You are on page 1of 43

MOTOR INDUKSI

Motor listrik arus bolak balik merupakan motor yang mengkonversi arus listrik bolak

balik menjadi tenaga mekanik gerak/putaran, mempunyai dua jenis yaitu motor tidak

serempak (asynchron motor) dan motor serempak (synchronous motor). Dewasa ini

penggunaan motor induksi tidak serempak (asynchron motor) lebih dominan dibanding

dengan motor serempak, disebut dengan motor tidak serempak karena jumlah putaran medan

stator tidak sama dengan jumlah putaran rotor. Jika ditinjau dari pasokan sumber tegangan,

motor induksi tak serempak mempunyai dua jenis, yaitu motor induksi 1 fase dan motor

induksi 3 fase.

A. Motor Induksi 1 fase

Motor ini mempunyai dua macam lilitan/kumparan, yaitu kumparan utama dan

kumparan bantu. Pemasangan kumparan bantu dimaksudkan untuk membangkitkan arus

listrik yang mempunyai beda fase dengan arus listrik dari kumparan utama. Sehingga

dalam motor seakan-akan dialiri arus listrik 2 fase. Pada umumnya motor ini tidak

menggunakan rotor lilit, tetapi menggunakan rotor sangkar (squirrel cage)

Gb. 5a Bentuk prinsip sangkar tupai Gb.5b. Rotor sangkar

Rotor ini dibangun dari batang-batang kawat tembaga yang pangkal dan ujungnya

disatukan dalam lempeng-lempeng plat berlubang terbuat dari tembaga atau aluminium.
Sedangkan lempeng-lempeng plat tersebut biasanya dilas atau dikeling, sehingga mirip

silinder yang utuh. Model pemasangan batang-batang kawat dalam lempeng-lempeng

plat tembaga berlubang ada yang lurus dengan poros ada pula yang dipasang miring.

Batang-batang kawat yang dipasang miring dapat dilihat pada gambar berikut :

Rotor sangkar dengan batang kawat dipasang miring

Pemasangan batang kawat dengan posisi miring dimaksudkan agar luasan kawat yang

dipotong fluks magnit lebih besar, dengan demikian gaya yang ditimbulkan akan

bertambah. Motor induksi biasanya mempunyai daya kecil (kurang dari 1 HP/horse

power) Ditinjau dari sifat dan konstruksi serta cara kerjanya, motor jenis ini mempunyai

beberapa varian, antara lain :

1. Motor fase belah (split phase)

Motor fase belah adalah salah salah satu varian dari motor induksi 1 fase

dimana kumparan statornya terdiri dari dua macam kumparan, yaitu kumparan utama

(running winding/main winding) dan kumparan bantu (start winding/auxilary

winding). Kumparan bantu disambung paralel dengan kumparan utama namun

letaknya digeser 90o listrik terhadap kumparan utama.

Kumparan utama mempunyai ciri sebagai berikut :

a. Diameter kawat besar

b. Jumlah kawat sedikit

Dengan jumlah kawat yang sedikit, diameter yang besar maka tahanannya menjadi

rendah sedangkan reaktansinya besar.


Sedangkan kumparan bantu mempunyai ciri sebagai berikut ;

a. Diameter kawat kecil

b. Jumlah kawat banyak

Karena jumlah kawatnya banyak/panjang sedangkan diameternya kecil, maka

tahanannya menjadi tinggi dan reaktansinya kecil. Gambar berikut memperlihatkan

rangkaian ekivalen motor fase belah.

Gb. 7a Rangkaian ekivalen motor fase belah

Gb. 7b Diagram vektor arus-tegangan motor fase belah

Terjadinya beda fase antara arus yang mengalir menuju kumparan utama

( I run ) dan kumparan bantu ( I start ) menyebabkan terjadinya medan magnit putar

dengan arus IT, pergeseran fase (  ) antara tegangan (V) dengan arus (I) motor fase
belah berkisar 30o. Ketika medan magnit putar ini memotong kawat-kawat rotor yang

dihubung singkat, berdasarkan hukum Faraday, maka pada kawat-kawat tersebut

timbullah GGL lawan yang menyebabkan adanya gaya putar pada rotor, dengan

demikian rotor akan berputar. Setelah motor berputar antara 75 % sampai dengan 80

% dari putaran nominal, saklar sentrifugal akan membuka kembali, sehingga

kumparan bantu tidak teraliri arus terus menerus.

a. Motor Kapasitor

Prinsip kerja dari motor kapasitor sebenarnya sama dengan motor fase

belah. Perbedaannya pada motor kapasitor ditambahkan kapasitor yang disambung

seri dengan kumparan bantu. Pemasangan kapasitor bertujuan untuk mendapatkan

beda fase antara arus kumparan utama dengan kumparan bantu yang lebih besar.

Berdasarkan prinsip kerjanya motor kapasitor mempunyai 3 macam varian ,yaitu :

1) Motor kapasitor start (starting capacitor motor)

Pemasangan kapasitor bertujuan agar terjadi pergeseran fase antara

arus yang menuju kumparan utama ( Iu ) dengan yang menuju kumparan bantu

( Ib ) menjadi lebih besar, sehingga diperoleh torsi awal yang lebih besar pula

jika dibandingkan dengan motor fase belah.

Gambar 7a berikut adalah rangkaian ekivalen dari motor kapasitor start.

Gb. 8a Rangkaian ekivalen motor kapasitor start


Telah kita ketahui bahwa untuk rangkaian seri antara induktor (kumparan)

dengan kapasitor jika dialiri arus bolak-balik, maka akan timbul beda fase.

Dimana sifat induktif arusnya akan ketinggalan terhadap tegangan (lagging

current) sedangkan sifat kapasitif arusnya akan mendahului tergangan (leading

current). Sementara kapasitor sendiri juga berfungsi untuk menyimpan

muatan/tegangan listrik, muatan ini akan dilepaskan saat starting sehingga arus

pada kumparan bantu cukup besar. Uraian tadi dapat dilukiskan dalam sebuah

diagram vektor seperti berikut

Gb. 8b Diagram vektor arus kumparan utama (Iu) dan arus kumparan

bantu (Ib)

Di awal telah diuraikan kapan saklar sentrifugal membuka, dengan

demikian dapat digambarkan ke dalam grafik torsi fungsi putaran atau T

= f (n), seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gb. 8c Grafik T = f ( n )
Grafik ini berbicara ketika starting, motor ini membutuhkan torsi yang cukup

besar untuk mengangkat suatu beban dan kedua kumparan teraliri arus. Ketika

putaran mendekati 75% sampai dengan 80 % dari putaran nominal, saklar

sentrifugal terbuka dan diikuti turunnya torsi.

gambar rangkaian ekivalen untuk membalik arah putaran motor kapasitor start

berikut ini dan bandingkan dengan gambar 8a.

Gb. 9 Rangkaian ekivalen membalik arah putaran motor kapasitor start

Motor kapasitor start juga mempunyai beberapa varian, antara lain :

a) Motor kapasitor start dengan dua kumparan start untuk dua arah

putaran (forward-reverse)

Gb. 9a Rangkaian ekivalen motor kapasitor start untuk

dua arah putaran

Motor ini juga dikenal dengan nama three lead reversible capacitor

start motor.

Perbedaanya adanya penambahan kumparan utama dan saklar

pilih S sebagai pemindah arah arus yang menuju ke kumparan


start/bantu. Jika S pada posisi 1, misalkan putaran motor ke arah kanan

atau maju/forward. Sebaliknya jika posisi S dipindah ke posisi 2, maka

putaran motor akan ke arah kiri (reverse). Dalam hal ini pemindahan arah

putaran cukup dilakukan dengan merubah posisi saklar pilih (selector

switch) S.

b) Motor kapasitor start untuk dua kecepatan ( high speed and low

speed )

Gb. 9b Rangkaian ekivalen motor kapasitor start untuk dua

macam kecepatan

Motor ini ketika mula jalan selalu dengan putaran tinggi (high

speed), karena jumlah kutub yang dibentuk oleh kumparan utama H

jumlahnya sedikit. Setelah putaran mencapai antara 75 % - 80 % dari

putaran penuh CS akan membuka, yang teraliri arus listrik hanya

kumparan H. Jika diinginkan motor dengan start dengan putaran rendah,

posisi saklar pilih harus dipindah ke posisi L sehingga kumparan

utama/run L yang teraliri arus, kutub yang dibentuk oleh kumparan ini

jumlahnya banyak.

c) Motor kapasitor start untuk dua kecepatan dengan dua

kapasitor
Gb. 9c Rangkaian ekivalen motor kapasitor start untuk dua

kecepatan dengan dua kapasitor

Prinsip kerja dari varian motor ini sama dengan motor kapasitor

start untuk dua macam kecepatan. Bedanya ada tambahan satu kumparan

bantu/start dan satu starting capasitor (C2) untuk putaran rendah.,

sehingga kerja dari kumparan utama/run dan kumparan bantu untuk

masing-masing kecepatan berbeda dapat bergantian.

2) Motor kapasitor start-run (starting-run capacitor motor)

Motor ini mempunyai dua buah kapasitor, salah satu kapasitor C1

disambung seri dengan saklar sentrifugal Cs dan kumparan bantu/start.

Sedangkan kapasitor yang lain C2 disambung seri dengan kumparan bantu,

tidak melalui saklar sentrifugal. berikut gambar rangkaian ekivalennya.

Gb. 10 Rangkaian ekivalen motor kapasitor start-run dua

kapasitor
Mari kita cermati gambar tersebut agar memperoleh pemahaman

secara teknis ilmiah berdasarkan hukum-hukum kelistrikan yang lazim

digunakan.

Sekarang kita kilas balik sedikit tentang kapasitor. Kapasitor jika

disambung seri pasti nilai kapasitas penggantinya menjadi lebih kecil dari

nilai terkecil kapasitor yang diseri. Sedangkan jika diparalel, maka nilai

kapasitas penggantinya menjadi lebih besar dari nilai kapasitor terbesar

yang disambung paralel.

Mari kita lihat kembali gambar 10 !, ketika motor mula jalan, C1 dan C2

akan terhubung paralel. Sehingga kapasitasnya menjadi bertambah. Dengan

bertambahnya nilai kapasitas, maka beda fase antara arus kumparan

utama/run dengan kumparan bantu/start menjadi lebih besar sehingga

faktor dayanya juga bertambah. Dampaknya torsi awal yang dihasilkan juga

tambah besar.

Ketika saklar sentrifugal terbuka C1 tidak teraliri arus, hanya C2 yang

bekerja. Pada kondisi ini terjadi penurunan kapasitas kapasitor. Beda fase

yang ditimbulkan juga mengalami penurunan, sehingga torsi yang

dihasilkan mengalami penurunan pula.

Jika dibandingkan dengan motor kapasitor start, motor ini mempunyai

beberapa kelebihan, antara lain :

a) Torsi yang dihasilkan lebih besar

b) Efisiensi lebih tinggi

c) Faktor daya lebih tinggi

d) Tidak berisik/putaran halus

3) Motor kapasitor permanen


Motor ini tidak menggunakan saklar sentrifugal, kapasitor C langsung

disambung seri dengan kumparan bantu/start. Sehingga kapasitor bekerja

terus selama motor beroperasi, untuk jelasnya mari kita lihat gambar

berikut.

Gb. 11 Rangkaian ekivalen motor kapasitor permanen

Untuk mengukur torsi awal dari motor ini hanya dapat dilakukan

dengan metode pendekatan. Pada saat motor berputar lambat

diasumsikan tegangan input sebesar U1 dan torsi yang dihasilkan T1. Jika

tegangan input dinaikkan menjadi U2, maka untuk memprediksikan

besarnya torsi awal digunakan rumus empiris berikut :

2
U 
T awal =  2  .T1 Nm
 U1 

Motor kapasitor banyak digunakan untuk menggerakkan beberapa

peralatan listrik, antara lain:

a) Kulkas

b) Referigerator

c) Air conditioning

d) Kompresor

e) Pompa air

f) Dan lain-lain

b. Motor kutub bayangan (shaded pole motor)


Motor shaded pole tergolong motor satu fase dengan daya kecil.

Mempunyai kutub utama (main pole) dan kutub bayangan (shaded pole).

Bentuknya kecil, kumparan stator mirip belitan transformator. Pada umumnya

rotor yang digunakan adalah rotor sangkar (squirrel cage). Untuk lebih

jelasnya, mari kita lihat gambar berikut :

(Sumber :www. magnetonlymotors.com, Senin, 30/08/2010)

Gb. 12a Konstruksi motor shaded pole

Dari gambar tampak bahwa motor ini mempunyai sepasang

kutub utama dan sepasang kutub bayangan yang dipasang

bersilangan. Sepertiga dari kutub utama dilubangi/diberi alur untuk

menempatkan cincin hubung singkat. Pada setiap kutub bayangan

dipasang cincin hubung singkat dari kawat tembaga yang mempunyai

diameter besar dengan resistansi yang rendah. Penyatuan pangkal dan

ujung kawat tembaga dilakukan dengan pengelasan.

Gb. 12b Motor shaded pole


Gambar 12b menunjukkan sebuah motor shaded pole. Cincin

tembaga tampak dengan diameter yang cukup besar, berfungsi sebagai cincin

hubung singkat. Kedua cincin hubung singkat inilah yang akan

membangkitkan fluks bayangan.

Gambar berikut menunjukkan sebuah motor kipas angin yang

telah diurai, sehingga bagian-bagiannya tampak jelas.

(Sumber :www.electrical-forensics.com, Jum’at, 3/09/2010, pk. 08.00)

Gb. 12c Motor kipas angin

Motor ini banyak digunakan untuk peralatan yang membutuhkan torsi

kecil, misalnya peralatan listrik rumah tangga dan peralatan listrik lainnya,

antara lain :

1) Kipas angin

2) Jam listrik

3) Timer elektromekanik

Adapula peralatan listrik yang prinsip kerjanya menggunakan prinsip

motor shaded pole, yaitu kontaktor magnit arus bolak balik.

Perawatan/perbaikan yang dilakukan adalah memberi pelumas pada bantalan

dengan vaselin/vet. Jika bearing sudah aus dan berbunyi sebaiknya diganti.

2. Motor Universal
Motor universal merupakan salah satu varian dari motor satu fase, dapat

dioperasikan dengan sumber arus searah/DC dan sumber arus bolak balik/AC.

Motor ini mempunyai putaran yang tinggi, oleh karenanya tidak dianjurkan

dioperasikan dalam kondisi tanpa beban. Pemakaian yang lazim adalah motor

langsung dibebani. Sebenarnya motor universal terdiri dari beberapa jenis,

ditinjau dari konstruksi kutub-kutubnya, dan yang banyak dikenal ada dua jenis

yaitu :

a. Kontruksi kutub motor universal

1) Kutub terpusat (concentrated field pole) dengan sepatu kutub, tidak

menggunakan lilitan kompensasi dan dayanya rendah.

Kutub terpusat, dimana sepatu-sepatu kutub menyatu dengan jangkar,

dengan demikian aliran fluks sepenuhnya akan melewati jangkar. Bentuk

kutub terpusat untuk motor universal dapat dilihat pada gambar berikut.

Gb. 13 Kutub terpusat

2) Kutub terbagi (distributed field pole), lilitan seri terdistribusi dan dayanya

tinggi.

Gb. 14 Kutub terbagi


Pengertian dari kutub terbagi adalah , sepatu kutub tidak menyatu

dengan jangkar, karena sepatu kutub dapat dibongkar pasang. Motor

universal dengan daya kecil biasanya mempunyai kutub-kutub yang

menyatu dengan statornya (lihat gambar 13), rotornya adalah rotor lilit dan

dilengkapi kipas pendingin pada porosnya. Gambar berikut menunjukkan

bagian-bagian dari motor universal.

Gb. 15 Bagian-bagian motor universal

Sambungan kelistrikan dari motor universal dengan rotor lilit dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gb. 16 Rangkaian kelistrikan motor universal

Lilitan penguat medan disambung seri dengan lilitan jangkar, pada posisi

sambungan lilitan penguat medan dengan lilitan jangkar seperti ini, misalkan

motor berputar berlawan dengan arah jarum jam (unclock wise). Untuk

membalik arah putaran dapat dilakukan dengan menukar ujung lilitan

penguat medan yang menuju ke jangkar , seperti gambar berikut :


Gb. 17 Rangkaian kelistrikan membalik arah putaran motor universal

Sekarang arah putarannya berubah menjadi searah dengan putaran jarum jam

(clock wise).

b. Penggunaan motor universal

Motor ini banyak digunakan untuk penggerak mesin-mesin yang

membutukan torsi awal dan putaran yang tinggi, antara lain :

1) BlenderJuice

2) Extractor

3) Bor listrik Gerinda

4) Mesin jahit

5) Mesin amplas listrik

6) Cookies Mixer

7) Vacuum Cleaner

8) Dan lain-lain

1) Motor Repulsi

Motor repulsi merupakan salah satu motor induksi 1 fase yang

menggunakan rotor lilit yang kedua sikatnya dihubung singkat. Karena

sikat sikatnya dihubung singkat, maka pada lilitan jangkar terbangkit GGL

lawan sehingga ada aliran arus induksi, ingat Hukum Faraday !


Gb. 27a Rangkaian ekivalen motor repulsi

Pada motor repulsi letak sikat terhadap kumparan medan magnit sangat

menentukan arah putaran motor, gambar berikut memperlihatkan beberapa letak sikat

terhadap kumparan medan. Telah kita ketahui bahwa arah medan magnit bergerak dari arah

kutub utara menuju kutub selatan. Jangan lupakan kaidah ini.

Gb. 27b (bergetar) Gb. 27c (diam)

Gb. 27 Letak sikat untuk menentukan arah putaran. Gambar 27b


memperlihatkan bahwa letak sikat-sikat tegak lurus terhadap medan magnit,
sehingga kumparan yang terpotong fluks magnit akan teraliri arus yang cukup
besar. Tetapi arus yang mengalir pada kumparan akan membangkitkan torsi yang
terbagi rata, setengah ke kiri dan setengah lagi ke kanan. Gambar 27c
menunjukkan letak sikat-sikat sejajar dengan fluks magnit yang dibangkitkan, hal
ini menyebabkan tidak adanya arus yang mengalir pada kumparan.

Dari fenomena letak sikat-sikat tersebut akan diperoleh jawaban, bahwa

rotor akan tetap diam artinya motor tidak berputar.


Gb. 27d Gb. 27e

letak sikat bagian atas cenderung miring ke kanan, sedang sikat yang bawah

cenderung miring ke kiri. Dengan letak sikat-sikat seperti ini fluks magnit yang

paling rapat memotong kumparan berada di sebelah kiri, sehingga kumparan

di sebelah kiri teraliri arus yang lebih besar dan menimbulkan torsi berlawanan

dengan arah putaran jarum jam (unclock wise). Sebaliknya gambar 27e

mencerminkan letak sikat bagian atas yang cenderung miring ke kiri dan

bagian bawah cenderung ke kanan. Kondisi ini menyebabkan kumparan di sisi

kanan akan dipotong fluks magnit paling banyak. Akibatnya kumparan

sisi kanan teraliri arus yang lebih besar dibanding dengan sisi kumparan kiri

dan torsi yang ditimbulkan searah dengan putaran jarum jam (clock wise).

B. Motor Induksi 3 fase

Motor induksi 3 fase banyak digunakan untuk menggerakkan peralatan-

peralatan yang membutuhkan tenaga cukup besar, misalnya untuk keperluan

industri, bengkel-bengkel mesin (bubut, frais, scrap) dan lain-lainnya.

Pemilihan motor induksi 3 fase untuk berbagai keperluan tentunya mempunyai

berbagai pertimbangan mendasar, antara lain :

1. Konstruksinya sederhana

2. Mempunyai putaran yang konstan

3. Tidak menggunakan sikat-sikat (rugi gesekan berkurang)

4. Mempunyai efisiensi cukup tinggi


5. Mula jalan yang mudah ( starting )

6. Perawatan dan perbaikan mudah

7. Harganya lebih murah

Seperti halnya jenis motor yang lain, motor induksi 3 fase juga mempunyai bagian

yang berputar (rotor) dan bagian yang diam (stator). Ditinjau dari rotornya motor ini

mempunyai dua macam jenis rotor yaitu :

1. Jenis Rotor

a. Rotor sangkar

Penggunaan rotor sangkar untuk motor induksi sangat dominan, mengingat

bentuknya yang kompak dan hampir tak memerlukan perawatan. Bentuk dan

konstruksinya dapat dilihat pada gambar 5a, 5b dan 6.

Gambar berikut menunjukkan belahan motor induksi 3 fase yang menggunakan

rotor sangkar

viewwww.zuglet.com. Senin, 30/8/2010, pk.08.51

Gb. 28 Belahan motor induksi 3 fase rotor sangkar

b. Rotor lilit

Motor induksi yang menggunakan rotor lilit mempunyai kelebihan untuk

starting ketika menarik/menggerakkan beban yang cukup berat, hal ini sangat

dimungkinkan karena adanya penambahan tahanan asut yang juga berfungsi sebagai

pengatur putaran. Lilitan rotor selalu tersambung bintang dan disambung seri dengan
tahanan luar/tahanan asut lewat cincin seret (slip ring). Untuk lebih jelasnya, mari

kita lihat gambar berikut!

Gb.29 Rotor lilit motor induksi 3 fase

Gambar 29 menunjukkan rotor lilit dan bagian-bagiannya, sedangkan gambar

29a memperlihatkan sambungan di dalam rotor dan sambungan dengan tahanan luar

sebagai tahanan asut.

Gb. 29a Sambungan kumparan rotor dengan tahanan asut

Tahanan asut dikenal juga dengan rotor starter, pada keadaan awal selalu

maksimum dengan posisi tap rotor starter paling tinggi. Setelah motor berputar, tap

dari tahanan asut diatur sampai dengan tap terakhir/terendah dan motor berputar pada

putaran nominal.

2. Prinsip terjadinya medan putar

Suatu hal yang harus kita ingat bahwa motor 3 fase mempunyai tiga kelompok

kumparan, yaitu fase 1 atau R , fase 2 atau S dan fase 3 atau T. Dalam bahasan kali ini
masing-masing kelompok kumparan fase diberi notasi A, B dan C. Ketiga

kelompok kumparan ini mempunyai pergeseran fase sebesar 120 o listrik.

Gb. 30a Gb.30b

Pada gambar 30a, memperlihatkan fluks yang dihasilkan kumparan A - a

arahnya sama dengan resultan fluks. Gambar 30b menunjukkan fluks yang

dihasilkan kumparan C - c arahnya sama dengan resultan fluks .

Gb. 30c Gb. 30d

Gambar 30c menunjukkan fluks yang dihasilkan kumparan B - b arahnya

sama dengan resultan fluks .

Sedangkan gambar 30d menunjukkan fluks yang dihasilkan kumparan A

– a arahnya berlawanan dengan resultan fluks. Gambar 30e

menunjukkan fluks yang dihasilkan kumparan B – b arahnya berlawanan

dengan resultan fluks. Dan gambar 30f memperlihatkan fluks yang

dihasilkan kumparan C – C arahnya berlawanan dengan resultan fluks.


Gb. 30f
Gb. 30e

Dari gambar-gambar ilustrasi arah fluks magnit yang dihasilkan masing-

masing kumparan, maka dapat dilukiskan gelombang arus listrik sesaat pada motor

listrik 3 fase sebagai berikut :

Gb. 31 Gelombang arus sesaat dan arah resultan fluks medan putar

Dari gambar 31 terlihat, bahwa dalam satu siklus periode putaran

medan magnit stator, resultan fluks yang dihasilkan setiap kelompok

kumparan fase akan membentuk suatu medan putar. Jika kondisi ini

berlangsung secara berkelanjutan misalkan sampai dengan n periode, maka juga

akan terjadi perputaran medan magnit sebanyak n kali. Medan magnit putar

inilah yang menyebabkan menyebabkan rotor berputar.

Jumlah putaran medan magnit stator ini dapat dihitung dengan rumus :

60. f
ns  (II-1)
p

dimana :
ns : jumlah putaran medan magnit stator  rpm

f : frekuensi jala-jala  Hz

p : jumlah pasang kutub

Pada rotor akan timbul GGL induksi , jika ada perbedaan antara kecepatan

putaran medan stator ( ns ) dengan kecepatan putaran rotor

( nr ). Perbedaan kecepatan antara ns dengan nr dinamakan Slip ( S ) atau slip

mutlak .

Slip ( S ) dapat dihitung dengan rumus :

S = ns - nr (II-2)

Sedangkan perbandingan slip mutlak dengan putaran medan stator dapat

dituliskan dengan rumus :

ns  nr
S= x100% (II-3)
ns

Apabila kumparan rotor tidak terpotong oleh fluks magnit, maka kumparan

rotor tidak membangkitkan GGL induksi. Dengan demikian pada kumparan

rotor juga tidak ada arus yang mengalir, akibatnya pada rotor tidak timbul torsi.

Ayo ingat kembali persamaan I-1 :

F = B. i. l

jika arus rotor ( i ) sama dengan 0, maka tidak akan ada torsi atau gaya yang

timbul

F=B.0. l F=0

Perpotongan medan magnit dengan kumparan rotor

mengakibatkan timbulnya GGL induksi pada kumparan rotor. Sesuai

dengan hukum Faraday menjadikan kumparan rotor teraliri arus dan

menimbulkan gaya F atau torsi.


Dengan demikian dapat disarikan, pada rotor akan timbul torsi jika putaran

medan stator ( ns ) lebih besar dari putaran rotor ( nr )

3. Frekuensi rotor dan slip

Jika rotor dalam kondisi diam, frekuensi sumber ( fs ) besarnya sama dengan

frekuensi rotor ( fr ). Bila rotor berputar, maka frekuensi rotor akan berubah

mengikuti slip mutlak.

Adakah hubungan antara Slip dengan frekuensi rotor ?

Mari kita cermati rumus-rumus berikut !

60. fs 60. fs
ns - nr =  ns =
p p

p.ns
fs =
60

sehingga slip juga dapat diperoleh dari perbandingan frekuensi rotor dengan

frekuensi sumber, yang dapat dituliskan sebagai berikut

fr
S  fr = S. fs (II-4)
fs

dimana :

fr : frekuensi rotor  Hz

fs : frekuensi sumbert  Hz

S : slip motor

4. Daya Motor

Bagaimana caranya menghitung daya motor 3 fase ?, mari kita cermati

bersama uraian-uraian berikut !

Ternyata bentuk fisik atau rangkaian fisik dari motor listrik dapat dirubah

menjadi rangkaian ekivalen yang akan membentuk sifat-sifat kelistrikannya.


Motor listrik mempunyai dua bagian utama, yaitu stator dan rotor. Dua bagian utama

inilah yang akan dirubah menjadi rangkaian kelistrikan ekivalen. Motor 3 fase

mempunyai 3 kelompok kumparan, yaitu kumparan fase R, fase S dan fase T. Untuk

analisis kita ambil salah satu fase yang akan dibuat rangkaian ekivalen seperti gambar

berikut :

Gb. 32 Rangkaian ekivalen kumparan stator-rotor

Dari rangkaian ekivalen di atas akan dapat dituliskan persamaan-persamaan

tegangan dan arus, yaitu :

Persamaan tegangan

Persamaan tegangan diperoleh dari analisis vektor

̅̅̅
𝑉𝑠 =̅̅̅̅
𝐸𝑠 + ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐼𝑠 . 𝑅𝑠 + ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐼𝑠 . 𝑋𝑠 (II-5)

̅̅̅̅
𝐸𝑆 = ̅̅̅̅
𝐼𝑅𝑆 . ̅̅̅̅
𝑅𝑅 + ̅̅̅̅
𝐼𝑅𝑆 . ̅̅̅̅̅
𝑋𝑅𝑆 (II-6)

Persamaan Arus

E RS
I RS 
R R
2
)  S 2 . X RO
2

S .E R 0
I RS 
( RR  S 2 . X R 0 ) 2
2 2

ER0
I RS  (II-7)
 RR  2 
   X R 0 )
 S  
dimana :

Vs : tegangan sumber tiap fase

Es : GGL induksi pada kumparan stator

ERS : GGL induksi kumparan rotor alam kondisi jalan

Is : arus kumparan stator setiap fase

IRS : arus rotor setiap fase dalam kondisi jalan

RR : tahanan kumparan rotor setiap fase

XRS : reaktansi kumparan rotor setiap fase

XR0 : Reaktansi kumparan rotor dalam kondisi diam

Dari persamaan-persamaan tegangan dan arus, rangkaian ekivalen kumparan

rotor pada gambar 32 mengalami perubahan sebagai berikut :

(a) (b)

Gb. 33a, b Rangkaian ekivalen rotor

Pada gambar 33b nilai RR S diganti dengan nilai lain sebagai berikut :

RR 1 S 
 RR  RR .   (II-8)
S  S 

Jika dikalikan dengan IRS2 akan diperoleh persamaan baru sebagai persamaan-

persamaan daya, yaitu :

RR 1 S 
 I RS . RR  I RS . RR .  
2 2 2
I RS .
S  S 
Perhatikan persamaan yang dilingkari merah, merepresentasikan rugi-rugi

tembaga pada rotor ( PcuR ) setiap fasenya. Sedangkan yang dilingkari biru

merupakan daya keluaran pada rotor ( PR ). Sehingga rangkaian ekivalen

kumparan rotor menjadi seperti gambar 33c.

(c)

Gb. 33c Rangkaian ekivalen total rotor

Antara stator dengan rotor terdapat celah udara ( air gap ), celah udara ini

juga akan menimbulkan kerugian daya. Rugi daya pada celah udara ini misalkan

diberi notasi Pud. Maka untuk menghitung besarnya Pud tiap fase dapat digunakan

rumus sebagai berikut :

Pud  E R 0 . I RS . Cos

E R 0  I RS . Z RS

 R  2 
Z RS   R    X R 0  
2

 S  

Maka besarnya Pud


Pud  I RS . Z RS .I RS . Cos 

RR
Pud  I RS . Z RS . I RS .
Z RS

RR
Pud  I RS .
2
 tiap fase
S

Bagaimana untuk Pud 3 fase ?

RR
Pud  3 . I RS .
2
(II-9)
S

Coba perhatikan kembali persamaan yang diberi lingkaran merah. Persamaan

itu merupakan rugi-rugi tembaga PcuR tiap fase, jika untuk 3 fase akan menjadi

PcuR  3 . I RS . R R
2
(II-10)

Substitusi antara persamaan II-9 dengan persamaan II-10, maka besarnya

Pud 3 fase adalah ;

PcuR
Pud  (II-11)
S

Dari persamaan II-11 terlihat besarnya Pud berbanding terbalik dengan

slip motor.

Daya yang digunakan atau daya masukan (input) motor diberi notasi Pin.

Dalam hal ini Pin dapat dihitung per fase atau 3 fase langsung, besarnya Pin dapat

dihitung dengan rumus berikut :

Daya masukan/input 1 fase

Pin = Vs . Is . Cos 

Daya masukan 3 fase

Pin = 3. Vs . Is . Cos  (II-12)

Is adalah arus yang mengalir pada kumparan stator.


Apakah ada perbedaan antara daya masukan untuk tiap fase dengan

daya masukan untuk 3 fase ?. Silahkan dicari jawabannya !

Coba cermati kembali persamaan yang diberi lingkaran warna biru, merupakan

daya pada rotor. Setelah memperhitungkan slip dan rugi tembaga pada rotor ( PcuR

), maka besarnya PR, dapat dituliskan sebagai berikut :

PR  1  S  . PcuR

 ns  nr 
PR  1   . PcuR
 ns 

 1 S 
PR  PcuR .   (II-13)
 S 

Gb. 34 Diagram proses konversi daya listrik pada motor induksi 3

fase

Dari diagram tersebut tampak bahwa pada motor induksi 3 fase terjadi

beberapa kerugian yang diakibatkan :

a) Rugi-rugi tidak tetap

(1) Rugi besi inti stator ( PFeS )


(2) Rugi tembaga pada rotor( PFeR)

(3) Rugi gesekan ( Pfr )

Rugi tembaga pada rotor relatif kecil, karena frekuensi arus rotor

saat rotor berputar angat kecil. Sehingga rugi inti pada rotor

dapat dikesampingkan.

b) Rugi-rugi tidak tetap merupakan rugi-rugi tembaga yang terjadi pada:

(1) Lilitan stator ( Is2 . Rs)

(2) Lilitan rotor ( IRS2. RR)

Untuk 3 fase dikalikan 3.

(3) Tahanan asut (terjadi pada motor induksi rotor lilit)

Daya keluaran motor adalah :

Pout = PR - Pfr (II-14)

5. Efisiensi motor

Dari gambar 34 juga dapat ditentukan besarnya efisiensi dari motor induksi 3

fase, yaitu :

Pout
 x 100 % (II-15)
Pin

Ingat !!!

Pin = 3. Vs . Is . Cos 

6. Torsi

Torsi atau momen putar merupakan hasil konversi daya listrik menjadi daya

mekanik putar pada motor. Secara umum untuk menghitung besarnya torsi

dapat dituliskan dalam rumus berikut :

P
T  (II-16)

P
T
2. .n
60

dimana :

T : torsi  Nm ( Newton meter )

P : daya  watt

ω : kecepatan putaran sudut  rad/s

n : jumlah putaran  rpm

Untuk menghitung besarnya torsi pada motor induksi perlu kita ketahui bebarapa

torsi yang ada motor, antara lain :

a) Torsi Stator ( TS )

Merupakan torsi yang dibangkitkan oleh medan stator, sedangkan daya yang

digunakan sebagai referensinya adalah daya pada celah udara (Pud), besarnya

dapat dihitung dengan rumus :

Pud
Ts 
2. .n
60

Mari kila lihat kembali gambar 32, kecepatan putaran sudut medan stator

dituliskan sebesar ωs, sehingga dapat dituliskan juga

Pud
Ts  (II-17)
S

Ts per fase

2 RR
I RS .
Ts  S , (II-18)
S

maka untuk 3 fase akan menjadi


2 RR
3. I RS .
Ts  S
S

2
3 . E R0 RR
Ts  2
. (II-19)
 RR  S
S .    X R0
2

 S 

b) Torsi rotor ( TR )

Untuk menghitung torsi pada rotor, mari kita lihat kembali gambar

33b.

Torsi yang terbangkit pada rotor merupakan perbandingan antara daya pada

rotor dengan kecepatan putaran sudut medan putar rotor, yang dapat dituliskan

pada rumus berikut:

PR
TR 
R

Sekarang kita coba urai sedikit rumus tadi, kita telah mengetahui besarnya :

PR = daya pada celah udara (Pud) – Rugi tembaga pada rotor

(PcuR)

PR = Pud – PcuR

RR
PR  3 . I RS .  3 . I RS . RR
2 2
(II-20)
S

PR  TR .  R
Pud  TS .  S
PcuR  3 . I RS . RR
2

Sebelum kita menuliskan rumus untuk menghitung torsipada rotor,

sebaiknya kita tengok lagi persamaan II-10, II-11 dan persamaan/rumus

untuk menghitung torsi pada rotor berikut :

PR
TR  , maka
R
TR . R  TS - 3 . I RS . R R
2

TR 
T . s - 3 . I
S RS
2
.RR  (II-21)
R

c) Torsi poros ( TM )

Torsi pada poros motor merupakan torsi yang akan digunakan untuk menarik

atau memutar beban. Yang perlu diperhitungkan untuk menentukan torsi ini

adalah rugi besi, rugi tembaga pada stator, rugi tembaga pada rotor dan

rugi-rugi yang diakibatkan gesekan.

Rugi-rugi tersebut sangat menentukan besar kecilnya torsi yang dihasilkan

pada poros motor. Mari kita coba uraikan persamaan- persamaan yang ada

sehingga diperoleh persamaan untuk menghitung besarnya torsi poros.

POut
TM 
R

Pout = Daya pada rotor – rugirugi gesekan

Pout = PR - Pfr ( II-22)

Dari persamaan umum untuk menghitung torsi yang disubstitusikan

dengan daya input ( Pin ), rugi-rugi termbaga pada stator dan rotor, akan

diperoleh persamaan :


TM .  R  Ts . S - 3 . I RS . R R  Pfr
2

TS .  S  3 . Vs . Is . Cos   merupakan daya masukan motor, sehingga :

TM .  R  3 . Vs . Is . Cos  I S . RS  Rugi besi  3 . I RS . RR  Pfr


2 2 2

3. Vs . Is . Cos   I S . RS  Rugi besi  3 . I RS . RR  Pf r


2 2 2

TM 
R
3. Vs . Is . Cos   I S . RS  Rugi besi  3 . I RS . RR  Pf r
2 2 2

TM  (II-23)
2 .  . nr
60

Jika torsi poros motor (TM) dan daya masukan motor diketahui, maka efisiensi

motor dapat juga dihitung berdasarkan perbandingan keduanya, yaitu ;

TM .  R
 x 100% atau
3 . Vs . Is . Cos 

TM .  R
 x 100%
3 . VL . I L . Cos 

VL : tegangan line

IL : arus line

d) Torsi makmimum ( TMaks )

Jika resistansi rotor ( RR ) besarnya berbanding lurus perkalian slip

(S ) dengan reaktansi kumparan rotor setiap fase,

RR = S. XR0 (II-24)

, maka torsi rotor akan bernilai maksimum. Sedangkan torsi motor akan

maksimum jika slip motor ( S ) besarnya sama dengan slip motor ketika torsi

motor bernilai maksimum ( S Maks). Merujuk persamaan II-24, maka besarnya

slip motor ketika torsi maksimum dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

RR
S Maks  (II-25)
X R0

dimana :

SMaks : slip motor ketika torsi maksimum

RR : resistansi lilitan rotor setiap fase

XR0 : reaktansi lilitan rotor setiap fase dalam kondisi diam


Sekarang mari kita lihat kembali gambar 33b, dari gambar ini akan diperoleh

keterkaitan antar torsi maksimum ( TMaks ) dengan torsi beban penuh ( TFL ). Ayo

kita urai dan cermati !

RR
3 ER0 S
TFL 
RR S   X
. ER0 . .
S 2 2 2
 RR   X 2
R0
 S
 
R0

RR
3 S
TFL 
RR S   X
. ER0 .
S 2 2
R0

Torsi beban penuh sebanding :

RR
TFL ͌ S (II-26)
 RR  2  X 2
 S
 
R0

Lihat kembali persamaan II-24

RR = S. XR0 menghasilkan torsi maksimum, dengan demikian

TMaks = TFL , jika RR = SMaks . XR0

Perhatikan kembali persamaan II-26, berdasarkan kesebandingan tadi, maka

akan diperoleh persamaan TMaks sebagai berikut :

X R0
S.
TMaks ͌ S
2
 S . X R0 
    X R0 2
 S 

X R0
TMaks ͌
X R0  X R0
2 2

Jadi ;

1
TMaks ͌ (II-27)
2 . X R0
PENGATURAN MOTOR INDUKSI

Pengaturan Motor Induksi yang dimaksud antara lain cara starting, mengatur jumlah

putaran, membalik arah putaran dan pengereman. Namun hal ini tidak semuanya dikupas

untuk setiap jenis motor induksi. Pengaturan yang akan dikupas secara garis besar meliputi

pengaturan pada motor induksi 1 fase dan 3 fase :

A. Pengaturan motor induksi 1 fase

1. Motor Universal

Pada BAB II telah dipaparkan bahwa mixer, blender, juice extractor dan

mesin jahit mempunyai pengaturan putaran. Sehingga putarannya dapat diatur

sesuai dengan kebutuhan pemakai.

Gb. 36 Rangkaian pengaturan motor universal

Untuk mengatur putaran motor universal dapat dilakukan menambahkan beberapa

resistor yang disambung seri dengan kumparan penguat medan Rs.

Ketika titik kontak dari saklar pilih S masih berada posisi 0, walaupun

sumber listrik sudah diberikan, motor tetap tidak bergerak karena aliran listrik

terputus. Pada saat saklar pilih posisinya dipindah dari titik kontak 0 menuju titik

kontak 1, motor akan berputar lambat.

Ingat!, jika beberapa resistor disambung seri, maka resistansi penggantinya

menjadi lebih besar. Sekarang coba hubungkan dengan hukum Kirchoff II,
dimana besarnya penurunan tegangan bagian besarnya adalah berbanding lurus

dengan perkalian arus dengan hambatan yang dilalui.

Sebenarnya gambar 36 seakan sudah berbicara, bahwa jika posisi titik kontak

saklar pilih pindah ke angka yang lebih besar pastilah putaran motor akan

semakin tambah.

Karena penurunan tegangannya pada resistor semakin kecil, sehingga arus yang

mengalir ke jangkar menjadi semakin besar.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, sebenarnya pengaturan putaran

motor universal dapat dilakukan dengan cara mengatur tegangan masukan. Yaitu

memasang beberapa resistor yang disambung seri dengan lilitan jangkar. Model

pengaturan ini lazim dikenal dengan pembagian tegangan (voltage devider).

2. Motor Kapasitor

a. Starting

Untuk starting, motor kapasitor memerlukan adanya beda fase agar

menimbulkan medan putar. Pergeseran fase antara medan yang

ditimbulkan lilitan utama dengan lilitan bantu dirasa masih kurang besar,

maka ditambahkan kapasitor yang diseri dengan kumparan bantu.

b. Membalik arah putaran

Arah putaran motor kapasitor dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan,

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kembali gambar 9 dan 9a.

c. Mengatur jumlah putaran

Pengaturan jumlah putaran pada motor kapasitor pada dasarnya

merubah jumlah kawat pada kumparan utama. Jika jumlah kawat dalam

kumparan utama berkurang, maka jumlah putaran akan naik. Pada


umumnya variasi putaran pada motor kapasitor tidak lebih dari dua, hal ini

dikarenakan luasan alur stator untuk menempatkan lilitan sangat terbatas.

B. Motor Induksi 3 fase

Pengaturan motor induksi tidak semuanya dibahas dalam buku ini, karena

banyaknya jenis dan ragam pengaturan yang ada. Yang dipaparkan hanya beberapa

pengaturan.

1. Starting (mula jalan)

a. Starting dengan pengasutan Star-Delta ( Υ – Δ )

Pada saat start motor akan membutukan torsi awal yang cukup besar

untuk mengangkat beban. Oleh karenanya arus mula jalan yang diperlukan

juga sangat besar. Arus mula jalan (starting) berkisar antara 3 sampai dengan

8 kali arus nominal. Dengan demikian untuk mengurangi arus mula jalan,

sebaiknya motor tidak disambung langsung dengan jala-jala, tetapi digunakan

pengasutan star-delta (bintang- segitiga). Pada mula jalan motor, kumparan

stator disambung secara bintang. Setelah motor berputar beberapa detik atau

berputar kurang lebih 75 % dari putaran nominal kumparan stator dirubah

menjadi sambungan segitiga.


Gb. 37a Sambungan Bintang Gb. 37b Sambungan segitiga

Gambar 37a merupakan sambungan bintang kumparan stator dimana

resistansi tiap-tiap kumparan fase dianggap sama, maka hanya terdapat satu

harga arus. Harga arus line bintang

( IY ) sama dengan harga arus yang menuju ke masing-masing kumparan.

Arus pada sambungan bintang dapat dihitung dengan rumus berikut :

Vs
I   setiap fase
Z

Untuk 3 fase

Vs
I  (II-28)
Z. 3

Sedangkan gambar 37b menunjukkan sambungan segitiga kumparan stator,

pada sambungan ini harga arus line segitiga

( IΔ ) tidak sama dengan arus yang menuju ke setiap kumparan fase ( If ).

Harga arus line segi tiga dapat dihitung dengan rumus berikut :

IΔ = I f . 3 atau

Vs . 3
IΔ = (II-29)
Z

Sekarang kita lihat persamaan II-28 dan II-29

Vs
I Z. 3

I  Vs . 3
Z

I 1

I 3
dengan demikian perbandingan arus mula jalan antara sambungan bintang

dengan segitiga adalah :

IY : IΔ = 1 : 3

Artinya arus mula jalan motor induksi 3 fase untuk kumparan stator yang

disambung bintang lebih kecil dari pada sambungan segitiga.

Pengasutan bintang-segitiga pada motor induksi 3 fase dapat

menggunakan saklar bintang-segitiga (star-delta switch) model drum yang

juga dikenal dengan star-delta drum switch atau dengan rangkaian kontaktor

magnit yang lazim disebut dengan Star-Delta Starter.

1) Pengasutan dengan saklar bintang-segitiga

Pengasutan bintang-segitiga pada motor induksi dapat menggunakan

saklar manual Three Pole Double Throw (TPDT) atau star-delta drum

switch/star delta rotary switch.

www. fieldlines.com, Rabu, 15/09/2010, pk. 07.41 www.ab.com. Rabu, 15/09/2010. pk.
07.42

Gb. 38a Star-delta drum switch dan star delta rotary switch
Gb. 38b Sambungan terminal star-delta drum switch

2) Pengasutan bintang-segitiga dengan kontaktor magnit

Pengasutan star-delta dengan kontaktor magnit dapat

menggunakan dua atau tiga buah kontaktor. Cara pengasutan ini dikenal

dengan star-delta starter. Yang paling aman dan handal sebaiknya

menggunakan tiga buah kontaktor magnit. Karena operasioal saat

sambungan bintang dan segitiga kontaktor magnit yang kerja berbeda.

Dengan demikian kemungkinan hubung singkat sangat kecil. Karena

pemutusan sambungan bintang untuk menuju sambungan segitiga tidak

terjadi dalam waktu yang bersamaan.


Gb. 38c Rangkaian utama pengasutan bintang-segitiga

Pada saat mula jalan kontaktor magnit yang bekerja adalah K1 dan

K2, masukan K2 yaitu terminal 1,3 dan 5 dihubung singkat. Sedangkan

terminal keluarannya disambung dengan terminal Z, X dan Y motor. K3

harus dalam kondisi mati/tidak bekerja.

Motor akan bekerja pada sambungan segitiga jika K2 mati dan

yang bekerja K1 dan K3, terminal Z, X dan Y dari motor

tersambung dengan sumber R, S dan T melalui K3.

Perpindahan dari sambungan bintang menuju segitiga yang

menggunakan kontaktor magnit biasanya dilakukan secara otomatis.

Karena pada rangkaian kendalinya sudah ditambahkan timer, dapat

menggunakan timer elektro mekanik atau electronic timer.

b. Pengasutan dengan auto trafo

Saat mula jalan biasanya motor diberi tegangan yang lebih rendah,

berkisar antara 70 % - 80 % dari tegangan nominal. Dengan pengaturan

tegangan berarti arus yang masukpun dapat diatur. Setelah motor

berputar kurang lebih 80 % dari putaran nominal, maka saklar geser


(sliding switch) auto trafo digeser pada posisi tegangan penuh. Gambar

berikut menunjukkan sambungan auto trafo yang digunakan untuk starting.

Gb. 39 Pengasutan dengan auto trafo

c. Starting dengan tahanan luar/tahanan asut

Cara starting ini biasanya digunakan untuk motor dengan rotor lilit

yang menggunakan slip ring. Dimana lilitan rotor disambung seri dengan

tahanan luar/asut. Pengaturan tahanan luar/asut berarti mengatur arus mula

jalan yang masuk ke lilitan rotor, torsi dan putaran motor. Berikut gambar

rangkaian starting menggunakan tahanan luar/asut untuk motor rotor lilit .

Gb. 40 Rangkaian starting motor rotor lilit

Posisi awal dari tap tahanan asut adalah tertinggi/maksimum saat motor

belum dijalankan. Secara bertahap posisi tap digeser, sehingga nilai

tahanannya turun sampai pada posisi terendah tap. Pada kondisi seperti ini
rotor terhubung singkat, sehingga tahanan asut tidak difungsikan lagi dan

motor berputar seakan-akan menggunakan rotor sangkar.

2. Mengatur jumlah putaran

Motor induksi 3 fase pada dasarnya mempunyai putaran yang konstan.

Namun untuk keperluan-keperluan tertentu diperlukan pengaturan putaran

agar didapatkan putaran yang sesuai dengan keinginan.

Mari kita tengok kembali persamaan II-1

60. f
n
p

You might also like