You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat
melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Diantaranya pembangunan di
bidang industri seperti industri kimia untuk produksi berbagai macam
kebutuhan, sehingga kebutuhan bahan baku, bahan penunjang, maupun tenaga
kerja akan meningkat. Pembangunan sektor industri kimia di Indonesia terus
mengalami peningkatan, tetapi ketergantungan dari impor luar negeri masih
lebih besar dari pada ekspor. Indonesia masih banyak mengimpor bahan baku
atau produk dari luar negeri. Akibat ketergantungan impor ini menyebabkan
berkurangnya devisa negara sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengatasi
ketergantungan tersebut. Salah satunya adalah dengan mendirikan pabrik untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dalam perkembangannya, banyak bahan mentah atau setengah jadi yang
telah diolah menjadi produk jadi atau intermediet, sehingga hal ini mengurangi
ketergantungan kita terhadap produk impor. Dalam usaha ini pemerintah
memprioritaskan pada pembangunan industri yang dapat merangsang
pertumbuhan industri yang lain, sehingga diharapkan pertumbuhan tersebut akan
semakin pesat. Pertumbuhan ini juga dialami oleh industri plastik, pasta gigi,
farmasi, kosmetik, vernis, dan lain-lain.
Salah satu industri kimia yang berkembang dengan pesat adalah industri
bahan polimer, yang menghasilkan berbagai jenis produk plastik, serat sintesis,
karet sistesis,dan sebagainya. Pada proses pembuatan bahan polimer, selain
memerlukan resin sebagai bahan baku utama, juga diperlukan suatu bahan
tambahan yang disebut dengan plasticizer, yaitu ester yang tidak berwarna dan
tidak berbau yang ditambahkan pada resin agar menjadi lunak dan mudah
dibentuk (meningkatkan elastisitas bahan), sehingga mempermudah proses
fabrikasi.

1
Diethyl Phthalate dalam industri kimia digunakan sebagai bahan baku
plasticizer yang berfungsi untuk sintesis plastics, elastomers, dan organic
coatings. Plasticizer merupakan bahan baku tambahan dalam pembuatan plastik
yang berfungsi untuk menaikkan kemampuan kerja dan fleksibilitas plastik.
Penambahan plasticizer dapat menurunkan viskositas leburan dan modulus
elastisitas plastik. Di samping itu, plasticizer juga digunakan sebagai bahan
pembuatan vernis nitrocelulosa, solvent parfum, bahan peledak, insektisida,
bahan pengkilap kuku, tinta cetak, dan bahan bakar roket.
Dari kegunaan tersebut dapat diketahui bahwa plasticizer banyak
digunakan dalam industri polimer dan diperdagangkan cukup luas. Disamping
itu berkembangnya industri polimer menyebabkan kebutuhan Diethyl Phthalate
sebagai bahan baku meningkat.
Kebutuhan plasticizer untuk masa mendatang sangatlah bergantung pada
produksi plastik yang ada. Melihat banyaknya kegunaan dari Diethyl Phthalate
dan penggunaannya yang terus meningkat, maka pendirian pabrik Diethyl
Phthalate ini dapat memberi keuntungan dan manfaat bagi industri lainnya,
selain itu diharapkan dapat meningkatkan kemajuan indonesia di sektor industri.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dengan didirikannya pabrik ini
diharapkan akan membawa dampak yang positif antara lain mengurangi import
Diethyl Phthalate yang berarti menghemat devisa negara dan dengan harapan
dapat menjadi komiditi ekspor serta menambah lapangan pekerjaan dan
mendorong berdirinya industri – industri lainnya yang menggunakan bahan baku
Diethyl Phthalate, sehingga diharapkan dapat mewujudkan era alih teknologi
sehingga perkembangan industri akan semakin maju.

2
B. Prospek Pasar
1. Data Impor dalam Negeri
Indonesia belum memiliki pabrik yang memproduksi Diethyl Phthalate,
sehingga kebutuhan Diethyl Phthalate dipasok dengan impor. Kebutuhan
Diethyl Phthalate berdasarkan data impor yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data impor Diethyl Phthalate di Indonesia
Jumlah
Tahun ke- Tahun
Impor (Ton)
1 2011 6310,357
2 2012 6944,334
3 2013 8206,201
4 2014 9157,608
5 2015 7464,131
6 2016 6496,715
7 2017 9223,972
(Badan Pusat Statistik, 2018)

2. Sasaran Pasar
Diethyl Phthalate dalam industri kimia digunakan sebagai bahan baku
plasticizer yang berfungsi untuk sintesis plastics, elastomers, dan organic
coatings. Plasticizer merupakan bahan baku tambahan dalam pembuatan
plastik yang berfungsi untuk menaikkan kemampuan kerja dan fleksibilitas
plastik. Penambahan plasticizer dapat menurunkan viskositas leburan dan
modulus elastisitas plastik. Di samping itu, plasticizer juga digunakan sebagai
bahan pembuatan vernis nitrocelulosa, solvent parfum, bahan peledak,
insektisida, bahan pengkilap kuku, tinta cetak, dan bahan bakar roket.
Dari kegunaan tersebut dapat diketahui bahwa plasticizer banyak
digunakan dalam industri polimer dan diperdagangkan cukup luas. Disamping
itu berkembangnya industri polimer menyebabkan kebutuhan Diethyl
Phthalate sebagai bahan baku meningkat.

3
C. Tinjauan Pustaka
1. Proses Produksi
a. Tinjauan Berbagai Proses
1. Esterifikasi menggunakan katalis asam sulfat
Diethyl Phthalate merupakan hasil esterifikasi dari Ethanol dan
Phthalic Anhydride dalam fase cair. Katalisator yang dipakai dalam reaksi
esterifikasi pada umumnya adalah asam kuat anorganik seperti asam
sulfat, tetapi asam sulfat lebih banyak dipakai karena waktu reaksi bisa
lebih cepat. Reaksi terjadi pada kondisi operasi suhu 95-120℃, dijalankan
di dalam reaktor Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB). Konversi
yang dihasilkan sebesar 90%.
(U.S Patent No. 2618651, 1952)

2. Esterifikasi menggunakan katalis sodium bisulfat


Proses ini sama dengan proses di atas, yaitu mereaksikan antara
Ethanol dan Phthalic Anhydride tetapi dengan sodium bisulfat sebagai
katalis, kondisi suhu reaktor 110℃. Konversi yang dihasilkan sebesar
85%. Katalis ini tidak dijual di Indonesia, jadi harus impor dari luar negeri
(India dan Cina).
(U.S Patent No.7135588 B2, 2006)

b. Pemilihan Proses
Berdasarkan uraian diatas, dalam pembuatan Diethyl Phthalate hanya
dibedakan pada penggunaan katalis yaitu asam sulfat dan sodium bisulfat.
Pemilihan proses yang akan dipilih ditinjau dari segi teknis dan ekonomis.

1. Tinjauan Teknis
Pemilihan proses yang akan dipilih ditinjau dari segi teknis dengan
membandingkan katalis asam sulfat dan sodium bisulfat, ditunjukkan
pada tabel 2 sebagai berikut:

4
Tabel 2. Perbandingan katalis berdasarkan segi teknis
Katalis
No Parameter
Asam sulfat Sodium bisulfat
1 Suhu operasi 100℃ **** 110℃ ***
2 Konversi 90% ***** 85% ****
3 Kebutuhan katalis 2% *** 2% ***

Keterangan :
***** = Sangat baik
**** = Baik
*** = Cukup Baik
** = Buruk
* = Sangat Buruk

2. Tinjauan Ekonomi
Pemilihan proses berdasarkan potensial dari segi ekonomi dinyatakan
sebagai berikut :
Tabel 3. Daftar Harga Bahan Komponen
Komponen BM (kg/kmol) Harga ($/kg)
C6H4O(CO)2 148,10 0,97
C2H5OH 46,07 0,90
C6H4(COOC2H5)2 222,24 2,00
H2O 18,01 0,00
(Indonesian.alibaba.com, 2018)

Nilai potensial ekonomi dapat dihitung dengan cara :


PE = ∑ (harga × BM)produk − ∑ (harga × BM)reaktan
= (2 × 222,24) + (0 × 18,01) − (0,97 × 148,1) – (0,9 × 46,07)
= $ 259,36 / kmol
Harga potensial ekonomi yang diperoleh bernilai positif, hal ini
menunjukkan proses tersebut menguntungkan, sehingga dapat dikatakan

5
pembuatan Diethyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan Ethanol dengan
katalis asam sulfat dan sodium bisulfat dapat dilakukan.
Pemilihan proses yang akan dipilih ditinjau dari segi ekonomi
dengan membandingkan katalis asam sulfat dan sodium bisulfat,
ditunjukkan pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Perbandingan katalis berdasarkan segi teknis
Katalis
No Parameter
Asam sulfat Sodium bisulfat
1 Perolehan katalis Gresik ***** India dan Cina **
2 Potensial ekonomi $ 259,36 / kmol *** $ 259,36 / kmol***
3 Harga Katalis $ 0,35 / kg **** $ 0,5 / kg ***

Keterangan :
***** = Sangat baik
**** = Baik
*** = Cukup Baik
** = Buruk
* = Sangat Buruk

Katalis asam sulfat dan sodium bisulfat dalam pembuatan Diethyl


Phthalate mempunyai bahan baku yang sama, maka pertimbangan yang
digunakan dalam pemilihan proses yaitu :
1. Suhu operasi pada katalis asam sulfat mendapatkan 4 bintang,
sedangkan pada katalis sodium bisulfat mendapatkan 3 bintang. Hal
ini disebabkan karena suhu operasi pada katalis asam sulfat lebih
rendah, sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
2. Konversi pada katalis asam sulfat mendapatkan 5 bintang,
sedangkan pada katalis sodium bisulfat mendapatkan 4 bintang, Hal
ini disebabkan karena konversi pada katalis asam sulfat lebih besar,
sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih banyak.

6
3. Perolehan katalis asam sulfat mendapatkan 5 bintang, sedangkan
pada katalis sodium bisulfat mendapatkan 2 bintang. Hal ini
disebabkan karena katalis asam sulfat lebih mudah didapatkan,
sehingga tidak memerlukan biaya yang besar untuk pengangkutan.
4. Harga katalis asam sulfat mendapatkan 4 bintang, sedangkan pada
katalis sodium bisulfat mendapatkan 3 bintang. Hal ini disebabkan
karena harga katalis asam sulfat lebih murah dari pada katalis
sodium bisulfat
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalam prarancangan pabrik ini
digunakan katalis asam sulfat.

c. Tinjauan Termodinamika
Tinjauan secara termodinamika ditujukan untuk mengetahui sifat reaksi
(eksotermis / endotermis) dan arah reaksi (reversibel / irreversible). Berikut ini
adalah cara menentukan sifat, kelayakan, dan arah reaksi.
1. Menentukan sifat reaksi
Tabel 5. Harga ∆H298, Cp, dan ∆G298 masing-masing komponen
∆H298, ∆G298,
Komponen Cp, J/(mol.K)
J/mol J/mol
Phthalic −105,627 + 1,984 T − 3,8847.10-3 T2 +
-393.130 -329.000
Anhydride 2,8513.10-6 T3
59,342 + 3,6358.10-1 T – 1,2164.10-3 T2
Ethanol -234.810 -168.280
+ 1,8030.10-6 T3
Diethyl 125,381 + 1,5763 T - 3,4735.10-3 T2 +
-688.300 -494.000
Phthalate 3,3343.10-6 T3
92,053 – 3,9953.10-2 T – 2,1103.10-4 T2
Air -241.800 -228.600
+ 5,3469.10-7 T3
(Yaws, 1999)

7
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
C6H4O(CO)2(l) + 2 C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
A + 2B C + D

• Reaksi dianggap isotermal

100 °C ∆HR 100 °C

∆HR ∆HP

25 °C ∆Hf 25 °C

a. Nilai ΔHR adalah sebagai berikut:


dHR = ∑ n.Cp. dT
dHR = (n.CpA + n.CpB )dT

1 x CpA : −105,627 + 1,984 T − 3,8847.10-3 T2 + 2,8513.10-6 T3


2 x CpB : 118,684 + 7,2716.10-1 T – 2,4328.10-3 T2 + 3,606.10-6 T3
+
13,057 + 1,25684 T – 6,3175.10 T + 6,4573.10 T
-3 2 -6 3

ΔHR = ∑ n.Cp. dT
298
= ∫373 ( 13,057 + 1,25684 T – 6,3175. 10−3 T 2 + 6,4573. 10−6 T 3 ) dT
1,25684 6,3175.10−3 6,4573.10−6 298
= ( 13,057T + T2 − T3 + T4)
2 3 4 373

ΔHR = 16700,09 − 14267,533


= 2432,557 J/Mol

b. Nilai ΔHf adalah sebagai berikut :


ΔHf = ∑ (∆H298)produk − ∑ (∆H298)reaktan
= ((∆H298)DEP + (∆H298)air) − ((∆H298)PA + (2 × ∆H298)etanol)

8
= ((-688.300 J/mol) + (-241.800 J/mol)) – ((-393.130 J/mol) + (2 × -234.810
J/mol))
= -67.350 J/mol

c. Nilai ΔHp adalah sebagai berikut :


1 x CpA : −105,627 + 1,984 T − 3,8847.10-3 T2 + 2,8513.10-6 T3
2 x CpB : 118,684 + 7,2716.10-1 T – 2,4328.10-3 T2 + 3,606.10-6 T3
1 x CpC : 125,381 + 1,5763 T - 3,4735.10-3 T2 + 3,3343.10-6 T3
1 x CpD : 92,053 – 3,9953.10-2 T – 2,1103.10-4 T2 + 5,3469.10-7 T3
+
230,491 + 4,241947 T – 10,00203.10-3 T2 + 10,326.10-6 T3

ΔHp = ∑ n.Cp. dT
373
ΔHp = ∫273 230,491 + 4,241947 T – 10,00203. 10−3 𝑇 2 +
10,326. 10−6 T 3 dT
1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6 373
= (125,381 T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 298
= 112471,1482 – 74041.4367
= 38429,71 J/mol

∆HTotal = ΔHR + ∆Hf + ΔHp


= 2432,557 J/Mol − 67.350 J/mol + 38429,71 J/mol
= −26487,733 J/Mol

• Reaksi dianggap adiabatik


𝑇
ΔHp = ∫273 230,491 + 4,241947 T – 10,00203. 10−3 𝑇 2 +
10,326. 10−6 T 3 dT
1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6 𝑇
= (125,381 T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 298
1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6
= (125,381 T + T2 – T3 + T4) −
2 3 4

74041.4367
∆HTotal = ΔHR + ∆Hf + ΔHp

9
0 = 2432,557 J/Mol − 67.350 J/mol + (125,381 T +
1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6
T2 – T3 + T 4 ) − 74041.4367
2 3 4
1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6
138958,8797 = 125,381 T + T2 – T3 + T4
2 3 4

T = 436,72 K
= 163,72 °C
Berdasarkan pehitungan diatas didapat nilai ∆H negatif dan suhu meningkat
menjadi 163,72 °C, jadi dapat disimpulkan bahwa reaksi berjalan secara eksotermis.

2. Menentukan kelayakan reaksi


Perubahan energi Gibbs dapat dihitung dengan persamaan :
−∆𝐺 𝑜
K ≡ exp ( ) (Smith, 2001)
𝑅𝑇

Dimana :
∆G298 = Energi bebas Gibbs standar suatu reaksi pada 298 K (kJ/mol)
R = Konstanta gas ideal (8,314 × 10-3 J/mol.K)
T = Temperatur (K)
K = Konstanta kesetimbangan
Reaksi : PA + 2 Etanol DEP + Air
∆G298 = ∑ (∆G298)produk − ∑ (∆G298)reaktan
= ((∆G298)DEP + (∆G298)air) − ((∆G298)PA + (2 × ∆G298)etanol)
= ((-494.000 J/mol) + (-228.600 J/mol)) – ((-329.000 J/mol) + (2 ×
-168.280 J/mol))
= -57.040 J/mol

Berdasarkan nilai ∆G0 dapat ditentukan tingkat kelayakan reaksi sebagai


berikut :

10
Tabel 6. Tingkat kelayakan reaksi berdasarkan nilai ∆G0
∆G0 (kJ/mol) Tingkat kelayakan reaksi
∆G0 < -40 Sangat layak
-40 < ∆G0 < 0 Layak
0 < ∆G0 < 40 Bisa layak, tapi sangat tergantung pada kondisi reaksi
∆G0 > 40 Pada umumnya tidak layak

Jadi berdasarkan nilai ∆G0 yang telah dihitung dapat disimpulkan bahwa
reaksi yang terjadi adalah spontan dan sangat layak.

3. Menentukan arah reaksi


−∆Go
K298 = exp ( RT
)

= exp -(-57.040 J/mol/(8,314 J/mol.K.298 K))


= 9,967.109
Jika kondisi operasi 100 ℃, maka besarnya konstanta kesetimbangan
dapat ditentukan sebagai berikut :

K ∆Ho 1 1
ln Ko = − (T − To ) (Smith, 2001)
R
K ∆H298 1 1
ln K373 = − (T −T )
298 R 373 298

Dimana :
K298 = Konstanta kesetimbangan pada 298 K
K373 = Konstanta kesetimbangan pada 373 K
∆H298 = Panas reaksi pada 298 K
R = Konstanta gas ideal (8,314 × 10-3 J/mol.K)
T298 = Temperatur pada 298 K
T373 = Temperatur pada suhu operasi 373 K

∆H298 = ∑ (∆H298)produk − ∑ (∆H298)reaktan


= ((∆H298)DEP + (∆H298)air) − ((∆H298)PA + (2 × ∆H298)etanol)

11
= ((-688.300 J/mol) + (-241.800 J/mol)) – ((-393.130 J/mol) + (2 × -234.810
J/mol))
= -67.350 J/mol
J
𝐾 −67.350 1 1
9 = −
423 mol
ln 9,967.10 J (373 K − 298 K)
8,314
mol.K

𝐾 373
ln 9,967.10 9 = -5,4659

K373 = 4,2145.107
Karena harga K373 = k1/k2 besar, jadi harga k2 jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan harga k1 sehingga k2 dapat diabaikan dan reaksi dianggap
berjalan satu arah (irreversible).

d. Tinjauan Kinetika
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate yang terjadi dapat dituliskan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

Reaksi (1) :
C6H4O(CO)2(l) + C2H5OH(l) C6H4C2H5(COO)2H(l)
Phthalic Anhydride + Ethanol Monoethyl Phthalate
Reaksi (2) :
C6H4C2H5(COO)2H(l) + C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
Monoethyl Phthalate + Ethanol Diethyl Phthalate + Air

Reaksi (1) merupakan reaksi searah dan berlangsung cepat dan


sempurna. Diketahui konstanta kesetimbangan reaksi (K) mempunyai nilai
yang cukup besar, sehingga dianggap pembentukan Diethyl Phthalate pada
reaksi (2) merupakan reaksi irreversible.
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate merupakan reaksi esterifikasi
orde 2. Persamaan konstanta kecepatan reaksi ditentukan dari percobaan atau
eksperimen. Berikut ini merupakan konstanta kecepatan reaksi :
4.515,8672
15,184909−
𝐵 10 𝑇
𝑘𝜏 =2,1.10 – 0,0008896 C + 1,228.10 C [𝑀] [
-5 -3
105 .0,012058
]

12
Dimana :
𝑘𝜏 = Konstanta laju reaksi (m3/kmol.jam)
C = Persentase berat asam sulfat terhadap umpan
B/M = Perbandingan mol alkohol dengan monoester
T = Suhu (K)
(Groggins P.H., 1958)

e. Pemilihan Reaktor
Diethyl Phthalate merupakan hasil esterifikasi dari Ethanol dan
Phthalic Anhydride dalam fase cair dengan menggunakan katalis asam sulfat
yang terjadi di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) pada kondisi
operasi dengan suhu 100℃ dan tekanan 2 atm. Perbandingan mol antara
Phthalic Anhydride dan Ethanol yaitu 1 : 2, dengan konversi hingga 90%.

f. Utilitas
Utilitas adalah unit pendukung proses produksi dalam suatu industri.
Terjaminnya pengadaan utilitas untuk proses operasi merupakan hal yang sangat
penting. Unit utilitas untuk pabrik Diethyl Phthalate diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan air, pembuatan steam, penyediaan udara tekan, penyediaan listrik,
dan penyediaan bahan bakar.
1. Kebutuhan Air
Air merupakan kebutuhan pokok dalam pemenuhan kebutuhan proses
produksi. Kebutuhan air dalam pabrik yang harus dipenuhi berupa air servis,
air rumah tangga, air proses, air proses, air pendingin, dan air umpan boiler.
Pabrik Diethyl Phthalate ini didirikan di daerah Gresik, Jawa Timur, oleh
karena itu kebutuhan air diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik.
2. Steam Jenuh
Steam jenuh sebagai media pemanas dalam alat proses.

13
3. Listrik
Listrik digunakan untuk menggerakkan motor penggerak alat-alat
proses seperti pompa, kompressor, dan alat-alat lainnya. Kebutuhan listrik
didapatkan dari PLN.
4. Udara Tekan
Udara tekan diperlukan untuk penggerak instrumen-instrumen
penggendali yang dipasang pada alat-alat proces.
5. Penyediaan Bahan Bakar
Bahan bakar diperlukan untuk menggerakkan generator dan sebakai
bahan bakar boiler.

2. Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk


a. Spesifikasi
1. Bahan Baku
a. Phthalic Anhydride
Rumus Molekul : C6H4(CO)2O

Rumus Struktur :

Kemurnian : 99,5 %
Impuritas : 0,5 % Maleic Anhydride
Wujud : Padat
Warna : Kristal putih (rhombic)
(PT. Petrowidada Gresik)
Berat Molekul : 148,12 g/gmol
Titik Didih : 284,5℃
Titik Lebur : 130,8℃
Densitas : 0,5393/0,22704[1 + (1-T/791)^0,248]
Kelarutan : Larut dalam alkohol, dan sedikit larut dalam air.
Kelarutan dalam air : 6 gram/liter pada 25℃.

14
Kapasitas panas : −105,627 + 1,984 T − 3,8847.10-3 T2 + 2,8513.10-6
T3
Flammability : Mudah terbakar pada suhu tinggi.
Toksisitas : Bila terkena kulit akan iritasi.

b. Ethanol
Rumus Molekul : C2H5OH

Rumus Struktur :

Kemurnian : 95 %
Impuritas : 5 % H2O
(PT. Molindo Raya Industrial Malang)
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Berat Molekul `: 46,07 g/gmol
Titik Didih : 78,4℃
Densitas : 1,6288/0,27469[1 + (1-T/514)^0,23178]
Kelarutan dalam air : 1000 gram/liter pada 25℃
Kapasitas panas : 59,342 + 3,6358.10-1 T – 1,2164.10-3 T2 +
1,8030.10-6 T3
Flammability : Mudah terbakar.
Toksisitas : Menyebabkan iritasi mata, kulit, pernapasan.

2. Bahan Pembantu
a. Asam Sulfat
Rumus Molekul : H2SO4

Rumus Struktur :

Kemurnian : 98 %

15
Impuritas : 2 % H2O
(PT. Petrokimia Gresik)
Wujud : Cair
Berat Molekul `: 98,08 g/gmol
Titik Didih : 340℃
Specific gravity : 1,834 (Pada suhu 18℃ dan air pada suhu 4℃)
Flammability : Tidak mudah terbakar.
Toksisitas : Iritasi jika tersentuh dan dibiarkan / tidak dibilas.

b. Sodium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Kemurnian : 48 %
Impuritas : 52 % H2O
(PT. Nusa Indah Megah Surabaya)
Wujud : Cair
Berat Molekul : 40 g/gmol
Specific gravity : 2,13
Kelarutan : Larut dalam alkohol dan air.
Flammability : Tidak mudah terbakar.
Toksisitas : Iritasi jika tersentuh dan dibiarkan / tidak dibilas.

3. Produk
a. Diethyl Phthalate
Rumus Molekul : C6H4(CO2C2H5)2

Rumus Struktur :

Kemurnian : 99 %
Impuritas : 1 % Maleic Anhydride
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna

16
Berat Molekul `: 222,24 g/gmol
Titik Didih : 298℃
Densitas : 0,47977/0,25428[1 + (1-T/766)^0,30722]
Kelarutan dalam air : 1 gram/liter pada 25℃
Kapasitas panas : 125,381 + 1,5763 T - 3,4735.10-3 T2 + 3,3343.10-6
T3
Flammability : Mudah terbakar pada suhu tinggi.
Toksisitas : Dapat dimasuk ke dalam kulit, hindari kontak mata.

b. Pengadaan dan Transportasi


Penyediaan kebutuhan bahan baku sangat diperlukan untuk
keberlangsungan pabrik, hal ini ditunjang dengan sarana transportasi yang
memadai untuk pengangkutan bahan baku dan pemasaran produk. Oleh
karena itu, fasilitas jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, dan landasan udara
sangat diperlukan. Sarana transportasi di Gresik cukup memadai, seperti jalan
raya yang berhubungan dengan pantura, Bandar Udara Djuanda, dan
Pelabuhan Tanjung Perak. Hal ini akan memudahkan dalam pengadaan bahan
baku dan pemasaran produk.
c. Kemasan
Diethyl Phthalate berwujud cair dan tidak berwarna, dikemas dengan
menggunakan drum plastik dengan kapasitas 200 kg, dan disimpan dalam
ruangan yang jauh dari api, panas, dan matahari.
d. Penyimpanan
Bahan baku Phthalic Anhydride ditampung dalam silo, dan Ethanol
disimpan dalam tangki penyimpanan pada suhu 30℃ dan tekanan 1 atm.
Bahan pendukung asam sulfat disimpan pada tangki penyimpanan, dan
sodium hidroksida ditampung dalam silo pada suhu 30℃ dan tekanan 1 atm.
Produk ditampung pada tangki penyimpanan pada suhu 35℃ dan tekanan 1
atm.

17
D. Prediksi Kapasitas
Berdasarkan data impor di Indonesia pada tabel 1, diperoleh grafik sebagai
berikut :
10000
9000
8000
Jumlah Impor (Ton)

7000
6000
y = 253,7x + 6671,4
5000
Data Impor
4000
Linear (Data Impor)
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8
Tahun ke-

Gambar 1. Grafik data impor Diethyl Phthalate di Indonesia


Didapatkan persamaan y = 253,7 x + 6671,4 ,dimana y adalah kebutuhan
impor Diethyl Phthalate dan x adalah tahun pabrik didirikan. Jika pabrik akan
didirikan pada tahun 2025 (tahun ke 15 dari 2011), maka x = 15 dan y = 10.476,9
ton.
Data impor negara lain dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan
kapasitas produksi. Berikut data impor Diethyl Phthalate di negara lain.
Tabel 7. Data impor Diethyl Phthalate di Negara Lain
Tahun Negara Jumlah Impor (Ton)
2017 Australia 5505,513
2017 Filipina 8042,048
2017 Cina,Hongkong 2465,066
2017 Jepang 21268,125
2017 Korea Selatan 31646,743
2017 Malaysia 20507,201
2017 India 91939,714
(Uncomtrade, 2018)

18
Penentuan kapasitas produksi minimal berdasarkan pabrik yang telah
berproduksi. Data kapasitas produksi pabrik Diethyl Phthalate di berbagai
negara ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Data kapasitas produksi pabrik Diethyl Phthalate di Dunia
Kapasitas Produksi
Negara Perusahaan
(ton/tahun)
Italia Polynt 110.000
Zaklady Azotowe
Polandia 60.000
Kedzierzyn
Republik Ceko Deza 50.000
Foshan Nanhai
China 33.000
Zhongnan Pharmaceutic
Turki Ela Kimya 15.000
Malaysia BASF’s Petronas 40.000
(LookChem.com, 2018), (Icis.com, 2015)

Jadi, berdasarkan kapasitas pabrik Diethyl Phthalate di dunia minimal


produksi yaitu 15.000 ton/tahun.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka akan didirikan pabrik Diethyl
Phthalate diproduksi sebesar 25.000 ton/tahun. Dengan melihat peluang pasar
global, produk tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan luar negeri, dan kebutuhan akan bahan tersebut pada tahun-tahun
yang akan datang semakin bertambah. Pendirian pabrik Diethyl Phthalate
merupakan satu langkah yang tepat untuk dipertimbangkan lebih lanjut.

19
BAB III
DESKRIPSI PROSES

A. Diagram Alir Proses

Gambar 2. Diagram Alir Proses menurut Patent

20
Gambar 3. Diagram Alir Proses

21
B. Uraian Proses Singkat
Proses pembuatan Diethyl Phthalate dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap
penyiapan bahan baku, reaksi, dan pemurnian hasil.

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku


Bahan baku Phthalic Anhydride padat dengan kemurnian 99,5 %
diperoleh dari PT. Petrowidada Gresik disimpan pada suhu 30℃ dan tekanan
1 atm, lalu dialirkan menuju Mixer (M-01). Bahan baku Ethanol dengan
kemurnian 95 % diperoleh dari PT. Molindo Raya Industrial Malang
disimpan pada suhu 30℃ dialirkan menuju Mixer (M-01) dengan tujuan
untuk mencampur Phthalic Anhydride dan Ethanol. Hasil pencampuran
Mixer (M-01) dipanaskan dalam Heat Exchanger (HE-01) sampai suhu 100℃
untuk memenuhi kondisi operasi dalam reaktor.

2. Tahap Reaksi
Reaksi yang terjadi dalam reaktor (R-01) berada pada kondisi suhu
100℃ dan tekanan 2 atm, ditambah dengan katalis asam sulfat dan reaksi
berlangsung secara eksotermis. Untuk mempertahankan suhu operasi di
dalam reaktor digunakan media pendingin. Berikut reaksi pembentukan
Diethyl Phthalate yang terjadi dalam Reaktor :
Reaksi (1)
C6H4O(CO)2(l) + C2H5OH(l) C6H4C2H5(COO)2H(l)
Phthalic Anhydride + Ethanol Monoethyl Phthalate
Reaksi (2) :
H2SO4
C6H4C2H5(COO)2H(l) + C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
Monoethyl Phthalate + Ethanol Diethyl Phthalate + Air

3. Tahap Pemurnian Hasil


Produk Diethyl Phthalate masih mengandung Maleic Anhydride,
Ethanol, air, dan asam sulfat. Produk keluar reaktor diumpankan ke dalam

22
Netralizer (M-02) untuk menetralkan asam sulfat dengan bahan penetral
NaOH. Berikut reaksi yang terjadi di dalam Netralizer :
2NaOH(l) + H2SO4(l) Na2SO4(s) + 2H2O(l)
Sodium Hidroksida + Asam Sulfat Sodium Sulfat + Air
Setelah dinetralkan produk keluaran Netralizer dialirkan menuju ke
Decanter (DE-01) untuk dipisahkan antara filtrat dan padatan. Pada Decanter
dipisahkan antara larutan organik yang terdiri atas Ethanol dan Diethyl
Phthalate dengan sedikit air sebagai hasil atas (fase ringan), dan senyawa
garam sodium sulfat sebagai hasil bawah (fase berat). Kemudian hasil atas
dialirkan menuju Menara Distilasi, sedangkan hasil bawah masuk ke UPL
(Unit Pengolahan Lanjut). Keluaran dari Decanter yang sudah dipanaskan
masuk ke dalam Menara Distilasi I (MD-01), hasil atas berupa Ethanol dan
air direcycle masuk ke Mixer (M-01). Hasil bawah dari Menara Distilasi
diumpankan ke dalam Menara Distilasi II (MD-02) untuk dipisahkan dan
dimurnikan, karena produk keluaran Menara Distilasi (MD-01) masih
mengandung Ethanol, Maleic Anhydride, dan sedikit air. Hasil atas Menara
Distilasi II dialirkan menuju UPL, sedangkan hasil bawah dialirkan ke Tangki
(T-01) untuk ditampung sebagai produk Diethyl Phthalate.

C. Rencana Lokasi
Pabrik Diethyl Phthalate direncanakan akan didirikan di daerah Gresik,
Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dipilih karena faktor-faktor sebagai berikut:
a. Sumber Bahan Baku
Bahan baku yaitu Phthalic Anhydride diperoleh dari PT. Petrowidada
Gresik dan Ethanol diperoleh PT. Molindo Raya Industrial Malang.
Persediaan katalis asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik, dan
bahan penetral diperoleh dari PT. Indo Bumi Agung Gresik.
b. Letak Pasar
Produksi Diethyl Phthalate diutamakan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri, terutama untuk industri polimer. Pemilihan lokasi di kawasan

23
Gresik sangat mendukung pemasaran produk Diethyl Phthalate mengingat
pabrik yang akan didirikan dekat dengan konsumen di Jawa Timur.
c. Sarana Transportasi
Sarana transportasi di Gresik cukup memadai, seperti jalan raya yang
berhubungan dengan pantura, Bandar Udara Djuanda, dan Pelabuhan
Tanjung Perak.
d. Sarana Utilitas
Dekat dengan penyedia air untuk industri yaitu PT. Petrokimia Gresik,
sehingga utilitas mudah diperoleh.
e. Tersedianya Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dengan mudah, mengingat Jawa
Timur termasuk provinsi yang memiliki jumlah penduduk cukup besar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alibaba. 2018. Product Price. Diakses dari www.alibaba.com pada tanggal 30


April 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Perdagangan Luar Negeri. Diakses dari
www.bps.go.id pada tanggal 30 April 2018.
Groggins, P.H. 1958. Unit Processes in Organic Synthesis. McGraw-Hill. New
York.
Perry, Robert H., and Don W. Green. 2008. Perry’s Chemical Engineers’
Handbook 8th edition. McGraw Hill : New York.
Smith, J.H., H.C. Van Ness, and M.M Abbott. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. McGraw Hill : New York.
Ullmann. 2003. Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry 7 th ed. VCH
Verlagsgesell Scahft. Wanheim : Germany.
US Patent No. 2618651. 1952. Preparation of Dimethyl and Diethyl Phthalate from
phtalic anhydride. United States Patent Office : USA
US Patent No. 7135588B2. 2006. Method of producing Dimethyl phthalate from
naptalene based chemicals. United States Patent Office : USA
Yaws. 1999. Chemical Properties Handbook. McGraw-Hill : New York.

25

You might also like