Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
31.5%. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting
akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
1
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat
dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-
generasi.3
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga
tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Seperti yang digambarkan dalam grafik
dibawah, kondisi anak stunting juga dialami oleh keluarga/rumah tangga yang tidak
miskin.1,3
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut : 1). Praktek pengasuhan yang kurang baik, (termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. 2). Masih terbatasnya layanan kesehatan
2
termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. 3).
makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga
akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari
3 ibu hamil yang mengalami anemia. 4). Kurangnya akses ke air bersih dan
tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab
seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi
terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.
Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat
jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan
yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi
3
menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga
melahirkan balita.5
kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat
secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas
Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih. 2). Menyediakan dan
memastikan akses terhadap sanitasi. 3). Melakukan fortifikasi bahan pangan. 4).
Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). 5).
orang tua. 8). Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal. 9).
seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. 11). Menyediakan bantuan dan
jaminan sosial bagi keluarga miskin. 12). Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
4
B. Permasalahan
sebanyak 191 orang, Posyandu dengan kejadian stunting tertinggi yaitu Posyandu
Posyandu Sedap Malam sebanyak 23 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan
Dari survei yang dilakukan pada 20 anak yang stunting di wilayah Posyandu
Dahlia dan Posyandu Harapan Ibu, ditemukan hal yang menyebabkan tingginya
5
Tabel 1.4 Data penggunaan ASI eksklusif
Faktor yang mempengaruhi Tidak Ya Jumlah
ASI ekslusif 12 8 20
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting di wilayah kerja
Posyandu Harapan Ibu dan Posyandu Dahlia adalah pendapatan keluarga yang
rendah, pengetahuan tentang gizi yang rendah, dan rendahnya ASI eksklusif di
dampak buruk Stunting bagi anak balita, melakukan penyuluhan tentang Gizi balita,
Kejadian Stunting
6
C. Alternatif Pemecahan Masalah
keluarga miskin
penentuan prioritas masalah dibedakan atas 2, yaitu: secara scoring dan non-
7
Kriteria pemecahan masalah menurut metode PAHO-CENDES yaitu:
a. Magnitude
4. Menyelesaikan masalah
b. Vunerability
c. Importancy
d. Cost
2. Tidak murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
8
Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk
menentukan prioritas pemecahan masalah yang dapat dilihat pada tabel berikut.
9
BAB II
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun maka target luaran yang
NO TARGET LUARAN
Jingah
10
B. Tujuan Kegiatan
Untuk mencapai target dan luaran tersebut maka dilakukan kegiatan dengan
11