You are on page 1of 46

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL OSTEOMIELITIS

KELOMPOK 4 :

1. AYU SEPTIANI (616080715004)


2. DWI FADHILA RAHMA (616080716008)
3. I PUTU RIAN ADIPUTRA (616080716017)
4. LIDYA NANDA SARI (616080716022)
5. MUHAMMARUDIN (616080715023)
6. NURBAITI (616080716036)
7. SAFITRI GUNAWAN (616080716050)
8. TANIA AFRIYANI (616080716052)

STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena


telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Osteomielitis ini tepat
waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses pembuatan Laporan Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Muskuloskletal Osteomielitis ini. Tanpa dukungan dari
berbagai pihak mungkin makalah ini tidak bisa selesai tepat waktu.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata
kami mengharapkan Laporan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal Osteomielitis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Batam, 11 September 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ................................................................................. 2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Penyakit ....................................................................... 3
1. Definisi ............................................................................................ 3
2. Etiologi ............................................................................................ 3
3. Anatomi Fisiologis .......................................................................... 4
4. Patofisiologis/Patway ...................................................................... 6
5. Manifestasi Klinis............................................................................ 7
6. Pemeriksaan diagnostik ................................................................... 7
7. Komplikasi ...................................................................................... 8
8. Penatalaksanaan ............................................................................... 8
B. Asuhan Keperawatan Teoritis ............................................................. 9
1. Pengkajian ....................................................................................... 9
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 17
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 17
BAB III
TINJAUAN KASUS .................................................................................... 24
A. Kasus ................................................................................................. 24
B. Pengkajian ......................................................................................... 24
C. Analisa data ....................................................................................... 28
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 34
E. Intervensi keperawatan...................................................................... 34
F. Catatan perkembangan ...................................................................... 33

iii
BAB IV
PENUTUP .................................................................................................... 45
A. Kesimpulan ....................................................................................... 45
B. Saran .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa
menjadi penyebabnya.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses
local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan
demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi
tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan
permanen dapat terjadi (Corwin, 2008).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. (Yuliani, 2010). Prevalensi keseluruhan
adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus
per1.000. Kejadian tahunan pada pasiendengan anemia sel sabit adalah sekitar
0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis
berat yang mendasari. (Randall, 2011).
Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh
memiliki mekanime pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap
terlokalisasi di daerah yang terinfeksi. Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia
tetapi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda
dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik. Pasien yang

1
beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan osteomielitis?
2. Bagaimana penyebab dari osteomielitis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari osteomielitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada osteomielitis?
6. Apa saja komplikasi dari osteomielitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit osteomielitis?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari osteomielitis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya osteomielitis
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari osteomielitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit osteomielitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari osteomielitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari osteomielitis

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah,
respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner dan suddarth, 2001).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik
karena infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikobakterium
tuberkolosa. Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak
infeksi tulang sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-
tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media), dan kulit
(impetigo). (Sylvia, 2006)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik. (Arif mansjoer,
2002)

2. Etiologi
Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana
terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat
trauma subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan
penyebaran infeksi jaringan lunak, atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi
ini dapat timbul akut dan kronik. (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Adapun factor penyebab adalah :
a. Bakteri

3
b. Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
c. Mikroorganisme lain seperti virus dan jamur (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis akut atau kronik :
a. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat
b. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik. Dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas

3. Anatomi Fisiologis
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal
dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan
lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama pada tulang yaitu periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh
darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet)
ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua pada tulang yaitu tulang kompak. Tulang ini
teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga
dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang
manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan
anak-anak maupun bayi. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada
tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa.
Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga.

4
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel
darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang
halus yaitu trabekula (L. Singkatan dari trabs = sebuah balok) yang
bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-
jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga
seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis
tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.

5
4. Patway

Faktor predisposisi : Invasi mikroorganisme dari Masuk ke juksta epifisis


- Usia tempat lain yang beredar tulang panjang
- Virulensi kuman melalui sirkulasi darah
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka Fagositosis Osteomyelitis
infeksi

Proses inflamasi
Demam hyperemia, pembengkakan, Pembentukan pus dan
gangguan fungsi, nekrosis jaringan
pembentukan pus, dan
kerusakan integritas
Penyebaran infeksi ke
jaringan
organ penting

Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan


menurun jaringan tulang dan
mendulla
Nafsu makan menurun
Iskemia dan nekrosis Pembentukan abses
tulang tulang
Kelemahan fisik

Pembentukan tulang
Tirah baring lama baru, pengeluaran pus
penekanan lokal

Deformitas dan bau dari


adanya luka

6
5. Manifestasi Klinis
a. Osteomielitis Akut
1) Infeksi dibawa oleh darah
a) Biasanya awitannya mendadak
b) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran kelenjar
limfe regional)
2) Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
a) Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan
3) Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
a) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
b) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
c) Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomielitis Kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, lab
= LED meningkat. Smeltzer (2002)

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Osteomielitis Akut
1) Pemeriksaan sinar-x awalnya menunjukkan pembengkakan jaringan
lunak dan setelah dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru
2) Pemeriksaan MRI
3) Pemeriksaan darah : leukosit meningkat dan peningkatan laju endap
darah
4) Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang
sesuai
b. Osteomielitis Kronik
1) Pemeriksaan sinar-x, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,
sequestra atau pembentukan tulang padat
2) Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik

7
3) Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya
normal)
Menurut Arif mansjoer dkk (2002):
a. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi,
laju endap darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.
b. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak
menunjukkan kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan
sekuester.

7. Komplikasi
Menurut Arif muttaqin (2008) :
a. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan
b. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi
lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya terjadi
pada klien dengan gizi buruk
c. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi belum
berfungsi dengan baik
d. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek

8. Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2002):
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram
negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara
parenteral selama 3-6 minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
1) Adanya abses

8
2) Rasa sakit yang hebat
3) Adanya sekuester
4) Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan :
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Identifikasi awitan gejala akut seperti nyeri akut, pembangkakan,
eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam. Kapan keluhan mulai berkembang,
bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang
digunakan.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia, sinusitis, kulit atau infeksi gigi dan infeksi
saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam
keluarga, ada atau tidaknya riwayat penyakit pada tulang dan persendian.

c. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital
1) Penampilan Umum

9
2) Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : Hipertensi
 Suhu : > 37 c
 RR : Normal
 Nadi : Takikardia
3) Kepala dan Leher
Kepala
Kulit dan rambut :
 Kulit kering
 Telapak tangan berwarna merah
 Rambut rontok
 Muka : simetris
Mata
 Lapang Pandang : Normal
 Palpebra : Tidak ada edema
 Conjungtiva : Anemis
 Sklera : Berwarna Kuning (Ikterus)
 Refleks Cahaya Pupil : Miosis
 Refleks Kornea : Dapat berkedip (Normal)
 Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat
kedelapam arah (normal)
Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, terdapat
nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak ada stomatitis
Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing
4) Leher
 Kelenjar tiroid : normal
 Kaku kuduk : tidak ada nyeri(normal)
 Kelenjar limfa : Pembesaran kelenjar limfa
5) Dada
a) Inspeksi
Bentuk Dada : Simetris

10
Pernafasan
Tipe : Normal
Irama : Irregular
Frekuensi : 24X/Menit
Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu
Ictus cordis : pada ICS 5(normal)
b) Palpasi
Taktil fremitus : getaran sama (normal)
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Massa : tidak ada massa
c) Perkusi
Paru : sonor
Jantung : pekak
d) Auskultasi
Paru : Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)
Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)
Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas
sedang (normal)
Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)
Jantung : Tidak ada bunyi jantung tambahan
6) Abdomen
a) Inspeksi
Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol
b) Auskultasi
Bising Usus
c) Palpasi
Palpasi ringan : Tidak ada nyeri tekan pada lumbalis kanan
Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)
d) Perkusi : Sifting dullness
7) Ekstremitas
a) Bentuk kuku : normal, bentuk kuku seperti sendok
b) Jumlah jari : ada 5 (normal)

11
c) Kekuatan otot : lemah
d) Ada edema
e) Terdapat nyeri tekan

12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (abses tulang)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tonus otot
menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
c. Hambatan mobilitas fifik b.d kelemahan fisik, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan
d. Kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi udara kepermukaan
kulit (tirah baring lama), tonjolan tulang
e. Hipertermi b.d proses penyakit (proses inflamasi, kerusakan integritas
jaringan)
f. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tulang, proses penyakit
(deformitas dan bau pada luka)
g. Resiko infeksi b.d port de entery kuman

3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut b.d  Pain level Pain Management
agen cidera  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis (abses  Comfort level komperhensif termasuk lokasi,
tulang) karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria hasil :
kualitas dan factor presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi non verbal dari
(tahu penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Control lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti suhu
mengurangi nyeri, mencari ruangan, pencahayaan dan
bantuan) kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri  Anjurkan untuk melakukan teknik
berkurang dengan relaksasi nafas dalam
menggunakan manajemen  Tingkatkan istirahat
nyeri  Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri
 Mampu mengenali nyeri

13
(skala, intensita, frekuensi dan untuk menentukan intervensi
tanda nyeri)  Ajarkan teknik nonfarmakologi
 Menyatakan rasa nyaman  Kolaborasi pemberian analgetik
setelah nyeri berkurang untuk mengurangi nyeri dengan
dokter
Analgesic administration
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosisi dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Monitor vital sign

2 Ketidakseimbang  Nutritional status Nutritional Management


an nutrisi kurang  Nutritional status : food and  Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh b.d tonus  Nutritional status : nutrient menentukan jumlah kalori dan
otot menurun, intake nutrisi yang dibutuuhkan pasien
ketidakmampuan  Weight control  Anjurkan pasien untuk
mengabsorbsi meningkatjan intake Fe
Kriteria hasil :
makanan  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat meningakatkan protein dan vitamin
badan sesuai dengan tujuan c
 Berat badan ideal sesuai  Anjurkan untuk makan sedikit tapi
dengan tinggi badan sering
 Mempu mengidentifikasi  Monitor jumlah nutrisi dan
kenutuhan nutrisi kandungan kalori
 Tidak ada tanda-tanda  Berikan makanan yang terpilih
malnutrisi (sudah dikonsultasikan dengan ahli
 Menunjukkan peningkatan gizi)
fungsi pengecapan dari  Berikan informasi tentang
menelan kebutuhan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat Nutritional Monitoring
badan yang berarti  Monitor adanya penurunan berat

14
badan
 Monitoring lingkungan selama
makan
 Monitoring kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah

3 Hambatan  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation


mobilitas fifik  Mobility Level  Monitoring vital sign
b.d kelemahan  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
fisik, alat  Transfer performance respon pasien saat latihan
imobilisasi dan  Konsultasikan dengan terapi fisik
Kriteria hasil :
keterbatasan tentang rencana ambulasi sesuai
beban berat  Klien meningkat dalam dengan kebutuhan
badan aktivitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan
 Mengerti tujuan dari tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas terhadap cedera
 Memverbalisasikan perasaan  Ajarkan pasien atau tenaga
dalam meningkatkan kekuatan kesehatan lain tentang teknik
dan kemampuan berpindah ambulasi
 Memperagakan penggunaan  Kaji kemampuan pasien dalam
alat Bantu untuk mobilisasi mobilisasi
(walker)  Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
 Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana

15
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

4 Kerusakan  Tissue integrity : skin and Pressure management


integritas kulit mucous  Anjurkan pasien untuk
b.d penurunan  Membranes menggunaan pakaian yang longgar
sirkulasi udara  Hemodyalis akses  Hindari kerutan pada tempat tidur
kepermukaan  Jaga kebersihan kulit afar tetap
Kriteria hasil :
kulit (tirah baring bersih dan lembut
lama), tonjolan  Integritas kulit yang baik bisa  Mobilisasi pasien (ubah posisi
tulang dipertahankan (sensasi, pasien) setiap dua jam sekali
elastisitas, temperature,  Monitor kulit akan adanya
hidrasi, pigmentasi) kemerahan
 Tidak ada luka/lesi pada kulit  Oleskan lotion atau minyak/bay oil
 Perfusi jaringan baik pada daerah yang tertekan
 Menunjukkan pemahaman  Monitor aktivitas dan mobilisasi
dalam proses perbaikan kulit pasien
dan mencegah terjadinya  Memandikan pasien dengan sabun
cedera berulang dan air hangat
 Mampu melindungi kulit dan Insision site care
mempertahankan kelembapan  Monitor proses kesembuhan area
kulit insisi
 Gunakan preparat antiseptic, sesuai
program

5 Hipertermi b.d Thermoregulation Fever treatment


proses penyakit Kriteria Hasil:  Monitor suhu sesering mungkin
(proses
 Suhu tubuh dalam rentang  Monitor warna dan suhu kulit
inflamasi,
normal  Monitor tekanan darah, nadi dan
kerusakan RR
 Nadi dan RR dalam rentang
integritas
normal  Monitor penurunan tingkat
jaringan) kesadaran
 Tidak ada perubahan warna
 Monitor intake dan output

16
kulit dan tidak ada pusing  Berikan anti piretik
 Lakukan tapid sponge
 Anjurkan pasien banyak minum air
 Kolaborasi pemberian cairan
intravena
 Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor warna dan suhu kulit
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Identifikasi penyebab dari
perubahan Vital sign
6 Gangguan citra  Body image Body image enhancement
tubuh b.d  Self esteem  Kaji secara verbal dan non verbal
perubahan respon klien terhadap tubuhnya
Kriteria hasil :
bentuk tulang,  Monitor frekuensi megnkritik
proses penyakit  Body image positif dirinya
(deformitas dan  Mampu mengidentifikasi  Jelaskan tentang pengobatan,
bau pada luka)

17
kekuatan personal perawatan, kemajuan dan
 Mendiskripsikan secara factual prognosis penyakit
perubahan fungsi tubuh  Dorong klien mengungkapkan
 Mempertahankan interaksi perasaanya
sosial  Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
 Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil

7 Resiko infeksi  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


b.d port de entery  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah
kuman  Risk control dipakai pasien lain
 Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil:
 Batasi pengunjung bila perlu
 Klien bebas dari tanda dan  Instruksikan pada pengunjung
gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
 Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah berkunjung
penularan penyakit, faktor meninggalkan pasien
yang mempengaruhi penularan  Gunakan sabun antimikrobia untuk
serta penatalaksanaannya cuci tangan
 Menunjukkan kemampuan  Cuci tangan setiap sebelum dan
untuk mencegah timbulnya sesudah tindakan keperawatan
infeksi  Gunakan baju, sarung tangan
 Jumlah leukosit dalam batas sebagai alat pelindung
normal  Pertahankan lingkungan aseptik
 Menunjukkan perilaku hidup selama pemasangan alat
sehat  Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)

 Monitor tanda dan gejala infeksi

18
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentangan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Tn.D berumur 50 masuk RS Harapan Bunda melalui UGD pada tanggal 02
September 2018 jam 09.00 WIB. Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang
mengalami fraktur, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa terus
menerus, terdapat pembengkakan jaringan lunak diatas tulang, pasien mengeluh
badan terasa panas, pasien mengatakan badan berkeringat, pasien mengatakan saat
beraktivitas dibantu keluarga. Pasien tampak meringis menaham nyeri, pasien
tampak lemah, Pasien tampak berbaring ditempat tidur, mukosa bibir tampak
kering, konjungtiva anemis, wajah pasien tampak menahan sakit, akral hangat.
8 bulan yang lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada
tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan
periosteum. Pasien menderita infeksi bakteri patogenik pada fraktur terbuka yang
dialami sehingga pasien didiagnosa osteomyelitis.

B. Pengkajian
1. Biodata pasien Penanggung jawab
Nama : Tn. D Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Tiban Indah Alamat : Tiban Indah
Pendidikan : lulus SD Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Buruh Hub dgn klien : Istri klien
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa medis : Osteomielitis
Tgl pengkajian : 02 September 2018

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Riwayat Masuk Rumah Sakit

20
Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami
fraktur, terdapat pembengkakan jaringan lunak diatas tulang, pasien
mengeluh badan terasa panas, pasien mengatakan badan berkeringat,
pasien mengatakan saat beraktivitas dibantu keluarga. Pasien tampak
meringis menaham nyeri, pasien tampak lemah, mukosa bibir tampak
kering, konjungtiva anemis, wajah pasien tampak menahan sakit, akral
hangat. Pasien masuk RS Harapan Bunda melalui UGD pada tanggal 02
September 2018 jam 09.00 WIB.
2) Keadaan Pasien Saat Pengkajian
Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami
fraktur, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa terus
menerus, pasien mengeluh badan terasa panas, pasien mengatakan badan
berkeringat, terdapat pembengkakan jaringan lunak diatas tulang, pasien
mengatakan saat beraktivitas dibantu keluarga. Pasien tampak meringis
menaham nyeri, pasien tampak lemah, Pasien tampak berbaring ditempat
tidur, mukosa bibir tampak kering, konjungtiva anemis, wajah pasien
tampak menahan sakit, akral hangat.
Obs :
TD : 130/90 mmHg
N : 100 x/mnt
RR : 24 x/mnt
S : 39,0° C
Skala nyeri :
P : Infeksi bakteri patogenik pada fraktur terbuka
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pada tungkai bawah yang mengalami fraktur
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri terasa terus menerus
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Riwayat penyakit yang sama
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama
2) Riwayat alergi

21
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
3) Riwayat kecelakaan
Pasien mengatakan memiliki riwayat kecelakaan 8 bulan yang lalu
4) Riwayat dirawat
Pasien mengatakan sudah pernah dirawat sebelumnya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, Hipertensi, dan keluarga istrinya juga
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.

GENOGRAM

Ket :

= Perempuan

= Laki-laki

= Pasien

3. Riwayat Psikososial dan Spiritual


a. Mekanisme Koping Terhadap Stress
Pasien mengatakan stress terhadap penyakitnya, metode koping yang
digunakan adalah berdo’a, sistem pendukung koping pasien adalah
keluarganya. Efek penyakit terhadap tingkat stress pasien merasa cemas
karena memikirkan penyakitnya. Ekspresi wajah pasien tampak lemah.
b. Persepsi Pasien Terhadap Penyakitnya
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya

4. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Makan

22
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari, dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayuran
Saat dirawat : pasien mengatakan memakan makanan yang disediakan
Rumah Sakit, porsi makan setengah dari biasanya, Diet :
MB
b. Pemenuhan Cairan
Sebelum sakit : pasien mengatakan minum  9 gelas sehari
Saat dirawat : pasien mengatakan hanya minum  8 gelas sehari
c. Pola Eliminasi
1) BAK
Sebelum sakit :  5-6 x/hari, warna kuning jernih, berbau khas
Saat dirawat :  4-5 x/hari, warna sedikit keruh
2) BAB
Sebelum sakit : sekali dalam sehari, konsistensi tidak terlalu keras
Saat dirawat : pasien mengatakan belum ada BAB
d. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : tidur pada umumnya  7-8 jam
Saat dirawat : sering terbangun karena nyeri, gelisah
e. Personal Hygiene
Sebelum sakit : menjaga kebersihan tubuh, mandi 2x sehari
Saat dirawat : hanya dilap dengan air hangat
f. Aktivitas Fisik
Sebelum sakit : melakukan aktivitas seperti biasanya
Saat dirawat : hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas dibantu

5. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compomentis
b. vital sign :
TD : 130/90 mmHg
N : 100X/menit
RR : 24X/menit

23
S : 39,0° C
BB sebelum sakit : 62 kg
BB setelah sakit : 60 kg
TB : 168 cm
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bulat, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada lesi,tidak ada benjolan.
2) Mata
Inspeksi : simetris, penglihatan jelas, sclera ikterik, pupil isokor,
konjungtiva anemis
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
3) Leher
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran vena jugularis
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
4) Telinga
Inspeksi : tidak ada serumen, bersih
Palpasi : tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan
Pandengaran : pendengaran baik
5) Hidung
Inspeksi : tidak ada lendir, tidak ada luka, simetris
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri benjolan
Penciuman : penciuman baik, dapat mengenali rangsang bau
6) Mulut
Inspeksi : tidak ada luka, perasa baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7) Kulit
Inspeksi : warna kulit ikterik, tidak ada luka, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8) Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : pengembangan dada kanan dan kiri sama

24
Perkusi : sonor
Auskaltasi : terdengar bunyi vasikuler
9) Jantung
Inspeksi : tidak terlihat ictus cardis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi peka
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1-2
10) Sistem Pencernaan
Mual : Tidak
Muntah : Tidak
- Isi : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
Nyeri daerah perut : Tidak ada
Karakter nyeri : Tidak ada
Perut
Inspeksi : simetris
auskultasi : terdengar bunyi bising usus 17x/menit
11) Sistem Muskuloskletal
Ekstremitas bagian atas : tidak terdapat kelainan
Ekstremitas bagian bawah : Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah
yang mengalami fraktur, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
terdapat pembengkakan jaringan lunak diatas tulang

25
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (02/09/18)
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
WBC 13.3 10^3/uL 4.0 - 12.0
Lymph# 0.9 10^3/uL 0.8 - 7.0
Mid# 0.7 10^3/uL 0.1 – 1.5
Gran# 2.8 10^3/uL 2.0 – 8.0
Lymph% 50.7 % 20.0 – 60.0
Mid% 5.1 % 3.0 – 15.0
Gran% 70.0 % 50.0 – 70.0
HGB 15.7 g/dl 12.0 – 16.0
RBC 5.10 10^6/uL 3.50 – 5.20
HCT 48.3 % 37.0 – 49.0
MCV 81.0 FL 80.0 – 100.0
MCH 27.1 Pg 27.0 – 34.0
MCHC 32.5 g/dl 32.0 – 37.0
RDW-CV 13.7 % 11.0 -16.0
RDW-SD 38.5 FL 35.0 – 56.0
PLT 199 10^3/uL 150 - 400
MPV 8.1 FL 6.5 – 12.0
PDW 15.5 9.0 – 17.0
PCT 0.161 % 0.108 – 0.282

Nb: Hasil pemeriksaan LED meningkat 20mm/jam


Range normal LED : Laki-laki : 0-15 mm/jam
Perempuan : 0-20 mm/jam
7. Terapi
Terapi infus :
Asering 20 tpm
Paracetamol 250 mg
Terapi injeksi :
Keterolac 2x1 amp
Ceftriaxone 2x1 gr
Cefotaxime 1x1 gr

26
8. WOC

Faktor predisposisi : Invasi mikroorganisme dari Masuk ke juksta epifisis


- Usia tempat lain yang beredar tulang panjang
- Virulensi kuman melalui sirkulasi darah
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka Fagositosis Osteomyelitis
infeksi

Proses inflamasi
Demam hyperemia, pembengkakan,
gangguan fungsi,
pembentukan pus, dan
MK : Hipertermi
kerusakan integritas
jaringan

Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan


menurun jaringan tulang dan
mendulla MK : Nyeri

Kelemahan fisik
Iskemia dan nekrosis Pembentukan abses
tulang tulang
MK : Hambatan
mobilitas fisik

27
C. Analisa data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : Faktor predisposisi : Nyeri akut
- Virulensi kuman
Klien mengeluh nyeri
- Riwayat trauma
pada tungkai bawah yang - Luka
infeksi
mengalami fraktur

Invasi mikroorganisme
DO : dari tempat lain yang
beredar melalui sirkulasi
 Pasien tampak lemah darah
 Pasien tampak menahan
Masuk ke juksta epifisis
sakit tulang panjang
 Konjungtiva anemis
 Pasien terpasang infus Osteomyelitis

Asering 20 Tpm
Fagositosis
Obs :
TD : 130/90 mmHg Proses inflamasi
N : 100X/menit hyperemia,
pembengkakan, gangguan
RR : 24X/menit fungsi, pembentukan pus,
S : 39,0° C dan kerusakan integritas
jaringan
P : Infeksi bakteri patogenik
pada fraktur terbuka Peningkatan tekanan
Q : Nyeri seperti ditusuk- jaringan tulang dan
mendulla
tusuk
R : Pada tungkai bawah yang Iskemia dan nekrosis
tulang
mengalami fraktur
S : Skala nyeri 5 Pembentukan abses tulang
T : Nyeri terasa terus
menerus Nyeri akut

2. DS : Faktor predisposisi : Hipertermi


- Virulensi kuman
 Pasien mengeluh badan - Riwayat trauma
terasa panas - Luka infeksi
 Pasien mengatakan badan

28
berkeringat Invasi mikroorganisme
dari tempat lain yang
DO :
beredar melalui sirkulasi
 pasien tampak lemah darah
 mukosa bibir tampak Masuk ke juksta epifisis
kering tulang panjang
 Terdapat pembengkakan
Osteomyelitis
jaringan lunak diatas
tulang Fagositosis
 konjungtiva anemis
 akral hangat Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan, gangguan
Obs :
fungsi, pembentukan pus,
TD : 130/90 mmHg dan kerusakan integritas
jaringan
N : 100X/menit
RR : 24X/menit
Demam
S : 39,0° C
Hipertermi
3. DS : Faktor predisposisi : Hambatan
- Virulensi kuman
pasien mengatakan saat mobilitas fisik
- Riwayat trauma
beraktivitas dibantu keluarga - Luka infeksi
DO :
Invasi mikroorganisme
 Pasien tampak lemah dari tempat lain yang
 Pasien tampak berbaring beredar melalui sirkulasi
darah
ditempat tidur
 Konjungtiva anemis Masuk ke juksta epifisis
tulang panjang
Obs :
TD : 130/90 mmHg Osteomyelitis

N : 100X/menit
Fagositosis
RR : 24X/menit
S : 39,0° C Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan, gangguan
fungsi, pembentukan pus,
dan kerusakan integritas

29
jaringan

Kemampuan tonus otot


menurun

Kelemahan Fisik

Hambatan Mobilitas fisik

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (abses tulang)
2. Hipertermi b.d proses penyakit (proses inflamasi, kerusakan integritas jaringan)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik

E. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d NOC : NIC :
agen cidera  Pain level 1. Lakukan pengkajian
biologis (abses  Pain control nyeri (lokasi,
tulang)  Comfort level karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas &

 Mampu mengontrol faktor presipitasi)

nyeri (tahu penyebab 2. Anjurkan untuk

nyeri, mampu melakukan teknik

menggunakan teknik relaksasi atau nafas

nonfarmakologi entuk dalam

mengurangi nyeri, 3. Berikan posisi semi

mencari bantuan) fowler

 Melaporkan bahwa nyeri 4. Tingkatkan istirahat

berkurang dengan 5. Batasi pengunjung

menggunakan 6. Kontrol lingkungan

manajemen nyeri yang dapat mengurangi

30
 Menyatakan perasaan nyeri seperti suhu
nyaman setelah nyeri ruangan, pencahayaan
berkurang dan kebisingan
 TTV dalam rentang 7. Observasi TTV
normal 8. Kolaborasi pemberian
terapi dengan dokter

2. Hipertermi b.d NOC : NIC :


proses penyakit Thermoregulation Fever treatment
(proses inflamasi, 1. Monitor suhu sesering
Kriteria Hasil:
kerusakan  Suhu tubuh dalam mungkin
integritas jaringan) rentang normal 2. Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal 3. Monitor TTV
 Tidak ada perubahan 4. Berikan anti piretik
warna kulit dan tidak ada 5. Lakukan tapid sponge
pusing 6. Anjurkan pasien banyak
minum air
7. Anjurkan pasien untuk
tidak memakai pakaian
tebal
8. Kolaborasi pemberian
cairan intravena dan
terapi sesuai anjuran
dokter

3. Hambatan NOC NIC :


mobilitas fisik b.d  Joint Movement : Active Exercise therapy :
Kelemahan fisik  Mobility Level ambulation
 Self care : ADLs 1. Monitoring vital sign

 Transfer performance pasien

Kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan

31
 Klien meningkat dalam terapi fisik tentang
aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai
 Mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
peningkatan mobilitas 3. Bantu klien untuk
 Memverbalisasikan menggunakan tongkat
perasaan dalam saat berjalan dan cegah
meningkatkan kekuatan terhadap cedera
dan kemampuan 4. Dekatkan peralatan yang
berpindah biasa digunakan pasien

 Memperagakan 5. Kaji kemampuan pasien

penggunaan alat Bantu dalam mobilisasi

untuk mobilisasi (walker) 6. Dampingi dan Bantu


pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
7. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
8. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
9. Dorong pasien untuk
melakukan secara
mandiri sesuai
kemampuan

32
F. Catatan perkembangan
Hari/Tgl No Dx Jam Implementasi Evaluasi
Kep
Minggu/ 1 09.15 1. Melakukan pengkajian S:
02/09/18
nyeri (nyeri seperti Klien mengeluh nyeri pada
ditusuk-tusuk) tungkai bawah yang mengalami
2. Menganjurkan pasien fraktur
09.25
untuk melakukan teknik O:
relaksasi nafas dalam  Pasien tampak lemah
10.05 3. Mengatur posisi pasien  Pasien tampak menahan sakit
semi fowler  Konjungtiva anemis
10.15 4. Menganjurkan pasien P : infeksi bakteri patogenik
untuk banyak istirahat pada fraktur terbuka
11.30 5. Kontrol lingkungan yang Q : seperti ditusuk-tusuk
dapat mengurangi nyeri R : Pada tungkai bawah yang
seperti suhu ruangan, mengalami fraktur
pencahayaan dan S : skala 5
kebisingan T : Nyeri terasa terus menerus
11.30 6. Membatasi Pengunjung Obs :
11.35 7. Mengkaji vital sign TD : 130/90 mmHg
TD : 130/90 mmHg N : 100X/menit
N : 100X/menit RR : 24X/menit
RR : 24X/menit S : 39,0° C
S : 39,0° C Thy :
12.00
8. Mengkolaborasikan Inf. Asering 20 Tpm
pemberian terapi dengan Inj. Keterolac 2x1 amp
dokter Inj. Cefotaxime 1x1 gr
Inf. Asering 20 Tpm
A : Masalah belum teratasi
Inj. Keterolac 2x1 amp
P : Intervensi dilanjutkan
Inj. Cefotaxime 1x1 gr

33
2 12.05 1. Memonitor suhu sesering S:
mungkin  Pasien mengeluh badan terasa
12.15 2. Memonitor warna dan panas
suhu kulit  Pasien mengatakan badan
12.17 3. Memantau vital sign berkeringat
TD : 130/90 mmHg O:
N : 100X/menit  pasien tampak lemah
RR : 24X/menit  mukosa bibir tampak kering
S : 39,0° C  Terdapat pembengkakan
12.25 4. Melakukan tapid sponge jaringan lunak diatas tulang
12.35 5. Menganjurkan pasien  konjungtiva anemis
banyak minum air  akral hangat
12.36 6. Menganjurkan pasien
untuk tidak memakai Obs :

pakaian tebal TD : 130/90 mmHg

12.45 7. Mengkolaborasikan N : 100X/menit

pemberian cairan RR : 24X/menit

intravena dan terapi sesuai S : 39,0° C

anjuran dokter Thy :

Inf. Asering 20 Tpm Inf. Asering 20 Tpm

Inf. Paracetamol 250 mg Inf. Paracetamol 250 mg

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr Inj. Ceftriaxone 2x1 gr


A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

3 13.00 1. Memonitor vital sign S:


pasien Pasien mengatakan saat
TD : 130/90 mmHg beraktivitas dibantu keluarga
N : 100X/menit O:
RR : 24X/menit  Pasien tampak lemah
S : 39,0° C  Pasien tampak berbaring
13.15 2. Membantu pasien untuk ditempat tidur

34
menggunakan tongkat saat  Konjungtiva anemis
berjalan dan cegah
Obs :
terhadap cedera
TD : 130/90 mmHg
13.25 3. Mendekatkan peralatan
N : 100X/menit
yang biasa digunakan
RR : 24X/menit
pasien
S : 39,0° C
13.30 4. Mengkaji kemampuan
A : Masalah belum teratasi
pasien dalam mobilisasi
P : Intervensi dilanjutkan
13.35 5. Mendampingi dan
membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
ps.
13.40 6. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika
diperlukan
13.50 7. Menganjurkan pasien
untuk melakukan secara
mandiri sesuai
kemampuan

Senin/ 1 08.00 1. Melakukan pengkajian S:


03/09/18
nyeri (nyeri seperti Klien masih mengeluh nyeri pada
ditusuk-tusuk) tungkai bawah yang mengalami
08.10 2. Menganjurkan pasien fraktur
untuk melakukan teknik Skala nyeri : 4 nyeri seperti keram
relaksasi nafas dalam O:
08.15 3. Mengatur posisi pasien  Pasien tampak lemah
semi fowler  Pasien tampak meringis
08.20 4. Menganjurkan pasien menahan nyeri
untuk banyak istirahat  Konjungtiva anemis
08.25 5. Kontrol lingkungan yang Obs :

35
dapat mengurangi nyeri TD : 130/80 mmHg
seperti suhu ruangan, N : 97X/menit
pencahayaan dan RR : 24X/menit
kebisingan S : 38,5° C
09.00 6. Membatasi Pengunjung
Thy :
09.30 7. Mengkaji vital sign
Inf. RL 20 Tpm
TD : 130/80 mmHg
Inj. Keterolac 2x1 amp
N : 97X/menit
Inj. Cefotaxime 1x1 gr
RR : 24X/menit
S : 38,5° C A : Masalah belum teratasi
10.00 8. Mengkolaborasikan P : Intervensi dilanjutkan
pemberian terapi dengan
dokter
Inf. Asering 20 Tpm
Inj. Keterolac 2x1 amp
Inj. Cefotaxime 1x1 gr

S:
2 1. Memonitor suhu sesering
11.35
 Pasien masih mengeluh badan
mungkin
terasa panas
11.40 2. Memonitor warna dan
 Pasien mengatakan badan
suhu kulit
11.50 berkeringat
3. Memantau vital sign
O:
TD : 130/80 mmHg
 pasien tampak lemah
N : 97X/menit
 mukosa bibir tampak kering
RR : 24X/menit
 Terdapat pembengkakan
S : 38,5° C
11.40 jaringan lunak diatas tulang
4. Melakukan tapid sponge
12.00 5. Menganjurkan pasien  konjungtiva anemis

banyak minum air  Kulit teraba hangat


12.05 6. Menganjurkan pasien Obs :
untuk tidak memakai TD : 130/80 mmHg
pakaian tebal N : 97X/menit

36
12.12 7. Mengkolaborasikan RR : 24X/menit
pemberian cairan S : 38,5° C
intravena dan terapi sesuai
Thy :
anjuran dokter
Inf. Asering 20 Tpm
Inf. Asering 20 Tpm
Inf. Paracetamol 250 mg
Inf. Paracetamol 250 mg
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

3 S:
12.30 1. Memonitor vital sign
Pasien mengatakan saat
pasien
beraktivitas masih dibantu
TD : 130/80 mmHg
keluarga
N : 97X/menit
O:
RR : 24X/menit
 Pasien tampak lemah
S : 38,5° C
12.40  Pasien tampak berbaring
2. Membantu pasien untuk
ditempat tidur
menggunakan tongkat saat
 Konjungtiva anemis
berjalan dan cegah
terhadap cedera Obs :
13.00 3. Mendekatkan peralatan TD : 130/80 mmHg
yang biasa digunakan N : 97X/menit
pasien RR : 24X/menit
13.15 4. Mengkaji kemampuan S : 38,5° C
pasien dalam mobilisasi
A : Masalah belum teratasi
13.30 5. Mendampingi dan
P : Intervensi dilanjutkan
membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
ps.
13.40 6. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi

37
dan berikan bantuan jika
diperlukan
13.55 7. Menganjurkan pasien
untuk melakukan secara
mandiri sesuai
kemampuan

Selasa/ 1 14.00 1. Melakukan pengkajian S:


04/09/18
nyeri (nyeri seperti Klien masih mengeluh nyeri pada
ditusuk-tusuk) tungkai bawah yang mengalami
14.05 2. Menganjurkan pasien fraktur
untuk melakukan teknik Skala nyeri : 4 nyeri seperti keram
relaksasi nafas dalam O:
14.10 3. Mengatur posisi pasien  Pasien tampak lemah
semi fowler  Pasien masih tampak
14.20 4. Menganjurkan pasien meringis menahan nyeri
untuk banyak istirahat  Konjungtiva anemis
14.25 5. Kontrol lingkungan yang Obs :
dapat mengurangi nyeri TD : 130/80 mmHg
seperti suhu ruangan, N : 98X/menit
pencahayaan dan RR : 24X/menit
kebisingan S : 38,0° C
16.00 6. Membatasi Pengunjung
Thy :
16.10 7. Mengkaji vital sign
Inf. Asering 20 Tpm
TD : 130/80 mmHg
Inj. Keterolac 2x1 amp
N : 98X/menit
Inj. Cefotaxime 1x1 gr
RR : 24X/menit
S : 38,0° C A : Masalah belum teratasi
17.00 8. Mengkolaborasikan P : Intervensi dilanjutkan
pemberian terapi dengan
dokter
Inf. Asering 20 Tpm
Inj. Keterolac 2x1 amp

38
Inj. Cefotaxime 1x1 gr

S:
17.30
2 1. Memonitor suhu sesering
 Pasien masih mengeluh badan
mungkin
terasa panas
17.40
2. Memonitor warna dan
 Pasien mengatakan badan
suhu kulit
18.30 berkeringat
3. Memantau vital sign
O:
TD : 130/80 mmHg
 pasien tampak lemah
N : 98X/menit
 mukosa bibir tampak kering
RR : 24X/menit
 konjungtiva anemis
S : 38,0° C
18.35  Kulit masih teraba hangat
4. Melakukan tapid sponge
18.45
5. Menganjurkan pasien Obs :
banyak minum air TD : 130/80 mmHg
19.00
6. Menganjurkan pasien N : 98X/menit
untuk tidak memakai RR : 24X/menit
pakaian tebal S : 38,0° C
19.30
7. Mengkolaborasikan
Thy :
pemberian cairan
Inf. Asering 20 Tpm
intravena dan terapi sesuai
Inf. Paracetamol 250 mg
anjuran dokter
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inf. Asering 20 Tpm
A : Masalah belum teratasi
Inf. Paracetamol 250 mg
P : Intervensi dilanjutkan
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

19.40 S:
3 1. Memonitor vital sign
pasien Pasien mengatakan saat
TD : 130/80 mmHg beraktivitas masih dibantu
N : 98X/menit keluarga
RR : 24X/menit O:
S : 38,0° C  Pasien tampak lemah
20.00
2. Membantu pasien untuk  Pasien tampak berbaring

39
menggunakan tongkat saat ditempat tidur
berjalan dan cegah  Konjungtiva anemis
terhadap cedera
Obs :
20.15 3. Mendekatkan peralatan
TD : 130/80 mmHg
yang biasa digunakan
N : 98X/menit
pasien
RR : 24X/menit
20.30 4. Mengkaji kemampuan
S : 38,0° C
pasien dalam mobilisasi
20.35 5. Mendampingi dan A : Masalah belum teratasi
membantu pasien saat P : Intervensi dilanjutkan
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
ps.
20.40 6. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika
diperlukan
21.00 7. Menganjurkan pasien
untuk melakukan secara
mandiri sesuai
kemampuan

40
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-
anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella
thyposa dan sebagainya. Proses spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen
dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

B. Saran
Diharapkan perawat dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit osteomielitis, cara pencegahan penularan oleh keluarga, dan cara
merawat pasien dirumah, sehingga diharapkan keluarga mendapatkan wawasan
lebih baik tentang penyakit osteomielitis.

41
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.
Wijaya, Andra & Mariza 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

You might also like