehatan
berlebihan) untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau
d.d gagal berisiko. A: Kriteria hasil belum tercapai
Respon: klien menerima petugas kesehatan P: Lanjutkan intervensi
melakukan dengan baik dan tetapi masih belum berani
tindakan menolak ajakan teman-temannya untuk selanjutnya
merokok.
pencegahan 4. Melibatkan individu, keluarga dan kelompok
masalah dalam perencanaan dan rencana
implementasi gaya hidup atau modifikasi
kesehatan perilaku kesehatan.

24 2
25
Respon: Klien mengatakan bahwa teman-
temannya juga belum memiliki gaya hidup
yang sehat.
5. Memanfaatkan sistem dukungan sosial dan
keluarga untuk meningkatkan efektivitas
gaya hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan.
Respon: klien mengatakan bahwa ia santai
dalam merokok mengingat beberapa guru
juga merokok ditempat yang mereka bisa
lihat.
6. Menekankan pentingnya pola makan yang
sehat, tidur dan olahraga , dan lain-lain.
Respon: Klien mengatakan akan mulai
menerapkan pola hidup sehat.

Modifikasi perilaku (4360)


1. Menentukan motivasi klien terhadap
perlunya perubahan perilaku.
Repon: klien belum memiliki motivasi untuk
berhenti merokok.
2. Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang
tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
diinginkan.
Respon: Klien terlihat mulai mengurangi
porsi rokoknya, yang awalnya 3 batang sehari
menjadi 1 batang sehari
3. Mendukung klien untuk memeriksa
perilakunya sendiri.
Respon: Klien menyadari bahwa perilakunya
saat ini merugikan bagi kesehatannya.

3
25
4. Memberikan umpan balik terkait dengan
perasaan saat pasien tampak bebas dari
gelala-gejala dan terlihat rileks.
Respon: Klien merasa diperhatikan dengan
adanya umpan balik ini.
5. Mendukung pasien untuk berpartisipasi
dalam monitor dan pencatatan perilaku.
Klien menerima petugas dan terlihat
bersemangat dalam menerima penyuluhan

4
25
26
BAB 4
KESIMPULAN

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa
dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial. Banyak
permasalahan yang dapat dialami oleh remaja diantaranya: masalah emosi pribadi, perilaku,
kesehatan reproduksi, sosial, pubertas yang terlalu cepat atau terlambat, serta adanya masalah
psikologi. Faktor penyebab masalah- masalah tersebut dapat berasal dari dalam individu anak
tersebut, keluaarga, masyarakat, atau bahkan dari lingkungan sekolah. Untuk melakukan
promosi kesehatan paada remaja, kita perlu menerapkan beberapa pendekatan, metode, serta
media yang sesuai dengan usia sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.

27 23
DAFTAR PUSTAKA

drg. Marlina Ginting, M.Kes, dkk. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah
Kesehatan. Jakarta : . Kementrian Kesehatan Indonesia Pusat Promosi Kesehatan

Fertman, Cl., & Allensworth, DD.2010. Health Promotion Program. San Francisco, US : A
Wiley Imprint.

IDAI. 2013. Kesehatan Remaja di Indonesia (online). Diakses dari


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-di-indonesia
pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (online). Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf

pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Puslitbang. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia
(online). Diakses dari
http://www.who.int/ncds/surveillance/gshs/GSHS_2015_Indonesia_Report_Bahasa.p
df pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00

Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:


Erlangga.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
Syamsul Bachri Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana
Widyastuti, Y., dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya.
Zayanti, Nina et al. 2017. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah
Diberikan Promosi Kesehatan Mengenai Bahaya Seks Bebas Di Desa Cilayung
(online). JSK, Volume 2 Nomor 3 Maret Tahun 2017. Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/11960-24247-1-PB.pdf pada Selasa, 06 November
2018 pukul 19.00

http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan diakses pada 6 November 2018pukul 14.00


WIB

28 2
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP MELATI

Disusun oleh :
Kelompok 5
A2/2015
Agi Putri Alfiyanti (131511133046)
Elly Ardianti (131511133058)
Heny Oktora Safitri (131511133068)
Asti Pratiwi (131511133069)
Fara Anggita Rosa (131511133104)
Talia Puspita Adianti (131511133118)
Dewita Pramesti S. (131511133125)
Nadia Nur Mar’atush S (131511133137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

29 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP MELATI

Tempat : Aula SMA Kusuma Bangsa


Sasaran : Siswa kelas X SMA Kusuma Bangsa
Hari/Tanggal : Sabtu/ 10 November 2018
Alokasi waktu : 45 menit

A. TUJUAN
Meningkatkan pengetahuan peserta tentang bahaya rokok, dampak negatif serta cara
mencegah supaya tidak merokok.
B. MATERI
Pengertian rokok, dampak negatif dan upaya pencegahan merokok.
C. METODE
Role play
D. MEDIA
Drama
E. KEGIATAN
Tahap dan Kegiatan responden
No Kegiatan fasilitator
waktu
1. Pendahuluan Pembukaan
10 menit 1. Membuka acara dan salam 1. Menjawab salam dan
2. Perkenalan mendengarkan
3. Kontrak waktu 2. Mendengarkan
4. Menyampaikan tujuan dari 3. Mendengarkan
role play 4. Mendengarkan
2. Kegiatan inti Pelaksanaan
25 menit 1. Pemeranan Role play dari 1. Duduk
perawat. memperhatikan dan
menyaksikan.

30 4
3. Penutup 10 1. Evaluasi: Pemberian 1. Mendengarkan
menit edukasi dan penyampaian 2. Menjawab salam
kesimpulan oleh perawat
yang bertugas.
2. Menutup dan mengucapkan
salam

F. ANTISIPASI MASALAH
1. Perhatian yang kurang dari audience.
2. Pemeran kurang mendalami peran
G. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Ruang kondusif untuk kegiatan
b. Peserta hadir di tempat yang telah ditentukan
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias dan memperhatikan terhadap role play yang diperankan.
b. Ketepatan waktu pelaksanaaan
3. Evaluasi hasil
a. Perawat dapat menjalankan role play dengan baik sesuai dengan yang diperankan.
b. Peserta memahami tentang bahaya rokok bagi kesehatan

5
31
NASKAH ROLE PLAY

Cast :

1. Nadia Nur Mar’atush S sebagai Anton


2. Heny Oktora S sebagai Budi
3. Elly Ardianti sebagai Candra
4. Fara Anggita Rosa sebagai Perawat 1
5. Agi Putri Alfianti sebagai Perawat 2
6. Dewita Pramesti sebagai Perawat 3
7. Talia Puspita Adianti sebagai Perawat 4
8. Asti Pratiwi sebagai Narator

Perawat 1 : Selamat siang anak-anak perkenalkan kami dari RS.A ingin memberikan
sedikit roleplay tentang apa sih bahaya merokok jika kita merokok dan
kami meminta waktu kalian kira-kira 45 menit ya adek-adek, bersedia?
Audience : iya Ners bersedia

Bu Guru : Nanti didengarkan baik-baik ya. Untuk kakak mahasiswa silakan..

Perawat 2 : Baik mari kita mulai ya ....


...................

Suatu pagi yang cerah terdapat segerombolan anak SMA yang sedang kumpul bersama
teman-temanya disebuah warung. Tetapi salah satu diantara mereka sedih karena mempunyai
masalah dengan keluarganya.

Anton : He kenapa kamu dari tadi diam saja? Ada masalah?


Iya nih kenapa kamu diam saja? Gak asik banget. Cerita dong sama kita.
Budi :
siapa tau kita bisa bantu
Aku lagi ada masalah dengan keluarga nih... Lagi kepikiran banget... Lagi
Candra :
gak tenang banget. Ada gak sih obat atau sesuatu yang bisa bikin aku
tenang? Kamu berdua ada usul gak?
Anton : Wah kebetulan bro ini aku ada sesuatu yang bisa bikin kamu tenang.

Candra : Apaan emang? jangan macem-macem ya

32 6
Budi : Halah santai aja nanti juga kamu nambah

Anton : (Nyerahin rokok) ini coba aja pasti kamu tenang nanti

Candra : Gamau ah kalo rokok. Nanti aku dimarahin dan pasti bisa sakit

Budi : Halah gapapa udah coba aja enak kok pasti bikin kamu ketagihan.

Anton : Iyaa coba aja dulu. Kan belum mencoba. Ayo coba
Chandr a : (Mencoba dan menghisap rokok) huk huk huk ... Aduh sesak dada aku...
tolong tolong.......
Anton : Kenapa kamu? haduh norak
Budi : Eh gimana sih kamu. Gak ditolongin malah dikatain. Tolongin si C kasihan
sakit dia
Chandra : Tolong beneran sakit dadaku... (akhirnya pingsan)

Anton : Haduh gimana ini .. Kamu sih maksain dia buat ngerokok..
Kan kamu juga tadi yang nawarin kok jadi nyalahin aku sih .. ayo kita bawa
Budi :
ke puskesmas dekat sini aja ..
Anton : Ayoo
Beberapa saat kemudian.......
Setelah sampai puskesmas
Anton &
Ners Ners tolong teman saya ners tidak sadar
Budi :
Perawat 1 : Ini ada apa ? kenapa ini ?

Anton : Tolong Ners dia tidak sadar (sambil tergesa-gesa)


Perawat 1 : Iya kenapa ? tolong ceritakan kepada ners pelan-pelan . tarik nafas terlebih
dahulu .. (sambil memeriksa)
Anton : Dia dadanya sesak Ners ..

Perawat 1 : Iya kenapa dadanya bisa sesak ?

Budi : Tadi dia kami paksa untuk merokok ners .. soalnya dia lagi ada masalah jadi
saya kasih rokok buat menenangkan hatinya agar tidak sedih lagi
Perawat 1 : Haduh adek apa yang kalian lakukan itu salah .. kenapa kalian memaksa
teman kalian untuk merokok .. kalau sudah kejadian seperti ini siapa yang
bingung ? siapa yang takut ? kalian sendiri kan ?

33 7
Anton : Iya ners.. saya juga tidak tau kalau keadaanya bakalan seperti ini .. tolong
ners bantu teman saya ..
Perawat 1 : Baiklah kalian tunggu dulu di luar ya, Ners akan menangani temen kalian
dulu (sambil menutup pintu ruang UGD).
Anton & Baik Ners.
Budi :
……………………….

Perawat 1 beserta perawat lainnya sedang menangani si Candra di dalam ruangan

Beberapa saat kemudian…….

(keluar ruangan dan menemui Anton dan Budi) adek-adek apakah benar
Perawat 2 :
kalian teman dari adek Candra?
Anton &
Iya Ners benar.
Budi :
Budi : Bagaimana keadaan teman saya Ners?
Perawat 2 : Adek-adek teman kalian keadaanya kritis, karena asap rokok yang berada
di paru-parunya banyak, sehingga teman kalian keracunan dan harus
dirawat di dulu sampai keadaannya benar-benar membaik.
Anton : Tapi masih bisa disembuhkan kan Ners? (dengan wajah ketakutan).

Budi : Iya Ners, bagaimana Ners? (dengan wajah yang gelisah).


Untuk sembuh total kemungkinan tidak bisa adek-adek, karena paru-paru
Perawat 2 :
dia sudah terpapar asap rokok, dan sudah menyebabkan infeksi di dalam
paru-parunya.
Anton & (hanya terdiam dan saling bertatap muka).
Budi :
Makanya dek jangan main-main dengan yang namanya rokok, sudah tau
Perawat 2 :
kan apa akibatnya dari merokok? kalian masih muda dan masih banyak
mimpi-mimpi yang bisa kalian raih dan ada orang tua kalian yang harus
kalian bahagiakan, jadi jauhi rokok ya dek, karena merokok itu dapat
mengganggu kesehatan. Kalian,bisa terkena penyakit jantung coroner,
kanker paru-paru, serangan jantung, dan masih banyak lagi.Dan sekali
kalian menghirup asap rokok sudah banyak racun dalam tubuh kalian yang

34 8
nantinya bisa merusak organ-organ tubuh kalian karena kandungan rokok
itu terdapat bahan kimia berbahaya seperti nikotin.
Anton &
Baik Ners (menjawab dengan pelan dan kepala menunduk kebawah).
Budi :
Perawat 2 : Yasudah Ners permisi dulu ya. (meninggalkan A dan B).
Anton &
Iya Ners.
Budi :

Setelah perawat 2 meninggalkan A dan B, mereka menangis saling berpelukan dan menyesali
atas perbuatannya.

…………………………………………….

Role play finish………………………………………………….

Audience : (berpendapat)
Iya betul sekali. Jadi merokok itu sangat merugikan bagi kesehatan kita.
Dampak dari merokok pada kesehatan kita yaitu bisa menyebabkan
Perawat 3 : serangan jantung, stroke, kanker paru-paru, bisa merusak semua organ
tubuh kita, dan bisa membahayakan pada orang lain juga, karena orang
yang tidak merokok, namun menghisap asapnya juga akan memiliki
penyakit yang sama bahkan bisa lebih parah. Untuk itu mari kita jauhi
rokok sejauh-jauhnya dan kita alihkan keinginan kita untuk merokok
dengan memakan permen, puasa, atau melakukan hal-hal positif lainnya
supaya kita bisa mencegah diri kita untuk tidak merokok. Bersedia ya
adek-adek semua??
Audience : Bersedia Ners.
Baiklah adek-adek. Untuk itu cukup sekian pemaparan dari kami semua,
Perawat 3 : apabila banyak kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besanya.
Selamat Pagi adek-adek. Wassalamualaikum wr wb.
Audience : Pagi Ners. Waalaikumssalam wr wb.
.

35 9

You might also like