You are on page 1of 18

SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan

Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

BAB V

PERHITUNGAN TULANGAN

5.1. Perhitungan Tulangan Balok Induk 1 (BI.1)

Kriteria desain, hasil perhitungan sebelumnya dan langkah perhitungan


penulangan balok menurut SNI 03-2847-2002 (Beton) untuk balok adalah
sebagai berikut.
lebar penampang (b) = 350 mm
tinggi penampang (h) = 700 mm
diameter tulangan lentur = 19 mm
tebal selimut beton = 40 mm
diameter tulangan sengkang = 12 mm
spasi minimun antar tulangan = 25 mm
fy = 400 MPa
fys = 240 MPa
fc' = 30 MPa, maka β1 = 085

Dalam merencanakan balok digunakan gaya dalam yang terbesar yang


diderita oleh tipe balok yang sama. Ini dilakukan agar hasil perhitungan lebih
konservatif dan dapat dipertanggungjawabkan. Gaya dalam maksimum yang
terjadi pada balok tipe BI.1 yang dibantu oleh SAP2000 dapat dilihat pada
Gambar 5.1 adalah sebagai berikut.

Gambar 5.1 Gaya dalam maksimum yang dihasilkan BI.1

33
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Mu tumpuan = 353713406,00 Nmm


Mu lapangan = 268099618,20 Nmm
Vu = 230830,66 N
Maka menurut SNI 03-2847-2002 dengan φ = 0,80 untuk lentur pada
balok dan φ = 0,75 untuk geser pada balok maka didapat,
Mn tumpuan = 446641757,50 Nmm
Mn lapangan = 335124522,75 Nmm
Vn = 307774,21 N

Titik berat gabungan (jika 1 baris tulangan lentur)


d' = tebal selimut beton + dia. sengkang + 1/2 dia.tulangan lentur
= 40 mm + 12 mm + 1/2 . 19 mm
= 61,5 mm
d = h - d'
= 700 mm - 61,5 mm
= 638,5 mm

Titik berat gabungan (jika 2 baris tulangan lentur)


d' = tebal selimut beton + dia. sengkang + dia.tulangan lentur + 1/2 spasi
= 40 mm + 12 mm + 19 mm + 1/2 . 25 mm
= 83,5 mm
d = h - d'
= 700 mm - 83,5 mm
= 616,5 mm

Tulangan lentur di tumpuan


Dicoba dengan konfigurasi 1 baris tulangan lentur adalah sebagai berikut.
Mn ρfy
= ρfy (1 − 0,588 )
bd2 fc ′

446641757,50 Nmm ρ . 400 MPa


= ρ . 400 MPa (1 − 0,588 )
350 mm . (638,5 mm)2 30 MPa

34
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

−3146,6667 ρ2 + 400 ρ − 3,1302 = 0

Maka didapat ρ = 0,0082, cek rasio tulangan perlu yang digunakan


sebagai kebutuhan tulangan adalah sebagai berikut.
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ sebagai kebutuhan tulangan perlu.
Cek apakah rasio tulangan perlu diizinkan.
0,85fc′ β1 600
ρb = .( )
fy 600 + fy
0,85 . 30 . 0,85 600
ρb = .( )
400 600 + 400

ρb = 0,0325

ρmaks = 0,75 ρb = 0,75 (0,0325) = 0,0244

Karena ρ < ρmaks maka rasio tulangan terhadap penampang aman dengan
begitu penampang balok tidak perlu diperbesar. Jadi kebutuhan tulangan adalah
sebagai berikut.
As = ρ b d
As = 0,0082 . 350 mm . 638,5 mm
As = 1829,15 mm2
1829,15 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = = 6,4514 ≈ 𝟕 𝐛𝐮𝐚𝐡.
1 2
4 π(19 mm)

Cek lebar penampang balok

Lebar penampang balok isi = 2. Tebal selimut + 2. Dia. Tulangan sengkang


+ 7. Dia. Tulangan lentur + 6. Spasi
= 2. 40 mm + 2. 13 mm + 7. 19 mm + 6. 25 mm
= 387 mm > 350 mm  Tidak Ok

35
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Karena lebar penampang yang telah di isi tulangan lebih besar dari lebar
balok maka tulangan lentur dicoba dengan konfigurasi 2 baris. Perhitungan
adalah sebagai berikut.
Mn ρfy
2
= ρfy (1 − 0,588 )
bd fc ′
446641757,50 Nmm ρ . 400 MPa
= ρ . 400 MPa (1 − 0,588 )
350 mm . (616,5 mm)2 30 MPa

−3146,6667 ρ2 + 400 ρ − 3,3576 = 0

Maka didapat ρ = 0,0088, cek rasio tulangan perlu yang digunakan


sebagai kebutuhan tulangan adalah sebagai berikut.
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ sebagai kebutuhan tulangan perlu.
Cek apakah rasio tulangan perlu diizinkan.
0,85fc′ β1 600
ρb = .( )
fy 600 + fy
0,85 . 30 . 0,85 600
ρb = .( )
400 600 + 400

ρb = 0,0325

ρmaks = 0,75 ρb = 0,75 (0,0325) = 0,0244

Karena ρ < ρmaks maka rasio tulangan terhadap penampang aman dengan
begitu penampang balok tidak perlu diperbesar. Jadi kebutuhan tulangan adalah
sebagai berikut.
As = ρ b d
𝐴𝑠 = 0,0088 . 350 mm . 616,5 mm
As = 1901,11 mm2
1901,11 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = = 6,7052 ≈ 𝟖 𝐛𝐮𝐚𝐡.
1 2
4 π(19 mm)

36
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Diambil 8 buah karena asumsi perhitungan titik berat pada penampang


adalah dengan syarat ketentuan awal tulangan lentur 2 baris berjumlah genap. Ini
dimaksudkan agar asumsi awal titik berat gabungan tulangan tidak berubah.
Selanjutnya cek lebar penampang balok adalah sebagai berikut.
Cek lebar penampang balok
Lebar penampang balok isi = 2. Tebal selimut + 2. Dia. Tulangan sengkang
+ 4. Dia. Tulangan lentur + 3. Spasi
= 2. 40 mm + 2. 13 mm + 4. 19 mm + 3. 25 mm
= 255 mm < 350 mm  Ok

Karena lebar penampang yang telah di isi tulangan lebih kecil dari lebar
balok maka tulangan lentur pada daerah tumpuan di bagian tarik penampang
adalah bagian atas diambil 8 buah tulangan diameter 19 mm (8D19). Sedangkan
pada bagian bawah penampang digunakan Asmin, dengan konfigurasi 1 baris
tulangan lentur adalah sebagai berikut.
𝐴𝑠 = ρ b d
𝐴𝑠 = 0,0035 . 350 mm . 638,5 mm
As = 782,1625 mm2
782,1625 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = = 2,7587 ≈ 𝟑 𝐛𝐮𝐚𝐡.
1 2
4 π(19 mm)
Cek lebar penampang balok
Lebar penampang balok isi = 2. Tebal selimut + 2. Dia. Tulangan sengkang
+ 3. Dia. Tulangan lentur + 2. Spasi
= 2. 40 mm + 2. 13 mm + 3. 19 mm + 2. 25 mm
= 213 mm < 350 mm  Ok

Maka pada daerah tumpuan digunakan tulangan lentur atas dengan


konfigurasi 8D19 dan knfigurasi tulangan lentur bawah 3D19.

Tulangan lentur di lapangan


Dicoba dengan konfigurasi 1 baris tulangan lentur adalah sebagai berikut.

37
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Mn ρfy
= ρfy (1 − 0,588 )
bd2 fc ′

335124522,75 Nmm ρ . 400 MPa


2
= ρ . 400 MPa (1 − 0,588 )
350 mm . (638,5 mm) 30 MPa

−3146,6667 ρ2 + 400 ρ − 2,3486 = 0

Maka didapat ρ = 0,0069, cek rasio tulangan perlu yang digunakan


sebagai kebutuhan tulangan adalah sebagai berikut.
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ sebagai kebutuhan tulangan perlu.
Cek apakah rasio tulangan perlu diizinkan.
0,85fc′ β1 600
ρb = .( )
fy 600 + fy
0,85 . 30 . 0,85 600
ρb = .( )
400 600 + 400

ρb = 0,0325

ρmaks = 0,75 ρb = 0,75 (0,0325) = 0,0244

Karena ρ < ρmaks maka rasio tulangan terhadap penampang aman dengan
begitu penampang balok tidak perlu diperbesar. Jadi kebutuhan tulangan adalah
sebagai berikut.
As = ρ b d
As = 0,0069 . 350 mm . 638,5 mm
As = 1546,02 mm2
1546,02 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = = 5,4528 ≈ 𝟔 𝐛𝐮𝐚𝐡.
1 2
π(19 mm)
4

Cek lebar penampang balok

Lebar penampang balok isi = 2. Tebal selimut + 2. Dia. Tulangan sengkang


+ 7. Dia. Tulangan lentur + 6. Spasi

38
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

= 2. 40 mm + 2. 13 mm + 6. 19 mm + 5. 25 mm
= 343 mm > 350 mm  Ok

Karena lebar penampang yang telah di isi tulangan lebih kecil dari lebar
balok maka tulangan lentur pada daerah lapangan di bagian tarik penampang
adalah bagian bawah diambil 6 buah tulangan diameter 19 mm (6D19).
Sedangkan pada bagian atas penampang digunakan Asmin, dengan
konfigurasi 1 baris tulangan lentur adalah sebagai berikut.
𝐴𝑠 = ρ b d
𝐴𝑠 = 0,0035 . 350 mm . 638,5 mm
As = 782,1625 mm2
782,1625 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = = 2,7587 ≈ 𝟑 𝐛𝐮𝐚𝐡.
1 2
π(19 mm)
4
Cek lebar penampang balok
Lebar penampang balok isi = 2. Tebal selimut + 2. Dia. Tulangan sengkang
+ 3. Dia. Tulangan lentur + 2. Spasi
= 2. 40 mm + 2. 13 mm + 3. 19 mm + 2. 25 mm
= 213 mm < 350 mm  Ok

Maka pada daerah lapangan digunakan tulangan lentur atas dengan


konfigurasi 3D19 dan konfigurasi tulangan lentur bawah 6D19.

Tulangan geser di tumpuan


Gaya geser yang mampu ditahan penampang tanpa sengkang adalah
sebagai berikut.
1 ′
Vc = √f b d
6 c
1
Vc = √30 . 350 . 616,5 N
6
Vc = 196974,72 N

1 2 ′
Vs = Vn − φVc < √f b d
2 3 c

39
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Vs = 110799,49 N < 787898,90 N → 𝐎𝐤

Av . d . fys
s=
Vs
1
2 . 4 π (12 mm)2 . 616,5 mm . 240 MPa
s=
110799,49 N
s = 151,03 mm
Karena s < 0,5 d maka tetap digunakan s sebagai jarak sengkang perlu.
Maka konfigurasi sengkang pada tumpuan adalah D12 - 150 mm.

Tulangan geser di lapangan


Pada lapangan dipasang tulangan geser minimum dengan konfigrasi D12 -
300 mm.

KESIMPULAN

Atas 8D19 >> 2 BARIS 4+4


Lentur
Tumpuan Bawah 3D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 150

Atas 3D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 6D19 >> 2 BARIS 3+3
Sengkang D12 - 300

5.2. Perhitungan Tulangan Balok Induk 2 (BI.2)


Dengan ketentuan yang sama maka didapat kesimpulan sebagai berikut.

KESIMPULAN

Atas 6D19 >> 2 BARIS 3+3


Lentur
Tumpuan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 170

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 170

40
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

5.3. Perhitungan Tulangan Balok Anak 1 (BA.1)


Dengan ketentuan yang sama maka didapat kesimpulan sebagai berikut.

KESIMPULAN

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Tumpuan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

5.4. Perhitungan Tulangan Balok Anak 2 (BA.2)


Dengan ketentuan yang sama maka didapat kesimpulan sebagai berikut.

KESIMPULAN

Atas 4D19 >> 2 BARIS 2+2


Lentur
Tumpuan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 200

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 200

5.5. Perhitungan Tulangan Balok Anak 3 (BA.3)


Dengan ketentuan yang sama maka didapat kesimpulan sebagai berikut.

KESIMPULAN

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Tumpuan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

41
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

5.6. Perhitungan Tulangan Balok Anak 4 (BA.4)

Dengan ketentuan yang sama maka didapat kesimpulan sebagai berikut.

KESIMPULAN

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Tumpuan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

Atas 2D19 >> 1 BARIS


Lentur
Lapangan Bawah 2D19 >> 1 BARIS
Sengkang D12 - 100

Perhitungan balok anak yang tidak dijabarkan ada dalam perhitungan


Lampiran Perhitungan Penulangan Balok dalam bentuk Excel.

5.7. Perhitungan Tulangan Pelat Lantai

Kriteria desain, hasil perhitungan sebelumnya dan langkah perhitungan


penulangan pelat lantai menurut SNI 03-2847-2002 (Beton) untuk pelat lantai
adalah sebagai berikut.
Selimut beton = 20 mm
Tebal plat (h) = 120 mm
Lebar plat lantai (b) = 1000 mm
Mutu beton (fc') = 30 MPa
Mutu baja (fy) = 240 MPa
Diameter tulangan lentur = 12 mm
d = h - d' = 94 mm
Dari SAP
Mutx (nilai min M11) = 1057,33 kgm
Mulx (nilai max M11) = 449,50 kgm
Muty (nilai min M22) = 1444,33 kgm
Muly (nilai max M22) = 614,63 kgm

42
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Diambil Ly dan Lx terbesar


Ly = 4000 mm
Lx = 2500 mm
rho min
1,4 / fy = 0,005833
√ fc' / 4fy = 0,005705
rho b = 0,064509
rho maks (0,75 rho b) = 0,048382
Mux (M11) = 10372407,30 Nmm
Mn = 12965509,13 Nmm

Tumpuan (arah x)
Mux (M11) = 10372407,30 Nmm
Mn = 12965509,13 Nmm

Mn / b . d2 = -1,4674 C
 . fy = 240 bx
0,59 . 2 . fy2 /fc' = -1132,80 ax2

rho
x1 = 0,006301379
x2 = 0,205563027
rho = 0,006301379

Karena rho min ≤ rho ≤ rho maks, maka


rho perlu = 0,006301379

As perlu = 592,3296548 mm2


Dipasang
D12 - 165 = 678,5840132 mm2

Lapangan (arah x)
Mux (M11) = 4409595,00 Nmm
Mn = 5511993,75 Nmm

Mn / b . D^2 = -0,6238 C
rho . Fy = 240 bx

43
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

0,59 . rho^2 . Fy ^2 /fc' = -1132,80 ax2

rho
x1 = 0,0026319
x2 = 0,2092325
rho = 0,0026319

Karena rho min ≤ rho ≤ rho maks, maka


rho perlu = 0,0058333

As perlu = 548,3333 mm2


Dipasang
D12 - 200 = 565,4867 mm2

Tumpuan (arah y)
Mux (M11) = 14168877,30 Nmm
Mn = 17711096,63 Nmm

Mn / b . D^2 = -2,0044 C
rho . Fy = 240 bx
0,59 . rho^2 . Fy ^2 /fc' = -1132,80 ax2

rho
x1 = 0,0087098
x2 = 0,2031546
rho = 0,0087098

Karena rho min ≤ rho ≤ rho maks, maka


rho perlu = 0,0087098

As perlu = 818,7244 mm2


Dipasang
D12 - 125 = 904,7787 mm2

Tumpuan (arah y)
Mux (M11) = 6029520,30 Nmm
Mn = 7536900,38 Nmm

Mn / b . D^2 = -0,8530 C
rho . Fy = 240 bx
0,59 . rho^2 . Fy ^2 /fc' = -1132,80 ax2

44
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

rho
x1 = 0,0036158
x2 = 0,2082486
rho = 0,0036158

Karena rho min ≤ rho ≤ rho maks, maka


rho perlu = 0,0058333

As perlu = 548,3333 mm2


Dipasang
D12 - 200 = 565,4867 mm2

KESIMPULAN
Tulangan Tumpuan
1. Arah x D12 - 165
2. Arah y D12 - 125
Tulangan Lapangan
1. Arah x D12 - 200
2. Arah y D12 - 200

5.8. Perhitungan Tulangan Kolom

Kriteria desain, hasil perhitungan sebelumnya dan langkah perhitungan


penulangan kolom menurut SNI 03-2847-2002 (Beton) untuk kolom adalah
sebagai berikut.

TULANGAN KOLOM ARAH - X (M33)


Lebar kolom (b) = 400 mm
Tebal kolom (h) = 400 mm
Tebal selimut beton = 40 mm
Kuat tekan beton (fc') = 30 Mpa >>> β1 = 0,85 =
Fy = 400 Mpa
Φ tulangan lentur = 19 mm
Φ tulangan sengkang = 12 mm

45
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

d' = 61,5 mm
d (h-d') = 338,5 mm

Dari SAP
Pu = 159676,13 kg
= 1566422,84 N
Mu = 11872,93 kgm
= 116473443,30 Nmm
e (Mu/Pu) = 74,36 mm
e min (0,1 h) = 40 mm

Dicoba menggunakan 6D19


As = 1701,172422 mm2
0,01 ≤ rho
≤ 0,08 >>
rho (As/bd) = 0,01256405 >>>
OK (SNI
2002)

cb (600/(600+fy))*d = 203,10 mm
ab (B1 . Cb) = 172,64 mm
fs' > fy
maka fs' =
fs'((cb-d') . 600/cb) = 418,32 Mpa >>>
fy = 400
Mpa

Pnb
0,85 . Fc' . B . Ab + (As' .
= 1760877,00 N
Fs') - (As . Fy)

Mnb
0,85 . Fc' . B . Ab . (h/2- = 200180899,55 Nmm

46
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

ab/2) + (As' . Fs') . (h/2 - d')


- (As . Fy) . (d - h/2)

eb (Mnb/Pnb) = 113,6825 mm

Karena eb > e maka keruntuhan "DESAK" , perhitungan menggunakan


rumus WHITNEY
Pn
As . Fy / (e/d-d') + b . H .
= 3336105,34 N
Fc' / (3 . H . e/d2) + 1,18

Pr = 2168468,47 N >>> Pr > Pu


OK

Syarat
Pr > 0,1 b
0,1 b . H . Fc' = 480000 N >>>
. H . Fc'
OK
TULANGAN KOLOM ARAH - Y (M22)
Lebar kolom (b) = 400 mm
Tebal kolom (h) = 400 mm
Tebal selimut beton = 40 mm
Kuat tekan beton (fc') = 30 Mpa >>> β1 = 0,85
Fy = 400 Mpa
Φ tulangan lentur = 19 mm
Φ tulangan sengkang = 12 mm

d' = 61,5 mm
d (h-d') = 338,5 mm

Dari SAP
Pu = 159676,13 kg

47
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

= 1566422,84 N
Mu = 11796,55 kgm
= 115724155,50 Nmm
e (Mu/Pu) = 73,88 mm
e min (0,1 h) = 40 mm

Dicoba menggunakan 6D19


As = 1701,172422 mm2
0,01 ≤ rho
≤ 0,08 >>
rho (As/bd) = 0,01256405 >>>
OK (SNI
2002)

cb (600/(600+fy))*d = 203,10 mm
ab (B1 . Cb) = 172,64 mm
fs' > fy
maka fs' =
fs'((cb-d') . 600/cb) = 418,32 Mpa >>>
fy = 400
Mpa
Pnb
0,85 . Fc' . B . Ab + (As' .
= 1760877,00 N
Fs') - (As . Fy)

Mnb
0,85 . Fc' . B . Ab . (h/2-
ab/2) + (As' . Fs') . (h/2 - d') - = 200180899,55 Nmm
(As . Fy) . (d - h/2)

eb (Mnb/Pnb) = 113,6825 mm

48
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

Karena eb > e maka keruntuhan "DESAK" , perhitungan menggunakan


rumus WHITNEY

As . Fy / (e/d-d') + b . H . Fc'
= 3344383,48 N
/ (3 . H . e/d2) + 1,18

Pr = 2173849,26 N >>> Pr > Pu


OK
Syarat
Pr > 0,1 b
0,1 b . H . Fc' = 480000 N >>>
. H . Fc'
OK

TULANGAN GESER KOLOM


Lebar kolom (b) = 400 mm
Tebal kolom (h) = 400 mm
Tebal selimut beton = 40 mm
Kuat tekan beton (fc') = 30 Mpa
Fy = 240 Mpa
Φ tulangan lentur = 19 mm
Φ tulangan sengkang = 12 mm

d' = 61,5 mm
d (h-d') = 338,5 mm

Dari SAP
Pu = 159676,13 kg
= 1566422,84 N
Vu = 6454,21 kg
= 63315,80 N
Vc (1 + Pu/14 Ag) . √fc' / 6 . B . D = 52866,37 N

49
SI - 417 Perancangan Bangunan Gedung dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH. Mustapa No. 23 Bandung 40124

phi . Vc = 31719,82 mm

Vs = Vu - phi . Vc = 31595,98 N
Av = 226,19 mm2
s (Av . Fy . D / Vs) = 581,59 mm
sengkang minimum
s (Av . 3fy / b) = 135,72 mm

Karena s > smin, maka digunakan s min untuk tulangan geser yang dipasang.
Konfigurasi tulangan geser = D12 - 130

KESIMPULAN
Tulangan Lentur
Arah-x 6D19
Arah-y 6D19
Tulangan Sengkang
D12 - 130

50

You might also like