You are on page 1of 41

MAKALAH

Perbaikan Tanah dengan Geosintetik, dan Cerucuk


Bambu
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbaikan Tanah yang diampu oleh
Drs. H. Wahyu Wibowo MT

Oleh :

Azmi Baharudin Yusuf


1600480

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun
sebagai awal pembelajaran dan agar menambah spirit dalam mencari pengetahuan yang luas.
Karya Ilmiah ini meneliti tentang “Perbaikan Tanah Dengan Geosintetik, dan Cerucuk Bambu”

Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan tersebut bisa teratasi. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama untuk Dosen Perbaikan Tanah saya yaitu
bapak Drs. H. Wahyu Wibowo, M.T. dan tidak lupa rekan-rekan yang lainnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Bandung, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I ................................................................................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II ..............................................................................................................................................
PEMBAHASAN ..............................................................................................................................
2.1. Pengertian Geosintetik dan Cerucuk Bambu .................................................................... 3
2.2. Jenis-jenis Geosintetik........................................................................................................... 15
2.3. Fungsi Geosintetik.................................................................................................................. 18
2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaan ....................................................................................... 19
a. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak ............................................................. 19
b. Aplikasi pada perkuatan lereng .................................................................................. 23
c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis .............. 29
2.5 Perbaikan Tanah Menggunakan Cerucuk Bambu …………………………. 31

BAB III
KESIMPULAN ...............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 377
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 388

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan
cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan rumah/gedung,
bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water dan bangunan lainnya.
Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan matras bambu mulai banyak digunakan sebagai
soil improvement untuk dasar reklamasi pantai atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.
Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan cerucuk belum
ada acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan pangalaman masing-masing
Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak kurang aman atau terlalu aman
sehingga kurang efektif. Agar para Perencana dan Teknisi merasa yakin dalam
merencanakan konstruksi cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau
pedoman perhitungan cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan
metode perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang analisis
interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan model di laboratorium atau
skala penuh.
Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk
tersebut dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi penurunan
tanah, akan tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan peningkatan daya dukung
tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk bambu/dolken dengan jarak tertentu.
Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah, dapat dilaksanakan dengan mudah dan dalam perencanaan dapat dengan
mudah dipahami oleh para perencana.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 1


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalh ini adalah sebagai berikut :
a. Pengertian geosintetik dan Cerucuk Bambu.
b. Jenis-jenis geosintetik.
c. Fungsi Geosintetik.
d. Perencanaan dan Penggunaan geosintetik.
e. Perbaikan tanah menggunakan Cerucuk Bambu

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka dan menginterpretasikannya
dengan pengetahuan pembaca.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Geosintetik dan Cerucuk Bambu

Secara bahasa, Geosynthetics (Geosintetik) terdiri dari kata Geo, yang artinya bumi,
dan Sintetik, yang artinya buatan. Sehingga Geosintetik adalah material buatan manusia
yang digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bumi atau tanah.Secara istilah,
Geosintetik artinya material buatan manusia, terutama polymer (sejenis plastik), yang
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan ketekniksipilan yang berhubungan/kontak dengan
tanah dan batuan.
Golongan yang termasuk ke dalam Geosintetik ini antara lain : Geotextile,
Geomembrane, Geogrid, Geonet, Geomat, Geosynthetic Clay Liner (GCL), Geopipe,
Geocomposit, Geocell dan Geofoam.

a. Geotekstil
Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile
dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya
daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas
tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah di
bandingkan dengan metoda penimbunan konvensional.
Timbunan badan jalan di atas tanah lunak akan mengalami penurunan yang
besar dan kemungkinan runtuh akibat kurangnya daya dukung tanah terhadap beban
timbunan. Suatu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan cara
penggunaan geotextile yang digelar di atas tanah lunak sebelum pelaksanaan timbunan
yang berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement). Perkuatan dalam kasus ini hanya
bersifat sementara sampai dengan kuat dukung (bearing capacity) tanah lunak
meningkat hingga cukup untuk mendukung beban di atasnya.
Analisa dengan metoda limit equilibrium akan meninjau tiga modus stabilitas
konstruksi timbunan di atas tanah lunak yaitu, stabilitas internal, stabilitas pondasi tanah
lunak dan stabilitas keseluruhan konstruksi (overall stability). Untuk keperluan

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 3


perencanaan, profil kuat geser tanah lunak perlu dimodelkan. Dua model dipergunakan
untuk mengidealisasikan kuat geser tanah lunak di bawah timbunan yaitu pada lapisan
tanah lunak tebal dan tipis.
Pada lapisan tanah lunak tebal, kuat geser tanah lunak diidealisasikan
meningkat sebagai fungsi ke dalaman, sedangkan pada lapisan tanah lunak tipis, kuat
geser tanah lunak dianggap tetap. Keseimbangan batas pada stabilitas internal
menunjukkan bahwa untuk menghindarkan kerusakan pada konstruksi timbunan, kuat
tarik geotextile harus lebih besar dari gaya lateral yang ditimbulkan oleh timbunan di
atas tanah lunak. Pendekatan keseimbangan batas pada stabilitas pondasi seperti yang
disampaikan pada modus keruntuhan pondasi pada lapisan tanah lunak yang tebal
adalah akibat rotasi ( rotational sliding ).
Pada keruntuhan bentuk rotasi dan translasi pada lapisan tanah lunak yang
tebal, keseimbangan momen untuk memperoleh kuat tarik geotextile perlu disampaikan.
Pemilihan geotextile untuk perkuatan di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
dan external.

Faktor internal geotextile terdiri dari


1. Kuat tarik geotextile
2. sifat perpanjangan (creep)
3. Struktur geotextile
4. Dan daya tahan terhadap faktor lingkungan

Faktor external geotextile terdiri dari jenis bahan timbunan yang berinteraksi
dengan geotextile. Struktur geotextile, yaitu jenis anyam (woven) atau niranyam (non-
woven) juga mempengaruhi pada pemilihan geotextile untuk perkuatan. Kondisi
lingkungan juga memberikan reduksi terhadap kuat tarik geotextile karena reaksi kimia
antara geotextile dan lingkungan disekitarnya. Sinar ultraviolet, air laut, kondisi asam
atau basa serta mikroorganisme seperti bakteri dapat mengurangi kekuatan geotextile.
Waktu pembebanan juga mempengaruhi karena akan terjadi degradasi oleh faktor
fatigue dan aging. Untuk menutupi kekurangan tersebut tidak seluruh kuat tarik
geotextile yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi perkuatan
jalan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 4


Metode (Cara) Pemasangan Geotextile (Geotekstil) pada proyek jalan :
1. Harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau
kerutan.

2. Aturan untuk overlapping dan penyambungan Geotextile adalah :

3. Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya tikungan jalan),


maka Geotextiledipasang mengikuti / searah kurva.

Gambar 1. Pemasangan geotekstil pada tikungan

4. Jangan membuat overlapping atau jahitan pada daerah yang searah dengan beban
roda (beban lalu lintas).
5. Jika Geotextile dipasang untuk terkena langsung sinar matahari maka gunakanlah
yang berwarna hitam.

Geotextile (Geotekstil) Woven adalah jenis Geotextile yang teranyam. Bahan


dasar pembuatannya biasanya Polypropilene (PP). Untuk mempermudah visualisasi,

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 5


Geotextile Woven ini mirip dengan karung beras (bukan yang dari bahan goni) tetapi
berwarna hitam.

Gambar 2. Geotekstil Woven

Fungsi Geotextile Woven adalah sebagai bahan stabilisasi tanah dasar (terutama
tanah dasar lunak), karena Geotextile jenis ini mempunyai tensile strength (kuat tarik) yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Geotextile Non Woven (sekitar 2 kali lipat untuk gramasi
atau berat per m2 yang sama).

Gambar 3. Geotekstil Non-Woven

Geotextile Non Woven berfungsi sebagai :

1. Filter / Penyaring

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 6


Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya
partikel-partikel tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah permeable
(tembus air) maka air dapat melewati Geotextile tetapi partikel tanah tertahan. Aplikasi
sebagai filter biasanya digunakan pada proyek-proyek subdrain (drainase bawah tanah).

Gambar 4. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai filter

2. Separator / Pemisah

Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk


mencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lainnya.

Contoh penggunaan Geotextile sebagai separator adalah pada proyek


pembangunan jalan di atas tanah dasar lunak (misalnya berlumpur). Pada proyek ini,
Geotextile mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, sehingga tidak terjadi pumping
effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan. Selain itu keberadaan Geotextile juga
mempermudah proses pemadatan sistem perkerasan.

Gambar 5. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai separator

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 7


3. Stabilization / Stabilisator

Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan.


Misalnya dipakai pada proyek-proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi ini
sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan ahli geoteknik, sebab Geotextile bekerja
menggunakan metode membrane effect yang hanya mengandalkan tensile strength (kuat
tarik) sehingga kemungkinan terjadinya penurunan setempat pada timbunan, masih besar,
karena kurangnya kekakuan bahan. Apalagi sifat Geotextile yang mudah mulur terutama jika
terkena air (terjadi reaksi hidrolisis) menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.

Gambar 6. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai stabilisator

4. Lain-lain

Fungi Geotextile yang lain adalah sebagai pengganti karung goni pada proses
curing beton untuk mencegah terjadinya retak-retak pada proses pengeringan beton baru.

b. Geogrid
Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang
mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding
Geotextile.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 8


Gambar 7. Geogrids

Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene, Polyethilene dan Polyesther


atau material polymer yang lain.
Berdasarkan bentuk bukaannya (Aperture), maka Geogrid bisa dibagi menjadi :

1. Geogrid Uniaxial
Adalah Geogrid yang mempunyai bentuk bukaan tunggal dalam satu segmen (ruas)

Gambar 8. Geogrid Uniaxial

2. Geogrid Biaxial
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk persegi

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 9


Gambar 9. Geogrid Biaxial
3. Geogrid Triax
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga

Gambar 10. Geogrid Triax

Fungsi Geogrid
Secara umum Geogrid adalah bahan Geosintetik yang berfungsi sebagai Perkuatan
(reinforcement) dan Stabilisasi (stabilization), dengan penjelasan detailnya sebagai berikut
:
1. Geogrid Uniaxial
Berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi dinding penahan
tanah (Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope reinforcement)

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 10


Gambar 11. Geogrid uniaxial

2. Geogrid Biaxial
Berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft clay
maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci agregat
yang ada di atas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah
dilakukan pemadatan.

Gambar 12. Geogrid Biaxal

3. Geogrid Triax
Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak,
hanya saja performance nya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih
kaku sehingga penyebaran beban menjadi lebih merata.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 11


Gambar 13. Geogrid Triax

Metode/prosedur Pemasangan Geogrid TRIAX dan Biaxial


1. Pertama, persiapan tanah dasar berupa pembersihan (site clearing) dan pemadatan

Gambar 14. Site Clearing

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 12


1. Kedua, penggelaran atau penghamparan material Geogrid, dengan ketentuan overlapping
sebagai berikut :

Konsistensi Tanah Nilai CBR Panjang Overlap

Kaku / Firm >2 1 ft = 30.48 cm

Lunak / Soft Ground 1–2 2 ft = 60.96 cm

Sangat Lunak <1 3 ft = 91.44 cm

Karena beratnya yang ringan dan ukurannya yang tidak terlalu besar, penghamparan material
Geogrid dapat dilaksanakan dengan tenaga manusia.

Gambar 15. Penghamparan Geogrid

Gambar 16. Penghamparan Geogrid

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 13


2. Ketiga, dilakukan penarikan atau penegangan Geogrid, kemudian dilakukan pemasakan atau
penjangkaran menggunakan besi tulangan dan pemasak. ini dimaksudkan agar Geogrid tidak
melengkung saat ditimbun.

Gambar 17. Penjangkaran Geogrid

3. Keempat, penghamparan / penimbunan agregat di atas Geogrid. Penghamparan agregat


dilaksanakan dengan cara dituangkan dan diratakan searah dengan arah penghamparan
geogrid dan arah overlapping nya.

Catatan :
Ketebalan minimum agregat di atas Geogrid TRIAX adalah 15cm setelah dipadatkan.

Gambar 18. Penimbunan Agregat

4. Kelima, setelah agregat dihampar dan diratakan selajutnya dilakukan pemadatan sampai
mencapai nilai kepadatan yang ditetapkan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 14


Gambar 19. Pemadatan
2.2. Klasifikasi dan Identifikasi Geosintetik
Klasifikasi geosintetik diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pada dasarnya,
geosintetikterbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya,
kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami. Sebagian besar
geosintetikterbuat dari polimer sintetik seperti polipropilena (PP), poliester (PET) atau
polietilena(PE). Material polimer tersebut sangat tahan terhadap degradasi biologis dan
kimiawi.Jenis lain yang jarang digunakan adalah poliamida (PA) atau nilon dan serat
kaca.Bahan alami (seperti serat kapas, rami) juga dapat digunakan seperti
geotekstil,terutama untuk aplikasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos
air.Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan
tekstil.Geomembran merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan
sebagaipenghalang zat cair.
Dalam proses pembuatan geotekstil, elemen tekstil seperti serat-serat atau
beberapauntaian serat (yarn) dikombinasikan menjadi struktur tekstil lembaran. Elemen
tersebutdapat berupa filamen (serat menerus) berbentuk benang polimer tipis dan
panjangatau serabut serat (staple fiber) berbentuk filamen pendek dengan panjang antara
20-150 mm. Elemen tekstil tersebut juga dapat dibuat dengan memotong suatu
lembaranplastik atau film untuk membentuk pita tipis datar. Pada filamen dan potongan
film (slitfilm), proses pengeluaran atau penarikan akan memanjangkan polimer dalam
arahpenarikan sehingga meningkatkan kekuatan filamen.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 15


Jenis geotekstil kemudian dibagi berdasarkan metode yang digunakan untuk
mengkombinasikan filamen atau pita menjadi struktur lembaran. Jenis geotekstil yang
utama adalah tak-teranyam (non-woven) dan teranyam (woven). Geotekstil teranyam
terbuat dari monofilamen, multifilamen, fibrillated yarns atau dari potongan film dan
pita. Proses penganyaman untuk geosintetik teranyam sama dengan pembuatan
tekstilbiasa. Geotekstil tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih dimana
seratpolimer atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup
atauditempatkan pada suatu sabuk berjalan. Kemudian massa filamen atau serat tersebut.
Disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau disatukan
dengan panas dimana serat tersebut “dilas” oleh panas dan/atau tekanan pada titikkontak
serat dengan massa teksil tak-teranyam.
Geogrid merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring
(web).Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu
jaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu
sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya.
Saat ini terdapat material yang secara teknis tidak dapat disebut tekstil,misalnya
jaring, grid, net, jala (mesh) dan komposit. Geotekstil dan produk-produk
tersebut,seperti net dan grid, dapat dikombinasikan dengan geomembran atau bahan
sintetik lainnya untuk mendapatkan karakteristik terbaik dari setiap bahan. Produk
tersebut dikenal sebagai geokomposit dan produk ini dapat berupa gabungan dari
geotekstil geonet,geotekstil-geogrid, geotekstil-geomembran, geomembran-geonet, dan
bahkan struktur sel polimer tiga dimensi. Kombinasi bahan-bahan pembentuk
geokomposit tersebut sangat banyak dan hampir tidak terbatas. Selain itu terdapat juga
tipe-tipe geosintetik lain seperti geosynthetic clay liner maupun geopipa (Koerner,
2003).

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 16


Gambar 2.1 Klasifikasi Geosintetik

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 17


Pada umumnya geosintetik dapat diidentifikasi berdasarkan:
 Tipe polimer (definisi deskriptif, misalnya polimer berkepadatan tinggi,
polimerberkepadatan rendah);
 Tipe elemen (misalnya filamen, tenunan, untaian, rangka, rangka yang
dilapis);
 Proses pembuatan (misalnya teranyam, tak teranyam dan dilubangi dengan
jarum, tak teranyam dan diikat dengan panas, diperlebar atau ditarik, dijahit,
diperkeras,diperhalus);
 Tipe geosintetik primer (misalnya geotekstil, geogrid, geomembran);
 Massa per satuan luas (untuk geotekstil, geogrid, geosynthetic clay liner,
dangeosintetik penahan erosi) dan atau ketebalan (untuk geomembran);
 Informasi tambahan atau sifat-sifat fisik lain yang dibutuhkan untuk
menggambarkan material dalam aplikasi tertentu;

2.3. Fungsi Geosintetik


Geosintetik memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder yang biasanya lebih dari
satu fungsi. Kedua fungsi tersebut menjadikan geosintetik dapat berkontribusi secara
total pada saat penerapannya. Dengan demikian, kedua fungsi ini perlu dipertimbangkan
pada saat perhitungan dan pembuatan spesifikasi perencanaan.
Geosintetik memiliki enam fungsi sebagai berikut:
a. Filtrasi: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system
drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh
penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous.
b. Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam
tanah.Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen
ataudinding penahan tanah.
c. Separator: bahan geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak
sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan
ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah
dasaryang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat
dipertahankan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 18


d. Perkuatan: sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan
teganganatau deformasi pada struktur tanah.
e. Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair
atau gas. Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga
fluktuasi kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada
penampungansampah.
f. Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil
tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan
atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk
mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil
tak-teranyam digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah
atau batu disekelilingnya pada saat pemasangan.

2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaan


a. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak
Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat
geserkurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B
(DPU,2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR≈30 cu),
maka nilaikuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1.
Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak memiliki kecenderungan untuk
menyebarsecara lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja di dalam
timbunan.Tekanan tanah ini menimbulkan tegangan geser horizontal pada dasar
timbunan yangharus ditahan oleh tanah pondasi. Apabila tanah pondasi tidak
memiliki tahanan geseryang cukup, maka akan terjadi keruntuhan.
Pemasangan geotekstil atau geogrid berkekuatan tinggi yang direncanakan
dengantepat akan berfungsi sebagai perkuatan untuk meningkatkan stabilitas serta
mencegah keruntuhan. Geotekstil atau geogrid juga akan mengurangi pergeseran
horizontal danvertikal tanah di bawahnya, sehingga dapat mengurangi penurunan
diferensial.
Perlu diperhatikan bahwa perkuatan geosintetik tidak akan mengurangi
besarnyakonsolidasi jangka panjang atau penurunan sekunder timbunan. Oleh karena

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 19


ituapabila kriteria kinerja utama dari suatu bangunan (timbunan) adalah
penurunan,maka penanganan dengan geosintetik tidak sesuai untuk dipilih.
Fungsi perkuatan pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan faktor keamanan rencana;
 Menambah tinggi timbunan;
 Mencegah pergeseran timbunan selama pelaksanaan;
 Memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang
seragam.
Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada
dalamdua kondisi, yaitu:
 Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam;
 Timbunan dibangun di atas zona lemah lokal.
Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama
adalah timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan
lanau,lempung atau gambut jenuh air yang sangat lunak. Pada kondisi ini, arah
terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah
timbunan. Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan
garis tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan.Aplikasi kedua
adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah
lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan olehlubang
amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau gambut.
Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas zona lemah
lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari satu arah.
Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan dengan arah yang
benar terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung
besarnya gaya geser yang akan ditahan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 20


Gambar 2.2 Timbunan di atas Tanah Lunak

Gambar 2.3 Timbunan di Atas Zona Lemah Setempat dan Tanah Berongga

Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang diperkuat adalah perencanaan


untuk mencegah keruntuhan. Gambar 2.4 menunjukkan mode keruntuhan yang dapat
terjadi pada timbunan yang diperkuat. Ketiga kemungkinan keruntuhan tersebut
memberikan indikasi jenis analisis stabilitas yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan
timbunan dan potensi rangkak pada perkuatan juga harus dipertimbangkan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 21


Gambar 2.4 Mode Keruntuhan pada Timbunan yang diperkuat

Stabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya dihitung dengan menggunakan


metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup konservatif karena pada analisis
ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan kekuatan pada tanah dasar.
Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan parameter efektif juga
dapat dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan air pori lapangan yang
akurat. Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial terkonsolidasi-tak terdrainse
(CU) untuk mendapatkan parameter efektif untuk analisis. Karena estimasi tekanan
air pori lapangan tidak mudah dilakukan, maka selama konstruksi harus dipasang
pisometer untuk menghitung kecepatan penimbunan. Dengan demikian prosedur
perencanaan yang digunakan pada pedoman ini menggunakan analisis tegangan
total, karena dianggap lebih sesuai dan lebih sederhana untuk perencanaan perkuatan
timbunan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 22


b. Aplikasi pada perkuatan lereng
Lereng tanah yang diperkuat merupakan suatu bentuk stabilisasi tanah secara
mekanis dengan menggunakan elemen perkuatan sebidang dalam suatu
strukturlereng yang mempunyai kemiringan muka kurang dari 70°. Sedangkan
struktur tanah yang distabilisasi secara mekanis dengan kemiringan muka 70°
sampai dengan 90°diklasifikasikan sebagai dinding penahan.
Fungsi utama dari lereng tanah yang diperkuat adalah:
a. Meningkatkan stabilitas lereng, terutama jika diinginkan sudut kemiringan
lerenglebih besar tetapi tetap aman dibandingkan dengan lereng yang tidak
diperkuat,atau setelah terjadinya keruntuhan (lihat Gambar 2.5). Jenis
drainase yangdipakai adalah pipa berlubang (perforated pipes) yang
dibungkus dengan material granular dan dihubungkan dengan saluran
drainase dari agregat kasar dan dilapisi dengan geotekstil filter. Dapat pula
digunakan sistem geokomposit untuksaluran. Kriteria drainase ini tidak
dibahas rinci dalam pedoman ini. Detail drainase diperlihatkan pada Gambar
4.2;
b. Fungsi dari geosintetik yang ditempatkan di tepi lereng timbunan yang
dipadatkan adalah untuk memberikan tahanan lateral selama pemadatan
timbunan (lihatGambar 2.6). Meningkatnya tahanan lateral memungkinkan
terjadinya peningkatan kepadatan tanah dan meningkatkan pengurungan
(confinement) lateral untuk tanah di muka lereng. Perkuatan tepi tersebut
juga memungkinkan beroperasinya alat berat secara aman di tepi lereng.
Untuk timbunan dengantanah kohesif, dapat digunakan geosintetik tak-
teranyam yang sebidang dengan perkuatan sehingga dapat mendisipasi
tekanan pori di dalam timbunan yang dipadatkan.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 23


Gambar 2.5 Perkuatan untuk meningkatkan stabilitas lereng

Gambar 2.6 Perkuatan untuk meningkatkan kepadatan di kaki lereng dan


stabilitas permukaan lereng

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 24


Gambar 2.7 Detail Drainase Bawah Permukaan

Keuntungan ekonomis dari perkuatan lereng ini diantaranya:


 Mengurangi pemakaian lahan karena lereng dengan perkuatan dapat
lebihtegak;
 Mengurangi volume bahan timbunan;
 Memungkinkan digunakannnya timbunan dengan kualitas yang lebih rendah;
 Mengurangi biaya untuk elemen-elemen penutup (facing) seperti yang
diperlukan dalam dinding yang distabilisasi secara mekanis.

Lereng yang diperkuat diantaranya diaplikasikan pada pekerjaan-pekerjaan


sebagai berikut (lihat Gambar 2.8):
a. Konstruksi timbunan jalan baru;
b. Pelebaran timbunan jalan lama;
c. Perbaikan keruntuhan lereng.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 25


Gambar 2.8 Aplikasi Lereng Tanah yang Diperkuat

Lereng tanah yang diperkuat dapat pula diaplikasikan dalam konstruksi berikut
ini:
a. Stabilitas permukaan di hulu/hilir dan peningkatan tinggi bendung;
b. Konstruksi tanggul permanen dan struktur pemantau banjir sementara;
c. Semakin tegaknya timbunan abutmen dan pengurangan bentang jembatan;
d. Pelebaran jalan sementara untuk pembuatan jalan memutar;
e. Konstruksi timbunan menggunakan tanah berbutir halus yang jenuh air.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 26


Pemilihan sifat-sifat teknis tanah dasar harus difokuskan untuk penentuan daya
dukung, potensi penurunan, dan posisi muka air tanah. Penentuan kapasitas daya
dukung membutuhkan parameter kohesi (c), sudut geser (φ) dan berat isi (γ) serta
posisi muka air tanah. Untuk penentuan penurunan tanah dasar diperlukan parameter
koefisien konsolidasi (cv), indeks kompresibilitas (Cc) dan angka pori (e).
Pemilihan kriteria tanah timbunan yang diperkuat harus mempertimbangkan
kinerja jangka panjang struktur, stabilitas masa konstruksi dan faktor degradasi
lingkungan yang terjadi terhadap perkuatan.
Pengetahuan dan pengalaman dengan lereng tahan yang diperkuat dan dinding
penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis selama ini hanyalah dengan
menggunakan tanah timbunan berbutir (non-kohesif). Oleh karena itu pengetahuan
tentang distribusi tegangan internal, tahanan cabut, dan bentuk bidang keruntuhan
terbatas pada sifat-sifat teknis unik dari jenis tanah tersebut.
Setiap tanah yang memenuhi syarat sebagai timbunan dapat digunakan dalam
system perkuatan lereng. Akan tetapi material dengan kualitas tinggi akan
memudahkan pemadatan dan meminimalkan kebutuhan perkuatan.
Persyaratan perencanaan untuk lereng yang diperkuat pada intinya sama dengan
perencanaan lereng tanpa perkuatan: faktor keamanan harus memenuhi untuk jangka
panjang dan jangka pendek terhadap mode-mode keruntuhan yang dapat terjadi.
Tiga mode keruntuhan yang dapat terjadi adalah (lihat Gambar 4.4):
a. Keruntuhan internal, dimana bidang keruntuhan memotong elemen
perkuatan;
b. Keruntuhan eksternal, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang
dandi bawah massa tanah yang diperkuat;
c. Keruntuhan gabungan, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang
danjuga memotong massa tanah yang diperkuat.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 27


Gambar 2.9 Moda Keruntuhan Tanah Lereng yang Diperkuat

Gambar 2.10 Tahapan Perencanaan Lereng yang Diperkuat

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 28


c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis
Konstruksi dinding penahan tanah dipilih jika konstruksi lereng dinilai sudah
tidak ekonomis dan tidak layak secara teknis. Salah satu jenis dinding penahan tanah
adalah dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis (mechanically
stabilized earth wall, MSEW), selanjutnya disingkat menjadi dinding MSE.
Dinding MSE pada dasarnya terdiri dari perkuatan di dalam timbunan tanah
yang membantu menahan tekanan tanah lateral. Jika dibandingkan dengan dinding
penahan tanah konvensional, dinding MSE biasanya mempunyai beberapa
keunggulan. Dinding MSE lebih fleksibel dibandingkan dinding penahan tanah biasa
seperti dinding kantilever beton atau dinding penahan tanah tipe gravitasi. Oleh
karena itu, dinding MSE lebih sesuai untuk daerah dengan tanah pondasi yang buruk
dan daerah seismik aktif.
Dinding MSE menggunakan beberapa jenis bahan perkuatan diantaranya besi
lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi dan geosintetik. Akan tetapi,
yang tercakup dalam pedoman ini hanyalah dinding MSE yang diperkuat dengan
perkuatan geosintetik (geotekstil dan geogrid).
Struktur dinding MSE, termasuk yang diperkuat dengan geosintetik, dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif yang efektif untuk menggantikan dinding
gravitasi konvensional, kantilever beton, atau dinding penahan yang diperkuat
dengan pitametalik (metallic strips).
Penggunaan geosintetik memberikan solusi yang sangat variabel dan ekonomis
dibandingkan dengan pita metalik, terutama pada kondisi lingkungan yang
berbedabeda.Tinggi maksimum dinding yang diperkuat dengan geosintetik hanya
mencapaikurang lebih 15 m – 22 m, sedangkan dengan pita metalik dapat melebihi
30 m.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 29


Sistem dinding MSE dapat digambarkan melalui geometri perkuatan, mekanis
metransfer tegangan, bahan perkuatan, kemampuan memanjang perkuatan, dan jenis
penutup muka serta sambungan.
A. Geometri perkuatan
Geometri perkuatan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
 Linier satu arah: pita (strip), termasuk pita-pita baja beralur atau baja
mulus atau pita-pita geosintetik yang dilapis;
 Komposit satu arah: grid atau tikar batangan (bar mat) yang dicirikan
oleh spasi antar grid yang lebih besar dari 150 mm;
 Bidang datar (planar) dua arah: geosintetik lembaran menerus, anyaman
kawat (wire mesh) yang dilas, dan wire mesh teranyam.

B. Bahan perkuatan
Dari jenis bahan, dinding MSE dapat dibagi menjadi perkuatan metalik dan
perkuatan non-metalik:
 Perkuatan metalik: biasanya besi lunak (mild steel) yang digalvanis
ataudilapis epoksi.
 Perkuatan non-metalik: umunya bahan polimer yang terdiri dari
polipropilen,polietilen atau poliester.

C. Kemampuan memanjang perkuatan


 Perkuatan yang tidak dapat memanjang (inextensible): deformasi
timbunan pada saat runtuh jauh lebih kecil dari deformasi pada tanah.
 Perkuatan yang dapat memanjang (extensible): deformasi timbunan pada
saatruntuh hampir sama atau bahkan lebih besar daripada deformasi
pada tanah.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 30


2.5 Perbaikan Tanah Menggunakan Cerucuk dan Bambu
Perbaikan (stabilisasi) tanah diperlukan untuk pembangunan pada lahan yang tanah
dasarnya memiliki daya dukung yang rendah. Perbaikan tanah tersebut pada umumnya bertujuan
untuk meningkatkan tahanan geser tanahnya. Salah satu cara untuk meningkatkan tahanan geser
tanah tersebut adalah dengan menambahkan cerucuk pada tanah sampai melewati bidang
gesernya, sesuai dengan teori cerucuk yang telah dikembangkan oleh Mochtar (2000).
Stabilisasi dangkal merupakan teknik stabilisasi yang sering diterapkan di bidang jalan
terutama untuk mengubah sifat-sifat tanah dasar (sub grade ) atau lapis fondasi bawah
(sub base ) agar dapat memenuhi standar persyaratan teknik. Dengan kemajuan teknologi
dibidang geoteknik, saat ini penggunaan stabilisasi dangkal telah berkembang dan digunakan
untuk memperbaiki lapisan tanah lunak yang berada di bawah permukaan. Stabilisasi dangkal
yang digunakan pada lapisan bawah permukaan ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung
tanah yang rendah dan mengurangi sifat kompresibel /mampet serta mengurangi besarnya
penurunan timbunan badan jalan.
Mekanisme keruntuhan timbunan di atas tanah lunak dengan berbagai jenis perlakuan
terhadap tanah dasar ditunjukkan dalam Gambar 32. Apabila tanah dasar tidak diberikan
perkuatan, maka keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan dalam dengan bidang keruntuhan
memotong timbunan dan melewati tanah dasar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 32 (a).
Penggunaan perkuatan geotextile dapat meningkatkan angka keamanan stabilitas timbunan
dibandingkan tanah dasar tanpa perkuatan karena kuat tarik geotextile tersebut dapat memberi
tahanan momen tambahan pada bidang keruntuhannya (Gambar 32(b)). Perkuatan matras
bambu dapat meningkatkan stabilitas timbunan lebih tinggi dibandingkan penggunaan geotextile.
Dengan adanya matras bambu, maka bidang kelongsoran yang terjadi tidak dapat memotong
matras bambu tersebut.
Lintasan kelongsoran lebih panjang dibandingkan dengan perkuatan geotextile sehingga
angka keamanan meningkat (Gambar 32(c)). Penambahan cerucuk pada matras bambu
menambah daya dukung tanah dasar karena cerucuk matras bambu mentransfer beban timbunan
ke lapisan tanah yang lebih dalam (Gambar 32(d)).

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 31


Gambar 32. Pola keruntuhan timbunan dengan berbagai jenis perlakuan terhadap tanah dasar.
Gambar 33. Pada lokasi tersebut matras bambu digunakan sebagai perkuatan tanah
dasar di bawah embankment dike pada out fall channel sepanjang1 km. Tanah dasar pada lokasi
tersebut berupalempung berlanau sangat lunak hingga lunak sedalaman 27 m, sedangkan
timbunan out fallchannel yang dibangun adalah setinggi 3 m. Matras bambu yang digunakan
sebanyak 3 lapis. Penggunaan cerucuk matras bambu untuk bangunan pengendali banjir di
Boezem Morokrembangan Surabaya ditunjukkan dalam Gambar 33. Pada pekerjaan tersebut,
cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di bawah timbunan struktur
palisade. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa lumpur dan lempung sangat lunak sedalam 12
– 20 m, sedangkan timbunan struktur palisade yang dibangun adalah setinggi 2,5 – 5 m diatas
seabed.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 32


Gambar 33. Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan dalam pembangunan embankment
dike pada tambak
Lorok Out Fall Channel sepanjang 1 km di PLTGU tambak Lorok, Semarang
(Irysam, 1996).

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 33


Gambar 34. Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan untuk timbunan struktur Palisade
pada bangunan pengendali banjir di Boezem Morokrembangan, Surabaya (Irysam,
2000).

Cerucuk matras bambu juga telah digunakan pada Pelabuhan Ikan Muara Angke
Jakarta. Pada lokasi tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di
bawah struktur causeway dan struktur breakwater. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa tanah
lempung sangat lunak hingga lunak dengan kedalaman 9 – 14 m, sedangkan timbunan break
water yang dibangun adalah setinggi 6,6 m diukur dari seabed dengan ketinggian di atas muka
air laut terendah sebesar 3,6 m. Cerucuk bambu yang digunakan dalam pekerjaan tersebut
sedalam 6 m, sedangkan matras bambu yang digunakan sebanyak 5 lapis. Penggunaan cerucuk
matras bambu pada Pelabuhan Ikan Muara Angke Jakarta ditunjukkan dalam Gambar 35.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 34


Gambar 35. Perkuatan cerucuk matras bambu digunakan dalam struktur Break Water dan Cause-
way di pelabuhan ikan Muara Angke, Jakarta Utara (Irsyam, 2000) .

Sebelum dilakukan pengujian trial embankment skala penuh di lapangan, terlebih


dahulu dilakukan analisis pendahuluan terhadap trial embankment dengan sistem perkuatan
tanah dasar menggunakan cerucuk matras bambu yang akan dikonstruksi tersebut. Analisis
pendahuluan dilakukan untuk:

a. Menjamin bahwa tanah dasar kuat memikul beban akibat trial embankment skala
penuh
b. Menjamin bahwa trial embankment skala penuh yang akan dikonstruksi memiliki
stabilitas lereng yang cukup
c. Memprediksi penurunan yang akan terjadi pada saat dan setelah dilakukan konstruksi
trial embankment

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 35


Analisis penurunan tanah dasar mencakup perhitungan penurunan seketika dan
penurunan konsolidasi. Analisis penurunan tanah dasar dilakukan dengan metode analitis dan
metode elemen hingga. Pada analisis penurunan tanah dasar dengan metode analitis, perhitungan
penurunan seketika dilakukan dengan memodelkan tanah sebagai material elastik dan
perhitungan penurunan konsolidasi dilakukan menggunakan teori konsolidasi 1 dimensi dari
Terzaghi (Terzaghi, 1967).
Sistem pemasangan cerucuk bambu betul- betul terlepas dari struktur pondasi, adapun yang
diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang sangat kecil menjadi lebih besar,
yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof.
Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting yang perlu dicatat yaitu :

 Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk bambu tersebut
akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat geser tanah secara
keseluruhan akan meningkat.
 Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk bambu 40 cm
dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25 kg/cm² dapat meningkat sampai
0,50 kg/cm².
 Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah bagaimana
sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah lunak perlu dikaji lebih
lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya
dukung 2 (dua) kali lipat dari aslinya.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 36


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Perbaikan (stabilisasi) tanah diperlukan untuk pembangunan pada lahan yang


tanah dasarnya memiliki daya dukung yang rendah. Perbaikan tanah tersebut pada
umumnya bertujuan untuk meningkatkan tahanan geser tanahnya. Salah satu cara
untuk meningkatkan tahanan geser tanah tersebut adalah dengan menambahkan
cerucuk pada tanah sampai melewati bidang gesernya, sesuai dengan teori cerucuk
yang telah dikembangkan oleh Mochtar (2000).
Sistem pemasangan cerucuk bambu betul- betul terlepas dari struktur pondasi,
adapun yang diharapkan adalah peningkatan daya dukung tanah lunak yang sangat
kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua kalinya. Dari
hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting yang perlu
dicatat
yaitu :

 Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk


bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga
kuat geser tanah secara keseluruhan akan meningkat.
 Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk
bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25
kg/cm² dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm².
 Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara
ilmiah bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek
dengan jarak cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua)
kali lipat dari aslinya.

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 37


DAFTAR PUSTAKA

Masyhur Irsyam dan Sugeng Krisna. 2008. Pengujian skala penuh dan analisis perkuatan
Cerucuk matras bambu untuk timbunan badan jalan di atas tanah lunak di lokasi
tambak oso, Surabaya. Forum Teknik Sipil No. XVIII/1-Januari 2008.

http://www.cartidownload.ro/Diverse/3072764/Stabilisasi_Dangkal_Tanah_Lunak_Untuk_Kons
truksi_Timbunan_Jalan_Dengan_Semen-dan-cerucuk. 04/10/2011

http://geotextile.web.id/metode-pemasangan-geotextile.html. 04/12/2011

http://gimbalarmy.blogspot.com/2011/08/bab-ii-tinjauan-umum-proyek.html

http://www.skyscrapercity.com/forumdisplay.php?f=1528

Didiek DJARWADI. 2006. Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Lunak Dengan Perkuatan
Geotextile. International Civil Engineering Conference "Towards
Sustainable Civil Engineering Practice" Surabaya, August 25-26, 2006

Azmi B.y– 1600480 - Teknik Sipil S1 38

You might also like