You are on page 1of 34

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. S
UMUR : 58 Tahun
ALAMAT : Dusun Mandala RT 018/008, Paguyangan, Brebes
PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga
AGAMA : Islam
JENIS KELAMIN : Perempuan

I. Subjektif
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Onset
Kurang lebih 7 bulan yang lalu
2. Kronologi

Pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada bagian bawah


payudara kiri sejak 7 bulan yang lalu. Pertama kali benjolan sebesar
telur puyuh teraba keras dan tidak nyeri. Setelah beberapa bulan
benjolan tersebut semakin membesar, sebesar bola pingpong. Dan
pasien berobat ke RSUD Bumiayu, pasien langsung disarankan untuk
dilakukannya biopsi jaringan payudara yang sebelah iri. Biopsi
dilakukan pada bulan Agustus 2018. Setelah di biopsy, pasien
mengeluhkan lemas, nyeri terus menerus pada payudara kiri, panas dan
terasa keras. Pasien menyangkal meraskan nyeri pada persendian,
daerah pinggang, maupun sesak nafas, ataupun kelemahan anggota
gerak. Pasien juga menyangkal adanya benjolan yang tumbuh di
tempat lain. Sekitar satu bulan kemudian pasien kontrol dan di
sarankan untuk dilakukannya MRM dan di rujuk ke RSMS

1
dikarenakan hasil biopsi menunjukan adanya keganasan dan terdapat
benjolan baru di tempat yang sama.

3. Kuantitas
Rasa nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat hingga
pasien tidak dapat melakukan pekerjaan rumah tangga.
4. Kualitas
Nyeri dirasakan senut-senut pada seluruh payudara kiri.
5. Gejala Penyerta
Pasien mengeluhkan sering lemas, berkeringat dan nafsu makan
berkurang.
6. Faktor yang memperingan
Gejala berkurang jika pasien tertidur.
7. Faktor yang memperberat
Ketika sedang menjalankan aktivitas, pasien merasa nyeri semakin
memberat.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tidak rutin minum obat hipertensi.

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat benjolan payudara dan bagian tubuh lain (-), riwayat kanker (-),
riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat alergi (-).

E. Keadaan Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan 1 orang anak. Kebiasaan makan
sehari-hari, yaitu makan 3x/hari dengan mendoan, sayur kangkung,
jagung, brokoli, dan wortel. Pasien jarang makan daging. Pasien juga
jarang melakukan olahraga. Pasien dan suami tidak merokok dan
mengonsumsi alkohol. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.

2
II. Objektif
A. Status Internus Pasien
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran/GCS : E4V5M6
3. Tekanan Darah : 130/90
4. Denyut Nadi : 88x/menit
5. Pernafasan : 22x/menit
6. Berat badan : 61 kg
7. Tinggi Badan : 159 cm

B. Status Generalis

Pemeriksaan kepala
Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut.
Mata : SI -/-, CA -/-, pupil isokor, reflex cahaya +/+.
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, tidak tampak sianosis.

Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran KGB dan thyroid

Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru
Depan
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.

Belakang
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.

3
Auskultasi : vesikuler +/+, suara tambahan -/-

b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa –
Perkusi : batas jantung : tidak normal, ada pembesaran
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS VI linea midclavikularis sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternalsinistra
Pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni regular

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan -
, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5/5//5/5
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+) Refleks patologis : (-/-) Edema : (-/-)

C. Status Lokalis
Pemeriksaan mammae sinistra
Inspeksi : Tampak massa sebesar bola pingpong mamae sinistra,
retraksi +, peau d’orange -, abses -, darah-. Tidak tampak
benjolan pada axial sinistra.
Palpasi : Teraba massa 3cmx3cm pada bagian bawah

4
Mammae sinistra, terfiksir, konsistensi keras, permukaan
tidak rata, batas tegas dan teraba panas.

D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium RSMS (10/10/18)
Hemoglobin 13
Leukosit 10630
Hematokrit 39
Eritrosit 4.2
Trombosit 287.000
MCV 92.0
MCH 30.7
MCHC 33.4
RDW 12.6
MPV 9.9
PT 10.0
APTT 43.6 H
HbSAG Non reaktif

Pemeriksaan X-Foto Thorak PA


Cardiomegaly (LV)
Pulmo dalam batas normal
Tak tampak gambaran pulmonary-bone metastasis

Pemeriksaan hasil histopatologi


Karsinoma ductus invasive NST Grade II

III. Assesement
Karsinoma ductus invasive mammae sinistra NST Grade II

5
IV. Planning
Pro Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) (11/10/18)

V. Follow up Pre-MRM (10/10/18)


A. Subjektif
Pasien mengeluhkan terasa kencang pada payudara kiri
B. Objektif
TD : 140/90
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5
Pemeriksaan Status Generalis: dalam batas normal
Status Lokalis :
Inspeksi : Tampak massa sebesar bola pingpong mamae sinistra,
retraksi +, peau d’orange -, abses -, darah-. Tidak tampak
benjolan pada axial sinistra.
Palpasi : Teraba massa 3cmx3cm pada bagian bawah
Mammae sinistra, terfiksir, konsistensi keras, permukaan
tidak rata, batas tegas dan teraba panas.

Gambar 2.1 Foto Pre MRM

6
VI. Follow up Post-MRM (12/10/18)
A. Subjektif
Pasien mengeluhkan nyeri bekas jahitan pada payudara kanan, terasa
kencang
B. Objektif
TD : 130/80
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5
Pemeriksaan Status Generalis: dalam batas normal
Status Lokalis :
Pemeriksaan mammae sinistra
Payudara kiri bekas operasi terdapat jahitan tertutup kassa, elastik band,
tidak rembes, dan terdapat drainase darah 100cc/12jam.
C. Assesement
Ca ductus invasive mammae sinistra
D. Planning Post-OP
IVFD NaCl 0.9%
Inj. Ceftriakson 1x1 gram
Inj. Ketorolac 2x30mg
Kesimpulan

 Terdapat benjolan pada bagian bawah payudara kanan sejak 7 bulan yang
lalu dan semakin lama semakin membesar.
 Pasien mengeluhkan lemas, berkeringat dan nafsu makan berkurang.

Pemeriksaan mammae sebelum MRM


Inspeksi : Tampak massa sebesar bola pingpong mamae sinistra,
retraksi +, peau d’orange -, abses -, darah-. Tidak tampak
benjolan pada axial sinistra.
Palpasi : Teraba massa 3cmx3cm pada bagian bawah
Mammae sinistra, terfiksir, konsistensi keras, permukaan
tidak rata, batas tegas dan teraba panas.

7
Planning
Pro-MRM (11/10/18)

Pemeriksaan mamma setelah MRM


Payudara kiri bekas operasi terdapat jahitan tertutup kassa, elastik band,
tidak rembes, dan terdapat drainase darah 100cc/12jam.

Planning post MRM :


IVFD NaCl 0.9%
Inj. Ceftriakson 1x1gram
Inj. Ketorolac 2x30mg

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PAYUDARA

I. Anatomi Payudara
Payudara terletak pada bagian depan muskulus pectoralis mayor dan
muskulus serratus anterior dan melekat pada muskulus tersebut oleh jaringan
ikat. Masing-masing payudara memiliki 1 puting sebagai tempat
dikeluarkannya ASI. Area gelap yang berada disekitar puting disebut sebagai
areola. Areola tampak kasar karena mengandung kelenjar sebasea yang
termodifikasi. Ligamentum yang berfungsi untuk menyokong payudara
disebut sebagai ligamentum suspensorium (Cooper’s Ligament). Kekuatan
ligamentum ini untuk menyokong payudara berkurang seiring dengan
bertambahnya usia dan olahraga yang berlebih seperti jogging terus menerus.
Masing-masing payudara terdapat kelenjar mammary yaitu suatu
modifikasi dari kelenjar keringat yang berfungsi untuk memproduksi ASI.
Kelenjar mammary terdiri dari 15-20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan
adiposa. Masing-masing lobus terdapat lobules-lobulus yang tersusun
berkelompok seperti buah anggur yang didalamnya terdapat alveoli yang
berfungsi sebagai kelenjar yang mensekresi ASI. Kontraksi sel-sel mioepitel
pada alveoli membantu untuk mengeluarkan ASI ke puting payudara. Ketika
ASI telah diproduksi, maka ASI akan dikeluarkan melalui tubulus sekunder
kemudian ke duktus mammary dan ke sinus lactiferous dimana ASI tersimpan
sebelum pada akhirnya dialirkan ke ductus lactiferous. Ductus lactiferous ini
yang akan membawa ASI keluar dari payudara menuju ke puting payudara
(Tortora dan Nielsen, 2014).

9
II. Fungsi Payudara
Fungsi payudara adalah untuk sintesis, sekresi, dan ejeksi ASI. Produksi
ASI distimulasi oleh hormone prolaktin, sedangkan ejeksi ASI distimulasi oleh
oksitosin yang disekresikan oleh pituitary posterior akibat respon terhadap
hisapan di putting payudara
III. Suplai darah
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang
dari A. axillaries, dan A. intercostal. Vena aksilaris, vena thoracica interna,
dan vena intercostals 3-5 mengalirkan darah dari kelenjar mamma. Vena-vena
ini mengikuti arterinya. Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena
brachialis dan vena basilica, terletak di medial atau superficial terhadap arteri
aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena
ini melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia.

10
IV. Aliran Limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok
inkonstan yang bervariasi.Seringnya pembagian menurut Haagensen.

V. Persarafan

Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya


melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral
keempat juga mempersarafi papilla mammae.

11
KARSINOMA MAMMAE

2.1 Definisi
Keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus
maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker
terbanyak di Indonesia (Kemenkes, 2011).

2.2 Epidemiologi
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker
di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian
yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki
dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan
berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan
(Kemenkes, 2011).

2.3 Faktor Resiko

Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk

12
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut (Nani, 2010):

1. Umur

Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat


seiring bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker
payudara ratarata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul
sebelum menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause
atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif,
derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga
survival rates-nya lebih rendah (Balasubramaniam, 2013).

2. Riwayat kanker payudara

Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu


payudara mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada
payudara yang lainnya.

3. Riwayat Keluarga

Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya
atau saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko
lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum
usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik
dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.

4. Perubahan payudara tertentu

Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya


yang terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan
meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical
hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

5. Perubahan Genetik

13
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa
gen lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara
umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma,
poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan
BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon.Wanita yang
memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker
payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung
untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.

6. Riwayat reproduksi dan menstruasi

Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan


risiko untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya
paparan justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang
meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum
usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di atas 55
tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi
akhir dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi
efek protektif, sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak
pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita yang mendapatkan
menopausal hormone therapymemakai estrogen, atau mengkonsumsi
estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan risiko
kanker.

7. Ras

Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,


dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi
pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.

8. Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada

14
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk
payudara) sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker
payudara akan meningkat di kemudian hari.

9. Kepadatan jaringan payudara

Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak.Wanita yang


pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih
padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.

10. Overweight atau Obese setelah menopause

Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah


menopause meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena
sumber estrogen utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi
androstenedione menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan
kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen
jangka panjang.

11. Kurangnya aktivitas fisik

Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnyakurang, risiko untuk


menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan
membantu mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.

12. Diet

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering


minum alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar.
Karena alkohol akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering
mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan
meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko
kanker.

2.4 Gejala Klinis


Gejala kanker payudara bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan,
tetapi kanker payudara sangat jarang pada pria dibandingkan dengan wanita.Lebih

15
dari 1 dari 10 perempuan cenderung menderita gejala kanker payudara. Gejala
kanker payudara dapat terdeteksi ketika benjolan atau massa tumbuh cukup besar,
baik dirasakan atau dilihat pada mamografi. Gejala kanker payudara sering belum
terdeteksi sampai kanker itu sudah dalam tahap lanjut, dan mungkin sudah
metastasis ke daerah vital tubuh.Untuk itu, penting bagi wanita memeriksakan diri
secara teratur. Gambaran klinis yang dapat ditemukan menurut Churchill (1990),
yaitu:
1. Benjolan pada payudara, keras atau lembut.
2. Nyeri, yang bervariasi dengan siklus haid dan independen dari siklus haid
3. Perubahan pada kulit payudara:
- Skin dimpling
- Skin ulcer
- Peau d'orange

4. Gangguan puting:
- Puting tertarik ke dalam
- Eksim (ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya)
- Putting discharge

2.5 Klasifikasi Kanker Payudara


1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran
menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di
dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan
terlihat dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan
(clustered or irregular calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro
(microcalcifications) pada hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala
kanker. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya
massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi.
DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy
tumor jinak.Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat

16
dilakukan mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi
kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh. DCIS muncul
dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung lebih
invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat,
terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di
awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk
tak beraturan.

b) Lobular carcinoma in situ


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita

17
dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau
lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

2. Invasive carcinoma
I. Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan
pada tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari
papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's
disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ)
yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla
mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran
atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan
epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi lumpectomy,
mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran
tumor dan adanya kanker invasif.
II. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)
(80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada
60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita
perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai

18
massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan
meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di
bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke
sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam
kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,
berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan
kanker payudara herediter yang berhubungan dengan BRCA-1.
Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis
dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa
(1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan
plasma;
(2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif;
(3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan
karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10%
menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-
year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular
carcinoma.
c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus
lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang
invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan
pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini
dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.
d. Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan
pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.

19
Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan
kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang
rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular
carcinoma.
e. Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya
ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode awal menopause.
Long-term survival mendekati 100%.

III. Invasive lobular carcinoma (10%)


Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan
sedikit sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya
multifokal, multisentrik, dan bilateral.Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.
IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

2.6 Grading dan Staging


Grading
Grading dibuat berdasarkan histologisnya:
GX : Grading tidak dapat dinilai
G1 : Low grade (rendah)
G2 : Intermediate grade (sedang)
G3 : High grade (Tinggi)

Staging
Staging pada karsinoma mammae dilakukan berdasarkan sistem TNM dari
UICC/AJCC 2002 yaitu sebagai berikut :
Tumor Primer (T)
TX : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak ada bukti terdapat tumor primer

20
Tis : Carcinoma in situ
Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ
Tis(LCIS) : Lobular carcinoma in situ
Tis(Paget's) : Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor
(Catatan : Paget's disease yang berhubungan dengan tumor
diklasifikasikan menurut ukuran tumor)
T1 : Tumor ≤ 2 cm
T1 : mic Microinvasion ≤ 0.1
T1a : Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm
T1b : Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm
T1c : Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm
T2 : Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding
Dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :
T4a : Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis
T4b : Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit payudara,
Atau ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama
T4c : Kriteria T4a dan T4b
T4d : Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)


NX : KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)
N0 : Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 : Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan
N2 : Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau
terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary
ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla ipsilateral
N2a : Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau
melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b : Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary

21
Ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB
aksilla ipsilateral
N3 : Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
Keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary
ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral; atau metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b : Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla
N3c : Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN)


pNX : KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau
tidak dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0b : Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada
pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells
(Catatan :Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok
tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi
hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode
molekuler
pN0(i–) : Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) : Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+),
IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol–) : Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)
pN0(mol+) : Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)
pN1 : Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary
terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB,
secara klinis tidak tampak
pN1mi : Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)
pN1a : Metastasis ke 1-3 KGB aksila

22
pN1b :Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak
pN1c : Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary
terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB,
secara klinis tidak tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB
aksila, KGB internal mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 : Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB
internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla.
pN2a : Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)
pN2b : Tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara
klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 : Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau
secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1
atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB
aksilla tetapi secara klinis microscopic metastasis (-) ke KGB
internal mammary atau ke KGB supraklavikular ipsilateral
pN3a : Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau
metastasis ke KGB infraklavikula
pN3b : Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral
dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3
metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary
dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi
KGB sentinel, tidak tampak secara klinis.
pN3c : Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral

Metastasis Jauh (M)


MX : Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh

23
Grup Stadium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium 2a T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium 2b T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium 3a T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium 3b T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium 3c Tiap T N3 M0
Stadium 4 Tiap T Tiap N M1

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis
Anamnesis keluhan pasien, onset, dan faktor resiko yang dapat
mencetuskan timbulnya karsinoma mammae
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis,
dan sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status
generalis (tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari
kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan
regionalis.Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan
palpasi. Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra
dilepas dan posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak

24
pinggang.Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang
bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan
metastasis ke kelenjar getah bening.

Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang


(supine), lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal.
kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara
sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi
pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi
juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.

25
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab Darah
Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai
dengan perkiraan metastasis.

Pemeriksaan Pencitraan

a. Mammografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil
mamografi.Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik,
dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat
(kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan
skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up /
kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka
hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung
dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil
yang optimal.

b. USG Payudara
USG Payudara Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi
massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya:
1. Permukaan tidak rata
2. Taller than wider
3. Tepi hiperekoik
4. Echo interna heterogen
5. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.

26
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya
sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas
skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan
efikasinya. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN Walaupun dalam
beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara umum tidak
digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan
waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk menderita kanker payudara.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan sitologi,
morfologi (histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in situ hibridisasi dan
gene array (hanya dilakukan pada penelitian dan kasus khusus).

1. Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan


Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan
menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang lebih
dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan ( ambulatory).
Pemeriksaan sitologi merupakan bagian dari triple diagnostic untuk tumor
payudara yang teraba atau pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan
penuntun pencitraan. Yang bisa diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah
bantuan penentuan jinak/ganas; dan mungkin dapat juga sebagai bahan
pemeriksaan ER dan PgR, tetapi tidak untuk pemeriksaan HER2Neu.
2. Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy
Tru-cut biopsi dan core biopsyakan menghasilkan penilaian
histopatologi. Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai
alat khusus dan jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari
core biopsysama sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
3. Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi
Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan penilaian
histopatologi. Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan
mengambil sebagian atau seluruh tumor, baik dengan bius lokal atau bius
umum. Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas untuk penentuan

27
jinak/ ganas suatu jaringan; dan bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan
imunohistokimia.
4. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.

2.8 Tatalaksana
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada
kanker payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit
atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect),
sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya
dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus
dipertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid, evidence-based, cost effective,
dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
Pembedahan
Mastektomi
1. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) MRM adalah tindakan
pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks
puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I
sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan
IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
2. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy) Mastektomi
radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-areola,
otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level

28
I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi
yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya
tumor yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal
Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3. Mastektomi Simpel Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh
payudara beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah
bening aksila.
Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan
tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor
- DCIS
4. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan
atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi: - Mastektomi profilaktik
Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah
pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai
diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari
BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan
bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan

29
terapi lokal kanker payudara stadium awal. Beberapa penelitian RCT
menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi.
Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga
pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara
usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang
aman pada pasien kanker payudara stadium awal dengan syarat tertentu.
Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih
baik
Indikasi :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan.
Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada
kanker payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan
hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat
tertentu.Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara dengan metastasis
kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada metastasis otak,
metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
1. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar

Terapi Sistemik
1. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan
secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek
yang diharapkan dengan
Terapi lini pertama yang sering digunakan adalah:

30
CAF :
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
efek samping yang masih dapat diterima.

CEF :
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1 Interval 3-4 minggu, 4 siklus

TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)


Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1

ACT TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
2. Radiasi
Radiasi dpasca masektomi dapat diberikan pada keadaan sbb:
a. Setelah dilakukan BCS
b. Tumor sentral atau medial
c. Tumor T3-4
d. KGB aksilla yang diangkat >/=4 yang mengandung sel tumor dari
sediaan diseksi aksilla yang adekuat
e. Batas sayatan positif atau dekat dengan tumor.
f. KGB aksilla yang diangkat 1-3 yang mengandung sel tumor dari
sediaan diseksi aksilla yang adekuat dengan faktor resiko

31
kekambuhan, antara lain derajat tinggi (diferensiasi jelek) atau
invasi limfo vaskuler.

Dosis radiasi Dosis radioterapi seluruh payudara adalah


1. 25 fraksi x 2 Gy tanpa booster
2. Booster skar operasi 5-8 fraksi x 2 Gy (regimen
konvensional)diberikan pada batas sayatan positif atau dekat.
Dosis radioterapi pada daerah supraklavikula (bila ada indikasi)
adalah 25 fraksi x 2 Gy. Radioterapi pada kanker payudara
diberikan 1 fraksi per hari, 5 hari per minggu (PERABOI,
2003)

Radioterapi paliatif Radioterapi paliatif diberikan pada kanker payudara yang:

1. Bermetastases ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri.


2. Metastases otak
3. Kanker payudara inoperable yang disertai ulkus berdarah dan berbau.
4. Kanker payudara inoperable setelah kemoterapi dosis penuh.

Tujuan paliatif diberikan untuk meredakan gejala sehingga meningkatkan


kualitas hidup pasien.
2.9 Rehabilitasi dan Follow up
Post operatif :
Hari 1-2:
- Latihan lingkup gerak sendi untuk siku, pergelangan tangan, jari lengan
daerah yang dioperasi
- Latihan relaksasi otot leher dan thoraks
- Aktif mobilisasi
Hari 3-5:
- Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi
- Latihan relaksasi
- Aktif dalam sehari-hari dengan sisi operasi tidak dibebani
Hari 6
- Bebas gerakan

32
- Mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk mencegah timbulnya
lymphedema
Tujuan follow up yang lebih luas, yaitu :

1. merawat atau menilai hasil terapi dan mengatasi komplikasi terapi.


2. mengenali adanya kekambuhan,
3. mengenal adanya kanker baru,
4. membimbing perubahan gaya hidup sehingga menurunkan risiko
terjadinya kanker baru, seperti gaya hidup aktif, diit sehat, membatasi
penggunaan alkohol, dan memiliki berat badan ideal (20-25 BMI),
5. mengetahui dan selalu menganalisa seluruh keadaan penderita.

Waktu control dan pemeriksaan


Tahun 1 dan 2 : Kontrol setiap 2 bulan
Tahun 3-5 : Kontrol tiap 3 bulan
Setelah tahun 5 : Kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan fisik : Tiap kali kontrol
Thorax foto : tiap 6 bulan
Lab, marker : Tiap 2-3 bulan
Mammografi kontralateral : tiap tahun atau jika ada indikasi
USG Abdomen/liver : Tiap 6 bulan atau jika ada indikasi
Bone scanning : Tiap 2 tahun atau jika ada indikasi

2.10 Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa
85%, IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium
IV adalah 18%

33
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal G, Pradeep PV, Aggarwal V, et al.. 2007. Spectrum of Breast Cancer in


Asian Women. World Journal of Surgery ; 31(5): 1031-1040.
Aich, Ranen Kanti., Mondal, Nirmal Kumar., Chhatui, Bappaditya., Sepai, Haris
Muhammad., & Aich, Rajarshi., et al. Relevance of Risk Factors of Breast Cancer
in Women : An Eastern Indian Scenario. 2016. Journal of Cancer Research and
Therapeutics.
American Cancer Society. 2016. Cancer Facts And Figure 2016. Atlanta :
American Cancer Society 008-12http://indianjcancer.com [Accessed 11 Oktober
2018].
Balasubramaniam SM, dkk. 2013. Risk Faktors of Female Breast Carcinoma : A
Case Control Study at Puducherry. Indian J Cancer 2013;50:65-70. Available
from : http://indianjcancer.com [Accessed 11 Oktober 2018].
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2016. What Are the Risk
Faktors for Breast Cancer?. Available From :
http://www.cdc.gov/cancer/breast/basic_info/risk_faktors.htm.
http://indianjcancer.com [Accessed 11 Oktober 2018].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Stop Kanker. Jakarta: Pusat Data
Dan Informasi; 2011
Nani, Desiyani. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pertamina Cilacap.Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4, No.2
Juli 2009 hal 61-66
PERABOI. 2013. Protokol PERABOI
Rasjidi, I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto

34

You might also like