You are on page 1of 23

KONSEP METODE PRIMER

LICY WARMAN MANALU

150206066

4.1 PSIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TA : 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Konsep Metode Primer”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Manajemen
Keperawatan. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik
secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Masri Saragih, S.Kep, M.Kep selaku pengajar Manajemen Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Ns. Rosetty Sipayung, S.Kep, M.Kep selaku pengajar Manajemen Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
7. Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, M.Kep selaku pengajar Manajemen Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
9. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terimah kasih.
Medan, 15 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................


A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ...............................................................................................
A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)................................
B. Tujuan MPKP .........................................................................................................
C. Macam – Macam Metode MPKP ...........................................................................
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................
A. Pengertian Metode Primer ......................................................................................
B. Kelebihan ................................................................................................................
C. Kekurangan .............................................................................................................
D. Diagram ..................................................................................................................
E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus ...............................
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan keperawatan adalah bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan
ilmu pengetahuan sebagai landasan untuk melaksanakan asuhan keperawatan (Achir
Yani, 2007). Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sesuai kompetensi dan kewenangan
yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan
lainnya. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan dapat bersaing
dengan institusi lain dalam memberikan pelayanan keperawatan, diperlukan adanya
metode pemberian asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan oleh karena pelayanan yang baik salah satunya diawali oleh motivasi
perawat yang tinggi (Nursalam, 2007). Model praktik keperawatan profesional telah
dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia.

Hal ini sebagai salah satu upaya rumah sakit untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui beberapakegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan
profesional dan sistematik (Nursalam, 2011). Sistem model asuhan keperawatan
profesional adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yakni standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem model asuhan keperawatan
professional (MAKP). Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini
dan akan menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2011). Dalam rangka mendaya gunakan tenaga keperawatan yang
tersedia di rumah sakit, ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yangsudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan. Lima metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) tersebut
antara lain: metode fungsional, metode tim, metode primer,metode kasus, dan metode
tim primer (Nursalam, 2011). Pada metode keperawatan tim primer menggunakan
kombinasi dari dua sistem, yaitu keperawatan tim dan keperawatan primer. Melalui
kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada
di rumah sakit sebagian besar lulusan D-3, maka mereka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan (Nursalam. 2007).

Penelitian Kurniadi (2008) yang berjudul : Hubungan antara motivasi dan kinerja
perawat di bangsal MPKP dengan perawat di bangsal Non MPKP di RSJ Prof. DR.
Soeroyo Magelang, mengatakan bahwa motivasi perawat bekerja di bangsal MPKP
dengan persentase 87,5% dan kinerjanya dengan persentase 85,5% sedangkan di bangsal
Non MPKP motivasi perawat bekerja 77,5% dan kinerjanya dengan persentase 75,5%.
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang merupakan rumah sakit tipe C dan sedang berkembang. Rumah sakit ini
telah menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) berdasarkan surat
keputusan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Nomor : 046/SK.B/06.09 yang
dimulai pada tanggal 1 juni 2009. Persentase untuk motivasi dan pelaksanaan MAKP
untuk tiga bangsal MPKP di RS PKU Bantul Yogyakarta bulan oktober 2011. Dengan 3
persentase masing masing: Ruang rawat inap Ar-Rahman, Motivasi kerja perawat 80%
dan pelaksanaan MAKP 85%, Ruang rawat inap Al-Insan, Motivasi kerja perawat 77,5%
dan pelaksanaan MAKP 83,5% dan Ruang rawat inap Al-A’raf, Motivasi kerja perawat
82,5% dan pelaksanaan MAKP75%. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui
penerapan model asuhan keperawatan profesional (MAKP) metode tim primer sudah
berjalan sesuai dengan konsep karena perawat sudah baik dalam pelaksanaan MAKP,
Motivasi kerja sudah cukup namun dari penerapan metode tim primer belum dilakukan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode tim primer di ruang
perawatan dan sejauh mana motivasi perawat sehubungan dengan penerapan metode tim
primer. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Motivasi Kerja
Perawat Dengan Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Metode
Tim Primer.

B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
b. Mahasiswa mengetahuhi masing – masing metode dari MPKP
c. Mahasiswa mampu mengetahui keunggulan dan kekurangan metode primer
d. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam metode primer
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan
yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era
globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai
suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

B. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.

C. Macam – Macam Metode MPKP


a. Model Kasus
Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. Sampai
Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan keperawatan
yang paling banyak digunakan. Pada model ini satu perawat akan memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada kemampuan
perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien.

Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang


mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Pada model ini
perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh,
sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga
pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang
bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini menuntut seluruh tenaga
keperawatan mempunyai kualitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga
keperawatan yang banyak.

Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang perawatan
intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya.

b. Model Fungsional
Model Fungsional dikembangakan setelah perang dunia kedua, dimana jumlah
pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit dari
berbagai jenis program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan yang bervariasi
tenaga keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka memunculkan ide untuk
mengembangkan model fungsional dalam pelayanan asuhan keperawatan.

Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian


tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Seorang
perawat mungkin bertanggung jaawb dalam pemberian obat, mengganti balutan,
monitor infus dan sebagainya. Prioritas utama yang dikerjakan adalah pemenuhan
kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada
pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik, sehingga dalam penerapannya kualitas
asuhan keperawatan sering terabaikan, karena pemberian asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala
Ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang
tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling
percaya dengan perawat.

Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi.


Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien. Perawat
terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau
mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan yang diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap perawat
dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan
kepada Kepala Ruangan. Dan Kepala Ruangan lah yang bertanggung jawab dalam
membuat laporan pasien.

Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga
seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan kepada
semua petugas yang datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan
setiap kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang disampaikan bersifat
verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak didokumentasikan dan tidak diketahui
oleh staf lain yang memberikan asuhan keperawatan.

Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu untuk
membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan
pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali
terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi model ini hanya pada
penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan secara holistik sukar dicapai.

Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf
sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan keperawatan yang
diberikan.

c. Model Tim
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa pimpinan
keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model tersebt dalam
pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga
dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka pada tahun 1950
dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan keperawatan.

Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga keperawatan
bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat
berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien.

Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota tim
merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama
yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim
saling komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan
keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.

Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung dua
konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional
(Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab
terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan,
merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan
keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
individual dan membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus
dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau
pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang merupakan bagian
dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan anggotanya. Dalam model ini
Ketua Tim menetapkan anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap pasien.
Dengan cara ini Ketua Tim membantu semua anggota tim untuk belajar apa yang
terbaik untuk pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi pasien.

Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh pengalaman praktek
melakukan kepemimpinan yang demokratik dalam mengarahkan dan membina
anggotanya. Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan hubungan
antar manusia dengan baik dan bagaimana mengkoordinasikan berbagai kegiatan
yang dilakukan dengan beberapa anggota tim secara bersama-sama. Untuk
mencapai kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim harus mengetahui prinsip
dasar administrasi, supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar agar dapat
dilakukannya dalam bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga harus
mampu mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota Tim, yaitu :
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan, yang berperan
sebagai menejer di ruangan tersebut, yang bertanggung jawab dalam:
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.
c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
d) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang fungsi model tim
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
e) nara sumber bagi ketua tim.
f) staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
2. Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. Model tim dapat
diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim
tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.
Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh Douglas (1984), menunjukkan
bahwa model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model asuhan kperawatan yang
tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya
dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan
dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.

Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan secara
menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan
strategi pemenuhan kebutuhan pasien.

d. Model Primer
Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dn berbagai ilmu dalam bidang kesehatan,
serta meningkatknya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang bermutu
tinggi, dengan didasarkan bahwa pemberian asuhan keperawatan model tim masih
mempunyai beberapa kekurangan, maka berdasarkan studi, para pakar keperawatan
mengembangkan model pemberian asuhan keperawatan yang terbaru yaitu Model Primer
(Primary Nursing). Dan perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut sebagai
“Primary Nurse”.
Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan yang dilakukan
secara komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. Penugasan yang diberikan
kepada Primary Nurse atas pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah
sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang
disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse. Setiap primary nurse mempunyai 4-6
pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien dirawat. Primary Nurse akan
melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan keperawatan.
Selama bertugas ia akan melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pasien.

Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa
pasien tertentu merupakan tanggung jawab primary nurse tertentu. Dia bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan dia juga akan merencanakan pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.

Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan didelegasikan kepada
perawat lain yang disebut “associate nurse”. Primary nurse bertanggung jawab terhadap
asuhan keperawatan yang diterima pasien dan menginformasikan tentang keadaan pasien
kepada Kepala Ruangan, dokter dan staf keperawatan lainnya. Kepala Ruangan tidak
perlu mengecek satu persatu pasien, tetapi dapat mengevaluasi secara menyeluruh tentang
aktivitas pelayanan yang diberikan kepada semua pasien.

Seorang primary nurse bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan tetapi juga mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat, membuat jadual perjanjian
klinik, mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan
tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Primary Nurse berperan sebagai advokat pasien terhadap birokrasi rumah sakit.

Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara individual dengan asuhan
keperawatan yang bermutu dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Kepuasan yang dirasakan oleh Primary
Nurse adalah tercapainya hasil berupa kemampuan yang tinggi terletak pada kemampuan
supervisi. Staf medis juga merasakan kepuasannya dengan model primer ini, karena
senantiasa informasi tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan pasien
komprehensif, sedangkan pada model Fungsional dan Tim informasi diperoleh dari
beberapa perawat. Untuk pihak rumah sakit keuntungan yang dapat diperoleh adalah
rumah sakit tidak perlu mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga
yang ada harus berkualitas tinggi.

Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-hati karena memerlukan
beberapa kriteria, diantaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel
serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada
umumnya perawat yang ditunjuk sebagai primary nurse adalah seorang Clinical Specialist
yang mempunyai kualifikasi Master.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan bila dibandingkan dengan Model Tim, karena:
1. Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam
perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila dibandingkan dengan 10-20
orang pada setiap tim.
3. Primer bertanggung jawab selama 24 jam.
4. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.
5. Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

e. Model Modular
Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary nursing yang
digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan non
professional.

Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga profesional dan non
profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien
dengan arahan kepemimpinan perawat profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus, sejak pasien masuk,
pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model ini
efektif maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional dan non
profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam
kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan. Dalam menerapkan model modular,
2-3 tenaga keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh
untuk mengelola 8-12 kasus. Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan ini harus
tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun
tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional
bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional dalam
memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran perawat profesional dalam
model modular ini lebih sulit dibandingkan dengan perawat primer. Model modular
merupakan gabungan dari model tim dan primary model.

f. Model Manajemen Kasus


Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary nursing. Dalam
model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan, bahwa untuk
penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang
ada. Tujuan dari manajemen kasus adalah:
1. Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai dengan
standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
3. Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
4. Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya.
5. Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
6. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:

1. masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai kewenangan dan tanggung


jawab dalam perencanaan sampai dengan evaluasi pada episode tertentu tanpa
membedakan pasien itu berasal dari unit mana.
2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:
a) Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan bersama dari masing-masing
profesi kesehatan.
b) Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari CMP dan ada target
waktunya.
3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu pada tujuan
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik dari manajemen kasus ini
tergantung dari karakteristik tatanan asuhan keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Primer


Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Hal ini dilakukan mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Keperawatan primer mendorong praktik
kemandirian perawat, karena ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
mengkoordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
B. Kelebihan
a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi,
tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b. kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau mengarahkan perawatan
sepanjang hospitalisasi.
c. Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien dan kebutuhan
fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan
rencana perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara pasien dan pekerja
kesehatan lain.
d. Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang akan
memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.
e. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f. Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien langsung.
g. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional:
untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan memotivasi serta mendukung staf.

C. Kekurangan
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak menggunakan
perawat profesional.
c. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/kedokteran.
d. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
D. Diagram

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Perawat Pelaksana
(Night) Jika diperlukan
(Evening)
(Days)

E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus


a. Perawat Primer ( Ketua Tim )
1. Menerima overan klien setiap pengantian dinas pagi atau pada saat bertugas.
2. Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet
3. Mengadakan pre atau post konferens dengan perawat asosiet
4. pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
5. Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib RS dan ruangan, tenaga
perawat dan dokter yang merawat dan adminisrasi.
6. Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan resume keperawatan.
7. Melakukan diskusi keperawatan kepada perawat asosiet.
8. Melakukan evakuasi asuhan keperawatan dan membuat laporan.
9. Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan kompetensi kompleks.
10. Membuat perencanaan pulang
11. Memeriksa atau mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah dibuat PA.
12. Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.
13. pelaksanaan asuhan keperawatan.
14. Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang ada.
15. Menciptakan kerja sama yang harmonis.
16. Melakukakolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti visit atau ronde medik.
17. Mengikuti ronde keperawatan.
18. Mengikuti kegiatan ilmiah.
19. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

b. Perawat Asosiet
1. Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat primer, sore dan malam.
2. Mengikuti pre atau post comference dengan perawat primer.
3. Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada di tempat.
4. Melaksanakan rencana keperawatan.
5. Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat primer tidak ada
ditempat.
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi keperawatan
yang ada diruangan
8. Menyiapkan klien untuk memeriksa diagnostic atau laboratorium, pengobatan dan
tindakan.
9. Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien atau keluarga dengan kalimat yang
mudah dimengerti, bersifat sopan dan ramah
10. Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga.
11. Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.
12. Menyimpan, memerihara peralatan yang diperlukan sehingga siap dipakai.
13. Melakukan mdinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh kepala ruangan.
14. Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP
15. Mengantikan peran atau tugas PP yang lain jika PP tidak ada.
16. Mengidentifikasi dan mencataa tingkat ketergantungan lien setiap shif
17. Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.

c. Pembantu Perawat
1. Membersihkan meja.
2. Menyediakan alat.
3. Membersihkan alat – alat yang digunakan
4. Mengantar klien konsul
5. Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien
6. Menyiapkan makan dan minum
7. Membantu klien kekamar mandi
8. Membantu klien BAK atau BAB
9. Membantu menganti alat tenun

d. Perawat Pelaksana
1. Pengkajian Mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.
2. Perencanaan
a) Bersama keru mengadakan serah terima tugas
b) Menerima pembagian tugas dari katim
c) Bekerjasama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
d) Mengikuti ronde keperawatan
a) Menerima klien baru
3. Implementasi
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
b) Menerima pembagian tugas
c) Melaksanakan tugas yang diberikan katim
d) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
e) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
f) Melaksanakan asuhan keperawatan
g) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan
h) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
i) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep dengan
etik dan legal
j) Memaham hasil yang telah di capai
k) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
a) Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta ikut
mengevaluasi kondisi klien.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan, perawat


bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi
pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan. Dalam aplikasi metode keperawatan
primer, perawat primer bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain itu, perawat primer
memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan mengoordinasi perawatan yang
diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi
dengan dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang (discharge
planning). Keunggulan dari metode ini adalah asuhan keperawatan lebih konprehensif
dengan memperlakukan pasien secara holistic. Kelemahan dari metode ini adalah biaya relatif
lebih tinggi dibandingkan metode lain karena hanya membutuhkan tenaga profesional.

Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim
dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dan
perawat dapat memahami Model Asuhan Keperawatan Primer serta dapat menerapkannya
pada praktik manajemen keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ejjariza.2013.Model Praktek Keprawatan Slide.(Online)


(http://www.slideshare.net/ejjariza/model-praktek-keperawatan-slide, diakses 17 januari 2018

Febriyanti. 2012. Ketenagaan Keperawatan. Dalam


http://tkfebriyanti.blogspot.com/2012/01/ketenagaan-perawat.html. (Diakses pada tanggal 17
Januari 201)

Iswanto,Jonny.2011.Aspek Legal Aspek Perawat.(Online),


(http://www.slideshare.net/alunand350/aspek-legal-praktek-perawat, diakses 17 Januari
2018)

Pieter, Willem. 2012. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan. Dalam


http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-keperawatan.html.
(Diakses pada tanggal 17 Januari 2018)

You might also like