You are on page 1of 35

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN
MASALAH RESIKO PERDARAHAN POST
TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI
RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :
BINTARI DEHISMIATI, S. Kep
A31500819

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2016

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep

NIM : A31500819

Tanda Tangan :

Tanggal : 8 Agustus 2016

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’aalamiin, Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan
pada Tn. R dengan Masalah Resiko Perdarahan Post Transurethral Resection
Prostate (TURP) Di Ruang Edelweis Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto”. Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis mendapat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. M. Madkhan Anis M.Kep., Ns., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah


Gombong yang telah memberikan kesempatan dan fasilitasnya kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi ilmu
keperawatan.
2. Isma Yuniar, M.Kep., Ns selaku direktur Prodi S1 dan profesi Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan dukungan
untuk penelitian ini.
3. Dadi Santoso, M. Kep selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahan dalam
membimbing penulis untuk penyusunan Karya Tulis Akhir ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKES Muhammadiyah Gombong.
5. Kedua orang tua (Bapak Iswanto dan Ibu Dehmawati) serta kedua adik
tercinta (Bastomi Baharsyah dan Margono Wijaya) yang selalu memberikan
dukungan dan doanya.
6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Keperawatan angkatan tahun 2015
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan dan semangat sehingga Karya Ilmiah Akhir ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih
jauh dari sempurna dan banyak terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan

v
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.

Gombong, 8 Agustus 2016

(Bintari Dehismiati)

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Gombong, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep


NIM : A31500819
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Tulis Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN MASALAH
RESIKO PERDARAHAN POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE
(TURP) DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti
Noneksklusive ini STIKes Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan,
mengalih media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Gombong, Kebumen


Pada tanggal: 8 Agustus 2016
Yang menyatakan

(Bintari Dehismiati, S. Kep)

vii
ABSTRAK

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep


Institusi : STIKes Muhammadiyah Gombong

Penangananan BPH dapat dilakukan salah satunya Transurethral Resection


Prostate (TURP) tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan untuk
mengatasi pembesaran prostat. Tindakan pembedahan ini dipilih karena memiliki
efek minimal jika dibandingkan dengan jenis pembedahan lainnya. Namun,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait penanganan klien post
operasi TURP. Salah satunya adalah Continuous Bladder Irrigation (CBI).
Tujuan, mengobservasi pemantauan continuous bladder training post operatif
TURP diruang Edelweis RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil observasi
menunjukkan bahwa hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan
pemantauan irigasi bladder antara lain jenis cairan yang digunakan, kecepatan
aliran, ballance cairan, pemantauan tanda-tanda penyumbatan kateter.
Pengetahuan perawat tentang irigasi bladder perlu ditingkatkan untuk
menghindari komplikasi yang umum terjadi pada klien post op TURP. Selain
tindakan keperawatan mencegah resiko perdarahan dengan cara memantau
continous bladder irrigation, pencegahan perdarahan bisa juga dilakukan dengan
cara Leg and foot Exercise, namun pada kasus Tn. R Post TURP belum diterapkan
karena keterbatasan waktu.

Kata Kunci: Resiko perdarahan, Post TURP

viii
ABSTRACT

Name : Bintari Dehismiati, S. Kep


Institution : STIKes Muhammadiyah Gombong

BPH-handling can be done one of them Transurethral Resection of Prostate


(TURP) surgery is most commonly done to address prostate enlargement. Surgery
is chosen because it has the least effect when compared to other types of surgery.
However, there are some things that need to be related to the handling of client
postoperative TURP. One is Continuous Bladder Irrigation (CBI). Interest,
observing continuous monitoring of bladder training post operative TURP in the
room Edelweis Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. Observations indicate
that the thing to be aware of nurses in monitoring bladder irrigation among other
types of fluids used, the flow rate, fluid balances, monitoring signs of catheter
blockage. The nurse's knowledge about bladder irrigation should be improved to
avoid the complications that commonly occur in post-op clients TURP. In addition
to nursing actions to prevent bleeding risk by monitoring continuous bladder
irrigation, prevention of bleeding can also be done by Leg and foot Exercise, but
in the case of Mr. R Post TURP has not been implemented because of time
constraints.

Keywords: Risk of bleeding, Post TURP

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................vi
ABSTRAK..........................................................................................................................vii
ABSTRACT......................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN....................................................................................................................3
1. Tujuan umum........................................................................................................3
2. Tujuan khusus.......................................................................................................3
C. MANFAAT PENULISAN..................................................................................3
1. Manfaat keilmuan................................................................................................3
2. Manfaat aplikatif..................................................................................................3
3. Manfaat metodologis..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masalah keperawatan...........................................................4
1. Anatomi fisiologi Prostat................................................................................4
2. Faktor Resiko......................................................................................................6
3. Definisi Resiko Perdarahan............................................................................6
4. Tanda dan gejala................................................................................................7
5. Patofisiologi........................................................................................................7
6. Terapi Continuous Bladder Irrigation untuk Megatasi
Pembekuan Darah.............................................................................................7
B. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori...................................................8
x
1. Fokus Pengakajian...........................................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................10
3. Intervensi..........................................................................................................10
4. Implementasi...................................................................................................11
5. Evaluasi................................................................................................................12
BAB III LAPORAN MENEJEMEN KASUS
A. Profil Lahan Praktik Klinik...........................................................................13
1. Visi dan Misi Rumah Sakit..........................................................................13
2. Gambaran wilayah/ Ruangan Rumah Sakit............................................13
3. Jumlah kasus.....................................................................................................14
4. Upaya Penanganan yang dilakukan di ruangan.....................................14
B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan...................................................15
1. Ringkasan Proses Pengakajian..................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................19
3. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................20
4. Implementasi...................................................................................................22
5. Evaluasi.............................................................................................................24
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Karakteristik Pasien.............................................................................27
B. Analisis Masalah Keperawatan.........................................................................28
C. Analisa Salah Satu Intervensi yang Dikaitkan dengan Konsep
Penelitian Saat ini...................................................................................................28
D. Inovasi Tindakan Keperawatan untuk Pemecahan Kasus.........................30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................32
B. Saran..........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi 10 besar penyakit diruang Edelweis periode Januari-


Februari 2016 14
Tabel 3.2 Hasil Laboratorium..............................................................................................18
Tabel 3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................19
Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................................20
Tabel 3.5 Implementasi.........................................................................................................22

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak Anatomi Prostat...................................................................................4


Gambar 2.2 Bagian Prostat..................................................................................................5

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal
Lampiran 2 : Asuhan Keperawatan pada Tn. R

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelainan kelenjar prostate dikenal Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
yaitu berupa pembesaran prostat atau hyperplasia prostat. Di Indonesia, BPH
merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan
ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup
rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun (Purnomo, 2011).
Menurut Sjamsuhidajat (2011), Benigna Prostat Hiperplasia merupakan
kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat ke perifer. Pembesaran
prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika sehingga
menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intravesikal
ke seluruh bagian kandung kemih sampai pada kedua muara ureter, sehingga
akibat tekanan tinggi menimbulkan aliran balik urin dikandung kemih ke
ureter dan menimbulkan refluks vesiko-ureter. Refluks vesiko ureter
menyebab hidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya menyebabkan gagal
ginjal. Beberapa cara mengatasi yaitu dengan cara pemebedahan (Purnomo,
2011).
Pembedahan kelenjar prostat pada pasien BPH bertujuan untuk
menghilangkan obstruksi aliran urin. Transurethral Resection of the Prostat
(TURP) dan prostatektomi menjadi salah satu pilihan tindakan pembedahan
untuk mengatasi obstruksi saluran kemih (Smeltser and Bare, 2013).
Penangananan BPH dapat dilakukan dalam berbagai cara diantaranya
lain watchfull waiting, medikamentosa, dan tindakan pembedahan.
Transurethral resection prostate (TURP) menjadi salah satu tindakan
pembedahan yang paling umum dilakukan untuk mengatasi pembesaran
prostat. Tindakan pembedahan ini dipilih karena memiliki efek minimal jika
dibandingkan dengan jenis pembedahan lainnya. Namun, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan terkait penanganan klien post operasi TURP. Salah
satunya adalah continuous bladder irrigation (Barkin, 2011).

1
2

Salah satu tindakan post operatif yang dilakukan perawat adalah


pemantauan continuous bladder irrigation (CBI) atau irigasi bladder. Prosedur
ini dilakukan dengan memasukkan kateter threeway ke dalam uretra hingga ke
kandung kemih, dengan mempertahankan aspetik irigasi, bersihkan IDC
irigasi dan kateter port dengan swab alkohol dan biarkan kering, Buka
sambungan irigasi kateter, hubungkan irigasi diatur ke sambungan irigasi
kateter secara aseptic, pastikan urine menguras bebas sebelum memulai irigasi
terus menerus, unclamp labu irigasi yang digunakan untuk prime set irigasi
dan mengatur tingkat administrasi dengan menyesuaikan roller penjepit,
dengan kecepatan tetesan diatas 30 tetes permenit. Tujuan dari irigasi kandung
kemih adalah untuk menjaga urin naik 'berwarna dan bebas dari gumpalan.
Prosedur ini umumnya dilakukan pada 24 jam pertama post operasi TURP dan
dilakukan sebagai bagian dari perawatan post operatif post operasi TURP.
Irigasi dilakukan untuk mencegah obstruksi, mengeluarkan darah, dan klot
yang mungkin terjadi setelah proses pembedahan TURP. Pemantauan cairan
irigasi penting dilakukan oleh perawat. Perawat harus mengobservasi jumlah
cairan irigasi yang masuk serta menghitung berapa banyak cairan irigasi
beserta urin yang keluar. Perawat juga harus memastikan jenis cairan yang
digunakan untuk irigasi adalah cairan yang tepat dan sesuai. Selain itu,
perawat juga harus memastikan jumlah intake klien post TURP adekuat. (ACI
urology Network-Nursing, 2012)
Sehingga penulisan karya ilmiah ini bertujuan menganalisis praktik
klinik keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia post operatif
TURP yang sedang pemantauan Continuous Bladder Training (CBI) atau
irigasi bladder di ruang Edelweis RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.
3

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengobservasi pemantauan Continuous Bladder Training (CBI) post
operatif TURP diruang Edelweis RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operatif
TURP
b. Melakukan analisis salah satu intervensi yang di ambil sebagai
masalah utama

C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Keilmuan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat
untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan.
Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita
terkait dengan kasus BPH post TURP dengan dilakukannya irigasi bladder.
2. Manfaat Aplikatif
Penulisan ini diharapkan mampu sebagai pedoman dasar pembelajaran dan
mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem perkemihan
khususnya mengenai kasus pasien BPH post operatif TURP yang
dilakukaan irigasi.
3. Manfaat Metodologis
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar selanjutnya untuk
melakukan analisis mengenai Bledder irigasi yang sama dengan kasus
yang berdeda sesuai dengan hasil penelitian terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

ACI Urology Network-Nursing. (2012). Bladder Irrigation Guidlines. Style sheet.


www.health_nsw.gov.au/_data/.../Bladder Irrigation toolkit.pdf diambil
pada 6 Agustus 2016
Barkin,J. 2011. Benign Prostatic Hyperplasiaand Lower Urinary Tract
Symptoms: Evidence and Approach for Best Case Management. The
Canadian Journal of Urology 18: 14-19.
Bruscini, H., Simonetti, R., & Srougi, M. (2011). Urinary Incontinence After
Surgery For BPH: Role Of Aging On The Incidence Of Dysfunction.
Chabibah Umi & Tenti Kurniawati. (2014). Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Tentang Ambulasi Dini Dengan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 54-63.
Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification. 2015-2017. 10nd ed. Oxford: Wiley
Blackwell.
Judha, Mohamad dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kaharani Pebria. (2014). Pengaruh LEG And Foot Exercise Terhadap Kejadian
Perdarahan Pada pasien Benigna Prostat Hyperplasia Pasca Operasi
Transvesica Prostatectomy. STIKESMUHGO /2014. 08:54:52
Kapoor, Anil. 2012. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management In The
Primary Care Setting The Canadian Journal of Urology. Oktober. Hal. 10-
15.
Khamriana, dkk,. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Prostat Benigna Hyperplasia di Ruang Poli Urologi RSUD. Labung Baji
Makasar. Makasar: RSUD Labung Baji Makasar
Mark Lynch, Seshadri S, Kesavapillai S, & Peter T. 2010. Postoperative
Haemorrhage Following Transurethral Tesection of the Prostate (TURP)
and Photoselective Vaporisation of the Prostate (PVP).
Purnomo Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: CV Infomedika
RSMS. (2016). Profil Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. 8 Agustus
2016.http://www.rsmargono.go.id/home/dasarpelayanan
Sugito, dkk. 2013. Efektifitas Irigasi Kandung Kemih Dengan Cairan NaCl 0,9%
Dingin Terhadap Hematuria pada Pasien Post Operasi Tur-Prostat Di Rsd
Dr. Soebandi Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 3,
No. 2, Juni 2013
Suharyanto, Abdul, Madjid. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
Sjamsudhidajat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta. EGC
Smeltzer, S.C., &Bare, B.B. (2013). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1. Jakarta: EGC.
Nakahira J, Toshiyuki S, Atsushi F and Toshiaki M. Transurethral Resection
Syndrome in Elderly Patients: a Retrospective Observational Study.
Journal BMC Anesthesiology 2014, 14.30.
Nishant D Patel, J Kellogg Parsons. 2014. Epidemiology and Etiologi Prostatic
Hyperplasia and Bladder outlet Obstruction. Volume 30. Page: 2.
Departement Of Urology: USA
Wibowo, D.S., Paryana, W. 2011. Systema Urinarium. Dalam Wibowo, D.S,.
Paryana, W (ed): Anatomi tubuh manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta. 419-
434.
Widiastuti Anita. (2012). Perbedaan Kejadian Inkontinensia Urin pada Pasien
post kateterisasi yang dilakukan Bladder Training setiap hari dengan
Bladder Training sehari sebelum Kateter dibuka di BPK RSU Tidar
Magelang
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Lampiran 2: Asuhan Keperawatan pada Tn . R

I. PENGKAJIAN
Tanggal/Jam : 05-04-2016 Jam 12.15 WIB
Tempat : Ruang Edelweis
Metode : Status pasien,Wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
Sumber : Tn. R (pasien) dan observasi RM
Oleh : Bintari Dehismiati
A. Identitas Pasien

Nama : Tn. R
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tonjong
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Dianogsa : BPH
No RM : 1406xx
Tgl Masuk/jam : 04-04-2016/ 10.00 WIB

B. Penanggung Jawab
Nama: Tn.T
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Tonjong
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
C. Keluhan Utama
Tidak bisa pipis
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Urologi RSUD Margono tanggal 04-04-2016
pukul 10.00WIB dengan keluhan susah pipis sejak 1 minggu yang
lalu, tetapi pasien tidak mau memeriksakan diri karena merasa baik-
baik saja, pasien pipis lancar dengan selang kateter. Pasien sudah
membawa hasil pemeriksaan USG dan BNO. Setelah dipemeriksaan
oleh Dokter urologi. Dokter menyarankan untuk rawat inap untuk
persiapan operasi tgl 05-04-2016 jam 09.00 WIB. Hasil
pemeriksaan vital sign yaitu TD: 120/80 mmHg, N: 85 x/m, RR: 20
0
x/m dan S: 36,5 C.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit. Dengan
keluhan nyeri saat pipis setelah dikasih obat sembuh.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti ini dan Pasien juga mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit menular dan menurun seperti TBC,
DM, Hipertensi,dll.
E. Pola fungsional menurut Virginia Henderson
1. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan belum pernah mengalami sesak
nafas
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak sesak nafas,
RR:20x/menit.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi
nasi sayur dan lauk yang tak menentu. Pasien
mengatakan minum 7-8 gelas/hari (tergantung situasi
cuaca). Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
alergi makanan maupun obat. Pasien megatakan
mempunyai riwayat merokok tiap hari 5-6 batang
rokok.
Saat dikaji : pasien mengatakan sudah makan yang disediakan
rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat alergi makanan.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 5-6 x/hari dengan warna
kuning, BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek warna
kuning, tidak ada keluhan.
Saat dikaji : klien mengatakan tidak ada keluhan dalam BAB dan
BAK terpasang selang DC no 16.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-hari sebagai
pedagang
Saat dikaji : pasien mengatakan lebih banyak tiduran karena
terpasang selang pipis dan infus jika butuh sesuatu
dibantu keluarga.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidurnya selalu nyenyak lama
tidur malam ±7 -8 jam, pasien mengatakan susah
untuk tidur siang.
Saat dikaji: klien mengatakan saat malam hari tidur kurang nyenyak
karena merasa tidak nyaman dengan terpasang
selang pipis.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien mengatakan suka memakai pakaian mudah
di serap keringat dan longgar.
Saat dikaji : pasien masih memakai baju operasi yang sudah di
sediakan petugas.
7. Pola mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika dingin memakai baju tebal
dan jika panas pasien memakai baju tipis.
Saat dikaji : pasien memakai baju operasi yang sudah di
0
8. Pola personal hygien
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore,
sikat gigi 3 kali sehari setiap mandi dan sebelum
tidur malam tanpa bantuan.
Saat dikaji : klien mengatakan hanya diseka oleh keluarganya
2x sehari, sikat gigi 2x sehari.
9. Pola rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyama ketika
berada dirumah berkumpul bersama keluarganya.
Saat dikaji : klien mengatakan merasa kurang nyaman
karena terpasang selang pipis. Pasien juga
mengatakan nyeri post operasi, P: nyeri ketika
beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R:
dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 5 , T:
hilang timbul.
10. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit : pasien sebagai kepala keluarga, setiap
permasalahan akan di musyawarahkan ke kepala
anggota keluarga.
Saat dikaji : pasien mampu berkomunikasi dengan baik kepada
Petugas ketika ditanya tentang kondisinya.
11. Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien mengatakan beragama Islam menjalankan
ibadah sholat 5 waktu dan rutin mengikuti acara
yasinan setiap malam jumat di Desanya.
Saat dikaji: klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu dengan
berbaring di tempat tidur. Pasien menyadari penyakit
yang dideritanya merupakan cobaan dan pasien
merasa yakin bahwa dirinya akan sembuh.
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai
pedagang.
Saat dikaji : pasien hanya tiduran.
13. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak suka liburan.pasien hanya
mengandal televisi untuk hiburan dirumah saat
istirahat.
Saat dikaji : pasien mengatakan terhibur oleh keluarga yang
menemaninya.
14. Belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan mendapat informasi melalui
Televisi. Pasien mengatakan belum tahu tentang
penyakitnya.
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi melalui
petugas medis.
F. Keadaan umum
Kesadaran: Composmenstis
Suhu : 36,50C
Nadi : 85 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respirasi Rate : 20 x/menit
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
G. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head To Toe :

a. Kepala : Bentuk meshocepal, rambut hitam mulai beruban,


bergelombang, tekstur tipis, kering, kulit kepala tampak bersih.
b. Mata : Konjungtiva an anemis, sclera an ikterik,tidak
terdapat gangguan penglihatan, tidak ada nyeri
tekan, pupil isokor.
c. Hidung : Tidak ada polip, lubang hidung tampak agak kotor,
fisiologi bernafas normal, tidak nyeri tekan.
d. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan
tidak ada gigi goyang.
e. Dada :
Paru- paru : I: Pergerakan dada simetris. RR 20x/ menit.
P: Tidak ada nyeri tekan.
P: Bunyi sonor.
A: vesikuler, tidak terdengar ronkhi.

P: Tidak nyeri tekan.


P: Bunyi pekak
A: Bunyi regular S1>S2
f. Abdomen: I: Perut tampak simetris
A: bising usus 12x/menit
P: tidak ada nyeri tekan di 4 kuadran abdomen
P: tympani
g. Integument: Tidak terdapat lesi, turgor kulit kering, teraba
hangat.
h. Genitalia : terpasang DC ukuran 16, warna urin kuning keruh
i. Ekstremitas :

Ekstremitas atas Ekstremitas bawah


No Pemeriksaan
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

1. Oedeme - - - -

2. Bentuk Normal Normal Normal Normal

3. Kekuatan otot 5 5 5 5
4. Lesi/ luka - infuse RL - -

Reflex : +
5.  Biseps + + +
 Triseps + + + +
+
 Patella + + +

Keterangan :+ : ada
- : tidak ada
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laborat darah 04-04-2016/Jam 14.21 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.2 g/dl 11.2-17.3
Leukosit 6650 U/L 3800-10600
Hematokrit L 36 % 40-52
Eritrosit L 4.3 10^6/uL 4.4-5.9
Trombosit 277.000 /uL 150.000-440.000
MCV 83.8 Fl 80-100
MCH 28.2 Pg/cell 26-34
MCHC 33.6 % 32-36
RDW 12.8 % 11.5-12.4
MPV 9.6 Fl 9.4-12.4
Hitung Jenis:
Basofil 0.5 % 0-1
Eosinofil 2.6 % 2-4
Batang 0.9 % 3-5
Segmen 71.4 % 50-70
Limfosit 17.1 % 25-40
Monosit 7.5 % 2-8
PTT 10.3 Detik 9.3-11.4
APTT 39.6 Detik 29.0-40.2
Kima Klinik:
SGOT 16 U/L 15-37
SGPT 20 U/L 30-65
Ureum darah 32.9 mg/dl 14.98-38.52
Kreatinin darah 1.27 mg/dl 0.80-1.30
Glukosa sewaktu 92 mg/dl <200
Natrium 143 mmol/L 136-145
Kalium 4.2 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 105 mmol/L 98-107
Kalsium 8.2 mg/dl 8.4-10.2
Sero Imunologi:
HBSAG Non Reaktif Non Reaktif
2. BNO Tanggal 19 november 2015
Hasil urolithiasis
3. USG prostat Tanggal 17-11-2015
Hipertropi prostat
Tidak terlihat batu diprostat mau pun diintra buli
4. EKG Tanggal 4 April 2016
Hasil normal sinus rhythm
I. Therapi
tanggal 05-04-2016 s/d tanggal 7-04-2016
Ringer Laktat 20 tetes/menit Furosemid
2x1 mg
Ceftriaxone 2x1 gr
Ketorolac 2x1 mg
Ranitidine 2x1 mg
J. Analisa Keperawatan
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS: Nyeri Akut Agen cidera
a. klien mengatakan merasa fisik
kurang nyaman karena
terpasang selang pipis.
b. Pasien juga mengatakan nyeri
post operasi, P: nyeri ketika
beraktivitas, Q: seperti ditusuk-
tusuk, R: dibagian genetalia
dan kandung kemih, S: 5 , T:
hilang timbul.

DO:
a. Pasien tampak meringis
menahan nyeri
b. Tangan pasien tampak
memegangi area nyeri
c. Genitalia tampak terpasang DC
no 16
d. Vital Sign
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 85x/ menit
0
Suhu : 36,5 C
Respirasi Rate : 20x/ menit
2 DS: Resiko Prosedur
a. Pasien mengatakan BAK keluar perdarahan pembedahan
darah pada selang pipisnya (TURP)
DO:
a. Urin tampak kemerahan
pada urin bag
b. Warna merah muda tidak
pekat DC no 16
c. terpasang
d. Vital Sign:
0
Suhu : 36,5 C
Nadi : 85 x/menit
TD :120/80mmHg
RR : 20 x/menit

K. Diagnose Prioritas
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Resiko perdarahan bd Prosedur pembedahan (TURP)
L. Intervensi Keperawatan
NO DX KEP NOC NIC
1 Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan NIC : Pain Management
agen cidera keperawatan selama 2x24 jam 1. Lakukan pengkajian secara
fisik diharapkan masalah keperawatan konprehensif termasuk
nyeri akut dapat teratasi dengan
lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil:
a. Vital sign dlm batas normal frekuensi, kualitas & faktor
TD : 110-120/80 mmHg presipitasi
Nadi : 60-100x/menit 2. Observasi reaksi non verbal
0
Suhu : 36-37 C dari ketidaknyamanan
b. Tidak ada tanda-tanda 3. Gunakan tehnik komunikasi
perdarahan terapetik untuk mengetahui
c. Tidak ada dehidrasi
pengalaman nyeri
sebelumnya
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan & kebisingan
5. Ajarkan tehnik non
farmakologi (nafas dalam)
untuk mengurangi rasa nyeri
6. Anjurkan pasien untuk
istirahat
7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat
analgetik
2 Resiko Setelah dilakukan tindakan Hydration management
perdarahan bd keperawatan selama 2x24 jam a. Monitor keadaan
prosedur diharapkan masalah keperawatan umum pasien
pembedahan nyeri akut dapat teratasi dengan b. Observasi vital sign sesuai
(TURP) kriteria hasil: indikasi
a. Vital sign dlm batas normal
c. Pantau output cairan selama
TD : 110-120/80 mmHg
Nadi : 60-100x/menit tindakan continuous bladder
0 irrgation
Suhu : 36-37 C
b. Tidak ada tanda-tanda
perdarahan
c. Tidak ada dehidrasi

M. Implementasi Keperawatan
NO/ Tgl/Jam Implementasi Respon
DX
1 05-04-2016  Melakukan pengkajian secara  Pasien mengatakan nyeri
12.15 konprehensif termasuk lokasi, P: Nyeri hilang ketika
karakteristik, durasi, frekuensi, bergerak.
kualitas, dan faktor presipitasi Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : genetalia. S : 5
T : Hilang timbul
Pasien tampak meringis
menahan nyeri

12.30  Memonitor vital sign (N,


S, RR) TD: 120/80 mmHg,
Nadi : 85x/menit,
0
 Mengobservasi reaksi non verbal  suhu: 36,5 C, RR: 20x/mnit
dari ketidaknyamanan Pasien tampak meringis
menahan nyeri
13.00  Menganjurkan keluarga &  Terlihat keluarga menunggu
pengunjung untuk satu persatu pasien 3 orang dan
menunggu & menjenguk agar pengunjung pasien keluar
tidak terlalu ramai & bising masuk rombongan

14.00  Menggunakan komunikasi  Nyeri terasa saat mau BAK


terapetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri sebelumnya

15.00  Mengajarkan pasien nafas  Pasien melakukannya di


dalam untuk mengurangi nyeri damping petugas

 Menganjurkan pasien untuk  Pasien tampak istirahat


16.00 istrahat
 Memberikan injeksi obat  Injeksi ketorolac 15 mg,
ketorolac 15 mg, ranitidine 1 ranitidine 1 ampl + via iv
ampl bolus
1 06-04-2016  Memonitor vital sign (N, S, RR)  TD: 110/80 mmHg, Nadi :
08.30 100x/menit,
0
suhu: 36,1 C, RR: 19x/mnit
 Melakukan pengkajian secara  Pasien mengatakan nyeri
konprehensif termasuk lokasi, P: Nyeri hilang
durasi, karakteristik, frekuensi, ketika bergerak
kualitas, dan faktor presipitasi Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : genetalia. S : 5
T : Hilang timbul Pasien
tampak meringis
menahan nyeri
09.30  Mengobservasi reaksi non  Pasien tampak meringis
verbal dari ketidaknyamanan menahan nyeri sambil
memegangi area yang sakit
 Menganjurkan pasien untuk nafas  Pasien melakukannya di
dalam untuk mrngurangi nyeri damping petugas

 Menggunakan komunikasi
10.00 terapetik untuk mengetahui  Pasien mengatakan masih
pengalaman nyeri sebelumnya sakit sejak kemarin
 Menganjurkan pasien untuk
istrahat  Pasien terlihat istirahat

 Memberikan injeksi obat


11.00 ketorolac 15 mg, ranitidine 1  Injeksi ketorolac 15 mg,
ampl ranitidine 1 ampl + via iv
bolus
12.00  Menganjurkan pasien untuk  Pasien bersedia, tampak
makan menu yang sudah
disediakan RS disuapin oleh ibunya 1 porsi
habis minum ½ gelas
13.00  Menganjurkan keluarga &  Terlihat keluarga menemani
pengunjung untuk satu persatu
menunggu & menjenguk agar pasien secara bergantian
tidak terlalu ramai & bising
2 05-04-2016 a. Memonitor keadaan  Keadaan umum baik,
12.15 umum pasien kesadaran komposmentis
 TD: 120/80 mmHg, Nadi :
b. Mengobservasi vital sign 0
12.30 85x/menit, suhu: 36,5 C,
RR: 20x/mnit
 Aliran lancar 30 kali
c. Memantau output cairan
13.00
selama tindakan continuous permenit, warna merah
bladder irrgation muda tidak pekat

2 06-04-2016 a. Memonitor keadaan umum  Keadaan umum baik,


08.30 pasien kesadaran komposmentis

b. Mengobservasi vital sign  TD: 110/80 mmHg, Nadi :


09.30 100x/menit,
0
suhu: 36,1 C, RR: 19x/mnit

c. Memantau output cairan  Aliran lancar 30 kali


10.00 selama tindakan continuous permenit, warna merah
bladder irrgation muda tidak pekat
N. Evaluasi Keperawatan
Tgl/Jam Diagnosa SOAP
05-04-2016 Nyeri akut b.d S : klien mengatakan merasa kurang nyaman karena
12.15 agen cidera terpasang selang pipis, pasien juga mengatakan nyeri
fisik post operasi, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti
ditusuk-tusuk, R: dibagian genetalia dan kandung
kemih, S: 5 , T: hilang timbul.
O : Pasien tampak meringis menahan nyeri, tangan
pasien tampak memegangi area nyeri, Genitalia
tampak terpasang DC no 16, Vital Sign: Tekanan
Darah: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/ menit, Suhu :
0
36,5 C, Respirasi Rate : 20x/ menit
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Lakukan pengkajian secara konprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas & faktor presipitasi
 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan tehnik komunikasi terapetik untuk
mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan & kebisingan
 Ajarkan tehnik non farmakologi (nafas dalam)
untuk mengurangi rasa nyeri
 Anjurkan pasien untuk istirahat
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat analgetik
06-04-2016 Nyeri akut b.d S : Pasien mengatakan nyeri post operasi berkurang, P:
08.30 agen cidera nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R:
fisik dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 4 , T: hilang
timbul.
O : Pasien tampak meringis menahan nyeri, tangan
pasien tampak memegangi area nyeri, Genitalia
tampak terpasang DC no 16, S: pasien mengatakan
pada selang pipisnya terdapat darah
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Lakukan pengkajian secara konprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas & faktor presipitasi
 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan tehnik komunikasi terapetik untuk
mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan & kebisingan
 Ajarkan tehnik non farmakologi (nafas dalam)
untuk mengurangi rasa nyeri
 Anjurkan pasien untuk istirahat
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat analgetik
05-04-2016 Resiko S: pasien mengatakan selang pipisnya berwarna merah
12.15 perdarahan bd muda
prosedur
pembedahan O: keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tamapk
(TURP) selang pipis berwarna merah muda tidak pekat. Vital
Sign: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/ menit,
0
Suhu : 36,5 C, Respirasi Rate : 20x/ menit

A: Masalah keperawatan resiko perdarahan belum teratasi

P: lanjutkan intervensi:

 Monitor keadaan umum pasien


 Observasi vital sign sesuai indikasi
 Pantau output cairan selama tindakan
continuous bladder irrgation

06-04-2016 Resiko S: pasien mengatakan selang pipisnya berwarna merah


08.30 perdarahan bd muda
prosedur
pembedahan O: keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tamapk
(TURP) selang pipis berwarna merah muda tidak pekat. Tidak
ada tanda-tanda dehidrasi. Vital Sign: TD: 110/80
0
mmHg, Nadi : 100x/menit, suhu: 36,1 C, RR: 19x/mnit

A: Masalah keperawatan resiko perdarahan belum teratasi

P: lanjutkan intervensi:

 Monitor keadaan umum pasien


 Observasi vital sign sesuai indikasi
 Pantau output cairan selama tindakan
continuous bladder irrgation

You might also like