You are on page 1of 15

TUGAS MAKALAH UNIT PROSES

DESINFEKSI

OLEH:

KELOMPOK I

ANGGOTA:

1. RESTU AYU HANDAYANI (1110942004)


2. INTAN HELVIA MA’WA (1310941029)
3. YULIANA (1410941010)
4. NADYA KHARANISA (1410941014)

DOSEN:
SLAMET RAHARDJO, Dr. Eng

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air minum merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan
manusia yang memerlukan kualitas dan kuantitas yang baik. Di
Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih
adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi
dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai
yang ada sudah mengalami degradasi. Kerusakan DAS, masalah
antropogenik dan lemahnya perlindungan terhadap sungai
menyebabkan kerusakan makin meningkat. Pengaruh perubahan
iklim global dan penggunaan lahan juga telah menimbulkan debit
sungai menurun.
Untuk mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air
minum yang timbul saat ini diperlukan suatu proses pengolahan
terlebih dahulu dalam unit produksi sistem penyediaan air minum.
Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar kualitas
air minum tersebut, seperti salah satunya menggunakan proses
desinfeksi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai unit
pengolahan dengan proses desinfeksi. Proses desinfeksi ini
bertujuan untuk menyisihkan bakteri-bakteri patogen penyebab
penyakit yang banyak terdapat di dalam badan air. Proses
desinfeksi dilakukan dengan cara menambahkan suatu senyawa
kimia yang biasa disebut sebagai desinfektan. Desinfektan yang
digunakan dapat berbentuk serbuk, larutan, maupun gas. Jenis
desinfektan yang biasa digunakan adalah larutan kaporit, gas

2
khlor, gas ozon, gelombang mikro, maupun ultraviolet. Pada
makalah ini akan khusus membahas proses desinfeksi yang akan
digunakan adalah proses desinfeksi klorinasi, ozon, dan UV.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan proses
klorinasi ?
2. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan proses
ozonisasi ?
3. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan sinar UV ?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan proses
klorinasi.
2. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan proses
ozonisasi.
3. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan sinar UV.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGGUNAAN DESINFEKSI KLORINASI


Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan
untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air.
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang
telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam
proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah
industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang
berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif murah, mudah, dan
efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi,
antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida,
dihidroisosianurate dan kloramin. Bentuk bentuk klorin di pasaran:
a. Liquid/gas –Cl
b. Ca(OCl)2
c. NaOCl
Reaksi dengan air:
Cl2 (aq)+ H2O(l)↔ HOCl(aq)+ H+(aq)+ Cl-(aq)
Keq= 4x10-4= [H+][Cl-][HOCl]/[Cl2]

HOCl adalah asam lemah:


HOCl(aq)↔ H+(aq)+ OCl-(aq)
Keq= 2.7x10-8= [H+][OCl-]/[HOCl]

Pembagian Reaksi Klorin:


1. Tahap 1
Terjadi pemecahan klorin oleh senyawa pereduksi
2. Tahap 2
Terbentuk komplek kloro-organik
3. Tahap 3
Terjadi reaksi ammonia dengan klorin

4
4. Tahap 4 (penyebab penurunan Cl2)
Pemecahan kloramin dan senyawa komplek kloro-organik
5. Tahap 5
Terbentuk klorin bebas

2.1.1 CARA KERJA KLORIN


Klorin dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian
di netralisasi oleh sifat basa dan air sehingga akan terurai menjadi ion
hydrogen dan ion hipoklorit.
Klorin sebagai disenfektan terutama bekerja dalam bentuk asam
hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-).
Klorin dapat bekerja dengan efektif sehingga desinfektan jika berada dalam
air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5, maka 90% dari asam
hippokorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan
demikian, khasiat desinfektan yang memiliki klorin menjadi lemah atau
berkurang.
Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu penambahan klorin
dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme,
sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses tersebut hanyak akan
berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme
tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di
dalamnya dan tidak dapat dicapai oleh klorin.
Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada
o
air yang bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18 C, klorin harus berada dalam air
paling tidak selama 30 menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus
ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air
dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia
tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum
mencapai konsumen.

5
2.1.2 PRINSIP PEMBERIAN KLORIN
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan
proses klorinasasi, antara lain:
1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan
menghambat proses klorinasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat efektif
mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen
dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah unutk mempertahankan sisa klorin bebas
sebesar 0,2 mg/l did lam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety
(nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman pathogen yang
mengantominasi pada saat penyimpanan dan pendistribusian air.
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat di
pakai untuk mebunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan
organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam
air. Berikut istilah dalam proses Klorin mematikan MO :
a) Dosis klorin/Chlorine Dosage = Jumlah klorin yang ditambahkan,
biasanya dinyatakan dalam satuan mg/l.
b) Kebutuhan klrorin/Chlorine Demand = Jumlah klorin yang tidak
tersedia sebagai desinfektan sebagai akibat reaksi dari berbagai
senyawa.
c) Residu klorin/Chlorine Residual = Jumlah klorin yang tersedia
sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu.
d) Ketersedian residu klorin bebas = Jumlah dari residu klorin yang
tersedia dalam air maupun air limbah. Cl2, HOCl, dan OCl- adalah
“residu klorin bebas” karena semuanya menghasilkan klorin bebas
dalam air:
Cl2 (aq) + H2O(l) ↔ HOCl(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)
OCl-(aq) + H2O(l) ↔ HOCl(aq) + OH-(aq)
Break Point chlorination
e) Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman) air. Klorinasi
tidak akan efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari 6.8 .

6
2.1.3 METODE KLORINASI
Pemberian klorin pada disenfeksi pada air dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu dengan pemberian :
1. Gas klorin
Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah,
kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan
secara hati-hati karena ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada
mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai chloronome
equipments. Alat yang sering dipakai adalah paterson’s chloronome yang
berfungsi untuk mengukur dan mengatur gas klorin pada persedian air.
2. Kloramin
Kloramin dapat juga dipakai dan merupakan prsenyawaan lemah
dari klorindan anaomia. Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air
dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten walau kerjanya lambat
dan tidak ssuai untuk klorinasi dalam skala besar.
3. Perkloron
Perkloron sering juga disebut sebagai high test hypochlorite. Zat ini
merupakan persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang
diepaskan didalam air.

2.1.4 KEUNTUNGAN KLORINASI


Berikut beberapa kegunaan klorin:
1. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.
2. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide.
3. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.
4. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut
yang dapat mengubah bau dan rasa pada air.
5. Dapat membantu proses koagulasi.

7
2.1.5 KELEMAHAN KLORINASI
Banyak studi sudah mengungkapkan banyaknya hasil sampingan
klorinasi pada air. Penelitian terkini menyimpulkan, bahwa kontak ibu hamil
dengan klorin sebelum melahirkan dapat meningkatkan resiko kelainan janin.
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung
klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung
kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat
menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf
tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan
dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek
klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.

2.1.6 PENCEGAHAN EFEK SAMPING KLORINASI


Untuk mengurangi efek samping klorinasi, beberapa hal berikut dapat
dilakukan :
1. Mengurangi Kadar Klorin Dalam Air
Dengan menggunakan Granulated activated carbon (GAC) atau
butiran karbon aktif sebagai filter air dapat mengurangi kadar klorin dalam
air. Filter air dari arang ini efektif untuk mengurangi rasa dan bau dari air.
Saringan air sederhana yang menggunakan arang sebagai salah satu bahan
untuk saringan dapat digunakan untuk mendapatkan air minum dengan
penyaringan air minum sederhana. Tetapi cara terbaik adalah tidak
menggunakan klorin untuk disinfeksi air minum dan sebagai gantinya
dapat digunakan cara sederhana untuk melakukan disinfeksi pada air
minum.
2. Mencegah Klorin Masuk ke Dalam Tubuh
Yaitu dengan menggunakan air sehemat dan seoptimal mungkin
untuk mandi (baik shower ataupun berendam), mencuci ataupun memasak
dan sebaiknya air yang digunakan adalah air dingin. Lalu membuka
jendela atau ventilasi agar udara yang mengandung klorin dapat keluar dan
digantikan dengan udara yang bebas klorin. Sedangkan untuk mengatasi

8
bila terdapat klorin pada bak atau sumur sumber air, bak dan sumur harus
sering dikuras.

2.2 DESINFEKSI DENGAN OZON


Ozon ditemukan pertama kali oleh Van Marun pada tahun 1785 dengan
mengalirkan arus listrik dalam gas oksigen. Dari peristiwa itu kemudian timbul
bau yang aneh dan dapat mengusamkan perak. Hal yang sama juga terjadi pada
waktu Cruickshank tahun 1801 mengelektrolisa oksigen. Pada tahun I840,
Schonbien menamakan gas yang berbau khas itu dengan nama ozon (dari
bahasa Yunani, “ozo” yang artinya : saya cium). Oleh Soret, 1808 dan juga
oleh Ladenberg. 1898; gas ini dinyatakan mempunyai rumus kimia O3.
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses
ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan
Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.
Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam
kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan
air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk
sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi
udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak
terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi
dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain
itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma
seperti corona discharge.
Ozon juga bersifat bakterisida, virusida, algisida, fungisida, serta
mengubah senyawa organik kompleks minyak senyawa yang lebih sederhana.
Sedangkan sifat-sifat fisika ozon seperti yang dilaporkan antara lain :
- berat molekul, M : 48
- titik leleh, °K : 80,5
- titik didih, °K : 161,3
- volume, ml/mol : 147,1
- tegangan permukaan pada 90° K, dyne / c m : 38,4

9
- potensial ionisasi, ev : 12,3 ± 0,1
- potensial redoks,
a O3 + 2H + 2e O2 + H 2 C + 2,07
b O3 + H 2 O + 2e O2 + 2CH + 1,24

2.2.1 Penggunaan Desinfeksi dengan Ozon


Untuk pertama kali penggunaan ozon dalam proses pengolahan air
dalam skala besar, diperkenalkan oleh Marius Paul Otto pada tahun 1907 di
Nice Perancis. Pada pengolahan pertama berhasil memproduksi air olahan
22500 m3 per hari dengan dosis pemakaian ozon 0,9 g per meter kubik.
Proses pengolahan ini berhasil menghilangkan warna dan bakteri pathogen
tanpa meninggalkan bau dan rasa.
2.2.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DESINFEKSI DENGAN OZON
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon dalam
proses pengolahan air seperti: dapat membunuh mikroorganisme yang
terdapat di dalam air (bersifat bakterisida, algasida, fungisida dan virusida);
dapat menghilangkan bau dan rasa yang umumnya disebabkan oleh
komponen organik dan anorganik yang terdapat di dalam air, dan tidak
menimbulkan bau ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan
bahan kimia lain sebagai bahan pengolahan.
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai
macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella
enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya
(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding
bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga
melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2)
dan hydroxyl radikal (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air.
Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8
V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal

10
adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik
(fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang
teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone,
resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic
dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah
teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir
dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.
O3 merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa menit, tidak
meninggalkan sisa desinfektan selama air berada dalam sistem, hal ini
merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis ozon yang digunakan. Hal ini
diatasi dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu terhadap sampel sebelum dan
sesudah pembubuhan Ozon.
Keunggulan :
Oksidan kuat khususnya digunakan untuk menghilangkan Fe dan Mn,
biasanya digunakan untuk pengolahan air minum dengan misi komersial dan
air dalam kemasan botol (Aqua, dll).
Kelemahan :
Stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk samping (seperti Bromat,
asam hidrokarbonat), lalu air yang telah di-“ozon” harus difilter
menggunakan filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum diozonisasi.

2.3 DESINFEKSI MENGGUNAKAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)


Disinfeksi merupakan proses untuk membebaskan air minum dari
mikroorganisme pathogen. Proses desinfeksi pada pengolahan air minum dapat
menggunakan sinar ultra violet (UV). Gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 200 nm – 300 nm (disebut UV-C) dapat membunuh
bakteri, spora, dan virus. Panjang gelombang UV yang paling efektif dalam
membunuh bakteri adalah 265 nm. Metode Ultraviolet (UV) digunakan sebagai
desinfektan sebelum air didistribusikan ke seluruh water tap. Radiasi UV dapat
mempengaruhi mikroorganisme dengan mengubah DNA dalam sel.
Penggunaan UV bukan untuk menghilangkan organisme dalam air, UV hanya
meng-inaktif-kan organisme.

11
Dulu disinfeksi UV lebih efektif untuk bakteri dan virus, yang memiliki
lebih terkena bahan genetik, dibandingkan patogen yang lebih besar yang
memiliki lapisan luar atau bentuk kista yang menyatakan (misalnya, Giardia)
yang melindungi DNA mereka dari sinar UV. Namun, baru-baru ini
menemukan bahwa radiasi ultraviolet bisa juga efektif untuk mengobati
Cryptosporidium mikroorganisme. Temuan mengakibatkan penggunaan radiasi
UV sebagai metode yang layak untuk mengobati air minum.

2.3.1 KEEFEKTIFAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)


Efektivitas proses ini tergantung pada waktu kontak dan intensitas
lampu serta kualitas air yang akan diolah. Sinar UV tidak menambahkan rasa
dan bau. Sinar UV adalah desinfektan yang sangat efektif, walaupun proses
desinfeksi hanya dapat terjadi di dalam unit. Persentase mikroorganisme yang
hancur tergantung pada intensitas dari lampu UV dan waktu kontak.

2.3.2 CARA KERJA ULTRA VIOLET (UV)


Mekanisme kerja UV adalah melepaskan poton yang akan diserap
oleh DNA mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan DNA sehingga
proses replikasi DNA akan terhambat. Pada keadaan ini, mikroorganisme
akan mati secara perlahan karena tidak dapat mengatur metabolisme sel dan
tidak dapat berkembang biak. DNA yang tersusun dari rantai dasar nitrogen
berupa purine dan pyrimidine dimana purine terdiri dari adenine dan guanine,
sedangkan pyrimidine terdiri dari thymine dan cytosine. Dalam proses
penyerapan poton oleh DNA, energi yang dimiliki oleh poton akan
mengakibatkan terputusnya rantai hidrogen yang menghubungkan antara
thymine dan cytosine yang mengakibatkan kerusakan DNA.

2.3.3 DOSIS ULTRA VIOLET (UV)


Dosis UV yang diberikan dapat dihitung dengan perkalian antara
intensitas poton yang diberikan dengan lamanya waktu pemaparan yang
diberikan. Satuan yang digunakan adalah mJ/cm2. Dalam pengolahan
menggunakan UV dikenal D10 yang didefinisikan sebagai dosis yang

12
dibutuhkan untuk mengurangi mikroorganisme hingga 90% dari total
mikroorganisme dalam air yang diolah. Berikut adalah tabel dosis UV
terhadap Jumlah E.Coli dalam Pengolahan Air

Dosis Uv (mJ/cm2) Pengurangan jumlah E.coli


5.4 90 %
10.8 99 %
16.2 99.90 %
21.6 99.99 %
Sumber : Hanovia Ltd. Jerman

2.3.4 PARAMETER ULTRA VIOLET (UV)


Parameter Lampu UV Lampu UV
Bertekanan Rendah Bertekanan Sedang
Spektrum UV Sempit Lebar
Panjang Gelombang UV Sekitar 254 nm 200 nm – 280 nm
Efisiensi daya listrik menjadi UV-C 40 % 15 %
Daya Lampu 0.5 W/cm 100 W/cm
Flux radiasi UV-C 0.2 W/cm 15 W/cm
Input Daya Listrik 5 – 80 W 0.4 – 7 Kw

2.3.5 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)


Keuntungan Radiasi Ultra Violet :
1. Tidak ada zat kimia yang dilarutkan dalam air sehingga kualitas air tidak
terpengaruh.
2. Tidak menimbulkan efek pada kapasitas disinfeksi
3. Tidak menghilangkan rasa, bau dan warna
4. Waktu pemaparan yang singkat
5. Over dosis tidak menyebabkan efek mengganggu
Kerugian Radiasi Ultra Violet :
1. Spora, kista dan virus lebih susah didesinfeksi dari pada bakteri.
2. Membutuhkan banyak UV karena diserap zat lain

13
3. Tidak ada residu, sehingga diperlukan disinfektan sekunder.
4. Peralatan yang mahal dan energy listrik yang dibutuhkan besar
5. Seringkali, perawatan alat yang mahal diperlukan untuk memastikan
energy yang stabil dan densitas yang relatif seragam

2.4 APLIKASI DESINFEKSI


Pengolahan air bersih pada dasarnya dilakukan untuk menghilangkan
materi yang terbawa di dalam badan air. Sehingga perlu diketahui materi yang
perlu dihilangkan, hal ini menyangkut beberapa parameter fisik,kimia mikroba
dalam air. Air bersih yang dikonsumsi dan dapat digunakan untuk keperluan
seharihari harus memenuhi keseluruhan persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Permenkes. Air yang tidak memenuhi salah satu persyaratan tersebut sebelum
digunakan sebagai air minum masih perlu dilakukan pengolahan selanjutnya.
Salah satu syarat sebelum digunakan sebagai air minum adalah persyaratan
mikrobiologi dan yang perlu diperhatikan keberadaan bakteri coliform dalam air
yang diperbolehkan kadar maksimum 0 per 100 ml untuk air minum dan 10 per
100 ml untuk air bersih. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan
kebutuhan air per orang per hari untuk kebutuhan hidup sehat adalah 60 liter.

Desinfeksi merupakan metode untuk membunuh bakteri yang tidak


dikehendaki yang ada di dalam air minum, seperti bakteri patogen sebagai
penyebab berbagai penyakit. Berbeda dengan sterilisasi yang berarti membunuh
semua mikroorganisme hidup. Desinfeksi sendiri dapat diartikan sebagai
inaktivasi mikroorganisme patogen yang terdapat dalam air. Semula proses ini
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit (patogen), baik
dari instalasi pengolahan atau yang masuk melalui jaringan
distribusi.Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri dan
mikroorganisme lain. Dalam perkembangan selanjutnya tujuan proses desinfeksi
berkembang untuk oksidasi materi organik dan anorganik (Fe, Mn), destruksi bau
dan rasa, serta kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Dari tujuan
desinfeksi tersebut, maka terdapat beberapa macam desinfeksi yang dapat
diterapkan untuk pengamanan dalam air minum antara lain secara fisik yaitu
dengan pemanasan (pendidihan), irradiasi dengan ultraviolet, ion logam dengan

14
menggunakan Cu2+ dan Ag2+ , alkali dan asam, dan dengan bahan kimia
pengoksidasi yaitu bromine, klorine, iodine dan ozon

2.5 CONTOH SOAL

15

You might also like