You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat
melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Diantaranya pembangunan di
bidang industri seperti industri kimia untuk produksi berbagai macam
kebutuhan, sehingga kebutuhan bahan baku, bahan penunjang, maupun tenaga
kerja akan meningkat. Pembangunan sektor industri kimia di Indonesia terus
mengalami peningkatan, tetapi ketergantungan dari impor luar negeri masih
lebih besar dari pada ekspor. Indonesia masih banyak mengimpor bahan baku
atau produk dari luar negeri. Akibat ketergantungan impor ini menyebabkan
berkurangnya devisa negara sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengatasi
ketergantungan tersebut. Salah satunya adalah dengan mendirikan pabrik untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dalam perkembangannya, banyak bahan mentah atau setengah jadi yang
telah diolah menjadi produk jadi atau intermediet, sehingga hal ini mengurangi
ketergantungan kita terhadap produk impor. Dalam usaha ini pemerintah
memprioritaskan pada pembangunan industri yang dapat merangsang
pertumbuhan industri yang lain, sehingga diharapkan pertumbuhan tersebut
akan semakin pesat. Pertumbuhan ini juga dialami oleh industri plastik, pasta
gigi, farmasi, kosmetik, vernis, dan lain-lain.
Salah satu industri kimia yang berkembang dengan pesat adalah industri
bahan polimer, yang menghasilkan berbagai jenis produk plastik, serat sintesis,
karet sistesis,dan sebagainya. Pada proses pembuatan bahan polimer, selain
memerlukan resin sebagai bahan baku utama, juga diperlukan suatu bahan
tambahan yang disebut dengan plasticizer, yaitu ester yang tidak berwarna dan
tidak berbau yang ditambahkan pada resin agar menjadi lunak dan mudah
dibentuk (meningkatkan elastisitas bahan), sehingga mempermudah proses
fabrikasi.

1
Diethyl Phthalate dalam industri kimia digunakan sebagai bahan baku
plasticizer yang berfungsi untuk sintesis plastics, elastomers, dan organic
coatings. Plasticizer merupakan bahan baku tambahan dalam pembuatan
plastik yang berfungsi untuk menaikkan kemampuan kerja dan fleksibilitas
plastik. Penambahan plasticizer dapat menurunkan viskositas leburan dan
modulus elastisitas plastik. Di samping itu, plasticizer juga digunakan sebagai
bahan pembuatan vernis nitrocelulosa, solvent parfum, bahan peledak,
insektisida, bahan pengkilap kuku, tinta cetak, dan bahan bakar roket.
Dari kegunaan tersebut dapat diketahui bahwa plasticizer banyak
digunakan dalam industri polimer dan diperdagangkan cukup luas. Disamping
itu berkembangnya industri polimer menyebabkan kebutuhan Diethyl
Phthalate sebagai bahan baku meningkat.
Kebutuhan plasticizer untuk masa mendatang sangatlah bergantung pada
produksi plastik yang ada. Melihat banyaknya kegunaan dari Diethyl Phthalate
dan penggunaannya yang terus meningkat, maka pendirian pabrik Diethyl
Phthalate ini dapat memberi keuntungan dan manfaat bagi industri lainnya,
selain itu diharapkan dapat meningkatkan kemajuan indonesia di sektor
industri.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dengan didirikannya pabrik ini
diharapkan akan membawa dampak yang positif antara lain mengurangi import
Diethyl Phthalate yang berarti menghemat devisa negara dan dengan harapan
dapat menjadi komiditi ekspor serta menambah lapangan pekerjaan dan
mendorong berdirinya industri – industri lainnya yang menggunakan bahan
baku Diethyl Phthalate, sehingga diharapkan dapat mewujudkan era alih
teknologi sehingga perkembangan industri akan semakin maju.

2
B. Sasaran Pasar
1. Data Impor dalam Negeri
Indonesia belum memiliki pabrik yang memproduksi Diethyl Phthalate,
sehingga kebutuhan Diethyl Phthalate dipasok dengan impor. Kebutuhan
Diethyl Phthalate berdasarkan data impor yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data impor Diethyl Phthalate di Indonesia
Jumlah
Tahun ke- Tahun
Impor (Ton)
1 2011 6310,357
2 2012 6944,334
3 2013 8206,201
4 2014 9157,608
5 2015 7464,131
6 2016 6496,715
7 2017 9223,972
(Badan Pusat Statistik, 2018)
Dari data impor pada tabel 1, diperoleh grafik sebagai berikut :

10000
9000
8000
Jumlah Impor (Ton)

7000
6000
y = 253.7x + 6671.4
5000
Data Impor
4000
Linear (Data Impor)
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8
Tahun ke-

Gambar 1. Grafik data impor Diethyl Phthalate di Indonesia

3
Didapatkan persamaan y = 253,7 x + 6671,4 ,dimana y adalah
kebutuhan impor Diethyl Phthalate dan x adalah tahun pabrik didirikan. Jika
pabrik akan didirikan pada tahun 2025 (tahun ke 15 dari 2011), maka x = 15
dan y = 10.476,9 ton.

2. Data Impor Negara Lain


Data impor negara lain dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan
kapasitas produksi. Berikut data impor Diethyl Phthalate di negara lain.
Tabel 2. Data impor Diethyl Phthalate di Negara Lain
Tahun Negara Jumlah Impor (Ton)
2017 Australia 5505,513
2017 Filipina 8042,048
2017 Cina,Hongkong 2465,066
2017 Jepang 21268,125
2017 Korea Selatan 31646,743
2017 Malaysia 20507,201
2017 India 91939,714
(UNCOMTRADE)
3. Kapasitas Pabrik Diethyl Phthalate di Dunia
Penentuan kapasitas produksi minimal berdasarkan pabrik yang telah
berproduksi. Data kapasitas produksi pabrik Diethyl Phthalate di berbagai
negara ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 3. Data kapasitas produksi pabrik Diethyl Phthalate di Dunia
Kapasitas Produksi
Negara Perusahaan
(ton/tahun)
Italia Polynt 110.000
Zaklady Azotowe
Polandia 60.000
Kedzierzyn
Republik Ceko Deza 50.000
China Foshan Nanhai 33.000

4
Zhongnan Pharmaceutic
Turki Ela Kimya 15.000
Malaysia BASF’s Petronas 40.000
(LookChem, 2018), (Icis, 2015)
Jadi, berdasarkan kapasitas pabrik Diethyl Phthalate di dunia minimal
produksi yaitu 15.000 ton/tahun.

4. Ketersediaan Bahan Baku


Persediaan bahan baku utama pembuatan Diethyl Phthalate yaitu
Phthalic Anhydride diperoleh dari pabrik yang ada di Indonesia PT.
Petrowidada Gresik yang memiliki kapasitas produksi 70.000 ton/tahun.
Persediaan Ethanol diperoleh dari PT. Molindo Raya Industrial Malang yang
memiliki kapasitas produksi 80.000 KL/tahun. Persediaan katalis asam sulfat
diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi 1.170.000
ton/tahun. Persediaan sodium hidroksida diperoleh dari PT. Asahimas
Chemical Banten.

C. Penentuan Kapasitas
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka akan didirikan pabrik Diethyl
Phthalate diproduksi sebesar 25.000 ton/tahun. Dengan melihat peluang pasar
global, produk tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan luar negeri, dan kebutuhan akan bahan tersebut pada tahun-tahun
yang akan datang semakin bertambah. Pendirian pabrik Diethyl Phthalate
merupakan satu langkah yang tepat untuk dipertimbangkan lebih lanjut.

5
BAB II
TINJAUAN PROSES

A. Tinjauan Proses
a. Esterifikasi menggunakan katalis asam sulfat
Dietil phthalat merupakan hasil esterifikasi dari Ethanol dan Phthalic
Anhydride dalam fase cair. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
C6H4O(CO)2(l) + 2 C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
Phthalic Anhydride + Ethanol Diethyl Phthalate + Air
Katalisator yang dipakai dalam reaksi esterifikasi pada umumnya adalah asam
kuat inorganik seperti asam klorida dan asam sulfat, tetapi asam sulfat lebih
banyak dipakai karena waktu reaksi bisa lebih cepat. Reaksi terjadi pada
kondisi operasi suhu 100℃ dan tekanan 2 atm, dijalankan di dalam reaktor
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB). Konversi yang dihasilkan sebesar
95%.
(U.S Patent No. 2618651, 1952)
Pemilihan proses berdasarkan potensial dari segi ekonomi dinyatakan
sebagai berikut :
Tabel 4. Daftar Harga Bahan Komponen
Komponen BM (kg/kmol) Harga ($/kg)
C6H4O(CO)2 148,10 0,97
C2H5OH 46,07 0,90
C6H4(COOC2H5)2 222,24 2,00
H2O 18,01 0,00
H2SO4 98,08 0,35
NaOH 39,99 0,7
(Alibaba, 2018)

6
Kebutuhan katalis asam sulfat sebanyak 0,2% dari berat Phthalic Anhydride
= 0,2% × BM C6H4O(CO)2 × Harga H2SO4
= 0,2% × 148,10 kg/kmol × 0,35 $/kg
= $ 0,1036 / kmol

Kebutuhan NaOH sebanyak 0,6% dari berat Phthalic Anhydride


= 0,6% × BM C6H4O(CO)2 × Harga NaOH
= 0,6% × 39,9 kg/kmol × 0,7 $/kg
= $ 0,1676 / kmol

Nilai potensial ekonomi dapat dihitung dengan cara :


PE = ∑ (harga × BM)produk − ∑ (harga × BM)reaktan + Katalis
= (2 × 222,24) + (0 × 18,01) − (0,97 × 148,1) – (0,9 × 46,07) +
(0,1036 + 0,1676)
= $ 259,63 / kmol

Harga potensial ekonomi yang diperoleh bernilai positif, hal ini


menunjukkan proses tersebut menguntungkan, sehingga dapat dikatakan
pembuatan Diethyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan Ethanol dengan
katalis asam sulfat dapat dilakukan.

b. Esterifikasi menggunakan katalis sodium bisulfat


Proses ini sama dengan proses di atas, yaitu mereaksikan antara Ethanol
dan Phthalic Anhydride serta sodium bisulfat sebagai katalis, kondisi suhu
reaktor 110℃. Konversi yang dihasilkan sebesar 85%. Katalis ini tidak dijual
di Indonesia, jadi harus impor dari luar negeri.
(U.S Patent No.7135588 B2, 2006)

7
Pemilihan proses berdasarkan potensial dari segi ekonomi dinyatakan
sebagai berikut :
Tabel 5. Daftar Harga Bahan Komponen
Komponen BM (kg/kmol) Harga ($/kg)
C6H4O(CO)2 148,10 0,97
C2H5OH 46,07 0,90
C6H4(COOC2H5)2 222,24 2,00
H2O 18,01 0,6
NaHSO4 120,06 0,5
(Alibaba, 2018)
Kebutuhan katalis sodium bisulfat sebanyak 2 % dari berat Phthalic Anhydride
= 2% × BM C6H4O(CO)2 × Harga H2SO4
= 2% × 148,10 kg/kmol × 0,5 $/kg
= $ 1,481 / kmol

Nilai potensial ekonomi dapat dihitung dengan cara :


PE = ∑ (harga × BM)produk − ∑ (harga × BM)reaktan + Katalis
= (2 × 222,24) + (0 × 18,01) − (0,97 × 148,1) – (0,9 × 46,07) +
(1,481)
= $ 260,84 / kmol

Harga potensial ekonomi yang diperoleh bernilai positif, hal ini


menunjukkan proses tersebut menguntungkan, sehingga dapat dikatakan
pembuatan Diethyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan Ethanol dengan
katalis sodium bisulfat dapat dilakukan.

B. Pemilihan Proses
Berdasarkan uraian diatas, dalam pembuatan diethyl phthalate hanya
dibedakan pada penggunaan katalis yaitu asam sulfat dan sodium bisulfat.
Pemilihan proses yang akan dipilih ditinjau dari segi teknis dan ekonomis.

8
Tabel 6. Perbandingan katalis berdasarkan segi teknis dan segi ekonomis
Katalis
No Parameter
Asam sulfat Sodium bisulfat
1 Suhu operasi 100℃ 110℃
2 Konversi 95% 85%
3 Perolehan katalis Dalam negeri Luar negeri
4 Kebutuhan katalis 0,2% 2%
5 Potensial ekonomi $ 259,63 / kmol $ 260,84 / kmol

Katalis yang dipilih bedasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas yaitu asam


sulfat.

C. Tinjauan Termodinamika
Tinjauan secara termodinamika ditujukan untuk mengetahui sifat reaksi
(eksotermis / endotermis) dan arah reaksi (reversibel / irreversible). Berikut ini
adalah cara menentukan sifat reaksi dan arah reaksi.
Tabel 4. Harga ∆H298, Cp, dan ∆G298 masing-masing komponen
∆H298, ∆G298,
Komponen Cp, J/(mol.K)
J/mol J/mol
Phthalic −105,627 + 1,984 T − 3,8847.10-3 T2 +
-393.130 -329.000
Anhydride 2,8513.10-6 T3
59,342 + 3,6358.10-1 T – 1,2164.10-3 T2
Ethanol -234.810 -168.280
+ 1,8030.10-6 T3
Diethyl 125,381 + 1,5763 T - 3,4735.10-3 T2 +
-688.300 -494.000
Phthalate 3,3343.10-6 T3
92,053 – 3,9953.10-2 T – 2,1103.10-4 T2
Air -241.800 -228.600
+ 5,3469.10-7 T3
(Yaws, 1999)
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate, dapat dinyatakan sebagai berikut :

9
C6H4O(CO)2(l) + 2 C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
A + 2B C + D

Reaksi dianggap isotermal


ΔH

ΔH1 ΔH2

ΔH298

Dapat dihitung ΔH1 sebagai berikut :

dH = ∑ n.Cp. dT
dH = (n.CpA + n.CpB )dT

CpA = ( −105,627 + 1,984 T − 3,8847. 10 −3 T2 + 2,8513. 10−6 T3 ) dT

3,8847.10−3 2,8513.10−6
T4 ) 298
1,984
= ( −105,627T + T2 − T3 +
2 3 4 373
= 27969,89 − 45216,17701
= −17246,287 𝐽/𝑀𝑜𝑙

CpB = (59,342 + 3,6358. 10−1 T – 1,2164. 10−3 T 3 + 1,8030. 10−6 T 3 )dT


3,6358.10−1 1,2164.10−3 1,8030.10−6 298
= (59,342T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 373
= 26652,164 − 35110,1998
= −8458,035 J/Mol
ΔH1 = −17246,287 − 8458,035
= −25704,32201 J/Mol

10
Dapat dihitung ΔH298 sebagai berikut :
ΔH298 = ∑ (∆H298)produk − ∑ (∆H298)reaktan
= ((∆H298)DEP + (∆H298)air) − ((∆H298)PA + (2 × ∆H298)etanol)
= ((-688.300 J/mol) + (-241.800 J/mol)) – ((-393.130 J/mol) + (2 × -234.810
J/mol))
= -67.350 J/mol

Dapat dihitung ΔH2 sebagai berikut :


dH = ∑ n.Cp. dT
= (n.CpA + n.CpB + n.CpC + n.CpD )dT

CpA = ( −105,627 + 1,984 T − 3,8847. 10 −3 T2 + 2,8513. 10−6 T3 ) dT

3,8847.10−3 2,8513.10−6
T4 ) 298
1,984
= ( −105,627T + T2 − T3 +
2 3 4 373
=45216,17701 − 27969,89
= 17246,287 J/Mol

CpB = (59,342 + 3,6358. 10−1 T – 1,2164. 10−3 T 3 + 1,8030. 10−6 T 3 )dT


3,6358.10−1 1,2164.10−3 1,8030.10−6 373
= (59,342T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 298
= 35110,1998 − 26652,164
= 8458,035 J/Mol

CpC = (125,381 + 1,5763 T – 3,4735. 10−3 T 3 + 3,3343. 10−6 T 3 )dT


1,5763 3,4735.10−3 3,3343.10−6 373
= (125,381 T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 298
= 112470,3436 - 83287,669
= 29182,6746 J/Mol
CpD = (92,053 + 3,9953. 10−2 T – 2,1103. 10−4 T 3 + 5,3469. 10−7 T 3 )dT
3,9953.10−2 2,1103.10−4 5,3469.10−7 373
= (92,053T + T2 – T3 + T4)
2 3 4 298
= 36052,086 − 24850,4278
= 11201,658 J/Mol

11
J J J J
∆H2 = 17246,287 Mol
+ 8458,035
Mol
+ 29182,6746
Mol
+ 11201,658
Mol

= 66088,6546 J/Mol
∆H = ΔH1 + ∆H298 + ∆H2
J J J
= −25704,32201 Mol − 67.350 Mol
+ 66088,6546 Mol

= −26965,6671 J/Mol

Berdasarkan pehitungan diatas didapat nilai ∆H negatif, jadi dapat


disimpulkan bahwa reaksi berjalan secara eksotermis.

Perubahan energi Gibbs dapat dihitung dengan persamaan :


−∆𝐺 𝑜
K ≡ exp ( ) (Smith, 2001)
𝑅𝑇

Dimana :

∆G298 = Energi bebas Gibbs standar suatu reaksi pada 298 K (kJ/mol)
R = Konstanta gas ideal (8,314 × 10-3 J/mol.K)
T = Temperatur (K)
K = Konstanta kesetimbangan

Reaksi : PA + 2 Etanol DEP + Air


∆G298 = ∑ (∆G298)produk − ∑ (∆G298)reaktan
= ((∆G298)DEP + (∆G298)air) − ((∆G298)PA + (2 × ∆G298)etanol)
= ((-494.000 J/mol) + (-228.600 J/mol)) – ((-329.000 J/mol) + (2 × -168.280
J/mol))
= -57.040 J/mol
−∆Go
K298 = exp ( )
RT

= exp -(-57.040 J/mol/(8,314 J/mol.K.298 K))


= 9,967.109
Jika kondisi operasi 100 ℃, maka besarnya konstanta kesetimbangan dapat
ditentukan sebagai berikut :
K ∆Ho 1 1
ln Ko = − R
(T − To ) (Smith, 2001)

12
K ∆H298 1 1
ln K373 = − (T −T )
298 R 373 298

Dimana :
K298 = Konstanta kesetimbangan pada 298 K
K373 = Konstanta kesetimbangan pada 373 K
∆H298 = Panas reaksi pada 298 K
R = Konstanta gas ideal (8,314 × 10-3 J/mol.K)
T298 = Temperatur pada 298 K
T373 = Temperatur pada suhu operasi 373 K

∆H298 = ∑ (∆H298)produk − ∑ (∆H298)reaktan


= ((∆H298)DEP + (∆H298)air) − ((∆H298)PA + (2 × ∆H298)etanol)
= ((-688.300 J/mol) + (-241.800 J/mol)) – ((-393.130 J/mol) + (2 × -234.810
J/mol))
= -67.350 J/mol
J
𝐾423 −67.350 1 1
ln 9,967.109 = − J
mol
(373 K − 298 K)
8,314
mol.K

𝐾
373
ln 9,967.10 9 = -5,4659

K373 = 4,2145.107
Karena harga K373 = k1/k2 besar, jadi harga k2 jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan harga k1 sehingga k2 dapat diabaikan dan reaksi dianggap
berjalan satu arah (irreversible).

13
D. Tinjauan Kinetika
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate yang terjadi dapat dituliskan dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi (1) :
C6H4O(CO)2(l) + C2H5OH(l) C6H4C2H5(COO)2H(l)
Phthalic Anhydride + Ethanol Monoethyl Phthalate
Reaksi (2) :
C6H4C2H5(COO)2H(l) + C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
Monoethyl Phthalate + Ethanol Diethyl Phthalate + Air
Reaksi (1) merupakan reaksi searah dan berlangsung cepat dan sempurna.
Diketahui konstanta kesetimbangan reaksi (K) mempunyai nilai yang cukup besar,
sehingga dianggap pembentukan Diethyl Phthalate pada reaksi (2) merupakan
reaksi irreversible.
Reaksi pembentukan Diethyl Phthalate merupakan reaksi esterifikasi orde 2.
Persamaan konstanta kecepatan reaksi ditentukan dari percobaan atau eksperimen.
Berikut ini merupakan konstanta kecepatan reaksi :
4.515,8672
15,184909−
𝐵 10 𝑇
𝑘𝜏 =2,1.10 – 0,0008896 C + 1,228.10 C [𝑀] [
-5 -3
]
105 .0,012058

Dimana :
𝑘𝜏 = Konstanta laju reaksi (m3/kmol.jam)
C = Persentase berat asam sulfat terhadap umpan
B/M = Perbandingan mol alkohol dengan monoester
T= Suhu (K)

E. Spesifikasi Bahan
a. Spesifikasi Bahan Baku
1. Phthalic Anhydride
Rumus Molekul : C6H4(CO)2O
Kemurnian : 99,5 %
Impuritas : 0,5 % Maleic Anyhydride

14
Wujud : Padat
Warna : Kristal putih (rhombic)
Berat Molekul ` : 148,12 g/gmol
Titik Didih : 284,5℃
Titik Lebur : 130,8℃
Densitas : 0,5393/0,22704[1 + (1-T/791)^0,248]
Kelarutan : Larut dalam alkohol, dan sedikit larut dalam air.
Kelarutan dalam air : 6 gram/liter pada 25℃

2. Ethanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Kemurnian : 95 %
Impuritas : 5 % H2O
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Berat Molekul ` : 46,07 g/gmol
Titik Didih : 78,4℃
Densitas : 1,6288/0,27469[1 + (1-T/514)^0,23178]
Kelarutan dalam air : 1000 gram/liter pada 25℃

15
b. Spesifikasi Bahan Pembantu
1. Asam Sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Kemurnian : 98 %
Impuritas : 2 % H2O
Wujud : Cair
Berat Molekul ` : 98,08 g/gmol
Titik Didih : 340℃
Specific gravity : 1,834 (Pada suhu 18℃ dan air pada suhu 4℃)

2. Sodium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Kemurnian : 48 %
Impuritas : 52 % H2O
Wujud : Cair
Berat Molekul : 40 g/gmol
Specific gravity : 2,13
Kelarutan : Larut dalam alkohol dan air.

c. Spesifikasi Produk
1. Diethyl Phthalate
Rumus Molekul : C6H4(CO2C2H5)2
Kemurnian : 99 %
Impuritas : 1 % Maleic Anhydride
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Berat Molekul ` : 222,24 g/gmol
Titik Didih : 298℃
Densitas : 0,47977/0,25428[1 + (1-T/766)^0,30722]
Kelarutan dalam air : 1 gram/liter pada 25℃

16
F. Pemilihan Lokasi
Pabrik Diethyl Phthalate direncanakan akan didirikan di daerah Gresik,
Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dipilih karena faktor-faktor sebagai berikut:
a. Sumber Bahan Baku
Bahan baku yaitu Phthalic Anhydride diperoleh dari PT. Petrowidada
Gresik dan Ethanol diperoleh PT. Molindo Raya Industrial Malang.
Persediaan katalis asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik, dan
bahan penetral diperoleh dari PT. Indo Bumi Agung Gresik.
b. Letak Pasar
Produksi Diethyl Phthalate diutamakan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri, terutama untuk industri polimer. Pemilihan lokasi di kawasan
Gresik sangat mendukung pemasaran produk Diethyl Phthalate mengingat
pabrik yang akan didirikan dekat dengan konsumen di Jawa Timur.
c. Sarana Transportasi
Sarana transportasi di Gresik cukup memadai, seperti jalan raya yang
berhubungan dengan pantura, Bandar Udara Djuanda, dan Pelabuhan
Tanjung Perak.
d. Sarana Utilitas
Dekat dengan penyedia air untuk industri yaitu PT. Petrokimia Gresik,
sehingga utilitas mudah diperoleh.
e. Tersedianya Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dengan mudah, mengingat
Jawa Timur termasuk provinsi yang memiliki jumlah penduduk cukup
besar.

G. Utilitas
Utilitas adalah unit pendukung proses produksi dalam suatu industri.
Terjaminnya pengadaan utilitas untuk proses operasi merupakan hal yang
sangat penting. Unit utilitas untuk pabrik Diethyl Phthalate diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan air, pembuatan steam, penyediaan udara tekan,
penyediaan listrik, dan penyediaan bahan bakar.

17
a. Kebutuhan Air
Air merupakan kebutuhan pokok dalam pemenuhan kebutuhan proses
produksi. Kebutuhan air dalam pabrik yang harus dipenuhi berupa air servis,
air rumah tangga, air proses, air proses, air pendingin, dan air umpan boiler.
Pabrik Diethyl Phthalate ini didirikan di daerah Gresik, Jawa Timur, oleh
karena itu kebutuhan air diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik.
b. Steam Jenuh
Steam jenuh sebagai media pemanas dalam alat proses.
c. Listrik
Listrik digunakan untuk menggerakkan motor penggerak alat-alat proses
seperti pompa, kompressor, dan alat-alat lainnya. Kebutuhan listrik didapatkan
dari PLN.
d. Udara Tekan
Udara tekan diperlukan untuk penggerak instrumen-instrumen
penggendali yang dipasang pada alat-alat proces.
e. Penyediaan Bahan Bakar
Bahan bakar diperlukan untuk menggerakkan generator dan sebakai
bahan bakar boiler.

18
BAB III
DESKRIPSI PROSES

A. Diagram Alir Proses

Gambar 2. Diagram Alir Proses

19
B. Uraian Proses Singkat
Proses pembuatan Diethyl Phthalate dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap
penyiapan bahan baku, reaksi, dan pemurnian hasil.

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku


Bahan baku Phthalic Anhydride padat dengan kemurnian 99,5 %
diperoleh dari PT. Petrowidada Gresik disimpan pada suhu 30℃ dan
tekanan 1 atm, lalu dialirkan menuju Mixer (M-01). Bahan baku Ethanol
dengan kemurnian 95 % diperoleh dari PT. Molindo Raya Industrial Malang
disimpan pada suhu 30℃ dialirkan menuju Mixer (M-01) dengan tujuan
untuk mencampur Phthalic Anhydride dan Ethanol. Hasil pencampuran
Mixer (M-01) dipanaskan dalam Heat Exchanger (HE-01) sampai suhu
100℃ untuk memenuhi kondisi operasi dalam reaktor.

2. Tahap Reaksi
Reaksi yang terjadi dalam reaktor (R-01) berada pada kondisi suhu
100℃ dan tekanan 2 atm, ditambah dengan katalis asam sulfat dan reaksi
berlangsung secara eksotermis. Untuk mempertahankan suhu operasi di
dalam reaktor digunakan media pendingin. Berikut reaksi pembentukan
Diethyl Phthalate yang terjadi dalam Reaktor :
Reaksi (1)
C6H4O(CO)2(l) + C2H5OH(l) C6H4C2H5(COO)2H(l)
Phthalic Anhydride + Ethanol Monoethyl Phthalate
Reaksi (2) :
H2SO4
C6H4C2H5(COO)2H(l) + C2H5OH(l) C6H4(COOC2H5)2(l) + H2O(l)
Monoethyl Phthalate + Ethanol Diethyl Phthalate + Air

3. Tahap Pemurnian Hasil


Produk Diethyl Phthalate masih mengandung Monoethyl Phthalate,
Maleic Anhydride, Ethanol, air, dan asam sulfat. Produk keluar reaktor
diumpankan ke dalam Netralizer (M-02) untuk menetralkan asam sulfat

20
dengan bahan penetral NaOH. Berikut reaksi yang terjadi di dalam
Netralizer:
2NaOH(l) + H2SO4(l) Na2SO4(s) + 2H2O(l)
Sodium Hidroksida + Asam Sulfat Sodium Sulfat + Air
Setelah dinetralkan produk keluaran dialirkan menuju ke Decanter
(DE-01) untuk dipisahkan berdasarkan kelarutannya. Pada Decanter (DE-
01) dipisahkan antara Diethyl Phthalate, Monoethyl Phthalate, dan Maleic
Anhydride sebagai hasil bawah, sedangkan senyawa garam sodium sulfat,
Phthalic Anhydride, Ethanol, dan air sebagai hasil atas. Kemudian hasil atas
dialirkan menuju proses selanjutnya, sedangkan hasil bawah masuk ke
dalam tangki penyimpan. Keluaran dari Decanter masuk ke dalam
Evaporator (EV-01) hasil atas berupa Ethanol dan air, sedangkan hasil
bawah berupa senyawa garam sodium sulfat, Phthalic Anhydride yang
selanjutnya akan masuk ke UPL. Hasil atas dari Evaporator (EV-01)
dimurnikan kembali di dalam Menara Distilasi (MD-01) untuk memurnikan
Ethanol dengan air. Hasil atas Menara Distilasi (MD-01) berupa Ethanol
direcycle menuju Mixer (M-01), sedangkan hasil bawah dialirkan ke UPL.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alibaba. 2018. Product Price. Diakses dari www.alibaba.com pada tanggal 30


April 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Perdagangan Luar Negeri. Diakses dari
www.bps.go.id pada tanggal 30 April 2018.
Perry, Robert H., and Don W. Green. 2008. Perry’s Chemical Engineers’
Handbook 8th edition. McGraw Hill : New York.
Smith, J.H., H.C. Van Ness, and M.M Abbott. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. McGraw Hill : New York.
Ullmann. 2003. Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry 7th ed. VCH
Verlagsgesell Scahft. Wanheim : Germany.
Yaws. 1999. Chemical Properties Handbook. McGraw-Hill : New York.

22

You might also like