You are on page 1of 56

Pengendalian Vektor &

Rodent

Muhammad Farid Dimjati Lusno


Permasalahan Pengendalian Vektor

 Kondisi geografi & demografi yang memungkinkan


tersebarluasnya jenis-jenis vektor.
 Belum semua wilayah endemis ter“peta”kan vektornya.
 Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor belum diatur
secara konsisten.
 Meningkatnya resistensi vektor terhadap insektisida.
 Keterbatasan sumber daya (tenaga, logistik, biaya operasional,
dll).
 Adanya tuntutan masyarakat terhadap layanan pengendalian
vektor & serangga pengganggu.
Isue Utama Pengendalian Vektor &
Rodent

 Meningkatnya tingkat resistensi insektisida.


 Menurunnya efektifitas pengendalian vector & Rodent.
 Dampak perubahan lingkungan thdp perubahan perilaku vektor &
Rodent.
 Pemetaan penyebaran vektor & Rodent.
 Pemenuhan kebutuhan tenaga fungsional entomolog kesehatan
sesuai kompetensinya.
 Inovasi baru dalam pengendalian vektor (contoh lingkungan
pelabuhan /rs, lingkungan rumah tangga, pulau-pulau kecil, kawasan
khusus, dll),
Program Pengendalian Vektor &
Rodent

Mencakup Upaya-upaya:
 Peningkatan keterpaduan program.
 Penggalangan kemitraan.
 Pengembangan kajian iptek & operasional pengendalian
vektor & Rodent.
 Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan
(Permenkes dan Perda).
 Peningkatan sumber daya (tenaga, biaya dan peralatan).
Kebijakan Pengendalian Vektor &
Rodent

 PENGENDALIAN VEKTOR & RODENT TERPADU (IVM) :


 Keterpaduan berbagai cara teknis pengendalian & manajerial
sesuai kondisi lingk & sosial masy setempat
 Keterpaduan antar program dan lintas sektor
 Melibatkan peran aktif masyarakat
 PENGENDALIAN VEKTOR & RODENT didasarkan pada data
Epidemiologi, Entomologi & Perilaku pddk setempat
 Pengendalian vektor & rodent dilaksanakan sesuai dg PROTAP
..........

 PENGELOLAAN LINGKUNGAN. Dilaksanakan dg melakukan


penataan habitat nyamuk vektor (malaria) antara lain :
pembersihan lumut, pembangunan konstruksi perpipaan/dam dll,
pengeringan berkala, pengaturan sistem irigasi, dll perlu :
 Didukung oleh Perda
 Melibatkan Lembaga Swadaya terkait, swasta/dunia usaha, LSM/NGO
 Melibataktifkan komponen masyarakat.
 PENGENDALIAN BIOLOGI
 KELAMBU BERINSEKTISIDA (ITN/LLIN)
 TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR
..........

 PENGGUNAAN INSEKTISIDA HARUS SESUAI KRITERIA:


 Penggunaan insektisida yg dilaksanakan daerah dg kondisi
 Epidemi/KLB
 Intensitas penularan tinggi (HIGH TRANSMISSITION)
 Penularan banyak terjadi didalam rumah (malaria)
 Insektisida yg digunakan harus memenuhi syarat :
 Rekomendasi WHO (http://www.who.int/ipcs/publications/pds/en/)
 Terdaftar di KOMPES (
 Mengacu pada pedoman/informasi teknis insektisida yg diterbitkan oleh
Kemenkes
 Sesuai pedoman manajemen resistensi
Konsep Dasar Pengendalian Vektor
& Rodent

 Harus menerapkan berbagai macam cara pengendalian


vektor dan rodent sedemikian rupa sehingga tetap
berada di bawah garis batas yang tidak merugikan
atau membahayakan
 Tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis
terhadap tata lingkungan hidup
Tujuan Pengendalian

1. Mengurangi atau menekan populasi organisme


pengganggu serendah-rendahnya sehingga tidak
berarti lagi dalam menimbulkan kerugian
2. Menghindarkan kontak antara organisme pengganggu
dan organisme berguna/budidaya/manusia
Pengendalian Rodent
 Pengendalian Rodent adalah
Tindakan yang membuat
kehidupan rodent menjadi
sulit, tidak dapat berbiak
atau dimatikan sehingga
tidak menimbulkan penyakit
pada manusia;

 Pengendalian thd Pinjal


tikus disebut sebagai
“Ectoparasite control”
11
Metode Pengendalian Rodent

1. Pengendalian mekanik atau fisik (perangkap)


2. Pengendalian Kimiawi (rodentisida)
3. Pengendalain biofisik (sterilisasi atau
kastrasi)
4. Pengendalian biologis (predator)
5. Pengendalian kultural (kebiasaan hidup
saniter)
6. Pengendalian terintegrasi (kombinasi diatas)

12
TIKUS  Dari segi manajemen kesehatan
lingkungan yang terpenting dari
gol. Rodent adalah TIKUS

 Terdapat 2 famili tikus


1. Fam. Muridae
2. Fam. Cricedidae

 Menimbulkan masalah adalah Fam.


Muridae dgn 3 spesies :
1. Rattus norvegicus (riol)
2. Rattus rattus (atap) 13
3. Mus musculus (rumah)
Sifat Tikus

1. Senang hidup di tempat yang ada makanan atau makanan sisa;


2. Kelaur malam hari, kalau siang hari sembunyi di sarang;
3. Pemanjat handal, dapat memanjat tali vertikal ataupu horizontal;
4. Dapat memanjat bag dalam dan luar pipa paralon;
5. Dapat meloncat vertikal setinggi 90 Cm;
6. Dapat meloncat sejauh 1,2 m dan dapat jatuh dari ketinggian 15 m tidak
mati;
7. Tidak meninggalkan sarang terlalu jauh (+ 10 m dari sarang).

14
Tanda Terdapatnya Tikus

1. Gnawing: bekas gigitan tikus;


2. Burrows: lubang terowongan;
3. Droppings: kotoran tikus;
4. Runways: jalan tikus yg khas;
5. Footprints and tail marks: jejak kaki dan
ekor di tempat berdebu;
6. Rubmark: bekas badan tikus yang berlemak;
7. Lain-lain: bau khas air seni dan suara
berisik, serta adanya bangkai tikus di
sekitar sarang.

15
Pengendalian Pinjal

 Dalam pengendalian tikus, perhatikan pinjal


yang hidup menempel di tubuh tikus

 Pengendalian dan pembasmian pinjal tikus


dapat dipakai bubuk DDT 10% yang
ditaburkan pada daerah yang diduga ada
tikusnya

 Pengawasan terhadap pinjal tikus sering


disebut sebagai ectoparasite control

16
Cara Pengendalian Vektor & Rodent

 Cara Biologi
 Cara Kultural/pengendalian lingkungan
 Cara Mekanik
 Cara Fisik
 Cara Kimia
Pengendalian secara Biologi

 Memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami


bagi serangga, yang menjadi vektor atau hospes perantara.
 Beberapa parasit dari golongan nematoda, bakteri,
protozoa, jamur dan virus dapat dipakai sebagai pengendali
larva nyamuk.
 Artropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk
dewasa. Misalnya : Arrenurus madarazzi.
 Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian
larva nyamuk antara lain beberapa jenis ikan, dan larva
capung, dan Crustaceae.
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

Keuntungan:
1. Selektif tanpa efek samping
2. Tidak menimbulkan polusi
3. Lebih murah
4. Agen pengendalian biologis mempunyai potensi untuk
berkembangbiak sendiri
5. Relatif aman terhadap organisme non target
6. Agen dapat menyerang tahap belum dewasa
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

Kerugian
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Jarang memusnahkan hama
3. Tidak dapat diprediksi
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

Parasit dari golongan nematoda :

Romanomermis iyengari dan


R. culiciforax,

menembus badan larva nyamuk, hidup sebagai parasit sampai


larva mati, kemudian mencari hospes baru.
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

Bakteri :
 Bacillus thuringiensis (sero type H-14) untuk pengendalian
larva Anopheles.
 Bacillus sphaericus untuk pengendalian larva Culex
quinquifasciatus.
 Bakteri lain yang dapat diharapkan : Bacillus pumilus dan
Clostridium bifermentans.
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

 Protozoa : Pleistophora culicis dan Nosema algerae


untuk pengendalian larva nyamuk.

 Virus sitoplasmik untuk pengendalian larva kupu.


Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

 Jamur Langenidium giganticum dan Coelomyces


stemomilae baik untuk pengendalian larva nyamuk.
 Jamur lainnya yang potensial : Tolypocladium
silindrosporum dan Culicinomyces clavisporus.
 Jamur-jamur tsb. untuk pengendalian larva
Anopheles, Aedes, Culex, Simulium dan Culicoides.
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

 Ikan untuk pengendalian larva nyamuk :


Panchax panchax (ikan kepala Trichogaster
timah) trichopterus
Lebistus reticularis (guppy) Cyprinus carpio
Gambusia affinis (ikan gabus) Tilapia nilotica
Poecilia reticulata Puntious binotatus
Rasbora lateristriata
Pengendalian secara Biologi
(cont’d)

 Ikan Poecilia reticulate  dapat hidup di air kotor, mengontrol C.


quinquesfaciatus

 Ikan Gambusia affinis (ikan gabus) 


 cukup toleran pada air terpolusi
 Efektif digunakan di perkotaan
 Dapat hidup di saluran drainase tertutup
 Ukuran kecil dapat menembus tanaman air

 Kucing dan anjing terlatih  mengendalikan rodent di perkotaan,


pelabuhan, gudang/pabrik
Pengendalian secara
Kultural/Pengendalian Lingkungan

 Kegiatan perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring untuk


memodifikasi atau memanipulasi factor lingkungan atau interaksinya
dengan manusia untuk mencegah atau mengurangi penyebaran vector
atau kontak antara manusia dan vector.
 Keuntungan :
1. Efektif menghilangkan tempat perindukan
2. Efek jangka panjang
3. Biaya dalam jangka panjang murah
4. Memberi keuntungan tambahan
5. Realtif tidak berdampak negative
6. Sekaligus mengendalikan beberapa vector penyakit
Pengendalian secara
Kultural/Pengendalian Lingkungan
1. Modifikasi lingkungan (Environmental modification)
 mengelola lingkungan dengan perubahan/perbaikan bentuk fisik yang bersifat
permanen terhadap air, tanah, dan tumbuhan
 Tujuan : menghilangkan/memperkecil habitat vector
 Cara ini paling aman terhadap lingkungan karena tidak merusak
keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan tetapi harus dilakukan
terus menerus
 Contoh :
1. pengaturan sistem irigasi,
2. penimbunan tempat penampung air dan pembuangan sampah,
3. pengeringan air yang menggenang,
4. pengubahan rawa menjadi sawah,
5. Pengaturan tinggi permukaan tanah.
Pengendalian secara
Kultural/Pengendalian Lingkungan

2. Manipulasi lingkungan (Environmental manipulation)


 Mengelola lingkungan untuk memberikan kondisi sementara yang tidak
menguntungkan bagi perkembangbiakan vector di habitatnya
 Membersihkan dan memelihara secara fisik tempat perindukan atau tempat
istirahat serangga
 Contoh :
1. membersihkan tanaman air yang mengapung seperti ganggang dan lumut
sehingga menyulitkan perkembangan Anopheles sundaicus
2. Mengatur kadar garam di laguna sehingga menekan populasi An.
subpictus dan An. Sundaicus
Pengendalian secara
Kultural/Pengendalian Lingkungan

3. Melestarikan tanaman bakau yang membatasi tempat


perindukan An. Sundaicus
4. Membuang atau mencabut tumbuhan air di kolam atau rawa
sehingga menekan populasi Mansonia sp
5. Melancarkan air got agar tidak jadi tempat perindukan Culex sp.
Pengendalian Pinjal

 Dalam pengendalian tikus,


perhatikan pinjal yang hidup
menempel di tubuh tikus
 Pengendalian dan pembasmian
pinjal tikus dapat dipakai bubuk
DDT 10% yang ditaburkan pada
daerah yang diduga ada tikusnya
 Pengawasan terhadap pinjal tikus
sering disebut sebagai
ectoparasite control
34
Pengendalian secara Mekanik

Menggunakan alat yang langsung


membunuh, menangkap atau menghalau,
menyisir, mengeluarkan serangga dari
jaringan tubuh, memakai baju pelindung,
memasang kawat kasa di jendela untuk
menghindarkan kontak antara manusia dan
vektor.
Pengendalian secara Fisika atas
Rodent

1. Digunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan dan alat listrik untuk
menghasilkan angin, penyinaran cahaya yang dapat membunuh atau
mengganggu kehidupan serangga.
2. Suhu 600 C dan suhu beku akan membunuh serangga sedangkan suhu
dingin menyebabkan serangga tidak dapat melakukan aktifitasnya.
3. Cara ini dilakukan di hotel, restoran dan pasar swalayan dengan
memasang hembusan angin keras di pintu masuk.
4. Memasang lampu kuning dapat menghalau nyamuk.
.........

5. Menggunakan gelombang Ultrasonik


6. Penggunaan penghalang (barier mekanik), penggunaan pagar
seng, pagar plastik, kawat ram, menutup parit ataupun selokan,
dll
7. Penggunaan Trapping (jebakan tikus)
8. Modifikasi Penghalang dan trapping: TBS (Trap Barrier System)
9. Papan Lem, Ratglue Trap, Rat Repellent, Mousestop
Pengendalian secara Kimia

 Menggunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga


(insecticide)/tikus (rodentisida) dan menghalau serangga ( repellent)
 Keuntungan :
1. Dapat dilakukan segera,
2. Meliputi daerah yang luas.
 Kerugian :
1. Bersifat sementara,
2. Menimbulkan pencemaran lingkungan,
3. Memungkinkan timbul resistensi serangga,
4. Membunuh juga pemangsa serangga.
5. Penolakan penduduk karena kuatir binatang peliharaannya mati.
Pengendalian secara Kimia

Contoh :
a) Menuangkan solar atau minyak tanah di permukaan tempat perindukan
sehingga larva tidak dapat mengambil oksigen dari udara,
b) Pemakaian Paris green, temefos dan fention untuk membunuh larva nyamuk,
c) Penggunaan herbisida yang mematikan tumbuhan air di tempat perindukan,
d) Penggunaan insektisida berupa residual spray untuk nyamuk dewasa,
e) Umpan beracun untuk membunuh tikus (poison bait, water bait, powder bait),
f) Fumigasi (biosida, fosfin, metil bromide) untuk membunuh tikus.
Pengendalian Kimia atas Rodent

1. Rodentisida
Dosis tunggal dan dosis ganda
Antikoagulant
Dosis ganda
Perdarahan secara internal ~ kematian
Makan secara berturut-turut
Pival
Warfarin
Red squill
Dosis tunggal
Tikus muntah ~ alami tdk dpt muntah
Cont...

Sodium floroasetat dan floroacetamide


Sangat beracun
Non degradable ~ bahaya utk anjing, kucing
Utk gangguan tikus pada air limbah
ANTU (alpha napthyl thio urea)
Dosis tunggal
Kelebihan cairan di paru
Cepat toleran ~ tdk utk interval 4 s/d 6 bln
Cont...

2. Fumigasi
 Membuat semua ruang yg digas kedap udara kemudian gas dilepas ke
dalam ruang tersebut dalam waktu kontak sesuai jenis fumigan yg
digunakan
 Pada kapal, pesawat
 Menggunakan HCN, CH3BR
 Di sawah menggunakan asap belerang
Pengendalian Fisika Vektor Lain

1. Cahaya: penggunaan lampu perangkap untuk menangkap


serangga fototropik positif (tertarik cahaya) dan fototropik
negatif (menghindari cahaya). Contoh: Nyamuk tertarik dengan
cahaya ungu
2. Penggunaan Gelombang ultrasonic
3. Traditional Plate and Hand
4. Elektrik trap
Pengendalian Kimia Vektor Lain

1. Larvasides diaplikasikan pada penampungan air di mana larvae


dan pupae sedang berkembang, misalnya di padang rumput,
sumur, parit, irigasi, kolam, teluk, bak mandi, dan pingir jalan.
2. Untuk Nyamuk dewasa, memamaki pengasapan (thermal
fogging) atau pengabutan (colg fogging = ultra low volume)
3. Beberapa nyamuk menggunakan teknik penyemprotan pada
dinding (residual spraying)
4. Can Spray
5. Reppelent
Prinsip penggunaan pestisida
antara lain:

1. Penggunaan pestisida merupakan jalan terakhir untuk melengkapi


pengendalian vector secara biologi, phisik atau pengendalian secara
alami.
2. Aplikasi pestisida tidak membahayakan organisma non target.
3. Penggunaan pestisida untuk perlakukan lokasi spesifik tempat
nyamuk (yang sedang menyebabkan gangguan atau menciptakan
suatu masalah kesehatan masyarakat) berkembang biak
4. Penerapan pestisida yang selektif berdasarkan siklus hidup nyamuk
5. Penerapan pestisida seturut pemerintah pusat, peraturan, dan
hukum, dan sesuai dengan aturan pemakaian.
Beberapa Pertimbangan Pemakaian
Insektisida

1. Efektifitas residual. Pada area trasmisi perennial di mana indoor


residual spraying dengan pestisida dipertimbangkan, maka efektifitas
residual maksimal sesuai yang diinginkan
2. Keamanan. Toksisitas akut dan kronik dari suatu insektisida,
persistensi lingkungan, dan akumulasi residu pada tubuh manusia
perlu diperhitungkan
3. Susceptibilitas vector. Susceptibilitas target populasi vektor
terhadap insektisida adalah penting
4. Pengaruh terhadap suatu penyakit. Kemampuan insektisida
untuk mengurangi insidensi penyakit harus dievaluasi dan dipastikan
kembali
Cont...

5. Excite repellency. Saat konsekuensi epidemiologik efek excito-


repellent dari insektisida tidak dimengerti secara benar-benar, maka
efek tersebut harus dapat diperhitungkan saat operasional
penyemprotan. Hal tersebut akan tidak berguna jika nyamuk
melarikan diri dari penyemprotan insektisida sebelum terpapar dosis
lethal. Tetapi jika repellency mengarah pada pengurangan
kemungkinan kontak manusia dengan vector (dengan membawa
nyamuk dari manusia ke hewan di luar rumah), maka hal itu baru
dapat bermanfaat.
6. Biaya. Program harus ditentukan dan terdokumentasi. Hal ini meliputi
biaya insektisida dan frekuensi aplikasi, alat penyemprot,
transportasi, dan tenaga kerja.
Cont...

7. Manajemen resistensi insektisida. Ilmu penggunaan insektisida bukan saja


digunakan dalam bidang agrikultur, tetapi juga untuk mempelajari mekanisme
resistensi target populasi vektor dan perkembangan resistensi secara sempit maupun
luas dapat dijadikan pedoman untuk seleksi insektisida untuk meminimalkan masalah
resistensi
8. Spesifikasi insektisida. Efikasi suatu produk yang digunakan dalam kesehatan
masyarakat tergantung pada kekayaan fisik dan kimiawi dari gabungan formulasi.
Spesifikasi pestisida oleh WHO dinyatakan bahwa penggunaan insektisida bervariasi
pada beberapa spesifikasi penggunaan pada agricultural. Hal ini penting bahwa untuk
pengendalian vector malaria dan vector borne disease lain, perlu diperimbangkan
beberapa insektisida yang direkomendasikan oleh WHO. Penggunaan insektisida
dengan spesifikasi tertentu harus di bawah pengawasan institusi independen.
9. Faktor lain: bau, jarak penglihatan deposit penyemprotan, efikasi dihadapkan dengan
gangguan hama dan faktor lain yang mempengaruhi aksesibilitas penyemprotan
rumah oleh masyarakat.
Jenis Pemakaian Pestisida

 Larvasida
1. Temephos (Abate)
2. Methoprene (OMS-1697)
3. Diflubenzuron (OMS-1804)
4. Triflumuron (OMS-2015)
5. Vetrazin (OMS-2014)
 Malathion
 Fyfanon ULV (untuk dewasa) dan Fyfanon 8 £ Emulsion (untuk larva). Rekomendasi
ODFW Penggunaan Malathion: malathion, seperti adulticides lain, apakah
organophosphate atau lainnya, adalah non-spesifik. Sebagai ultra low volume (ULV)
semprot dengan konsentrasi yang relatif rendah pestisida dalam semprot, itu
dirancang untuk meminimalkan risiko arthropoda non-target dan hewan lainnya.
Cont...

 RHS-Residual House Spraying/Indoor Residual Spraying


 hal yang perlu dipertimbangkan dalam indoor residual spraying adalah potensi
terjadinya resistensi terhadap insektisida dan kerusakan lingkungan. Cara ini hanya
direkomendasikan bagi area/daerah yang benar-benar memiliki prioritas tinggi
untuk dilakukan indoor residual spraying.
 Ukuran area yang akan disemprot harus cukup besar untuk mencakup seluruh
wilayah yang terkena dampak. Ruang penyemprotan harus diulang 2-4 kali pada
interval dari 3-5 hari dalam jangka waktu 1 hingga 2 minggu, dimulai segera
setelah wabah dinyatakan
 Molecular Film
 AGNIQUE MMF yang merupakan larvicide dan pupicide dengan bahan aktif Poly
(oxy-1 ,2-ethanediyl)
Cont...

 Pengasapan (fogging) atau Pengkabutan (cold aerosol)


 Focal penyemprotan
 direkomendasikan untuk menutupi daerah sekitarnya masing-masing
kasus dilaporkan dengue / DFH dalam radius 500 meter.
 Minyak
 Minyak dapat diterapkan pada permukaan air, mencekik larva dan
kepompong. Sebagian besar minyak yang digunakan saat ini adalah cepat
biodegraded
 Space spraying
Teknologi Nuklir Untuk
Pengendalian Vektor

 Teknik ini relatif baru dan potensial untuk pengendalian vektor malaria karena ramah lingkungan,
efektif spesies dan kompartibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana yaitu
membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autodical technique).
 Teknik ini meliputi radiasi koloni vektor / serangga di laboratorium dengan berbagai dosis,
kemudian secara periodik dilepas ke lapang sehingga tingkat kebolehjadian perkawinan antara
serangga mandul dengan serangga vertil menjadi semakin besar dari generasi pertama ke
generasi berikutnya, yang berakibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi vektor di
lapang yang secara teoritis pada generasi ke-4 akan mencapai titik terendah menjadi 0% atau
jumlah populasi serangga pada generasi ke-5 menjadi nihil [9]. Selain digunakan untuk dalam
pemandulan vektor, teknik nuklir juga bisa digunakan sebagai penanda vektor. Karena salah satu
sifat radioisotop (seperti P-32) dapat memancarkan sinar radioaktif, sehingga dipakai sebagai
penanda nyamuk Anopheles sp. di lapangan, sementara cara penandaan dengan teknik lain
dianggap sangat suilit mengingat tubuh nyamuk terlalu rapuh serta stadium larva dan pupa yang
hidup di air.
continued…

 Teknik Serangga Mandul (TSM) atau Teknik


Jantan Mandul (TJM)
1. Metoda yang meliputi pembiakan massal di laboratorium,
pemandulan dan pelepasan serangga mandul ke lapangan.
2. Metoda pemandulan langsung terhadap serangga di
lapangan.
WHO recommendations
Terima Kasih

You might also like