You are on page 1of 5

Penentuan Kadar CuSO4 (Tembaga Sulfat) dalam Limbah Buatan.

Untuk menentukan kadar CuSO4 dalam limbah buatan, diperlukan larutan baku
Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat), Karena Na2S2O3 merupakan larutan baku sekunder maka,
Na2S2O3 perlu distandarisasi terlebih dahulu.

Prosedur Standarisasi Na2S2O3 :


*Jumlah zat yang tertulis disini dapat berubah sesuai keadaan dan waktu.
1. Buat Larutan K2Cr2O7 (Kalium Bikromat) terlebih dahulu. Tentukan jumlah
padatan K2Cr2O7 yang akan dipakai Dengan ketentuan sebagai berikut :
- Konsentrasi : 0,1 N
- Labu Ukur : 100 ml
- e dari K2Cr2O7 :6

2. Larutan erlenmeyer yang berisi K2Cr2O7 dicampurkan dengan dua zat dengan
urutan sebagai berikut :
- Tambahkan KI (Kalium Iodida) 10 % sebanyak 10 ml.
* Setelah ditambah Kalium Iodida, langsung tutup bagian mulut erlenmeyer agar gas
I2 tidak menguap keluar.
- Lalu tambahi lagi asam sulfat pekat 2 M sebanyak 2 ml.
* Saat menambahkan Asam sulfat pekat ke larutan K2Cr2O7 + KI , lakukan di dalam
lemari asam dan tidak perlu lagi gunakan gelas ukur. Cukup ambil asam sulfat
pekat menggunakan pipet ukur lalu masukan ke erlenmeyer yang berisi larutan
K2Cr2O7 + KI.

3. Pastikan warna larutan hasil campuran 3 zat tadi berwarna kuning kehitaman
(hampir sama seperti warna betadine).
4. Standarisasi Na2S2O3 dengan larutan hasil campuran 3 zat tadi sampai warna
larutan kuning memudar.

5. Setelah mendapatkan warna kuning memudar, hentikan terlebih dahulu standarisasi,


dan tambahkan amilum 5 tetes ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan hasil
campuran 3 zat tadi.

6. Lanjutkan proses standarisasi sampai larutan didalam erlenmeyer berwarna biru


muda.

Setelah Na2S2O3 distandarisasi , proses berlanjut ke titrasi untuk menentukan kadar


CuSO4 dalam limbah buatan.
Prosedur Titrasi Limbah Buatan :
*Jumlah zat yang tertulis disini dapat berubah sesuai keadaan dan waktu.
1. Tuangkan 10 ml limbah buatan ke dalam erlenmeyer.
2. Larutan erlenmeyer yang berisi limbah buatan dicampurkan dengan dua zat
dengan urutan sebagai berikut :
 Tambahkan kalium Iodida sebanyak 1 gram.
 Tambahkan Asam Sulfat 2 M (yang tidak pekat) (dengan jumlah yang
ditentukan).
3. Pastikan larutan hasil campuran Limbah+Kalium Iodida+Asam Sulfat berwarna
kuning seperti warna kunyit.

4. Titrasi analit (Limbah+Kalium Iodida+Asam Sulfat) dengan titran Na2S2O3 (Yang


telah terstandarisasi sebelumnya) sampai warna analit berwarna kuning memudar.

5. Setelah berwana kuning memudar, hentikan dulu titrasi dan tambahkan amilum (?
tetes) kedalam erlenmeyer.
6. Lanjutkan proses titrasi sampai analit berwarna putih.
PEMBAHASAN :
1. Jenis titrasi yang dilakukan adalah Titrasi Iodometri.
Iodometri adalah titrasi untuk menentukan konsentrasi dari zat pengoksidasi melalui
titrasi tidak langsung yang melibatkan iodine sebagai perantara.
Iodimetrii adalah titrasi langsung menggunakan larutan iodine yang berguna untuk
menentukan konsentrasi dari zat pengreduksi.
2. Perbedaan Iodometri dan Iodometri juga terletak dari penmbahan indikator amilum.
Dimana :
Iodometri : Amilum di masukkan di pertengahan standarisasi/titrasi
Iodimetri : Amilum di masukkan diawal sebelum standarisasi/titrasi
3. Standarisasi/titrasi Iodometri ini harus dilakukan pada suasana asam. Hal ini karena reaksi
akan berjalan cepat di suasana asam. Selain itu jika dilakukan dalam suasana basa,
Na2S2O3 akan membentuk ion sulfat, sehingga akan mempengaruhi hasil perhitungan
akhir (dengan kata lain, larutan Na2S2O3 menjadi tidak murni). Warna hasil
standarisasi/titrasi juga akan berbeda jika dilakukan pada suasana basa.
4. Setelah ditambah Kalium Iodida, langsung tutup bagian mulut erlenmeyer agar menutup
kemungkinan gas Iodin menguap keluar.
5. Penjelaasan tentang penambahan amilum di pertengahan proses standarisasi/titrasi :
Iodine diadsorpsi oleh permukaan molekul amilum sehingga Iodin tidak bereaksi
dengan Na2S2O3.
Hasil produk adsorbsi menghasilkan amilum+kompleks iodine berwarna biru muda.
Jika jumlah iodine sedikit, proses adsorpsi dan desorpsi akan terjadi secara cepat dan
reversible. Namun, ketika konsentrasi iodin sangat tinggi, ikatan antara iodin dengan
amilum akan relatif kuat. Sehingga proses desorpsi nya menjadi lambat yang akan
membuat pendeteksian titik akhir menjadi sulit.
6. CuSO4 (Zat Pengoksidasi) membebaskan Iodine dari Kalium Iodida (KI2) dan iodine
inilah yang dititrasi dengan Na2S2O3. Jumlah Iodine yang dibebaskan dari Iodida (a.k.a
Kalium Iodida) ekivalen dengan jumlah zat pengoksidasi nya yaitu (CuSO4).
7. Kalau ada Kandungan CuSO4 didalam limbah, artinya apa?
Pada sistem pengolahan limbah, dengan mengetahui adanya kandungan suatu zat
senyawa seperti CuSO4 maka dapat diambil zat seperti Cu untuk diolah kembali
tergantung kebutuhan.
8. Mengapa nilai e dari Na2S2O3 adalah 6? (Masih Belum jelas terjawab).
9. Warna putih hasil akhir titrasi CuSO4 disebabkan oleh apa? (Masih belum terjawab).

You might also like