You are on page 1of 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB I)

TENTANG
“PNEUMOTHORAK”

Dosen Pembimbing :
Ns. Yosi Suryarinilsih, Sp, Kep. MB

Disusun oleh :
Kelompok 5
Kelas :
II B

Nama anggota :
1. RISZKA FARHATI
2. SENTOT EKO ADIYATMO
3. SERLY FAMAWATI
4. SHINTIA APTRIAWAN
5. SONYA ADISTY
6. SRI YULIA MUSTISA
7. VELLIA OKTI HENDRIAN
8. YUSIA OKTA VIKA

POLTEKKES KEMENKES PADANG


PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK
2018
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan penyakit Pneumothorak” ini dengan baik. Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB I) dan juga sebagai panduan belajar.

Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman yang telah mendukung.

Solok, 3 oktober 2018

Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. .........................................................................................................
KATA PENGANTAR. .......................................................................................................
DAFTAR ISI. ......................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ..............................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................................
C. Manfaat...........................................................................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis........................................................................................................
1. Definisi Pneumothorak. ............................................................................................
2. Etiologi pneumothorak..............................................................................................
3. Manifestasi Klinis .....................................................................................................
4. Patofisiologi ..............................................................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
6. Web Of Caution ........................................................................................................
B. Askep Teoritis ................................................................................................................
1. Pengkajian Teoritis ...................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................................
4. Evaluasi ....................................................................................................................
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan. ....................................................................................................................
2. Saran. ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumothoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum atau
rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat
mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga
pleura pada akhir inspirasi 4 sampai dengan 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2
sampai dengan 4 cm H2O.
Kerusakan pada pleura parietal atau pleura fiseral dapat menyebabkan udara
luar masuk ke dalam rongga pleura, sehingga paru akan kolaps. Paling sering terjadi
spontan pada riwayat trauma, dapat pula sebagai akibat trauma thoraks dan karena
berbagai prosedur diagnostik ataupun terapeutik.
Pneumothoraks spontan yang timbul pada umur lebih 40 tahun sering
disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan emfisema. Lebih sering pada orang-
orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus) terutama pada mereka yang
mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothoraks kanan lebih sering terjadi dari pada
kiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pneumothoraks ?
2. Apa etiologi pneumothoraks ?
3. Apa manifestasi klinis pneumothoraks ?
4. Apa pemeriksaan penunjang pneumothoraks ?
5. Bagaimana web of caution pneumothoraks ?
6. Bagaimana pengkajian teoritis pneumothorak ?
7. Apa diagnosa keperawatan pneumothorak ?
8. Bagaimana intervensi keperawatan pneumothorak ?
9. Bagaimana evaluasi pneumothorak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pneumothoraks.
2. Mengetahui etiologi pneumothoraks.
3. Mengetahui manifestasi klinis pneumothoraks.
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang pneumothoraks.
5. Mengetahui web of caution pneumothoraks.
6. Mengetahui pengkajian teoritis pneumothoraks.
7. Mengetahui diagnosa keperawatan pneumothoraks.
8. Mengetahui intervensi keperawatan pneumothoraks.
9. Mengetahui evaluasi pneumothoraks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI PNEUMOTHORAKS
Adalah adaya udara di dalam ruang pleura yang menghalangi ekspansi paru
sepenuhnya,ekspansi paru terjadi jika lapisan pleura dari dinding dada dan lapisan
visera dari paru-paru dapat memelihara tekanan negatif pada rongga pleura. ( Black
& Hawks, 2014 : 390)
Merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner
dalam rongga pleura, antara pleura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan
timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya
paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. (Nanda Nic Noc jilid 3. 2015:
71)

Sumber: www.Gambar Anatomi fisiologi.com

2. ETIOLOGI PNEUMOTHORAKS
Ada berbagai jenis pneumotoraks dan masing-masing merupakan hasil dari
berbagai faktor. Ini termasuk:
1. Pneumotoraks spontan primer terjdi pada orang sehta dan terkadang dikaitkan
dengan penyebabb yang diketahui,seperti cedera atau penyakit. Namun
sebagian besar kasus ini berhubungan dengan pecahnya bleb (lepuh udara
yang membentuk diatas paru-paru.
2. Pneumotoraks sekunder disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari paru-
paru seperti penyakit saluran nafas infeksi paru-paru,penyakit paru interstitial
dan penyakit jarigan ikat.penyebab paling umum adalah emfisema,TBC
,kanker paru-paru asma berat akut.
3. Ketegang pneumotoraks adalah keadaan dadurat medis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan udara di rongga, biasanya disebabkan oleh laserasi di
paru-paru yang telah terbentuk dalam katup satu arah yang memungkinkan
uadar keluar dari paru-paru tetapi tidak bis kembali masuk.
4. Pneumotoraks traumatik disebabkan oleh cidera pada dada,yang
menyebabkan udara bocor ,dari paru-paru kerongga dada,luka tusukan,
kecelakaan, dan luka tembak dapat menyebabkan cidera.
5. Pneumotoraks iatprogenik adalah akibat langsung dari prosedur medis,sperti
kateter vena sentral, paru-paru transthoracic.

3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dari pneumotoraks sedang meliputi, Takipnea,dispnea,nyeri tajam
mendadak pada sisi yang terluka dengan gerakan dada,bernapas,atau batuk
,ekspansi dada yang tidak simetris, suara napas yang berkurang atau hilang pada
sisi yang terluka ,hiperresonasi (timpani) pada perkusi sisi yang
terluka,gelisah,cemas dan takikardia.
Manifestasi klinis dari pneumotoraks berat meliputi semua di atas dan distensi
vena leher,pergeseran implus apeks,emfisema subkutan,penurunan taktil dan
vokal fremitus, deviasi trakea ke arah sisi sehat, dan sianosis progresif.
1) Nyeri pleura dengan timbul secara tiba-tiba
2) Gawat napas minial,jika pneumotoraks ringan ,gawat naps akut jika
pneumotoraks luas
3) Kecemasan,dispnea,lapar udara,penggunaan otot-otot pernapsan
tambahan,sianosis sentral (pada hipoksemia berat)
4) Pada pneumotoraks sedrhana,trakea berada di garis tengah,ekspansi dada
perkurang,bunyi naps mungkin menghlag,dan perkusi dada mungkin normal
atau hiperresonansi,bergantung pada luasnya pneumotoraks
5) Pada pneumotoraks tekanan,trakea bergeser dari sisi semula,ekspansi dada
dapat berkurang atau tetap mengilang,dan perkusi hiperrespansi pada daerah
yang terganggu ( Brunner & suddarth, 2014 : 463 )
4. PATOFISIOLOGI
Pneumotoraks dapat tertutup atau terbuka, pada pneumotoraks tertutup, udara
dapat lolos ke dalam rongga pleura dari tusukan atau robekan pada struktur
pernapasan internal seperti bronkus, bronkiolus, atau alveolus. Rusuk yang patah
dapat juga menyebabkan pneumotoraks tertutup. Pada pneumotoraks terbuka, udara
dapat memasuki rongga pleura secara langsung melalui lubang di dinding dad atau
difragma(63-9 B).
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sebagi spontan atau
traumatik.pneumotoraks spontan dapat bersifat idiopatik ketika tidak ada penyebab
yang ditemukan (primer) atau sebagai akibat dari penyakit paru lainnya seperti PPOK,
tuberkulosis, atau kanker. Pneumotoraks traumatik yang mengakibatkan paru kolps
disebabkan oleh gaya trauma tumpul ke dinding dada atau pembentukan luka dada
terbuka yang mengisap yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, luka tembak atau
tusukan pisau. ( Black & Hawks, 2014 : 390)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto toraks : deviasi mediastinal menunjukkan adanya tegangan (tension)
umumnya didapat garis penguncupan paru yang sangat halus (pleural linear).
Bila disertai darah atau cairan lainnya akan tampak garis mendatar yang
merupakan batas udara dan cairan (air fluid level).
b. Saturasi oksigen harus diukur, biasanya normal kecuali ada penyakit paru.
c. Ultrasonografi CT Scan Toraks baik dalam mendeteksi pneumotorak kecil dan
biasanya digunakan setelah biopsi paru perkutan. (Swidarmoko Boed). (Nanda
Nic Noc jilid 3. 2015: 72)
6. WEB OF CAUTION

pneumothorak

Adanya udara dalam rongga


pleura. Biasanya pneumothorak
hanya ditemukan Pada unilateral,
Udara masuk hanya pada blast-injury yang Saat inspirasi Pergeseran
kedalam hebat ditemukan pneumoothorak rongga dada mediastinum
kavum bilateral. mengembang

Penyumbatan
Meningkatkan Sucking chest Gerakan aliran vena kava
tekanan intra wound fragmen costa superior dan
pleura yang trauma inferior
menyebabkan
gesekan

Hipoksia Mengurangi
Kemampuan cardiac preload
dilatasi alveoli Stimulasi saraf
menurun
Koma
Menurunkan
Nyeri akut cardiac output
Kemampuan Intoleransi
dilatasi alveoli aktivitas
menurun
Kematian

Atelaktasis
Hambatan Gangguan pola
mobilitas fisik tidur

Nafsu makan Sesak nafas


menurun

Nutrisi kurang Pola nafas


dari kecukupan tidak efektif
tubuh
B. ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian Teoritis
1) Pengumpulan data
a) Identitas klien :
Nama :
Tempa/Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Status Kawin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Diagnosa medis :
b) Identitas penanggung jawab
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan :
c) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama :
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
keluhan susah untuk melakukan pernapasan
b. Keluhan saat dikaji :
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin
berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih
nyeri pada gerakan pernapasan. Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma
yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru,
ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan didada
yang mendadak menyebabkan tekanan didalam paru meningkat, kecelakaan lalu
lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana
sering terjadi pada pneumotoraks spontan.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain-
lain

d) Pola Aktivitas Sehari-Hari


SMRS MRS
A. Makan 3x sehari,komposisi nasi, sayur, 3x sehari, komposisi nasi, sayur ,
lauk. Porsi habis lauk, buah. porsi tidak
dihabiskan

Minum
6 gelas sehari,terdiri dari kopi
dan air putih 4 gelas sehari, terdiri dari air
putih dan susu

B. Pola Eliminasi BAB 1x sehari, konsistensi


lunak BAB 1x sehari, konsistensi
BAK 5x sehari, warna kuning, lunak.
jernih dan lancar BAK terpasang kateter, produksi
ml/jam.

C. Pola istirahat dan


Siang 2 jam.
tidur
Malam 6 jam Siang 1 jam, tapi sering
terbangun.
Malam 4 jam, sulit itdur karena
nyeri yang dirasakan (sering
terbangun).
D. Kebersihan diri
Mandi 2x sehari Mandi 2x sehari, dibantu oleh
Gosok gigi 2x sehari keluarga
Keramas 2x seminggu Gosok gigi 1x sehari
Potong kuku 1x seminggu Keramas
Potong kuku

e) Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara


mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien pada tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

f) Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pernapasan :

 Sesak napas
 Nyeri, batuk-batuk.
 Terdapat retraksi klavikula/dada.
 Pengambangan paru tidak simetris.
 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
 Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani , hematotraks
(redup)
 Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :

 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.


 Takhikardia, lemah
 Pucat, Hb turun /normal.
 Hipotensi.
 Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.

3. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.


4. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.

5. Sistem Muskuloskeletal – Integumen.

 Kemampuan sendi terbatas.


 Ada luka bekas tusukan benda tajam.
 Terdapat kelemahan.
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

6. Sistem Endokrine :

 Terjadi peningkatan metabolisme.


 Kelemahan.

7. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.

8. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

2) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Pasien mengatakan sesak Ketidak efektifan
nafas pola pernapasan

DO : Pernapasan cuping hidung,


Nadi meningkat (N : 100 x/menit)
2 DS : Pasien mengatakan terasa Resiko tinggi trauma
tidak nyaman dalam pemasangan pernapasan yang
WSD berhubungan dengan
pemasangan WSD.
DO : Pasien tampak gelisah dalam
pemasangan WSD
2. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya


ekspansi paru skunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2) Resiko tinggi trauma pernapasan yang berhubungan dengan pemasangan WSD.

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidak efektifan Setelah 1. Identifikasi factor 1. Memahami
pola pernapasan dilakukan penyebab kolaps penyebab dari kolaps
yang berhubungan tindakan spontan, trauma paru sangat penting
dengan keperawatan keganasan, infeksi untuk
menurunnya selama 3x24 komplikasi mekanik mempersiapkan WSD
ekspansi paru jam pernapasan. pada pneumothoraks
sekunder terhadap diharapkan 2. Kaji kualitas, dan menentukan
peningkatan pola frekuensi, dan untuk interfensi
tekanan dalam pernapassan kedalaman pernafasan, lainnya.
rongga pleura. klien kembali laporkan setiap 2. Dengan mengkaji
efektif. perubahan yang terjadi kualitas, frekuensi,
3. Baringkan klien dan kedalaman
dalam posisi yang pernapasan, kita
nyaman, atau dalam dapat mengetahui
posisi duduk. sejauh mana
4. Observasi tanda- perubahan kondisi
tanda vital (nadi, RR) klien.
5. Lakukan auskultasi
suara napas tiap 2-4 3. Penurunan
jam. diafragma
6. Bantu dan ajarkan memperluas daerah
klien untuk batuk dan dada sehingga
napas dalam yang ekspansi paru bisa
efektif. maksimal.
7. Kolaborasi untuk 4. Peningkatan RR
tindakan dekompresi dan takikardi
dengan pemasangan merupakan indikasi
WSD. adanya penurunan
fungsi paru
5. Auskultasi dapat
menentukan kelainan
suara napas pada
bagian paru.
Kemungkinan akibat
dari berkurangnya
atau tidak
berfungsinya lobus,
segmen, dan salah
satu dari paru. Pada
daereah kolaps paru
suara pernapasan
tidak terdengar tetapi
bila hanya sebagian
yang kolaps suara
pernapasan tidak
terdengar dengan
jelas. Hal tersebut
dapat menentukan
fungsi paru yang baik
dan ada tidaknya
atelektasis paru.
6. Menekan daerah
yang nyeri ketika
batuk atau napas
dalam. Penekanan
otot-otot dada serta
abdomen membuat
batuk lebih efektif.
7. Dengan WSD
memungkinkan udara
keluar dari rongga
pleura dan
mempertahankan
agar paru tetap
mengembang dengan
jalan
mempertahankan
tekanan negative
pada intrapleura.
2 Resiko tinggi Dalam waktu 1. Kaji kualitas, 1. Dengan mengkaji
trauma pernapasan 3x24 jam frekuensi,dan kualitas, frekuensi
yang berhubungan setelah kedalaman dan kedalaman
dengan diberikan pernapasan,laporkan pernapasan, kita
pemasangan WSD. intervensi setiap perubahan yang dapat mengetahui
resiko trauma terjadi. sejauh mana
pernapasan 2. Observasi tanda- perubahan klien.
tidak terjadi. tanda vital (nadi, rr). 2. Peningkatan RR
3.Baringkan klien dan takikardi
dalam posisi yang merupakan indikasi
nyaman, dalam posisi adanya penurunan
duduk. fungsi paru.
4. Perhatikan undulasi 3. Posisi setengah
pada selang WSD duduk atau duduk
5. Anjurkan klien untuk dapat mengurangi
memegang selang resiko pipa/selang
apabila akan mengubah WSD terjepit.
posisi. 4. Undulasi
6. Beri tanda pada batas (pergerakan cairan
cairan setiap hari, catat diselang dan adanya
tanggal dan waktu. gelembung udara
7. Botol WSD harus yang keluar dari air
selalu lebih rendah dari dalam botol WSD)
tubuh. merupakan indicator
8. Beri penjelasan pada bahwa drainase
klien tentang perawatan selang dalam keadaan
WSD. optimal. Bila
9. Bantu dan ajarkan undulasi tidak ada,
klien unuk melakukan ini mempunyai
napas dalam yang makna yang sangat
efektif penting Karena
beberapa kondisi
dapat terjadi, antara
lain:
· - Motor suction tidak
berjalan
· - Selang terlipat atau
tersumbat
· - Paru telah
mengembang
Oleh karena itu,
perawat harus yakin
apa yang menjadi
penyebab, segera
periksa kondisi
system drainase, dan
amati tanda-tanda
kesulitan bernapas.
5. Menghindari
tarikan spontan pada
selang yang
mempunyai resiko
tercabutnya selang
dari rongga dada.
6. Tanda atau batas
pada botol dapat
menjadi indicator dan
bahan monitor
terhadap keadaan
draidase WSD.
7. Gravitasi. Udara
dan cairan mengalir
dari takanan yang
tinggi ke tekanan
yang rendah.
8. Meningkatkan
sikap kooperatif klien
dan mengurangi
resiko trauma
pernapasan.
9. Menekan daerah
yang nyeri ketika
batuk atau napas
dalam. Penekanan
otot-otot dada serta
abdomen membuat
batuk lebih efektif.

D. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan


1 Ketidak efektifan pola pernapasan yang
1) 1. Mengkaji kualitas, frekuensi, dan
berhubungan dengan menurunnya kedalaman pernafasan dan
ekspansi paru skunder terhadap mendokumentasikan setiap perubahan yang
peningkatan tekanan dalam rongga terjadi
pleura. 2) 2. Meminta klien untuk berbaring dalam
posisi yang nyaman, atau dalam posisi
duduk.
3) 3. Mengukur tanda-tanda vital (nadi, RR)
4) 4. Melakukan auskultasi suara napas tiap 2-4
jam.
5) 5. Membantu klien dalam melakukan napas
dalam dan batuk efektif.
6) 6. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter
untuk tindakan dekompresi dengan
pemasangan WSD.

2 Resiko tinggi trauma pernapasan yang 1) Mengkaji kualitas, frekuensi dan


berhubungan dengan pemasangan kedalaman pernapasan, dan dapat
WSD. mengetahui sejauh mana perubahan
klien.
2) Meminta klien untuk posisi setengah
duduk atau duduk bertujuan untuk dapat
mengurangi resiko pipa/selang WSD
terjepit.
3) Meminta pasien untuk menghindari
tarikan spontan pada selang selang dari
rongga dada yang dapat tercabut.
4) Meningkatkan sikap kooperatif klien dan
mengurangi resiko trauma pernapasan.
5) Melakukan tindakan penekanan daerah
yang nyeri ketika batuk atau napas
dalam. Penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif.
E. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi keperawatan


1 Ketidak efektifan pola pernapasan yang S : Pola nafas kembali efektif
berhubungan dengan menurunnya O : Tidak ada pertukaran gas
ekspansi paru skunder terhadap A : Masalah dapat teratasi
peningkatan tekanan dalam rongga P : Pertahankan kondisi
pleura.
2 Resiko tinggi trauma pernapasan yang S : Jalan napas bersih
berhubungan dengan pemasangan O : Tidak terjadi trauma paru
WSD. A : Masalah dapat teratasi
P : Pertahankan kondisi
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Pneumothoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum atau
rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk
dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada
rongga pleura pada akhir inspirasi 4 sampai dengan 8 cm H2O dan pada akhir
ekspirasi 2 sampai dengan 4 cm H2O.
Kerusakan pada pleura parietal atau pleura fiseral dapat menyebabkan udara
luar masuk ke dalam rongga pleura, sehingga paru akan kolaps. Paling sering
terjadi spontan pada riwayat trauma, dapat pula sebagai akibat trauma thoraks dan
karena berbagai prosedur diagnostik ataupun terapeutik.

2) Saran
Mengingat betapa berperannya perawat dalan menangani kasus
pneumothoraks , maka dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu
menerapkan isi dari masalah. Penulis menyadari makalah ini belumlah mencapai
kesempurnaan maka disarankan kepada pembaca untuk membaca referensi lain
mengenai pneumothoraks.
DAFTAR PUSTAKA

Nurafif, Amin Huda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda. Yogyakarta : Duha Medika.
Black Joyce M. & Hawks Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Buku 3. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

You might also like