You are on page 1of 19

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI III

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ANTIKANKER

OLEH :

NAMA : NURWINDA WIRADA

STAMBUK : 15020160171

KELAS/ KLP : C8/ IV (LIMA)

ASISTEN : RAUDATUL JANNAH

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai

dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat dari rusaknya

sel betha pangkreas yang menyebabkan defisiensi insulin baik secara

relatif ataupun secara absolut.

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memungkinkan glukosa masuk kedalam sel umtuk dimetabolisasi

(dibakar) dan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya glukosa

menumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya di ekskresi lewat

urin tanpa digunakan (glycosuria). Penyebab lain adalah turunnya

kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan

oleh makan terlalu banyak dan kegemukan . rata-rata 1,5-2% seluruh

penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun (familial).

Secara modern, diabetes dapat diobati dengan menggunakan

obat-obat hipoglikemik oral, salah satunya adalah metformin dari

golongan biguanid. Secara tradisional, diabetes dapat diobati dengan

tumbuhan berkhasiat obat, salah satunya adalah ekstrak pare.


Percobaan ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari obat

metformin, ekstrak pare, serta Na-CMC sebagai control.


1.2 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui

dan memahami efek dari obat antidiabetes akarbose dan glibenclamid.

1.3 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh obat – obat antidiabetes seperti

akarbose dan glibenclamid terhadap kadar gula darah hewan coba

mencit (Mus musculus).

1.4 Prinsip Percobaan

Tikus yang telah di puasakan, diberi larutan glukosa per oral dan

pada awal percobaan sebelum pemberian obat – obat antidiabetes

seperti akarbose dan glibenglamid, dilakukan pengambilan cuplikan

darah sebagai kadar glukosa awal. Pengambilan cuplikan darah diulangi

setelah pemberian obat (perlakuan) pada waktu-waktu tertentu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Diabetes melitus didefinisikan sebagai peningkatan glukosa

darah yang berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya

sekresi insulin pankreas, dengan atau tanpa gangguan efek insulin.

Keadaan penyakit yang mendasari diagnosisi diabetes melitus kini

diklasifikasikan dalam empat kategrori: tipe 1, diabetes dependen-

insulin; tipe 2, diabetes non-dependen-insulin; tipe 3, yang lain; tipe 4,

diabetes melitus gestasional.Pada manusia, insilin adalah suatu protein

kecil dengan berat molekul 5808. Protein ini mengandung 51 asam

amino yang tersusun dalam dua rantai (A dan B) yang dihubungkan oleh

jembatan disulfida (Katzung, B.G, dkk. 2013).

Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena

defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena

penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya

diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO 2 dan air, 5% diubah

menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada

diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat

masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari

metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif


tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi

hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah

gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga

diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini

yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada

penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka

badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).

Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang

diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di

hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu.

(Ganiswara,1995)

Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa

tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari

metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif

tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi

hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah

gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga

diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini

yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada

penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka

badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).

Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang


diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di

hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu.

(Ganiswara,1995)

Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta pulau

langerhans dalam pankreaas (ata). Berbagai stimulus melepaskan

insulin dari granula penyimpanan dalam sel beta, tetapi stimulus ang

paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin

terikat pada reseptor spesifik (tengah) dalam membran sel dan memulai

sejumlah aksi (kanan bawah, berarsir) termasuk peningkatan ambilan

glukosa oleh otot, hati, dan jaringan adiposa. Insulin adalah polipeptida

yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai (A

dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Pada diabetes melitus

terdapat kekurangan relatif atau absolut insulin, yang menyebabkan

penurunan ambilan glukosa oleh jaringan yang sensitif terhadap insulin

dan hal tersebut mempunyai konsekuensi yang serius (tengah bawah)

(Neal, MJ. 2006).

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan

hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar

eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptide

diskeresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau Langerhans

(A atau sel-B yang menghasilkan insulin , atau sel-A yang


menghasilkan glukogen, dan , atau sel-D yang menghasilkan

somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam

pengaturan aktivitas metabolic tubuh, dan dengan demikian, membantu

memelihara homestosis glukosa darah. Hiperinsulinemia (misalnya,

disebabkan oleh suatu insulinoma) dapat menyebabkan hipoglikemia

berat. Umumnya, kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti

pada diabetes mellitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat.

Pemberian preparat insulin atau obat-obat hipoglikemia dapat

mencegah morbiditas dan mengurangi mentalitas yang berhubungan

dengan diabetes (Mycek, 2001).

a. Diabetes Melitus Tipe 1


Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena

kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi

otoimun. Sebagaimana diketahui, pada pulau Langerhans kelenjar

pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel δ. Sel-

sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon,

sedangkan sel-sel δ memproduksi hormon somatostatin. Namun

demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif

menghancurkan sel-sel β (L.Kee, 2013).

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya

sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut

sebagai “Resistensi Insulin”. Pada awal perkembangan DM Tipe 2,

sel-sel β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,

artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin

Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan penyakit

selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan sel-sel β

pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan

mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita

memerlukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan

bahwa pada penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor

tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (L.Kee, 2013).

2.2 Uraian Hewan Coba

1. Mencit (Mus Musculus)

Klasifikasi (Jasin, 1992)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

2.3 Uraian Obat


a. Penggolongan Obat
1. metformin

Nama sediaan : Tablet


Nama paten : metformin

Indikasi : Terapi diabetes tipe 2, efektif untuk terapi


penyakit ovarium polikistik

Kontraindikasi : diabetes dengan penyakit ginjal dan/ atau hepar,


infark miokardium akut, infeksi berat, atau

ketoasidosis diabetikum.
Farmakokinetik : metformin diabsorbsi dengan baik per oral, tidak

berikatan dengan protein serum, dan tidak

dimetabolisme. Ekskresi melalui urine.


Efek samping : sebagian besar pada saluran cerna.

2.4 Uraian Bahan

1. Na CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi :NATRIICARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksilmetil selulosa

BM : 90.00-700.000

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih

kuning gading, tidak berbau atau hampir

tidak berbau, hidrofobik


Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut

dalam etanol (95%) dan eter P dan pelarut

organik lain

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagau pelarut obat dan kontrol

2. Betadine

Bahan aktif : Povidone Iodine 10%  Iodine 1%

Kegunaan : Antiseptic solution, pertolongan pertama

pada luka dan mencegah infeksi

Pemakaian : Dapat digunakan beberapa kali dalam

sehari dan digunakan dengan

konsentrasi penuh baik untuk mengoles

maupun kompres

Perhatian : Hati-hati penggunaan pada

penderita yang hypersinsitive terhadap

Iodium. Hanya untuk bagian luar dari

badan.

Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering

Produksi : PT. Mahakam Beta Farma, Jakarta –

Indonesia
Lisensi : Mundipharma BV, Netherlands

No. Reg. : DL 0213702741 A1

No. Batch : 0630157

Netto : 15 ml

Kegunaan : Sebagai antiseptic

3. Glukosa 50%
Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
Rumus molekul : C6H12O22H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau

butiran putih, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah

larut dalam air mendidih, agak sukar larut

dalam etanol 95 % P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Induksi pada mencit

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM
a. Alat yang dipakai
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit 1 mL, kanula,

kapas, alkohol, betadine, stopwatch, gunting, strip glukosa, dan alat

pengukur glukosa.
b. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Na-CMC, ekstrak

pare, dan metformin.


c. Cara kerja
Praktikum ini menggunakan 8 ekor mencit yang dibagi pada 5

kelompok. Dimana kelompok I dan II menggunakan 1 mencit sedangkan

kelompok III, IV dan V menggunakan 2 mencit. Sebelum dilakukan

penelitian, mencit ditimbang terlebih dahulu agar dapat diketahui

beratnya, sehingga dapat diberikan volume pemberian yang sesuai.

Selanjutnya, mencit dipuasakan selama 16 jam dengan tidak memberi

makan tetapi tetap memberinya minum.


Kelompok I menggunaka Na-CMC dan kelompok III , IV dan V

menggunakan ekstrak pare dan kelompok II menggunakan obat

metformin. Terlebih dahulu, gula darah mencit diukur lalu diinduksikan

dengan glukosa 50%. Kemudian diamkan selama 15 menit. Lalu diukur

kembali gula darah mencit. Setelah itu diberikan dengan ekstrak pare, obat

metformin dan Na-CMC , dan diukur gula darahnya setiap menit ke- 30,

dan 90.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil praktikum

Perlakuan BB VP Kadar Kadar Glukosa Setelah

Glukos Menit
30’ 90’
a

Induksi
Na-CMC 14 gr 0,4 mL 519 578mg/dL 421 mg/dL

mg/dL
metformin 16 gr 0,3 mL 407 213 mg/dL 145 mg/dL

mg/dL
Ekstrak pare 16 gr 0,5 mL 237 215 mg/dL 178 mg/dL

0,03 mg mg/dL
16 gr 0,5 mL 274 229 mg/dL 213 mg/dL

mg/dL
Ekstrak pare 16 gr 0,5 mL 176 265 mg/dL 152 mg/dL

6 mg mg/dL
12 gr 0,4 mL 198 222mg/dL 188 mg/dL

mg/dL
Ekstrak pare 16 gr 0,5 mL 584 564 mg/dL 234 mg/dL

3 mg mg/dL
16 gr 0,5 mL 332 400 mg/dL 286 mg/dL

mg/dL

Perhitungan :

% penurunan =
Na-CMC =

= 18,88%

Metformin =

= 64, 37 %
Ekstrak pare

0,03 mg (16 gr)=

= 24,89 %

0,03 mg (16 gr)=

= 22,26 %

6 mg (16 gr) =

= 13,63%

6 mg (12 gr) =

= 5,05 %

3 mg (16 gr) =

= 59,93%

3 mg (16 gr) =

= 13,55%

4.2 Pembahasan

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan menahun pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh,

dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat. Diabetes = penerusan,

mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon insulin untuk


menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna

sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia.

Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat

menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.

Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan sindrom

hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang

dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal

dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). DM juga

meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark

miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.

Kadar glukosa normal manusia adalah 70 mg - 120 mg/dl sedangkan

pada mencit 62-175 mg/dl. Penyakit diabetes melitus ditandai dengan gejala

3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia

(banyak makan).

Pada percobaan ini digunakan mencit yang terlebih dahulu

dipuasakan selama 16 jam hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi interaksi

antara makanan yang telah dimakan oleh mencit saat pemberian obat

sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Selain itu untuk mengetahui kadar

glukosa puasa mencit. Digunakan obat metformin. Pemberian gukosa pada

mencit dimaksudkan agar gula darah pada mencit meningkat dan dengan

mudah diketahui apakah obat berefek atau tidak pada mencit. Setelah mencit
diinduksi dengan glukosa 50% kemudian mencit diberikan obat metformin,

ektrask pare, serta Na-CMC sebagai control. Diukur kadar glukosa mencit

pada menit ke 30’, 60’ dan 90’. Variasi waktu dilakukan untuk melihat

beberapa lama obat dapat menurunkan atau memberikan efek dan untuk

membandingkan antara obat yang satu dengan obat yang lainnya serta

seberapa besar glukosa yang dapat diturunkan dari obat-obat tersebut.

Prinsip kerja dari alat glukometer yaitu darah diteteskan pada strip,

memberikan reaksi dengan glukosa oksidase yang menghasilkan asam

glukenik dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida kemudian

mengoksidasi bahas selup dalam oksidasi reaksi menengah oleh peroksida

yang memproduksi warna biru dari bentuk bahan. Intensitas warna biru

sebanding dengan konsentrasi glukosa yang terkandung dalam sampel yang

diteteskan yang akan muncul dalam bentuk angka. Jadi pada alat glukometer

ini terdapat enzim glukosidase dimana enzim inilah yang menyebabkan strip

dapat terbaca oleh alat dan memperlihatkan hasil pada layar alat.

Pada mencit yang diinduksikan obat metformin setelah diamati bahwa

terjadi peningkatan kadar gula darah setelah penginduksian glukosa 50%.

Setelah pemberian obat, terjadi penurunan kadar gula darah dimulai pada

menit ke 30, dam 90. Pada mencit yang diinduksikan Na-CMC setelah

diamati, terjadi penurunan kadar gula darah. Na-CMC bukanlah obat

antidiabetes, namun diberikan untuk sebagai control. Adapun penurunan

kadar gula darah yang terjadi bukan disebabkan oleh pemberian Na-CMC,
namun kembali lagi pada kondisi fisiologis mencit. Pada mencit yang

diinduksikan ekstrak pare setelah diamati, mula-mula terjadi kenaikan

kemuadian lama kelamaan terjadi penurunan kadar glukosa darah.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

obat metformin dan ekstrak pare dapat menurunkan kadar gula darah pada

mencit. Sementara Na-CMC, sekalipun kadar gula darah mencit menurun,

tetapi Na-CMC bukanlah obat antidiabetes. Penurunan kadar gula darah

terjadi karena adanya factor fisiologis dari mencit.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

obat metformin dan ekstrak pare dapat menurunkan kadar gula darah pada

mencit.

5.2 Saran

Sebaiknya alat dan bahan dilaboratorium lebih dilengkapi lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 2.


Universitas Muslim Indonesia : Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. DepKes RI: Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Iv. DepKes RI: Jakarta

Ganiswara. 2003. Farmakologi dan Terapi Edisi V. UI. Press : Jakarta

Katzung, B.G, dkk. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12 Vol. 2. EGC:
Jakarta.
Mycek, Marry. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. PT. Widya
Medika : Jakarta

Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Penerbit


Erlangga: Jakarta.

You might also like