You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modal sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat dipandang sebagai inventasi
untuk mendapatkan sumber daya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu modal sosial
diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan,
mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan
bersama. Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang
sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern.
Modal sosial meruapakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia ,
pembangunan ekonomi, sosial , politik dan stabilitas demokrasi. Berbagai permasalahan
dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya
modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan
meredupkan semangat gotong royong , memperparah kemiskinan , meningkatkan
pengangguran , kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk.
Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah
modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam masyarakat harus
direkatkan dengan kepercayaan. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah
adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas
kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga
masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di
antara para anggotanya. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya
yang didasarkan kepada nilai-nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling
curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan-ketimpangan
antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Hal inilah yang
menjadi latar belakang dari pembuatan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah :


1. Apakah pengertian dari definisi modal sosial ?
2. Apakah unsur-unsur dari modal sosial ?

1
3. Apakah peran modal sosial dalam pembangunan ?
4. Bagaimanakah konsep pemberdayaan masyarakat ?
5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dan proses pembangunan ?
6. Bagaimana cara mengembangkan modal sosial ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi modal sosial.
2. Untuk mengetahui unsur- unsur modal sosial.
3. Untuk mengetahui peran modal sosial dalam pembangunan berkelanjutan.
4. Untuk mengetahui konsep pemberdayaan masyarakat.
5. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dan proses pembangunan .
6. Untuk mengetahui cara mengembangkan modal sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modal Sosial
Modal sosial adalah penampilan organisasi sosial , seperti kepercayaan, norma-norma
(atau hal timbal balik) , dan jaringan (dari ikatan-ikatan Masyarakat), yang dapat
memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya kordinasi dan kerja sama
bagi keuntungan bersama (Suharto,2007).

2
Menurut Suharto (2007) modal sosial adalah sebagai sumber (resource) yang timbul
dari adanya interaksi antara orang-orang dan komunitas. Dari berbagai definisi diatas
maka pengertian modal sosial dapat disimpulkan sebagai sumber daya yang muncul dari
hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun institusi yang
melahirkan ikatan emosionalberupa kepercayaan, hubungan-hubungan timbal balik, dan
jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang membentuk struktur
masyarakat yang berguna untuk kordinasi dan kerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Modal sosial akan tumbuh dan berkembang kalau digunakan bersama dan akan
mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan secara bersama, oleh karena itu
pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses adaptasi, pembelajaran serta
pengalaman dalam praktek nyata.

2.2 Unsur-Unsur Modal Sosial


Blakeley dan Suggate, dalam Suharto(2007) menyatakan bahwa unsure-unsur modal
sosial adalah (1) Kepercayaan (Trust), tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan
antar institusi dalam masyarakat; (2) Perasaaan tidak egois dan tidak individualistik yang
mengutamakan kepentingan umum dan orang lain diatas kepentingan sendiri; (3) Gotong-
royong, sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan bahu-membahu
dalam melakukan berbagai upaya untuk kepentingan bersama; (4) Jaringan, dan
kolaborasi sosial, membangun hubungan dan kerjasama antar individu dan antar institusi
baik dalam komunitas sendiri/kelompok maupun diluar komunitas/kelompok dalam
berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Hasbulah (2006) mengetengahkan enam unsure pokok dalam modal sosial
berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:
1. Participation in anetwork.
Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan
sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan
atas dasar prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan
(freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok atau anggota
masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis
akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu
kelompok.
2. Reciprocity.
Kecenderungan saling tukar kebaikan antar indivudu dalam suatu kelompok atau alam
kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang
dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada

3
masyarakat dan elompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot
resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal
sosial yang tinggi.
3. Trust.
Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya
yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan
kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolekti yang didasari saling percaya akan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagi bentuk dan dimensi terutama
dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu
dan memberikan kontribusi paa peningkatan modal sosial.
4. Social norms.
Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam suatu
entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya ter-institusionalisasi, tidak tertulis
tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan
sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan
menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial
yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial
disebut sebagai salah satu modal sosial.
5. Values.
Suatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota
kelompok masyarakat. Nilai merupkan hal penting dalam kebudayaan, biasanya ia
tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat
tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang
pada akhirnya membentuk pola cultural.
6. Proactive action.
Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi
senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan
masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempata yang dapat
memperkaya hunungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku
inisiatif dalm mencari informasi berbagi pengalaman, mencari ide, pengetahuan, dan
beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu maupun kelompok, merupakan
wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.

Ridell, dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter modal sosial:

4
1. Kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang
ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-
norma yang dianut bersama;
2. Norma-norma (norms), norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-
harapan, dan tujuan-tujuan yang dinyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang;
3. Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud
jaringan-jaringa kerjasama antar manusia. Jatingan tersebut memfasilytasi terjadinya
komunikasi dan interaksi, memungkinkan timbulnya kepercayaan dan memperkuat
kerjasama.

2.3 Peran Modal Sosial dalam Pembangunan


Perkembangan pradigma dan teori pembanguna telah mengalami perubahan sejak 30
tahun lalu. Perubahan ini dipicu oleh ketidakpuasan pada perkembangan pembangunan
di banyak Negara berkembang dan Negara miskin du benua Asia dan afrika. Pradigma
pembangunan yang ada sebelumnya telah menjerumuskan Negara-negara tersebut dalam
kemiskinan akibat lemahnya kontrol negara terhadap pengaruh dan intervensi negara
asing dalam bidang perekonomian, perdagangan, industry, budaya, dan politik, yang
berimbas pada lemahnya kebijakn publik yang dibuat oleh pemerintah yang berpihak
pada kepentingan masyarakat.
Perubahan pradigma yang terjadi kemudian, banyak negara belum juga berdampak
positif bagi masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskina dan upaya membebaskan
bangsa dar keterbelakangan senantiasa tidak menghasilkan sesuatu yang optimal. Hal ini
erat kaitannya dengan tidak dimasukannya modal sosial sebagai faktor penting dalam
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kebijakan. Kenyataan ini menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya dimensi cultural dan pendayagunaan peran lembaga-lembaga
yang tumbuh dalam masyarakat umtuk mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses
pembangunan.Fakuyama (2002) misalnya menyebutkan faktor cultural, khususnya
modal sosial menempati posisi yang sangat penting sebagai faktor yang menentukan
kualitas masyarakat.

2.4 Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Skema program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang kebanyakan
digagas oleh para pekerja sosial bisa dikategorikan sebagai model pembangunan
alternatif. Gagasan pembangunan alternatif muncul dalam diskursus pembangunan
sebagai reaksi terhadap kegagalan model pembangunan pro pertumbuhan ekonomi
dalam mengatasi problem kemiskinan, memerhatikan kelestarian lingkungan serta
5
memecahkan aneka problem sosial yang menghimpit masyarakat (Suparjan dan Hempri
Suyatno, 2003: 4) .
Sebagaimana dialami oleh negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia, hal
mendasar yang mengiringi pembangunan adalah kapitalisme.Sementara modernisasi
adalah strategi (maupun cara pandang) yang mengiringi proses penyebaran kapitalisme
sebagai suatu sistem sosial (Harris, 1982: 15). Mengacu pengertian tersebut,
pembangunan yang bertumpu pada strategi modernisasi lebih mengutamakan usaha
peningkatan produksi dan modernisasi infrastruktur. Pendekatan pembangunan yang
bersifat top down seperti ini tidak mencerminkan keberpihakan pada kebutuhan
masyarakat. Akibatnya, hasil dari program-program pembangunan yang dilancarkan
tidak berhubungan langsung terhadap pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat
khusunya kalangan miskin, meskipun telah menghabiskan biaya yang besar. Secara
empiris, model pembangunan konvesional/pro-pertumbuhan dianggap telah
menghasilkan banyak pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia serta memunculkan
berbagai bentuk ketimpangan baik ketimpangan antara pemerintah pusat dengan daerah,
ketimpangan dalam memperoleh sumber pendapatan maupun ketimpangan dalam
memperoleh keadilan (Lambang Trijono, 2001: 228).
Wacana dan praktis pembangunan yang konvensional telah mengabaikan
keberadaan pengetahuan lokal (local knowledge) dan tradisi-tradisi lokal dalam proses
pembangunan. Hal ini membawa implikasi berupa hilangnya sistem perekonomian
rakyat yang berorientasi subsistensi, sistem jaringan pengamanan sosial (social safety
net) tradisional seperti lumbung desa, sistem irigasi pertanian tradisional, dan
sebagainya. Implikasi lebih lanjut dari kondisi ini adalah terjadinya ketimpangan
distribusi pendapatan dan dislokalisasi sosial dalam skala masif pada masyarakat lapis
bawah.

2.5 Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan


Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring
dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu mewujudkan
kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep pemberdayaan
dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri,
partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarkat yang sekarang dalam kondisi tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat,
2001: 3).

6
Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat
setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai
ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya
saling memerlukan diantara mereka, perasaan demikian yang pada dasarnya merupakan
identifikasi tempat tinggal dinamakan perasaan komuniti (community sentiment).
Menurut Soekanto bahwa unsur-unsur perasaan komuniti antara lain :
a. Seperasaan
b. Sepenanggungan
c. Saling memerlukan (Soekanto, 1990: 150)

Dalam program pemberdayaan penting juga diperhatikan modal sosial yang


dimiliki masyarakat setempat. Seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama bahwa modal
sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan
bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma
yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program
pemberdayaan yang terdapat di wilayah tersebut (Hasbullah, 2006: 8).

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan


masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan
manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial
ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan
kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan
sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan
kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki
kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui :

1. Menumbuh kembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat) yang lemah secara


ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.
2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan
masyarakatnya (Suharto, 2005: 5).

2.6 Mengembangkan Modal Sosial


Menurut sejumlah literatur, keberadaan aksi-aksi pembangunan alternatif antara lain
melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk
menyempurnakan keterbatasan dan kekurangan dari model pembangunan pro

7
pertumbuhan cenderung bercorak simplistis. Salah satu indikasinya adalah
penekanannya pada upaya-upaya akumulasi modal fisik (physical capital) secara
sentralistik dan cenderung mengabaikan aspek keterkaitannya dengan kapital-kapital
yang lain seperti modal alami (natural capital), modal manusia (human capital), dan
modal sosial (social capital). Ketidaksinambungan antarkapital telah melahirkan
multikritis dalam pembangunan selamai ini (Grace A.J. Rumagit, 2002: 6).
Untuk mengatasi krisis tersebut membutuhkan upaya sinergis-kolaboratif dari
berbagai pihak dalam mengembangkan berbagai sumber daya (modal) yang kita miliki.
Disinilah letak urgensinya upaya-upaya CU dalam merancang dan melaksanakan
program bersama warga masyarakat. Melalui upaya pengembangan kapital sosial (social
capital) CU Karya Murni ternyata menjadi faktor krusial dalam menentukan
keberhasilan pembangunan disamping ketiga kapital lainnya.
Selama ini pendekatan model alternatif pembangunan yang dipilih dilaksanakan
melalui strategi reaktualisasi pembangunan sosial. Strategi ini dilakukan untuk
mereduksi berbagai ketimpangan yang terjadi, khusunya ketimpangan personal yang
terjadi di masyarakat melalui reaktualisasi modal sosial secara sinergis dan simultan
dengan modal fisik, modal manusia, dan modal alamiah.
Serangkaian aksi pengembangan masyarakat yang di lakukan patut diapreasi secara
positif karena menunjukkan kesadaran dari elemen civil society dalam berbagai peran
membangun kualitas hidup masyarakat kurang mampu. Berikut ini model-model
reaktualisasi pembangunan sosial:
1. Model Social action
Model social action memekankan pada gerakan pengembangan masyarakat yang
dilakukan secara partisipatif (collective action). Aktivitas pengembangan masyarakat
dilakukan seharusnya dikenal sebagai gerakan moral yang lebih mengutamakan
pengembangan kualitas modal sosial seperti: kepatuhan pada sistem norma (norms),
tata nilai (values), sikap (attitudes), keyakinan (beliefs), budaya bernegara (civic
culture), saling percaya (social-trust), solidaritas dalam bekerja sama (solidarity
cooperation), perilaku dalam bekerja sama (cooperative behavior), peran dan aturan
main (roles and rules), jaringan kerja (networks), hubungan interpersonal
(interpersonal relationship), tata cara dan keteladanan (procedures and precedents),
organisasi sosial (social oraganization), keterkaitan horizontal dan vertikal
(horizontal and vertical linkages). Pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk
mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat merupakan upaya strategis
dalam mempercepat peningkatan modal sosial masyarakat. Dalam pendekatan

8
partisipatif ini setiap warga dari kelompok sasaran program selalu diikutsertakan
dalam merencanakan, melaksanakan, menikmati, dan melestarikan program
(Zubaedi, 2013: 160).
2. Model Sustainable
Aktivitas pengembangan masyarakat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
kesinambungan (sustainable). Kesinambungan disini dimaksudkan sebagai upaya-
upaya pengembangan kehidupan masyarakat yang menekankan pada intervensi
modal sosial, modal manusia, modal fisik, dan modal alamiah (environment) secara
sinergis dan berimbang. Modal sosial (social capital) perlu dipupuk mengingat ia
menjadi salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi
masyarakat (Dr. Ir. Arif Daryanto, M.Ec., 2004). Investasi dalam modal sosial dalam
bentuk pendidikan, pelatihan, dan kesehatan menghasilkan sumber pertumbuhan
yang tidak kalah pentingnya dengan investasi pada modal fisik. Menurut sejumlah
studi, peranan modal sosial tidak kalah pentingnya dengan infrastruktur ekonomi
lainnya, sehingga upaya untuk membangun modal sosial perlu diprioritaskan.
Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena
adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya
yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan
bersama (Zubaedi, 2013: 161).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi. modal sosial dapat
disimpulkan sebagai sumber daya yang muncul dari hasil interaksi dalam suatu
komunitas, baik antar individu maupun institusi yang melahirkan ikatan
emosionalberupa kepercayaan, hubungan-hubungan timbal balik, dan jaringan-
jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang membentuk struktur masyarakat
yang berguna untuk kordinasi dan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Blakeley dan Suggate, dalam Suharto(2007) menyatakan bahwa unsure-unsur modal
sosial adalah (1) Kepercayaan (Trust), (2) Perasaaan tidak egois dan tidak
individualistik yang mengutamakan kepentingan umum dan orang lain diatas
kepentingan sendiri, (3) Gotong-royong, sikap empati dan perilaku yang mau
menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk
kepentingan bersama, (4) Jaringan, dan kolaborasi social. Dalam program
pemberdayaan penting juga diperhatikan modal sosial yang dimiliki masyarakat
setempat. Seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama bahwa modal sosial adalah segala
sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang
tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program
pemberdayaan yang terdapat di wilayah tersebut.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah diharapkan kepada pembaca agar
memahami dengan benar materi mengenai modal sosial dalam pemberdayaan
masyarakat berkelanjutan, agar nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fakuyama. 2002. Trust : Kebijakan Sosial Dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:Qalam.

Hasbullah. 2006. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suharto. 2007. Kebijakan social sebagai kebijakan public. Bandung:Alfabeta.

Zubaedi.2013. Kebijakan Sosial dan Modal Sosial. Jakarta : Pustaka

11

You might also like